Ga Eun terkejut melihat Seja yang masih hidup. Begitu pula dengan Seja yang terkejut melihat sosok Ga Eun di hadapannya. Tangis Ga Eun seketika berjatuhan. Ia pun langsung berlari, menghambur ke dalam pelukan Seja.
“Ini bukan
mimpi, kan? Sungguh kau masih hidup, kan?” tanya Ga Eun tak percaya.
“Ada hal
yang ingin aku katakan padamu. Doryongnim, aku juga… mencintaimu.” Ucap Ga Eun.
Seja
menangis haru dan menarik Ga Eun ke dalam pelukannya. Tak lama kemudian, Seja
pun menciumnya. Tangis Ga Eun seketika berjatuhan ketika Seja mencium bibirnya.
Di istana, Daebi Mama memaksa bertemu dengan Sun. Kepala Kasim awalnya melarang, namun tiba-tiba terdengar suara Sun yang mengizinkan Daebi Mama masuk. Daebi Mama menatap kesal Kepala Kasim sebelum akhirnya masuk ke istana Raja.
Begitu masuk, Daebi Mama melihat Sun sedang mempelajari silsilah keluarga kerajaan. Dengan wajah sumringah, Daebi Mama mempertanyakan hal itu padahal Sun sudah mempelajarinya sejak berumur 10 tahun. Sun beralasan ingatan manusia bisa memudar.
“Kau tidak
tahu malu. Apa kau pikir dengan menyalinnya, lantas akan menjadikanmu bagian
keluarga kerajaan!” ucap Daebi Mama.
Sun pun
seketika berhenti menulis.
“Kau itu
hanya Raja palsu. Kau pikir berapa lama lagi kau bisa berpura-pura?” tanya
Daebi Mama.
Tapi Sun
menanggapinya dengan santai. Ia mengatakan jika Daebi Mama terus bicara yang
bukan-bukan, maka orang-orang akan menganggap Daebi Mama kerasukan.
Daebi Mama marah dan mengaku bahwa ia sudah tahu sejak awal kalau Sun Raja palsu. Sun pun bertanya balik, ia menanyakan apakah Daebi Mama akan mencari yang asli dan menyingkirkannya. Sun tersenyum evil dan memberitahu Daebi Mama bahwa Seja sudah mati dibunuh Dae Mok.
Daebi Mama terkejut. Ia tak menyangka bahwa Sun selama ini sudah tahu siapa Seja asli. Sun lantas menertawakan Daebi Mama yang sudah kehilangan kekuasaan. Daebi Mama marah dan berusaha menyerang Sun, namun Sun dengan sigap mencengkram tangan Daebi Mama. Ia menatap tajam Daebi Mama.
“Apa perlu
saya tebak tujuan anda datang kemari? Anda takut kematian. Dae Mok tidak mau
memberi anda pil itu juga anda tidak sudi memohon kepada Dae Mok. Lalu kenapa
anda tidak berlutut pada saya? Dengan begitu, mungkin saya akan memohon belas
kasih Dae Mok untuk anda.” Ucap Sun.
“Beraninya
kau!” sentak Daebi Mama.
“Ingat ini
baik-baik. Sekarang aku adalah Raja asli.” Ucap Sun.
Sun lalu
menyuruh Kepala Kasim mengantar Daebi Mama kembali ke kamar.
Diluar, Daebi Mama marah pada dayang barunya. Tak lama kemudian, Menteri Choi pun datang bersama Menteri Heo. Menteri Choi seketika bersembunyi begitu melihat Daebi Mama yang menatapnya dengan tajam. Sun lantas keluar dan menatap kepergian Daebi Mama dengan tatapan penuh kebencian.
Sun lantas pergi ke rumah kaca mencari Kko Mool. Sun datang dengan Hyun Seok yang membawa nampan penuh dengan semangka. Begitu Sun datang, Kko Mool langsung bersembunyi dibalik meja.
“Apa kau
masih merasa canggung dengan kakakmu ini?” tanya Sun lembut.
Kko Mool
mengangguk.
“Kakakmu ini
ingin lebih cepat akrab denganmu.” Ucap Sun.
Kko Mool
diam saja. Untuk mengambil hati Kko Mool, Sun pun mengambilkan semangkanya
untuk Kko Mool dan menyuruh Kko Mool mencicipinya. Kko Mool mencicipinya dengan
ragu-ragu namun begitu mencicipinya, wajahnya langsung berubah sumringah.
“Apa kau
tidak senang berada disini denganku?” tanya Sun.
“Aku lebih
memilih tinggal di toko herbal seperti dulu, bersama eomma dan eonni. Orabeoni
tidak bisakah ikut tinggal bersama kami?” ucap Kko Mool.
Sun pun
langsung terdiam mendengarnya. Ia lalu mengelus kepala Kko Mool dan menatap Kko
Mool dengan tatapan kosong.
Ga Eun
mengantarkan Seja ke makam ayahnya.
Usai
memberikan penghormatan pada ayah Ga Eun, Seja menggenggam tangan Ga Eun dan
mengajaknya jalan-jalan. Seja lalu dibuat tertegun dengan Ga Eun yang tiba-tiba
memanggilnya dengan panggilan Jeoha. Ga Eun tersenyum dan berkata bahwa mulai
sekarang ia akan memanggil Seja dengan panggilan itu.
“Ga Eun-ah,
apakah tahta Raja harus kurebut kembali? Aku adalah penyebab kematian ayahmu
yang setia padaku.” Ucap Seja.
“Itu tidak
benar, Jeoha.” Jawab Ga Eun.
“Juga, ayahku
pun bekerja sama dengan Dae Mok untuk membunuh kakaknya sendiri agar bisa
menjadi Raja. Apakah aku sungguh berhak menjadi Raja? Apakah aku layak?” tanya
Seja.
Ga Eun pun
menggenggam tangan Seja dan berupaya menenangkan Seja.
“Jeoha tidak
pernah menutup mata atas kesengsaraan rakyat. Saat Pyunsoo-hwe hendak merebut
rumah pedagang di Pasar Seomun, Jeoha mengambil tindakan dan menyelamatkan
mereka. Aku masih mengingat senyuman di wajah semua orang saat itu. Aku juga
mendengar kau memilih menyerah menjadi Pangeran untuk menghentikan perang dalam
negeri. Padahal itu adalah cara termudah bagimu untuk merebut tahta Raja, namun
demi rakyatmu, kau tidak mengambil pilihan itu.” ucap Ga Eun.
“Apa kau meragukan kelayakanmu dan hakmu menjadi Raja? Tahta bukan sekedar perkara garis keturunan. Bukankah yang lebih utama adalah kepedulianmu terhadap rakyat? Jeoha mencintai rakyat dan itu cukup menandakan kelayakanmu. Jeoha memang mewarisi darah keluarga kerajaan, namun bukan itu yang lantas memberikan hak atas tahta Raja.” Tambah Ga Eun.
Seja
mengangguk dan berkaca-kaca mendengar penjelasan Ga Eun.
Tak lama kemudian, Chung Woon datang. Ga Eun merasa bersalah karena Chung Woon terluka demi menyelamatkan dirinya. Chung Woon tersenyum dan mengaku senang bisa bertemu lagi dengan Ga Eun.
Chung Woon
kemudian memberitahu Seja tentang Mae Chang yang akan meminta bantuan dayang
istana untuk mencari tabung plasenta itu. Ga Eun terkejut, tabung plasenta? Seja
pun menjelaskan kalau mendiang Raja menyembunyikan bukti konkrit bahwa dirinya
lah pewaris tahta Raja di dalam tabung plasenta itu.
Seketika,
ingatan Ga Eun melayang pada pesan terakhir Selir Lee yang menyuruhnya mencari
tabung plasenta di rumah hijau, kemudian memberikannya pada Chun Soo
Doryongnim. Barulah Ga Eun mengerti alasan Selir Lee menyuruhnya mencari tabung
itu dan menyerahkan tabung itu pada Chun Soo Doryongnim.
Ga Eun pun bergegas memberitahu Seja kalau tabung itu disembunyikan Selir Lee di rumah hijau. Ia pun berniat kembali ke istana untuk mencari tabung itu. Tapi Seja yang khawatir akan keselamatan Ga Eun tidak setuju. Ga Eun beralasan, kalau hanya dirinya lah yang bisa bebas keluar masuk rumah hijau itu. Namun Seja tak rela kalau harus berpisah lagi dari Ga Eun.
“Jeoha…”
ucap Ga Eun.
Belum sempat
melanjutkan kalimatnya, ibu Sun keburu datang. Ibu Sun terkejut melihat Seja
yang masih hidup.
Menteri Joo bertanya pada Dae Mok, apa yang harus mereka lakukan karena saat ini mereka hanya memiliki kurang lebih 50 penawar.
“Kesempatan
ini kita gunakan untuk memperkuat kelompok kita. Kita buang yang tidak berguna
dan menjadi kelompok yang lebih kuat lagi.” Jawab Dae Mok.
“Apakah anda
bermaksud memilih siapa yang layak hidup dan tidak melalui 50 butir penawar
itu?” tanya Menteri Joo.
“Aku akan
membuat daftarnya.” Jawab Dae Mok.
“Kalau
begitu, ada 75 orang yang perlu dituliskan dalam daftar tersebut.” Ucap Menteri
Joo.
“Ini adalah
kesempatan emas bagi Pyunsoo-hwe untuk menjadi lebih kuat.” Jawab Dae Mok.
Menteri Joo pun mulai menulis nama2 yang tidak akan diselamatkan sesuai arahan Dae Mok. Nama Daebi Mama, Menteri Choi, Menteri Kehakiman Lee Joong Gyung tertulis disana. Menteri Joo yang membenci Menteri Heo pun menanyakan nasib Menteri Heo. Dan Dae Mok langsung menatap Menteri Joo dengan tajam.
Ga Eun dan ibu Sun mulai menuju ke istana. Di dalam tandunya, ibu Sun resah karena fakta Seja yang masih hidup. Sementara Ga Eun, dia membuka jendela tandunya dan tersenyum pada Seja. Dalam hati, Ga Eun berjanji akan menemukan tabung itu bagaimana pun caranya demi Jeoha dan rakyat Joseon.
Seja pun
membalas senyuman Ga Eun dan juga berkata dalam hatinya bahwa ia tidak rela Ga
Eun kembali lagi ke istana.
Begitu sampai istana, ibu Sun langsung memberitahu Sun bahwa Seja masih hidup. Ia menyebut itu sebagai berita buruk!!
Sun pun langsung protes pada Dae Mok karena Seja yang selamat padahal sudah menenggak tiga butir pil poppi. Dae Mok menjelaskan, bahwa Seja selamat dengan sendirinya. Dae Mok yakin Seja akan merebut tahta dari Sun. Sun pun mengaku punya ide menghentikan Seja mengambil tahta, namun ia akan memberitahunya pada Dae Mok jika Dae Mok mau bekerja sama dengannya.
Besoknya di
istana, Sun berniat menggelar kembali pemilihan Ratu dengan alasan pemilihan
Ratu sebelumnya tidak valid karena digelar oleh para pengkhianat. Menteri Choi
nampak kecewa mendengarnya. Sedangkan Menteri Heo tersenyum bangga mengira
putrinya lah yang akan menjadi Ratu. Namun senyumnya langsung hilang saat Sun
mengumumkan bahwa Ga Eun lah yang akan menjadi Ratu nya.
Ga Eun syok
mendengar titah Sun bahwa ia akan diangkat menjadi Ratu.
Menteri Heo
dan Menteri Choi langsung protes pada Dae Mok karena Sun memilih Ratu
seenaknya. Menteri Heo berdalih bahwa Ratu seharusnya berasal dari Pyunsoo-hwe.
Ia juga menuding bahwa Menteri Joo kecewa karena tidak jadi menjadi ayah mertua
Raja. Menteri Joo balik menuding bahwa Menteri Heo lah yang kecewa sebenarnya.
Dae Mok
menghentikan pertengkaran itu dengan berkata bahwa dirinya lah yang memberi
izin. Ia berkata, mereka harus menggunakan umpan yang bagus untuk menangkap
ikan. Menteri Heo masih mau protes, namun begitu melihat tatapan tajam Dae Mok,
nyalinya langsung ciut.
Tak lama,
pelayan Dae Mok datang dan membisikkan sesuatu pada Dae Mok. Wajah Dae Mok pun
langsung berubah kesal.
Gon tiba-tiba saja muncul di hadapan Seja dan Chung Woon. Chung Woon langsung mencabut pedangnya, namun Seja menengkan Chung Woon. Seja yakin Hwa Gun lah yang mengirim Gon padanya. Gon memberitahu bahwa Hwa Gun sudah meninggal. Seja pun terkejut.
Seja membawa Gon ke tempat persembunyiannya. Seja terkejut mendengar cerita Gon bahwa Hwa Gun dibunuh oleh Dae Mok. Seja tidak mengerti bagaimana harus membalas pengorbanan Hwa Gun. Gon pun menyuruh Seja mengambil alih tahta, karena itulah satu2nya hal yang diinginkan Hwa Gun. Ia minta Seja tidak menyia-nyiakan pengorbanan Hwa Gun.
Dae Mok pergi ke gua Pyunsoo-hwe. Ia diprotes oleh tetua Pyunsoo-hwe lantaran Hwa Gun yang membakar habis ladang poppi mereka. Dae Mok membela diri dengan berkata bahwa ia sudah membunuh Hwa Gun sebagai balasannya. Namun itu semua belum cukup bagi tetua Pyunsoo-hwe.
“Aku
berencana menggunakan kesempatan ini untuk mengubah Pyunsoo-hwe. Aku akan
membuat daftar. Siapapun yang menentang Pyunsoo-hwe, harus mati tanpa ampun.
Bila menolak setia pada Pyunsoo-hwe, mereka akan dihabisi. Aku sudah memberikan
contoh nyata.” Ucap Dae Mok.
Gon memberikan sebuah salinan yang dibuatnya sendiri diam-diam. Ia berkata, Hwa Gun sudah membakar habis ladang poppi. Seja menebak bahwa Dae Mok akan membunuh orang2 yang tidak setia pada Pyunsoo-hwe. Gon membenarkan tebakan Seja. Seja lantas membaca salinan yang dibuat Gon yang berisi nama-nama yang akan dicampakkan Dae Mok. Seja terkejut karena nama Menteri Heo termasuk di dalamnya.
“Tidak
banyak penawar yang tersisa. Sekali pun anggota Pyunsoo-hwe, tidak lantas akan
diselamatkan.” Jawab Gon.
“Kalau
begitu, berapa jumlah pejabat yang akan mati akibat kekurangan penawar?” tanya
Seja.
“Saya dengar
sekitar 75 orang akan mati.” Jawab Gon.
Seja geram
mendengarnya dan langsung menyuruh Chung Woon mengumpulkan semua orang karena
ia mau menyampaikan sesuatu.
Di depan orang-orangnya, Seja mengaku akan melenyapkan Pyunsoo-hwe dan mengambil alih tahta. Woo Bo pun lega mendengarnya. Seja juga meminta bantuan mereka untuk menyelamatkan 75 pejabat yang akan kehilangan nyawa mereka. Semua pun langsung berkaca-kaca mendengarnya.
Woo Bo yang
pertama kali bangkit dari duduknya. Ia berteriak, Jusang Cheonha… hamba akan
melaksanakan titah Raja!
Yang lain
pun ikut bangkit dan bersorak akan mematuhi titah Raja.
0 Comments:
Post a Comment