Hide and Seek Ep 23 Part 3

Sebelumnya...


Chae Rin menyingkirkan tangan Jae Sang dari wajahnya.

"Sudah kubilang, kalau aku hanya mampir. Kalau pun ada alasan, aku hanya penasaran kapan aku bisa menjadi Presdir Makepacific dan mampir untuk menanyakannya." ucap Chae Rin.

"Itu tergantung sebagus apa dirimu." jawab Jae Sang.

"Benar, tergantung aku." balas Chae Rin, lalu beranjak pergi.

"Sebenarnya apa yang dia cari?" Jae Sang bertanya-tanya sendiri.


Usai dari Taesan, Chae Rin langsung ke Makepacific.

Semua karyawan pun langsung menghampiri Chae Rin begitu melihat Chae Rin.

"CFO Min." ucap salah satu karyawan.

"Jangan panggil dia CFO. Bu Min Soo A bisa mengamuk lagi jika mendengarnya." jawab karyawan yang disiram teh oleh Soo A tempo hari.

"Itukah yang kau khawatirkan. Siapa yang sudah mengacaukan perusahaan ini!" jawab karyawan itu.

"Ada rumor bahwa Grup Taesan akan mengambil alih perusahaan dan memecat semua karyawan dan menggantikannya dengan orang mereka." ucap karyawan yang disiram teh oleh Soo A.

"Mereka bahkan tidak punya ahli kosmetik, bagaimana mereka bisa menggantikan kita?" tanya karyawan yang tadi memanggil Chae Rin CFO.

"Itu tidak akan terjadi. Kembalilah bekerja dan aku berjanji tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan melindungi semua karyawan dan tidak akan membiarkan itu terjadi." jawab Chae Rin.


Chae Rin langsung rapat dengan ayahnya dan juga Do Hoon. Sang ayah minta maaf karena memanggil Chae Rin tiba-tiba.

Do Hoon berkata, perusahaan mereka sedang dalam situasi darurat.

"Presdir Moon berencana memanggil dewan direksi. Aku yakin mereka akan mengumumkan akuisisi." ucap Do Hoon.

"Bagaimana dengan Soo A? Bagaimana kondisinya?" tanya Chae Rin.

"Dia tidak ada di ruangannya. Entah dia terlalu malu atau berencana datang setelah semuanya beres karena tidak bisa memikirkan jalan keluar. Dia hanya bilang ingin keluar mencari udara segar." jawab Presdir Min.

Presdir Min lantas menanyakan pendapat Chae Rin.

"Aku akan mencoba menghentikannya terlebih dahulu." jawab Chae Rin.


Nyonya Park ke rumah Nyonya Do. Melihat Nyonya Park, Nyonya Do langsung berlutut meminta maaf. Nyonya Park pun mengaku, bukan itu tujuannya datang.

Ia lantas menangis dan memberitahu Nyonya Do bahwa Soo A menghilang dan ia tidak bisa menemukannya.


Tak lama kemudian, Geum Joo dan Dong Joo pulang. Mereka kaget mendengar kata-kata Nyonya Park soal Yeon Joo yang hilang.

"Ada masalah di kantor. Dia membuat kesalahan besar dan mendapat teguran." ucap Nyonya Park.

"Pantas dia datang kesini kemarin. Aku harus bagaimana dengan anakku, Yeon Joo, ani, maksudku anakmu. Ah, terserahlah. Aku harus bagaimana." jawab Nyonya Do cemas.

"Kita harus bagaimana?" tanya Nyonya Park.


Soo A sendiri berdiri di tepi jembatan.

Tak lama kemudian, Bu Kim datang. Soo A yang tidak tahu apa-apa pun terkejut melihat Bu Kim. Ia lantas mengaku, bahwa dirinya merasa sedikti kecewa.

"Rasanya seperti dewa memberiku kesempatan terakhir. Aku bertemu dengan Nona Soo A." jawab Bu Kim.


Sekarang, Soo A sudah semobil dengan Bu Kim. Soo A bertanya, kenapa Bu Kim menyewa mobil. Tapi Bu Kim diam saja dan terus menyetir.

Soo A lantas meminta Bu Kim menurunkannya di hotel terdekat. Bu Kim tetap diam.

Soo A pun menoleh ke Bu Kim.

"Kau terlihat berantakan. Apa ada masalah? Jangan bilang kau mau loncat dari jembatan itu?"

"Nona sendiri bagaimana?"

"Itu, bukan berarti itu tidak terlintas dalam pikiranku juga."

"Kalau begitu mau mati bersama? Jika tidak ingin hidup, kau harus mati. Tidak ada solusi lain."

Bu Kim menambah kecepatan mobil. Sontak Soo A kaget. Soo A yang masih sayang nyawanya pun berusaha menghentikan mobil.  Tapi Bu Kim mendorongnya ke pintu dan terus menginjak pedal gas. Soo A tak menyerah. Ia terus dan terus berusaha menghentikan mobil, hingga akhirnya Bu Kim menepikan mobil dan Soo A langsung turun.


Soo A berusaha kabur tapi Bu Kim berhasil menangkapnya. Bu Kim mencengkram lengan Soo A.

"Min Soo A! Dengarkan baik-baik. Aku berusaha membunuh nenekmu, Na Hae Geum, beberapa waktu lalu. Tapi aku gagal."

Soo A yang takut, berusaha melepaskan diri tapi Bu Kim tidak mau melepaskannya.

"Dulu saat aku masih kecil, dia membawaku masuk ke rumah itu sebagai pengganti ibumu untuk menerima nasib buruk. Pengganti penerima nasib buruk untuk menyelamatkan pewaris yang sakit. Itulah tugasku. Aku dikubur hidup-hidup. Tubuhku terus menerus sakit karena nasib buruk. Lalu saat aku tidak dibutuhkan lagi, mereka membuangku." ucap Bu Kim.

Soo A tidak percaya.

"Itu sebabnya mereka mengambil Chae Rin juga. Dia pengganti nasib sialmu. Aku yang merencanakan penculikanmu. Kau harus pergi agar Chae Rin bisa menggantikanmu. Dia dijual ke Grup Taesan demi perusahaan kalian. Bukan itu saja, nenekmu menguncinya di rumah sakit jiwa. Masih ada lagi. Ini...!"


Bu Kim menunjukkan luka di dekat lehernya.

"Selama ritual pengganti, aku bangun dan melarikan diri. Saat nenekmu mengejarku, aku mengalami kecelakaan tabrak lari tapi dia menutup matanya. Dia tahu jelas aku akan mati. Aku nyaris tidak selamat tapi aku terbaring di tempat tidur selama beberapa tahun. Seperti itulah wajah nenekmu."

"Mi... mianhaeyo." Jawab Soo A.

"Aku disini tidak untuk menerima permintaan maafmu. Aku tidak bisa memaafkan nenekmu dan kau juga tidak boleh memaafkanku." ucap Bu Kim.


Bu Kim lantas menyuruh Soo A pergi.

"Kau mau kemana?" tanya Soo A cemas.

"Kau lupa? Aku yang mengatur penculikanmu. Jadi pergilah!" jawab Bu Kim.

Bu Kim lalu beranjak pergi.

"Apa kau ibunya Chae Rin?" tanya Soo A.

Langkah Bu Kim terhenti sejenak, tapi ia diam saja dan tak lama berselang, ia beranjak pergi.


Soo A pun menghubungi Chae Rin.

"Min Chae Rin, ibumu bersikap aneh. Siapa lagi ibumu kalau bukan Bu Kim! Cepat temukan dia dan lacak mobil rentalnya. Akan kukirimkan nomor platnya. Kurasa dia mau bunuh diri." ucap Soo A.


Berkat informasi Soo A, Chae Rin yang saat itu sedang bersama Eun Hyuk pun berhasil menemukan Bu Kim.

Mereka menemukan mobil Bu Kim berhenti di depan sebuah sungai.

Eun Hyuk dan Chae Rin berpencar mencari Bu Kim.

Tak lama kemudian, Chae Rin melihat Bu Kim yang sudah berada di tengah sungai.

Chae Rin pun langsung menyusul Bu Kim. Ia berusaha membawa Bu Kim ke pinggir meski Bu Kim memberontak.


Tak lama kemudian, Chae Rin berhasil membawa Bu Kim keluar dari air.

Chae Rin marah.

"Kenapa kau melakukan ini! Kau melakukan ini di hadapanku berarti kau ingin hidup! Aku tahu kau ingin hidup! Kenapa kau terus menyiksaku!"

Bu Kim menangis.

"Apapun yang dulu nenek lakukan padamu, atau apapun penyebabnya, semuanya itu tidak menjadi alasan untuk menyerah dan bunuh diri. Pengganti nasib buruk? Takdir? Hanya itu arti hidupmu? Sungguh? Beraninya kau mencoba bunuh diri!"

Chae Rin mendorong Bu Kim.

"Beraninya kau bunuh diri!"


Chae Rin lalu kembali mencengkram Bu Kim.

"Kau bilang kau putus asa membalaskan dendammu. Seharusnya kau melakukannya dengan lebih baik. Kau seharusnya menunjukkan semua kemampuanmu!" ucap Chae Rin.

Tak lama, Eun Hyuk datang dan menatap lirik ke arah ibu dan anak itu.


"Aku tidak bisa menerimamu sebagai ibuku. Aku tidak akan menerimamu. Meski aku pengganti penerima nasib buruk sepertimu, aku akan membuktikan aku berbeda darimu. Lihat saja. Aku akan mengatasi nasib buruk yang kau hadirkan untukku. Akan kutunjukkan sebahagia apa hidupku. Kau akan melihatnya sendiri."

"Chae Rin-ah..."

Chae Rin lantas mendorong Bu Kim dan berjalan menuju mobil.


Eun Hyuk menghela napas menyaksikan pertengkaran ibu dan anak itu.


Sepanjang perjalanan, Chae Rin diam saja sambil menatap keluar jendela. Sorot matanya terlihat sedih.

Sementara Bu Kim menangis hebat.

*Scene ini membuatku berkaca-kaca. Sy menahan tangis menonton dan menulis bagian ini.


Eun Hyuk memapah Chae Rin ke sofa. Ia memberikan jasnya, serta menyelimuti Chae Rin dan memeluk Chae Rin.

Eun Hyuk pun menyuruh Chae Rin menangis jika ingin menangis.

"Jangan menahannya. Setidaknya di depanku."

Chae Rin menangis di pelukan Eun Hyuk.


Di Taesan, Pimpinan Moon dan Jae Sang sedang membahas bukti yang ditinggalkan mendiang mantan istri Jae Sang.

Jae Sang mengaku tidak tahu dengan jelas apa bukti yang dimaksud.


Pil Doo baru saja mau makan ketika Eun Hyuk datang. Karena kaget, ia tak sengaja menjatuhkan mie nya.

"Jadi selama ini kau tinggal disini?" tanya Eun Hyuk.

"Kau sengaja melakukannya, kan? Kau memang berniat mengalihkan perhatianku agar Bu Kim bisa kabur. Karenamu, aku kehilangan dia dan selain itu, apa yang terjadi antara kau dan putrinya itu?"

"Tidak ada waktu menjelaskannya." jawab Eun Hyuk.


Eun Hyuk lantas mencari-cari sesuatu.

"Apa yang kau cari?"

"Jika mantan istri Moon Jae Sang benar-benar meninggalkannya, itu akan merugikan Taesan Group." jawab Eun Hyuk.

Eun Hyuk kemudian melirik jamnya dan mengaku sudah terlambat ke pertemuan.


Mendengar itu, Pil Doo pun mendekati Eun Hyuk.

"Aku tidak tahu itu apa tapi pergilah. Aku akan berada di sini dan membantumu mencarinya." ucap Pil Doo.

Tapi Eun Hyuk menolak pergi karena khawatir orang lain menemukannya.

"Sudah kubilang, aku akan ada disini seharian." jawab Pil Doo, lalu mendorong Eun Hyuk keluar pintu.


Setelah Eun Hyuk pergi, Pil Doo pun melonjak girang.

Ya, ia berniat menggunakan barang bukti itu agar bisa mendapatkan uang dari Jae Sang.


Jae Sang mengajak ayahnya mengadakan rapat malam itu juga, tanpa Pak Hwang dan anak buah nya.

Ia mengajak ayahnya mengundang dewan direksi ke rumah.

"Suruh asisten rumah tangga menyiapkan pesta besar malam ini." jawab Pimpinan Moon.


Tak lama kemudian, Jae Sang menerima telepon dari Pil Doo. Ia terkejut saat Pil Doo mengatakan soal bukti yang ditinggalkan mantan istrinya.


Jae Sang langsung ke tempat Eun Hyuk.

Tanpa mereka sadari, Eun Hyuk menatap mereka dari kejauhan.


Setibanya di dalam, Jae Sang dan Pil Doo langsung mencari bukti itu dan mereka tidak menemukan apapun.

Jae Sang marah. Ia sadar, Eun Hyuk sudah menipunya.


Eun Hyuk memberitahu Chae Rin perihal Jae Sang yang langsung ke tempatnya untuk mencari bukti itu.

"Itu artinya dia pun belum menemukan bukti itu."

"Kalau begitu, benda itu ada di rumah pimpinan." jawab Chae Rin.


Chae Rin pun langsung ke rumah Taesan.

Ia bertemu bibi dan beralasan meninggalkan buku catatannya. Chae Rin pun menyuruh bibi melanjutkan pekerjaan dan mengaku akan mengambilnya sendiri.

"Kalau begitu aku bisa melanjutkan pembukuan."

Saat bibi lengah, Chae Rin pun langsung masuk ke kamar Pimpinan Moon. Ia berniat masuk ke ruangan rahasia Pimpinan Moon tapi sayangnya ruangan itu dikunci.


Chae Rin lantas keluar dan menemui bibi. Ia berkata, mungkin meninggalkan bukunya di tempat lain.

"Ajumoni, sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu. Ini tentang Seo Kyung Joo."

"Mantan istri yang kedua?"

"Hari itu, apa ada yang aneh?"

"Tentu saja. Ada keributan besar dengan pimpinan. Aku tidak tahu itu tentang apa tapi dia benar-benar menyerangnya. Aku belum pernah melihat keributan besar seperti itu. Aku tahu akan ada masalah setelah itu dan aku benar. Siapa yang tahu dia akan tewas semudah itu? Menyedihkan melihat seseorang bisa meninggal semudah itu." jawab bibi.


Chae Rin lantas melihat pena yang sedang dipakai bibi untuk membuat pembukuan.

Ia teringat kata-kata Nona Seo kalau pena itu berwarna hitam dengan pinggiran emas.

Chae Rin lantas mengambil pena itu.

"Ajumoni, darimana kau dapat ini. Ini pena milik Seo Kyung Joo."

"Ya itu pena miliknya."

Bibi lalu menceritakan apa yang dilihatnya hari itu.

Flashback...


Bibi sedang membersihkan meja di kamar Pimpinan Moon. Tak lama Seo Kyung Joo masuk dan membuka pintu ruangan rahasia Pimpinan Moon.

Ia melihat Pimpinan Moon sedang mendengarkan kaset motivasi.

"Kebenaran pada akhirnya menang. Keadilan retributif berlaku. Mereka yang melakukan kejahatan pada orang lain akan dihukum...."

Pimpinan Moon melihat menantunya itu dan menyuruh menantunya masuk.


Bibi melihat Seo Kyung Joo.

Ia pun berdiri dan menemukan pena itu di depan pintu ruangan rahasia Pimpinan Moon.

Flashback end...


"Bibi, boleh kuminta pena ini?" tanya Chae Rin.


Bersama Eun Hyuk, Chae Rin pun mendengarkan isi pena itu tapi sayangnya tak ada rekaman apapun di sana.

"Hari itu dai mengecam pimpinan. Bibi memberitahuku. Dia membawa pena ini ke dalam ruangan berarti dia bertekad meninggalkan rekaman."

"Tapi dia menjatuhkan pena ini tepat diluar ruangan itu. Berarti dia gagal."

"Hari itu dia melawan pimpinan. Kenapa dia harus menyebabkan keributan seperti itu jika tidak membawa serta penanya seolah-olah dia sudah punya bukti?"

Chae Rin lantas ingat saat ia masuk ke ruangan rahasia Pimpinan Moon sebelum ia bercerai dengan Jae Sang.


Chae Rin menutup brankas dan merekam suaranya pakai tape Pimpinan Moon.

"Pimpinan Moon, aku sudah meninggalkan hadiah untuk anda di dalam brankas."

Pimpinan Moon yang mendengar suara Chae Rin pun terkejut dan langsung membuka brankas. Ia marah membaca hadiah yang ditinggalkan Chae Rin.


Tak lama kemudian, Chae Rin pun sadar buktinya ada diantara kaset2 meditasi Pimpinan Moon.

Tiba-tiba, ponsel Chae Rin berbunyi. Telepon dari Jae Sang.


Eun Hyuk pun mengantarkan Chae Rin ke rumah Jae Sang.

"Firasatku tidak enak. Aneh sekali Jae Sang mengundang semua orang ke rumahnya."

"Jangan khawatir. Aku akan segera keluar begitu menemukan rekamannya."

"Tapi aku cemas. Kurasa mereka membuat perangkap."

"Ini satu-satunya cara. Lagipula kau berjaga disini. Aku akan segera kembali."


Dan memang benar! Jae Sang membuat perangkap!

Ia sengaja mengajak ayahnya bicara di lantai atas untuk mendiskusikan sesuatu dan menyuruh Chae Rin menunggunya sambil minum teh.


Diluar, Eun Hyuk yang sadar Jae Sang membuat perangkap, mencoba memikirkan sesuatu.


Chae Rin langsung masuk ke ruangan rahasia Pimpinan Moon tapi ia bingung di kaset yang mana rekaman bukti itu.

Chae Rin lantas ingat kata-kata bibi.

"Saat mantan istri Presdir Moon diseret, dia mengutuki pimpinan dan mengatakan sesuatu tentang keadilan retributif."


Chae Rin pun langsung mengambil kaset yang berjudul 'keadilan retributif' itu.

Tapi sialnya, Jae Sang datang dan mengunci Chae Rin di ruangan itu.

Chae Rin terkejut dan menoleh ke arah Jae Sang. Sementara Jae Sang menatapnya dengan tajam.


Bersambung..................

Next episode, episode final gaes, Eun Hyuk kecelakaan dan Chae Rin berhasil menjadi pemilik Makepacific.

0 Comments:

Post a Comment