Hwa Gun akhirnya menemui sang kakek setelah 5 tahun. Ia protes karena sang kakek mengirim pasukan untuk menyerang Kepala Pedagang. Dae Mok kecewa Hwa Gun datang menemuinya setelah 5 tahun hanya untuk menanyakan hal itu.
“Tolong jangan sentuh Kepala
Pedagang. Aku… jatuh cinta padanya. Jika Kepala Pedagang sampai terluka, maka
aku pun ikut terluka. Jika Kepala Pedagang terbunuh, aku pun akan bunuh diri.”
Ancam Hwa Gun.
Seja sedang tertidur ketika Moo Ha datang. Moo Ha cemas, ia ingin tahu apa yang terjadi. Chung Woon yang setia menjaga Seja sejak tadi meminta Moo Ha tidak berisik. Chung Woon lantas memberitahu, kalau Pyunsoo-hwe mengirim pasukan untuk menyerang mereka. Moo Ha geram mendengarnya.
“Dasar para bajingan. Dae
Mok itu...”
Tiba2, Ga Eun masuk dan
mendengar kata2 Moo Ha. Ga Eun ingin tahu siapa Dae Mok. Chung Woon dan Moo Ha
pun panic Ga Eun mendengar pembicaraan mereka. Ga Eun mendesak Moo Ha untuk
cerita.
Moo Ha dan Ga Eun bicara diluar. Ga Eun terkejut mengetahui Chun Soo nya bertarung melawan Pyunsoo-hwe selama ini. Moo Ha bilang harusnya ia tidak boleh memberitahu Ga Eun. Ga Eun ingin tahu kenapa ia tidak boleh tahu.
“Kepala Pedagang pernah
berkata, jika kau berhubungan dengan dia selama pertarungan berlangsung kau
bisa dilukai mereka.” Jawab Moo Ha.
Ga Eun tertegun, aku mungkin
akan dilukai?
“Ya, itulah sebabnya. Kau
tidak akan mengerti betapa dia memedulikan dirimu.” Jawab Moo Ha.
Barulah Ga Eun mengerti kenapa Chun Soo nya berpura2 tidak mengenalinya selama ini. Itu karena Chun Soo nya ingin melindungi dirinya. Mata Ga Eun pun mulai berkaca-kaca.
Dae Mok kecewa. Ia tidak menyangka Hwa Gun akan datang menemuinya setelah 5 tahun hanya untuk mengancamnya seperti itu. Hwa Gun berkata, ia datang bukan untuk mengancam tapi untuk membuat kesepakatan.
“Sebagai ganti nyawa Kepala
Pedagang itu, apa imbalan yang kau tawarkan?” tanya Dae Mok.
“Penerus Harabeoji, yang
bahkan akan melampaui pencapaian seorang Dae Mok. Daepyunsoo (Kepala
Pyunsoo-hwe) yang baru. Apa itu cukup?” jawab Hwa Gun.
Dae Mok pun tercengang
mendengarnya.
“Aku akan menjadi Daepyunsoo
baru.” Ucap Hwa Gun.
Tepat saat itu, Woo Jae masuk dan terkejut mendengarnya. Hwa Gun juga terkejut melihat kehadiran ayahnya. Namun ia kekeuh mau menjadi Daepyunsoo yang baru demi menyelamatkan nyawa Seja meski merasa tidak enak pada ayahnya.
“Aku menyuruhmu tetap di
kamarmu. Ada apa kemari?” tanya Dae Mok.
“Ada hal penting yang ingin
saya sampaikan.” Jawab Woo Jae masih dengan rasa terkejutnya.
“Apa darurat sekali?” tanya
Dae Mok.
“Tidak. Sekalipun darurat,
memang anda akan memercayai saya?” ujar Woo Jae.
“Kau boleh pergi.” Suruh Dae
Mok.
Woo Jae pun pergi rasa
kecewa. Sementara itu, Hwa Gun tampak menantikan jawaban Dae Mok. Dae Mok pun
setuju Hwa Gun menjadi Daepyunsoo yang baru.
Dae Mok membawa Hwa Gun ke gua Pyunsoo. Ia memperkenalkan Hwa Gun sebagai Daepyunsoo yang baru. Hwa Gun mengenakan hanbok putih dan berdiri di tengah2 lilin yang menyala.
“Cucu dari Dae Mok seharusnya
mengikuti keinginan Pyunsoo-hwe. Lalu, kenapa kau.. justru memihak Kepala
Pedagang saat pertemuan saudagar digelar?” tanya salah satu anggota
Pyunsoo-hwe.
“Sebagai pimpinan para
saudagar tentu aku harus mengambil pilihan yang lebih menguntungkan.” Jawab Hwa
Gun.
“Saat kita kehilangan
tembaganya, rencana besar Pyunsoo-hwe menguap layaknya asap. Hari itu pun kau
ada di sana.” Ucap mereka.
“Pyunsoo-hwe memang memiliki
sumber informasi yang luas. Ya, aku memang di sana karena ada transaksi bisnis.”
Jawab Hwa Gun.
“Sebelumnya kau meninggalkan
Pyunsoo-hwe. Kenapa mendadak ingin kembali?” tanya mereka.
“Ini karena insiden di
Waegwan. Kalian semua tidak bisa melindungi tembaganya dan menghancurkan
rencana besar Pyunsoo-hwe kita. Kebodohan itu terlalu menyedihkan untuk
disaksikan. Itu alasanku melangkah kembali memasuki Pyunsoo-hwe.
“Apa kebodohan menyedihkan? Kami?
Pyunsoo-hwe?” ucap anggota Pyunsoo-hwe tidak terima.
Dae Mok tersenyum sinis
mendengar jawaban Hwa Gun.
“Dibanding keluarga kerajaan
Joseon, yang memiliki pengaruh lebih besar adalah kita, Pyunsoo-hwe. Kita tidak
boleh hancur seperti ini, bukan begitu? Sekarang, aku harus menjadi Daepyunsoo
baru dan menegakkan disiplin yang telah kendur.” Ucap Hwa Gun lantang.
Woo Jae meminta Tae Ho
mendampinginya mengelola ladang poppi. Tae Ho tak setuju, ia bilang hal itu
terlalu remeh untuk diurusi seorang Woo Jae. Woo Jae marah. Ia bilang kekuatan
Pyunsoo-hwe awalnya bersumber dari ladang poppi.
“Jika aku mengendalikan
ladang poppinya, maka suatu hari nanti aku akan menjadi sekuat Dae Mok. Kemudian,
Hwa Gun tak akan menganggap ayahnya ini tidak kompeten.” Ucap Woo Jae kecewa.
Hwa Gun keluar dari gua Pyunsoo-hwe dengan langkah gontai. Tak lama kemudian, ia terjatuh dan terduduk lemas di tanah. Gon langsung mendekati Hwa Gun. Ia mencemaskan Hwa Gun. Tangis Hwa Gun pun langsung mengalir. Ia memohon agar Gon mengantarkannya menemui Seja.
“Aku takut dia belum juga
sadarkan diri. Aku sangat mencemaskan dia.” ucap Hwa Gun.
Seja sendiri tengah
berjalan2 dengan Ga Eun. Ga Eun mencemaskan Seja. Seja pun meyakinkan Ga Eun
kalau dia baik2 saja dengan mengangkat sebelah tangannya yang terluka. Seja
kemudian mengaku kalau ia cukup kuat untuk mengantar Ga Eun.
“Kalau begitu, antar saja
aku sampai ujung jalan sana.” Jawab Ga Eun.
“Uh... aku tidak yakin... aku
bisa.” ucap Seja.
Ga Eun pun menatap Seja bingung. Seja pun berkata kalau ia tidak ingin meninggalkan Ga Eun lagi. Seja menjelaskan, kalau 5 tahun yang lalu, ia hendak menemui Ga Eun. Namun lantaran berpikir demi kebaikan Ga Eun, ia berbalik pergi dan terus menyesalinya. Seja teringat saat ia melihat Ga Eun di Desa Chilpae. Saat itu, Seja ingin menghampiri Ga Eun, namun tak jadi demi kebaikan Ga Eun.
“Doryongnim, kenapa kau
datang begitu terlambat?” tanya Ga Eun.
Seja tidak menjawab, tapi
malah meletakkan kalung bulan dan bintangnya di tangan Ga Eun. Seja lantas
menggenggam erat tangan Ga Eun, lalu meletakkan tangan Ga Eun di dadanya.
“Aku tak akan lagi meninggalkanmu
sendirian.” Ucap Seja.
Tepat saat itu, Hwa Gun datang. Hwa Gun awalnya datang dengan penuh semangat, tapi senyumnya langsung menghilang saat ia melihat Seja dan Ga Eun saling bertatapan. Hwa Gun cemburu, tapi ia tetap mendekati mereka.
“Apa aku mengganggu?”
tanyanya.
Ga Eun langsung menarik tangannya dari genggaman Seja, tapi Seja malah menggenggam tanganya semakin kuat dan tidak mau melepaskannya.
“Ada apa kau datang
jauh-jauh kemari?” tanya Seja.
“Aku mencemaskanmu, tapi
kelihatannya kau baik-baik saja, jadi syukurlah.” Jawab Hwa Gun.
“Maaf karena sudah membuatmu
cemas.” Ucap Seja.
“Ya, tolong jangan membuatku
cemas lagi. Rasa takut bahwa Doryongnim mungkin meninggalkanku juga membuat
jantungku seakan berhenti berdetak.” Jawab Hwa Gun.
“Terima kasih sudah
mencemaskan aku. Aku akan segera menemuimu lagi dalam rapat para saudagar.” Ucap
Seja.
Hwa Gun lantas membungkuk,
memberi hormat kemudian beranjak pergi dengan wajah kecewa.
Setelah Hwa Gun pergi, Ga Eun menarik tangannya dari genggaman Seja dan menatap Seja seolah meminta penjelasan. Seja panik dan langsung menjelaskan kalau diantara ia dan Hwa Gun tidak ada apa2. Ga Eun diam saja, bikin Seja makin panic. Barulah Ga Eun bicara.
“Memang aku mengatakan
sesuatu?” tanyanya santai, lalu beranjak pergi.
Seja pun langsung menyusul Ga Eun sembari berusaha menjelaskan kalau diantara ia dan Hwa Gun tidak ada hubungan apapun. Seja menyebut kata kami sebagai pengganti namanya dan Hwa Gun. Ga Eun langsung berbalik mendengar Chun Soo nya menyebut kata kami.
“Aku mengira selama ini kau
selalu memikirkan aku.” ucap Ga Eun.
“Memang aku selalu memikirkanmu.”
Jawab Seja.
“Kalau begitu apa hubungan
antara kau dengan dia?” tanya Ga Eun.
“Dia orang yang tidak
masalah melihat kita bergandengan tangan.” Jawab Seja sembari menggandeng
tangan Ga Eun. Ga Eun langsung tersenyum. Seja bertanya, apa Ga Eun cemburu.
“Tidak, aku hanya tanya
karena penasaran.” Jawab Ga Eun, lalu pergi.
Seja mau menyusul Ga Eun, tapi tiba-tiba2 ia merasakan nyeri di tangannya yang terluka. Ga Eun langsung berbalik, menatapnya dengan cemas. Begitu ditatap Ga Eun, Seja pun langsung pura2 tidak sakit dan tersenyum lebar pada Ga Eun. Melihat senyuman Seja, Ga Eun pun ikut tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
Gon menghampiri Hwa Gun. Ia bertanya, apa Hwa Gun ingin ia menyingkirkan Ga Eun. Hwa Gun pun dengan angkuhnya berkata bahwa ia berbeda dari Hwa Gun.
“Jeoha juga akan segera
menyadari aku memiliki sesuatu yang tidak gadis itu punyai. Sesuatu yang Jeoha hanya
bisa dapatkan dariku.” Ucap Hwa Gun.
0 Comments:
Post a Comment