Ruby Ring Ep 82 Part 1

Sebelumnya...


Chorim masuk ke rumah sambil ngomel-ngomel.

"Ada apa dengan Soyoung? Aku sudah bilang padanya, jangan melakukannya karena hanya akan membuat hal-hal

menjadi semakin rumit tapi dia menggoda Jihyeok!"

"Mereka mungkin hanya berteman." jawab Dongpal.

"Pria dan wanita tidak bisa berteman." ucap Chorim.

"Jadi itulah kenapa kau pergi berlibur dengan teman laki-lakimu semasa sekolah? Jadi menurutmu, ketika orang lain melakukannya, itu terlihat romantis tapi jika kau yang melakukannya tidak?" sewot Dongpal.

Chorim pun langsung menatap galak Dongpal.


Lalu tak lama kemudian, terdengar suara Gilja dari arah dapur.

Chorim dan Dongpal bergegas ke dapur dan Chorim kaget melihat ada 3 botol soju yang sudah kosong di atas meja.

Tapi Dongpal bukannya cemas, malah tertawa dan mengatakan kalau Gilja seharusnya menyisakan soju nya untuk mereka.

Chorim langsung memarahi Dongpal.

"Eonni, kau sudah mabuk. Ayo kita ke kamar." ucap Chorim, lalu memapah Gilja.

"Aku tidak mabuk." jawab Gilja sambil menyingkirkan tangan Chorim.


Gilja lalu mengatakan bahwa ia tidak mabuk.

"Minuman ini tidak bisa membuatku mabuk." ucap Gilja.

Dongpal lantas berniat mengganti minuman Gilja dengan koktail.

Chorim pun marah.

"Kau tidak bisa melihat dia sudah mabuk? Kalau dia minum lagi, dia bisa pingsan!"

"Chorim, kau minum untuk mengatasi masalahmu juga.  Nyonya Yoo hampir tidak pernah minum. Dia pasti punya alasan yang bagus." jawab Dongpal.

"Sudah cukup, eonni berdirilah."


Gilja pun menangis.

"Uri Roo Bi, Roo Bi ku yang malang, ingatannya sudah kembali dan sejak saat itu, hidupnya seperti di neraka. Dia mungkin tidak ingin hidup lagi tapi yang bisa kulakukan hanya merendam ayam. Aku pantas dihukum. "

Sontak, Dongpal dan Chorim bingung mendengarnya.

Gilja terus menyalahkan dirinya yang tidak bisa mengenali kedua putrinya.


Sekarang, kita melihat Dongpal yang sedang menulis proposal di kamarnya.

Tak lama kemudian, Chorim datang.

"Dia sudah tidur?" tanya Dongpal.

Chorim mengangguk.

"Ini tidak seperti dirinya. Aku tidak pernah melihat dia mabuk seperti ini." ucap Chorim.

"Bahkan orang yang paling tegang sekalipun harus bersantai sesekali. Dia melakukan hal yang benar." jawab Dongpal.

Chorim lalu melihat apa yang ditulis Dongpal. Dongpal pun menyuruh Chorim membacanya.


Memang benar, Dongpal sedang menulis proposal.

"Rencana Jeong Chorim dan No Dongpal? Waralaba restoran ayam Yoo Gilja? Cabang pertama, Dongcho Chicken?" ucap Chorim membaca proposal Dongpal.

"Dongcho? Siapa Dongcho?" tanya Chorim.

 "Apalagi. Dongpal dan Chorim." jawab Dongpal, membuat Chorim langsung memujinya.

"Kantor penjualan untuk makanan organik?" Chorim bertanya lagi.

"Setelah melihat peternakan di Jeju, aku merasa ini akan menjadi investasi yang bagus. Atau kita bisa membawa makanan organik dan dipanggang bersama ayam untuk variannya." jawab Dongpal.

"No Dongpal, kau sangat pintar."

"Kau baru menyadarinya? Kau beruntung memiliki suami sepertiku."


Nenek masuk ke dapur dan melihat Geum Hee sedang membuat teh hijau.

Geum Hee bilang, Tuan Bae meminta secangkir teh hijau.

"Dia membaca di ruangannya." jawab Geum Hee.

"Semakin tua dirimu, semakin kau tidur lebih awal. Tapi dia tidak pernah tidur." ucap nenek.

Nenek lalu menanyakan Gyeong Min dan Se Ra.

"Gyeong Min sudah pulang tapi Se Ra belum. Mungkin terjadi sesuatu."

"Terjadi sesuatu? Jaga bicaramu. Telepon dia sekarang!"


Se Ra dan In Soo berada di mobil yang sama. Se Ra berusaha membangunkan In Soo tapi In Soo tak kunjung bangun.


Tak lama kemudian, Geum Hee menelponnya.

"Se Ra-ya, kau dimana? Aku akan ke sana. Kau di depan rumah?"

"Aku sedang sibuk." jawab Se Ra.

"Bae Se Ra!"

Sontak Se Ra terkejut mendengar suara neneknya.

"Kau bersama siapa sekarang? Kau bersama pria kan? Apa kau tahu, kau itu pembohong yang buruk."

"Halmeoni, aku tidak bisa bersama...  ya dia seoarang pria tapi kami tidak merencanakan apapun jadi jangan cemas."

"Pulanglah lebih cepat jika kau tidak mau aku cemas. Jika kau bersama seorang pria, aku mempercayaimu hanya sampai batas tertentu! Aku mungkin tidak tahu apa-apa, tapi aku tahu ini!" jawab nenek.


Se Ra mengantarkan In Soo pulang. Ia memapah In Soo ke dalam kamar.

Se Ra lalu teringat kata-kata neneknya yang melarangnya pulang lebih awal.

"Aku mungkin tidak tahu apa-apa, tadi aku tahu hal ini. Malam ini sejarah akan dibuat." ucap neneknya.

Se Ra kemudian tertawa.


Lalu ia pun pergi tapi baru sampai di pintu, ia mendengar In Soo menyebutkan nama Roo Bi.

"Jeong Roo Bi, mianata! Aku bajingan! Beritahu mereka, Jeong Roo Na! Luruskan semuanya!

Sontak Se Ra kaget.


Roo Na sudah tertidur pulas.

Gyeong Min tidak bisa tidur. Ia lalu turun dari tempat tidurnya dan mengambil kedua syal itu dari dalam lemari.

Ia bertanya-tanya, bagaimana 'Roo Na' bisa memiliki syal yang sama dengan syal yang dirajutkan Roo Bi untuknya dulu saat mereka masih kuliah.


Gyeong Min lalu kembali menyimpan syal itu dan menutup lemari.

Saat berbalik, ia terkejut melihat Roo Na yang sedang menatap ke arahnya.

"Kau tidak bisa tidur? Karena syal itu?"

"Aku tidak bisa tidur. Aku penasaran dan ini membuatku gila. Kenapa Roo Na memiliki syal yang sama dengan syal yang kau berikan padaku dulu. Jelaskan."

"Apa yang kau pikirkan? Itu hanya kebetulan karena kami kembar. Kami memiliki selera yang sama dalam hal-hal tertentu. Apa yang membuatku marah sebelumny karena kau membatalkan rencana kita demi Roo Na. Kau berbohong padaku."

"Baik, aku mengerti. Aku minta maaf."

"Apa kau mencintaiku? Tidak bisakah kau mengatakan kau cinta padaku?"


Gyeong Min diam saja dan membalas pertanyaan Roo Na dengan memeluknya.

"Aku ingin mengatakannya. Aku mau melakukannua tapi... tapi aku tidak ingin berbohong padamu lagi." jawab Gyeong Min dalam hati.


Keesokan harinya, Se Ra masuk ke ruang makan dan senang melihat ada sup pollack kering di meja makan.

Se Ra lalu memuji masakan Geum Hee.

"Lihat dirimu. Kau bukan anak kecil lagi. Kau pintar dalam semua hal tapi tidak pintar soal cinta." jawab nenek.

"Apa maksud ibu?" tanya Nyonya Park.


"Appa, apa aku anak adopsi?" tanya Se Ra.

"Apa maksudmu?" tanya Tuan Bae.

"Apa ada rahasia dibalik kelahiranku yang tidak aku ketahui?" tanya Se Ra lagi.

Nyonya Park terkejut mendengarnya.


Roo Bi terkejut mendengar sang ibu minum-minum dari bibinya.

Chorim pun membenarkan.


Roo Bi lantas membawakan makanan untuk sang ibu. Ia menyuruh ibunya makan.

"Kau tidak bekerja hari ini?" tanya Gilja.

"Aku ingin melihat ibu sebelum aku pergi. Bagaimana perasaanmu? Aku dengar kau minum semalam. Kenapa ibu minum begitu banyak? Ibu harus memperhatikan kesehatan ibu."

"Roo Na-ya." ucap Gilja sambil membelai pipi Roo Bi.

"Wae?" tanya Roo Bi.

"Aniya, lupakan dan pergilah." jawab Gilja.

Setelah Roo Bi pergi, Gilja menangis lagi.


Di kantor, Roo Bi dan Gyeong Min bertemu di depan lift.


Roo Na langsung mengajak Roo Bi bicara begitu Roo Bi tiba di ruangan.


Sesampainya di atap, Roo Na langsung menampar Roo Bi.

Roo Bi pun balas menampar Roo Na.

"Jangan mengetesku! Berapa lama lagi kau mau bersikap seperti korban!" sewot Roo Bi.

Kesal, Roo Na ingin menampar Roo Bi lagi tapi Roo Bi langsung mencengkram tangan Roo Na.

"Kau pikir perasaanmu akan lebih baik dengan begini?"

"Kau memberikan Gyeong Min syal yang sama? Kau pikir, dengan begini dia akan kembali padamu? Gyeong Min suamiku!"

"Kau melihatnya kemarin apa yang dia pikirkan tentang istrinya. Bagaimana rasanya memiliki suami yang direbut darimu?"

"Direbut? Dariku? Berhentilah berkhayal! Kau tahu seperti apa orang-orang akan memanggil Jeong Roo Na? Jeong

Roo Na, si wanita murahan yang merebut suami kakaknya."

"Bukan Jeong Roo Na, tapi Jeong Roo Bi. Kau lah yang wanita murahan." balas Roo Bi.

"Jika ini terjadi lagi, aku tidak akan diam saja." ancam Roo Na.


Roo Na lalu beranjak pergi tapi kata-kata Roo Bi tentang tangan Gyeong Min yang hangat menghentikan langkahnya.

"Menyenangkan bisa merasakannya lagi. Ketika dia memelukku di Jeju, rasanya seperti menyusuri jalan kenangan."

Roo Bi lalu menatap Roo Na.

"Jangan bohong padaku." jawab Roo Na.

"Bohong? Padamu? Hidupmu dipenuhi kebohongan besar jadi kau berpikir, orang lain juga bohong padamu? Gyeong Min tidak menceritakannya padamu? Sekali lagi, bagaimana dia bisa mengungkit momen yang hebat seperti itu?" ucap Roo Bi.


Roo Bi lalu mengajak Roo Na meluruskan semuanya.

"Kau selalu ingin memiliki kehidupan seperti di film-film. Pikirkan lah dengan baik, Jeong Roo Bi-ssi. Nama itu  tidak akan menjadi milikmu lagi. Tidak lama lagi."

Setelah mengatakan itu, Roo Bi beranjak pergi.


Roo Na lalu mendapatkan telepon dari seseorang yang membuatnya terkejut.


Se Ra meminta penjelasan In Soo, kenapa In Soo menyebut nama Roo Bi dan Roo Na saat mabuk semalam.

"Aku tidak yakin. Ingatanku sedikit kabur. Maafkan aku. Aku pasti sudah mencampur nama mereka."

"Bukan itu maksudku. Banyak hal aneh di sini yang membuatku curiga dan penasaran."

"Apa kau selalu curiga seperti ini, Direktur Bae Se Ra? Kau seorang wanita dan aku yakin, kau tahu bahwa pertanyaanmu barusan tidak sopan."

In Soo lalu beranjak pergi.


Di sebuah restoran yang sifatnya private, Roo Na bertemu dengan Menteri Sim Jaeyun dari Partai Yeomin. Singkat cerita, Menteri Sim mengajak Roo Na masuk ke partainya.

"Tapi kenapa aku?"

"Kuharap kau tidak tersinggung. Aku menyelidikimu. Kau lulusan universitas ternama. Setelah lulus, kau mendapatkan pekerjaan di JM dan menikahi Tuan Bae Gyeong Min. Karir televisimu sukses. Kau adalah teladan bagi para siswa dan wanita. Para pemuda menganggapmu sebagai mentor. Kau terampil dan percaya diri. Dan yang paling penting, kau memiliki aspirasi yang tinggi."

Sontak Roo Na terkejut mendengarnya.


Gyeong Min dan Se Ra tidak sengaja bertemu Chorim di depan sebuah gedung.

Gyeong Min pun berkata, bahwa ia ada urusan di gedung itu.

Chorim baru ingat, bahwa gedung itu adalah salah satu anak perusahaan JM.

Se Ra lalu memperkenalkan dirinya.

Gyeong Min pun berkata, bahwa Se Ra adalah kakaknya.

Se Ra lalu beranjak pergi dan berkata akan menunggu Gyeong Min di mobil.


Chorim pun menceritakan tentang bisnis yang mau dirintisnya.

"Sepanjang yang kau tahu, aku sudah menikah dan aku tidak bisa terus bekerja bersama Gilja. Aku memikirkan beberapa ide bisnis. Jika kau tidak sibuk, maukah kau melihatnya? Dongpal dan aku membuat proposal bisnis. Kami sedang mengerjakan proposal untuk waralaba restoran ayam Yoo Gilja. Kami tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya jadi kami mendapat bantuan dari Roo Na. Aku ingin menunjukkannya padamu juga."

"Baiklah, Bibi. Biarkan aku melihatnya jika proposalmu sudah siap." jawab Gyeong Min, membuat Chorim bahagia setengah mati.


Sampai di restoran, Chorim langsung menceritakan pertemuannya dengan Gyeong Min.

Dongpal, Soyoung dan Jihyeok senang mendengarnya.

Soyoung dan Jihyeok bahkan melakukan high five saking senangnya.

Melihat itu, Chorim pun langsung menatap galak Soyoung.

Tak mau Chorim marah-marah lagi, Dongpal pun mengajak Jihyeok mencuci piring di dapur.


"Komo, apa Gyeong Min mengatakan sesuatu tentang Roo Bi?" tanya Gilja.

"Eonni, mereka tidak bertengkar sepanjang waktu. Tidak ada kabar berarti berita bagus. Jangan cemas." jawab Chorim.


Chorim lalu menghubungi Roo Bi.

"Roo Na-ya, kau sudah siap dengan proposalnya? Aku akan menunjukkannya pada Gyeong Min."

"Benarkah? Itu bagus. Aku akan segera menyelesaikannya." jawab Roo Bi.

"Oke, gomawo! Sampai jumpa di rumah." ucap Chorim.


Di mobilnya, Roo Na memikirkan tawaran Menteri Shim.

Ia lalu teringat kata-kata Tuan Bae yang mengatakan dirinya tidak pernah puas dengan yang sudah ia dapatkan.

"Abonim, kau salah. Yang kumiliki adalah ambisi. Benar, aku harus melakukannya. Aku akan mewujudkan mimpiku.

Aku bisa melakukannya."


Roo Na lalu kembali berada di ruangan gelap itu.

"Menteri Jeong Roo Bi? Bukankah kedengarannya menarik? Aku ingin masuk dunia politik. Aku ingin menggunakan keahlianku untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan melayani negaraku. Siapa aku bisa memimpikan hal-hal seperti itu? Apalagi yang akan dilakukan putri dari keluarga kaya kalau bukan melayani negara? Menteri Jeong Roo Bi? Presiden Jeong Roo Bi? Jika aku masih hidup sebagai Jeong Roo Na, aku tidak bisa melakukannya. Aku bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Jeong Roo Bi asli. Jika Jeong Roo Bi menikah dengan Bae Gyeong Min, dia hanya akan menjadi ibu rumah tangga biasa. Menurutmu siapa yang lebih baik untuk bangsa dan masyarakat? Jeong Roo Bi yang asli tidak bisa. Siapa? Jeong Roo Bi atau Jeong Roo Na?" ucapnya.


Di ruangannya, Gyeong Min teringat saat ia mengecek laptop In Soo.

Ia lalu ingat hadiah dari Roo Bi.

Tak lama kemudian, ia menghubungi seseorang.

"Kau sudah mengembalikan file yang dihapus?" tanya Gyeong Min.

"Aku minta maaf. Tapi aku sedang seminar di India. Aku tidak bisa kembali ke Korea dalam waktu dekat. Apa itu penting?"

"Tidak penting. Aku akan menunggumu." jawab Gyeong Min.


Roo Na masuk ke ruangan Gyeong Min. Ia memberitahu tawaran Menteri Sim pada Gyeong Min.

Gyeong Min sontak kaget.

Roo Na pun membujuk Gyeong Min agar mengizinkannya masuk dunia politik. Ia juga meyakinkan Gyeong Min, bahwa JM Group akan menjadi semakin lebih besar jika dia masuk ke dalam dunia politik.

Tapi Gyeong Min tidak mengizinkannya. Roo Na terus memaksa, membuat Gyeong Min menghela nafas.


Keluar dari ruangan Gyeong Min, Roo Na meyakinkan dirinya kalau ia bisa masuk ke dunia politik.

"Aku tidak terkalahkan sekarang. Aku menggagalkan remaja yang ingin bunuh diri. Aku juga memecahkan rekor rating penampil. Aku bisa memenangkan pemilihan. Jeong Roo Bi yang asli tidak bisa." ucapnya dalam hati dengan wajah antusias.

Bersambung ke part 2...........

0 Comments:

Post a Comment