Skip to main content

Ice Adonis Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Yoon Jae terkejut mendengar pengakuan Yoon Hee. Yoon Hee mengaku, jika Tae Il tidak ada disampingnya, dia sudah bunuh diri.

Petir menggelar seketika. Hujan turun tak lama kemudian.

Yoon Hee : Setiap kali kau mengendarai sepeda motormu, setiap kali kau keluar masuk kantor polisi atau rumah sakit, kau tahu betapa takutnya aku? Aku takut kau akan menghilang seperti ibu. Ibu yang aku tidak tahu masih hidup atau sudah meninggal. Ibu yang menghilang dan tidak ada kabar. Aku takut kau menghilang juga. Pada saat itu, Tae Il satu-satunya orang yang peduli dan membuatku nyaman. Eomma ttaemune, oppa ttaemune, appa ttaemune, sae eomma ttaemune! Saat itu, aku ingin membunuh diriku tapi apa yang kau lakukan? Yang terluka bukan hanya kau, aku juga terluka. Karena semua masalah itu, aku tidak bisa bernafas! Kau bilang itu bukan cinta tapi kasihan? Kau bilang aku hanya kasihan padanya? Kau salah. Tae Il penyelamatku. Saat tidak ada satu pun yang peduli padaku, dia satu-satunya orang yang meraih dan memegang tanganku! Tae Il satu-satunya orang yang membuatku nyaman! Ara!


Tae Il masih menunggu di depan rumah Yoon Hee. Hujan membuat darahnya menetes kemana-mana.


Yoon Jae terdiam di kamarnya, memikirkan pengakuan Yoon Hee.


Yoon Hee keluar rumah.

Ia menjatuhkan dirinya di samping Tae Il dan menangis.


Yeon Hwa akhirnya membaca email itu dan terkejut.

Ia lalu melihat jam email itu terkirim.

"Saat itu aku masih di kantor." ucapnya bingung.


Tak lama kemudian, seseorang menghubunginya dari ponsel Yoon Jae dan memintanya datang.

Di kantor, Yoo Ra menghubungi ponsel Yoon Jae dan terkejut mendengar tentang Yoon Jae.


Sekarang Tae Il sudah berada di rumah sakit. Yoon Hee dan juga salah satu anak buah Tae Il, nampak menemani Tae Il yang belum sadarkan diri.

Anak buah Tae Il memberitahu Yoon Hee, boss mereka sangat marah pada Tae Il.

Yoon Hee : Waeyo?

"Karena hyungnim mengundurkan diri dari semua bisnisnya. Kami ingin membawanya ke rumah sakit, tapi dia bilang dia punya janji yang sangat penting jadi dia membalut lukanya dan pergi."

"Arraseoyo, kau boleh pergi sekarang."


Yoon Hee memegang tangan Tae Il.

Yoon Hee : Kau harusnya padaku. Lihat dirimu sekarang. Bagaimana bisa kau bertahan dengan semuanya?

Yoon Hee lantas menangis dan mencium tangan Tae Il.

Ia lalu berkata, akan melindungi Tae Il seperti Tae Il dulu melindunginya.


Yeon Hwa menjemput Yoon Jae di bar. Ia terkejut melihat Yeon Jae yang tidak sadarkan diri karena mabuk.

Yeon Hwa lantas melirik sebuah botol bir yang sudah kosong.

"Dia minum ini sendirian?" tanyanya pada pelayan.


Yeon Hwa lalu membangunkan Yoon Jae.

"Sunbae, sunbae, bangunlah. Kau bisa berjalan?"

Lantaran Yoon Jae tak merespon, Yeon Hwa pun memutuskan memapah Yoon Jae dan meminta pelayan membawa Yoon Jae keluar.

Tepat saat itu, Yoo Ra datang dan berniat mengantar Yoon Jae pulang.

Sontak, Yeon Hwa kaget dan terdiam.

Melihat Yeon Hwa diam, Yoo Ra pun sewot.

Yoo Ra : Kau akan diam saja disana!


Yeon Hwa dan Yoo Ra membaringkan Yoon Jae di sofa. Yoon Jae mengigau, memanggil nama Yeon Hwa dan meminta Yeon Hwa tetap di sisinya.

Yoo Ra yang mendengar itu langsung kesal.


Yeon Hwa memegang tangan Yoon Jae.

Yeon Hwa : Aku akan tetap disini.

Tapi Yoo Ra menyuruhnya bangun dan mengajaknya pulang. Tapi Yeon Hwa tidak mau. Yoo Ra tidak peduli saat Yeon Hwa mengaku tidak bisa meninggalkan Yoon Jae dalam keadaan seperti itu. Ia kembali menyudutkan Yeon Hwa.

"Seol Yeon Hwa yang baik dan ramah, tinggal seatap dengan seorang pria."

Tak mau Yoo Ra bicara macam-macam pada ibunya, ia pun terpaksa menuruti perintah Yoo Ra.


Di rumah, Yeon Hwa tak tenang memikirkan Yoon Jae yang melarangnya pergi.


Sementara Yoo Ra kesal mengingat Yoon Jae yang memanggil-manggil nama Yeon Hwa.

Tak lama kemudian, Yoo Ra mendengar suara pintu dibuka.

Yoo Ra pun langsung ke balkon dan melihat Yeon Hwa pergi dengan tatapan marah.


Yeon Hwa sendiri balik ke apartemen Yoon Jae.

Yeon Hwa menatap Yoon Jae sembari mengelus kepala Yoon Jae.

Yeon Hwa : Kenapa kau minum begitu banyak? Kau tidak pernah menyukai liquor. Apa ada masalah yang mengganggumu? Apa aku membebanimu?


Yeon Hwa lalu menggenggam tangan Yoon Jae.

Yeon Hwa : Meskipun kau sudah membuat dirimu pingsan, kau masih nampak tertekan. Aku benar-benar tidak berguna. Aku tidak tahu apa yang mengganggu pikiranmu. Aku sangat sedih.

Yeon Hwa kemudian merebahkan dirinya di samping Yoon Jae.


Sementara itu, Yoon Hee masih menjaga Tae Il di rumah sakit.


Yoon Jae akhirnya terbangun dan melihat sarapan, serta pesan yang ditinggalkan Yeon Hwa.

"Kau harus menghabiskan semuanya. Lain kali jika kau ada masalah, katakan padaku. Aku ingin menjadi sumber kekuatanmu."


Nyonya Jang yang baru bangun, langsung meminta kopinya pada ahjumma. Ahjumma berkata, kopinya sedang digiling.

Nyonya Jang lantas duduk di sofa dan mengeluhkan lehernya sakit.

Nyonya Jang kemudian sadar rumahnya sepi sekali.

Ahjumma : Yoon Jae Doryongnim dan Yoon Hee Aghassi belum pulang.

Nyonya Jang langsung sewot mendengarnya.

"Anak-anak ini... bagaimana kalau ada yang melihat? Ayahnya sedang sakit, mereka harusnya membantuku."

"Samonim, sarapan sudah siap. Putriku melahirkan hari ini. Aku boleh pergi?"


Nyonya Jang mengizinkan, bahkan juga memberi si ahjumma beberapa uang dan berharap si ahjumma kembali ke rumahnya dengan kabar baik. Ia juga menyuruh si ahjumma mengambil cuti beberapa hari.

Sontak si ahjumma senang tanpa menyadari Nyonya Jang punya maksud lain.


Nyonya Jang menatap respirator Tuan Ha dengan tegang. Ia ingat kata-kata si ahjumma tadi sebelum pergi.

Ahjumma : Aku meninggalkan respirator Pimpinan di dekat kasurnya. Aku juga sudah menyiapkan makanan untuk 3 hari ke depan.


Tae Il akhirnya sadar. Yoon Hee langsung lega. Ia lantas mengaku cemas dan takut ditinggal Tae Il.

Tae Il memegang wajah Yoon Hee.

"Gomapta. Aku takut tidak bisa melihat wajahmu lagi saat aku membuka mata." ucap Tae Il.

"Aku juga takut. Itulah kenapa aku bahkan sampai tidak berani ke kamar mandi. Aku akan memanggil dokter."

"Yoon Jae, aku paham perasaannya. Aku juga akan bereaksi sama jika di posisinya. Kau adik kesayangannya."


Yoon Hee merebahkan kepalanya di badan Tae Il.

"Tae Il-ssi, kau orang yang paling berharga bagiku. Jangan terluka lagi, itu membuatku stress."

"Ini waktunya bekerja kan? Kau tidak sibuk dengan produk barumu?"

"Aku akan pergi setelah kesayanganku makan."


Paginya, Nyonya Han diam saja saat menyiapkan sarapan untuk keluarga. Nyonya Han masih kesal pada Nyonya Jo soal kemarin.

Usai menyiapkan sarapan, Nyonya Han langsung kembali ke kamarnya.

Sontak, Yeon Hwa bingung melihatnya. Sementara Nyonya Jo merasa tidak enak.


Soo Ae mengantarkan Yeon Hwa dan Yoo Ra keluar. Soo Ae meminta Yeon Hwa cepat pulang, agar bisa bermain dengannya dan Dae Sun (kura-kura).

Yeon Hwa mengelus pipi Soo Ae dan berjanji akan segera pulang.


Setelah Soo Ae masuk, Yeon Hwa berterima kasih pada Yoo Ra karena tidak memberitahu keluarga ia menginap diluar semalam.

Yeon Hwa : Aku pulang saat fajar setelah menyiapkan sarapan untuk Sunbae.

Yoo Ra menatap tajam Yeon Hwa.

"Kenapa mengatakannya padaku? Merasa bersalah?"

"Yoo Ra-ya, Sunbae ada masalah di kantor?"

"Bukankah kalian akan menikah? Jika hal kecil seperti ini saja kau tidak tahu, bagaimana bisa kalian menikah?"

Yeon Hwa langsung diam.


Yoo Ra : Kau tahu dia punya adik?

Yeon Hwa : Ara.

Yoo Ra : Dia tidak suka dengan pria yang dipacari adiknya. Tapi adiknya tidak mau putus dari pria itu. Jika dia marah, artinya adiknya sudah membawa pria itu ke rumah dan memperkenalkan pria itu pada keluarga.

Yeon Hwa masih diam.

"Bukankah kalian bertemu setiap hari? Semua yang kalian lakukan hanya pergi ke taman dan menonton film?" sindir Yoo Ra.

Yoo Ra lantas berangkat duluan dan meninggalkan Yeon Hwa.

Yeon Hwa mulai bersalah karena tidak tahu apa-apa soal Yoon Jae.


Nyonya Jang lagi berendam, sambil minum wine dan mendengarkan musik.

Di kamar, batuk Tuan Ha kumat lagi. Tuan Ha berusaha memanggil seseorang. Ia bahkan sampai jatuh dari tempat tidurnya.


Tepat saat itu, Yoon Jae pulang. Mendengar batuk sang ayah, Yoon Jae langsung ke kamar ayahnya dan melihat ayahnya sudah tergeletak di lantai dengan noda darah disampingnya.

Yoon Jae mencari respirator dan obat sang ayah. Lantaran tidak berhasil menemukannya, ia langsung menghubungi Professor Sun.

Yoon Jae heran karena tidak ada satu pun yang datang menolong ayahnya.

Ia pun memeriksa seluruh rumah, mencari ahjumma.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara Nyonya Jang dari kamar mandi.


Yoon Jae menggedor pintu kamar mandi tapi lantaran tidak kunjung dibuka, Yoon Jae terpaksa mendobrak pintu dan menemukan ibu tirinya lagi berendam sambil mendengarkan musik dan minum wine.

Kesal, Yoon Jae pun mencabut headset Nyonya Jang. Nyonya Jang marah.

"Dimana respirator ayah! Dimana kau sembunyikan!"

"HA YOON JAE!"

"Kutanya dimana kau sembunyikan!"


Di apartemennya, Kang Wook lagi melihat kumpulan foto-foto keluarga Yoon Jae.

Kang Wook : Aku selalu penasaran dengan kalian semua. Ha Yoon Jae, Ha Yoon Hee.

Kang Wook lalu melihat foto Tuan Ha.

Kang Wook : Aku sudah lama ingin bertemu kalian, tapi kapan hari itu akan datang?

Bersambung ke part 2................

Part berikutnya, Yoon Hee tahu masalah Yeon Hwa. Ia menampar Yeon Hwa dan mengusir Yeon Hwa.

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 23 Part 1

Sebelumnya.... Hae Gang masih belum siuman. Diluar, Jin Eon terus berteriak ingin kembali dengan Hae Gang. Di dalam, Hae Gang mulai sadar. Jin Eon terus berteriak, memohon agar Hae Gang mau memberinya satu kesempatan lagi. Baek Seok yang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi pun langsung mencengkram kerah baju Jin Eon. “Bagaimana bisa begitu mudah bagimu? Bagaimana mungkin cinta sesederhana itu bagimu? Apa? Kau ingin kembali? Bagaimana caranya kau kembali? Dia ditikam setelah menemukan jalan pulangnya! Di depan mataku, dia hampir mati! Baik kau dan aku tidak memiliki tempat untuk kembali. Kau lah satu2nya orang yang mendorongnya ke jurang! Kau orang yang mendorongnya ke jurang sebanyak dua kali! Kau mencampakkannya! Setelah kau mencampakannya, kenapa? Kenapa sekarang, setelah semua yang terjadi? Tidak ada ingatan tentangmu selama 4 tahun ini! Kenapa? Kau membuatku mencintainya, lalu kenapa? Saat cintaku begitu sulit… saat aku mencintaimu, membuatku bahkan tidak bernapas…” ucap...