Different Dreams Ep 19-20 Part 4

Sebelumnya...


Miki senang Fukuda mengunjunginya, apalagi Fukuda membawakan buah2an dan bubur untuknya. Miki langsung mencicipinya.

Miki : Astaga, enak sekali.

Fukuda : Bagaimana kabarmu?

Miki : Tidak baik, aku merasa tersiksa. Kau bukan tipe orang yang melihat orang di sekitarmu menderita. Kebalikan dariku.

Fukuda : Tapi aku cukup peka. Aku tahu saat seseorang berpura-pura.

Miki pun langsung mendekatkan tubuhnya ke Fukuda dan menatap Fukuda dari jarak dekat. Sontak, Fukuda sedikit menjauhkan tubuhnya dari Miki.

Miki : Lalu aku bagaimana? Aku berpura-pura menderita? Mungkin aku menularimu. Wajahmu memerah.

Miki lalu menjauhkan wajahnya dari Fukuda. Fukuda tersenyum.

Miki : Sekarang aku baik-baik saja berkat senyumanmu.


Fukuda lantas mengingat kata2 Young Jin soal kondisi Miki.


Kemudian ia ingat saat melihat Young Jin keluar dari butik bersama Won Bong.

Lalu ia ingat Young Jin bilang, bertemu dengan Pangeran Noda bersama Miki dan Pak Jin (Won Bong) sebelum Pangeran Noda tewas.


Setelah itu ia ingat kata2 Ishida kalau Young Jin lah yang mempermainkan mereka.


Terakhir ia ingat reaksi Young Jin saat dirinya tanya kondisi Kaito.


Sementara itu, Miki terus menikmati buah yang dibawa Fukuda.


Di RS, Young Jin menuju sebuah kamar. Tapi sebelum masuk, ia memastikan pada polisi militer yang berjaga kalau tidak seorang pun boleh masuk kamar itu tanpa seizinnya.


Kamar yang dimasuki Young Jin kamar Won Bong. Young Jin memeriksa selang infus Won Bong, lalu setelah itu ia duduk dan memegang tangan Won Bong.


Young Jin kemudian ingat kebersamaannya dengan Won Bong.

Mulai dari saat Won Bong berusaha mengeluarkannya dari kantor polisi Jongno setelah kematian Esther.


Saat Won Bong datang menyelamatkannya dari anak buah Wol Sung.


Pertemuan mereka di Stasiun Shanghai.


Saat mereka berusaha melarikan diri setelah membalaskan dendam atas kematian Tae Joon pada Murai.


Terakhir saat mereka berada di hamparan salju.


Young Jin : Melindungi seseorang dimulai dari memercayainya. Bagiku, itu sudah dimulai.


Won Bong siuman.

Young Jin langsung memeriksa Won Bong.

Won Bong : Aku buta?

Young Jin : Tidak. Wajahmu hanya ditutup dengan kain kasa. Matamu baik-baik saja.

Won Bong : Di mana aku?

Young Jin : Rumah Sakit Umum Pemerintah. Kau tukang listrik bernama Kaito. Aku tidak akan beri tahu siapa pun kalau kau sudah sadar. Hingga kita temukan cara mengeluarkanmu dari sini, berpura-puralah tidak sadarkan diri.

Won Bong : Kau tahu apa yang kau lihat di ambang kematian?

Young Jin : Tidak.

Won Bong : Saat bom itu meledak, detik saat aku tahu aku akan mati, kau lah yang terlihat. Aku memikirkanmu. Kau dan aku di suatu tempat di masa depan yang mungkin tidak pernah terjadi.

Young Jin : Kau bahagia?


Won Bong tidak menjawab.

Tangis Young Jin seketiika berjatuhan. Young Jin lalu berterima kasih karena Won Bong sudah bertahan.

Young Jin lalu mencium Won Bong.


Fukuda memberitahu Matsuura dan rekannya kalau ia sudah mengidentifikasi korban selamat itu.

Fukuda : Kita akan menginterogasinya begitu dia sadar.

Daiki cemas kalau2 polisi militer melakukannya lebih dulu.

Fukuda : Biar aku yang tangani. Tim Satu Satuan Tugas Khusus akan fokus mencari Kim Seung Jin.


Fukuda beranjak pergi. Matsuura mengejar Fukuda.

Matsuura tanya, apa Fukuda sudah menemui Ishida.

Matsuura : Seperti yang kau curigai. Botol cairan yang diminum direktur rumah sakit sudah lama hilang, dan tidak ada bukti untuk buktikan Pangeran Noda diracun.

Matsuura : Kalau kita bisa membuktikannya, kita bisa interogasi Lee Young Jin. Begitu kita memojokkannya, dia akan ungkapkan pengeboman itu.

Fukuda : Karena itulah kita harus fokus mencari Kim Seung Jin. Bukannya itu yang kau inginkan?

Matsuura : Kim Seung Jin bukan anggota Korps Pahlawan. Dia hanya suruhan Yoo Tae Joon.

Fukuda : Kau tiba-tiba berubah pikiran tentangnya?

Matsuura : Tidak.

Fukuda : Hubungi aku saat tukang listrik itu sadar.

Fukuda lalu pergi.


Won Bong memberitahu Young Jin, bahwa tepat sebelum ledakan, petugas kepolisian militer sempat melihatnya dan tahu dia pelakunya.

Young Jin : Keempat petugas tewas di TKP. Hanya satu petugas medis yang diizinkan masuk ke sini. Mungkin tidak lama lagi akan berubah.

Won Bong : Bagaimana anggota lainnya?

Young Jin : Mereka memikirkan cara mengeluarkanmu dari sini. So Min di sini sebagai perawat.

Young Jin lalu tanya, kenapa Won Bong tidak memberitahunya, kalau mau menyusup ke kantor gubernur.

Won Bong : Karena pasti kau menghentikanku. Aku punya prinsip sendiri. Saat melaksanakan rencana yang mengancam keselamatan, aku tidak mendengarkan pendapat orang lain. Perselisihan hanya menghambat keputusanku.

Young Jin : Harusnya kau dijuluki Tuan Keras Kepala. Aku akan mengeluarkanmu dari sini.


Won Bong : Hidupku dan takdir Korps Pahlawan ada di tanganmu.

Young Jin menggenggam erat tangan Won Bong.


Young Jin keluar dari kamar Won Bong dan melihat Hye Ok menunggunya diluar.


Young Jin membawa Hye Ok ke ruangannya.

Young Jin menyajikan teh untuk Hye Ok.

Hye Ok menyesal tidak membawakan makanan untuk Young Jin.

Young Jin : Makanan rumah sakit cukup baik. Aku hanya tidak punya waktu untuk makan.

Hye Ok : Tidak bisa dipercaya. Bom sungguhan? Seolah akan ada yang berubah saja. Kenapa mereka bodoh sekali? Mereka berharap kembali menjadi budak dan penyewa lahan, ya? Bekerja sampai mati di lahan milik orang lain yang tidak dialiri air lagi? Meski kecil, pihak Jepang sudah memberikan mereka lahan untuk menghidupi mereka.

Young Jin : Lahan itu sejak awal memang milik rakyat Joseon. Joseon seharusnya bisa memajukan negara mereka sendiri, tapi Jepang merebut kesempatan itu dari mereka. Mereka menyebut rakyat Jepang rakyatnya Kaisar, padahal mereka sama saja seperti budak. Membiarkan diri mereka dijinakkan dengan yang diberikan Jepang hanya akan membawa kematian.

Hye Ok sedikit terkejut dengan ucapan Young Jin.


So Min datang, menyuruh Young Jin ke ruang UGD.


Diluar, Young Jin memberitahu So Min bahwa Won Bong sudah siuman.

So Min tanya, apa Won Bong bisa jalan.

Young Jin : Bisa, tapi dia harus beristirahat untuk memulihkan kekuatan ototnya.

So Min : Kalau begitu, cara terbaik adalah memindahkannya?

Young Jin : Aku akan menjelaskannya sendiri pada anggota lain.

So Min : Di butik terlalu riskan, tapi ada cara lain.


Matsuura sendirian menyusuri rel kereta api. Di tengah2 rel, ia bertemu seorang pria yang duduk sendirian di depan tong dengan api di dalamnya.

Matsuura : Di ujung jalan ini, ada tempat pembakaran arang?

Pria itu : Bisa dikatakan begitu, tapi tempat itu sudah lama ditinggalkan.

Pria itu membuka topinya. Dia, Seung Jin! Omo...

Seung Jin mengeluarkan pistolnya. Ia mengancam akan bunuh diri jika Matsuura macam2.

Matsuura merebut pistolnya dan mengancam akan menangkapnya. Seung Jin mengancam balik, akan menggigit lidahnya sampai mati.

Matsuura : Pengeboman itu, ulahmu kan?

Matsuura lalu menanyakan keberadaan Won Bong.

Seung Jin bilang, akan menyerahkan Won Bong pada Matsuura jika ia diizinkan bertemu keluarganya.


Young Jin ke perkampungan Se Joo.

"Rumor membawaku ke sini." ucap Young Jin.

"Trafo meledak di Kantor Gubernur Joseon." jawab Se Joo.

"Itu bom Majar, bukan? Kudengar di sini aku bisa bertemu Cha Jung Im dari Miryang." ucap Young Jin.


Tak lama, Jung Im datang bersama Nam Ok.

Jung Im tanya keadaan Won Bong.

Young Jin : Dia sadar beberapa jam lalu. Dia lolos dari malaikat maut.


Young Jin lalu tanya ke Nam Ok, apa ia sudah siapkan jasadnya? Tinggi dan beratnya harus sama.

Nam Ok : Dia sudah sadar, kita harus bergegas. Dokter Lee, laporkan kematiannya. Kami akan tukar jasadnya.

Young Jin : Aku akan resmi umumkan kematiannya di depan detektif Biro Kepolisian.

Nam Ok : Kenapa kau memperumit semuanya?


Young Jin : Pengeboman itu menimbulkan masalah lebih pelik daripada yang kita kira. Kalau mereka menyaksikan kematiannya, keraguan tidak perlu pun akan hilang.

Jung Im : Baik, aku setuju, kapan kita laksanakan?

Young Jin : Besok.


Paginya, Majar dann Nam Ok tiba di RSU Pemerintah. Mereka menyamar sebagai dokter dan berhasil lolos pemeriksaan di pintu gerbang.

Sementara itu, Young Jin dan So Min bergegas menuju kamar Won Bong. So Min memegang mangkuk berisi obat di tangannya.


Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment