King Maker : The Change Of Destiny Ep 15 Part 2

Sebelumnya...


Motel Nyonya Paeng sedang ramai oleh 'pasien' Chun Joong. Man Seok datang dan heran sendiri melihat kerumunan orang. Man Seok tanya, apa yang terjadi, pada Nyonya Paeng dan Pal Ryeong.

Pal Ryeong : Kita seharusnya sudah terbiasa sekarang. Seperti saat Tuan memprediksikan wabah itu, dia juga benar tentang raja.


Jin Sang berdiri, lalu memakai kacamatanya dan mulai beraksi.

Jin Sang : Sebagai hidangan pembuka, aku, si Biksu Merah yang hebat, akan melakukannya! Satu saja! Ramalan gratis. Siapa pun yang tertarik dengan takdir mereka, majulah!

Tapi tidak ada yag bersedia diramal Jin Sang. Mereka sibuk mencari Chun Joong.


Pal Ryeong dan Nyonya Paeng ketawa.

Nyonya Paeng mendekati Jin Sang, lalu meledeknya.

Nyonya Paeng : Takdir unggul katamu...


Nyonya Paeng lalu duduk dan curhat tentang dirinya.

Nyonya Paeng : Aku sudah merelakan semua peruntunganku, jadi, bisakah aku cukup beruntung untuk seorang pria baik muncul...


Jin Sang lalu berdiri dan bersemangat menatap Nyonya Paeng.

Jin Sang : Bibi! Kau menang!

Nyonya Paeng bingung, aku?


Jin Sang mulai meramal.

Jin Sang : Dari Juli hingga Desember... Pohon bunga disiram. Tunggu, apa ini?

Nyonya Paeng : Kenapa? Ada apa?

Jin Sang : Agustus dan September sama-sama musim gugur. Kau mengubur uang untuk menyembunyikannya! Tapi kau kehilangan semua uang itu?

Nyonya Paeng : Bagaimana kau tahu?

Goo Cheol menatap kakaknya.

Goo Cheol : Kak, kita kehilangan stoples uang saat banjir!

Mendengar itu, Pal Ryeong sewot.

Pal Ryeong : Astaga, kau mengaku selalu bangkrut, tapi punya uang untuk disembunyikan di stoples?

Jin Sang : Tunggu. Kau akan punya anak!

Nyonya Paeng pun memegangi perutnya dan berkata itu tidak masuk akal.

Goo Cheol minta penjelasan.


Goo Cheol : Kakak sudah berkencan tanpa memberitahuku?

Nyonya Paeng membantah, tidak.

Jin Sang : Selain aku... Kau punya pria lain? Siapa dia?


Nyonya Paeng menoyor Jin Sang.

Nyonya Paeng : Astaga! Ini semua omong kosong! Aku sudah melajang selama bertahun-tahun! Keluar!

Pal Ryeong tertawa melihat Jin Sang ditoyor.


Chun Joong keluar.

Chun Joong : Kali ini dia benar. Aku akan meramalkan hal yang sama.

Nyonya Paeng : Bahkan Tuan pun bermain-main denganku.

Chun Joong : Maaf, tapi apa yang bisa kulakukan? Ini takdirmu.


Chun Joong lalu minta Jin Sang menggantikannya meramal orang-orang.

Jin Sang kaget, haruskah? Tapi kemudian dia setuju. Dengan wajah malu-malu, dia bilang akan membantu Chun Joong jika Chun Joong meminta.


Chun Joong lantas mengenalkan Jin Sang pada para 'pasiennya'.

Chun Joong : Dengar, pria ini salah satu dari sedikit orang yang kuakui di Hanyang. Dia berbakat dan akan menggantikanku meramal. Ini dia si Biksu Merah.

Jin Sang kebingungan menatap Chun Joong, apa?


Tapi tak lama, ia berdiri dan mengenalkan dirinya sebagai Biksu Merah.

Jin Sang : Sekarang, mengantrelah! Antre!

Orang-orang langsung mengantre mau diramal.


Tanpa mereka sadari, penyusup datang.


Jae Hwang yang kini telah menjadi Raja, tampak belum siap. Dia masih kehilangan bingung mengambil keputusan. Tuan Jung berkata, Hakim Lee kini menjadi Daewongun dan sebelumnya itu belum pernah terjadi dan mereka harus menentukan peran dan tanggung jawabnya.

Jwa Keun : Tuan Daewongun akan dihormati sebagai ayah Raja, tapi Daewongun tidak boleh terlibat dalam dewan dan politik.

Tuan Simam : Aku, Jwachanseong dari dewan, setuju.

Byeong Woon : Daewongun ayahmu, tapi tetap seorang rakyat. Daewongun tidak pantas memiliki kekuasaan politik.


Hakim Lee yang duduk di balik tirai di belakang Jae Hwang, bertanya dengan wajah dingin.

Hakim Lee : Apa yang kalian lakukan?

Para pejabat kaget dengan pertanyaan Hakim Lee yang bernada teguran.


Tuan Simam : Di antara kerabat Raja, Heungseon Daewongun membuktikan dirinya. Memiliki anggota setia lain untuk memandu Raja muda dan Dewan sangat bermanfaat. Bagaimana menurut anda, Raja?


Jae Hwang menoleh ke ayahnya dan teringat pembicaraan mereka semalam tentang pria hebat.

Jae Hwang : Aku ingin mendengar dari Daewongun.


Byung Hak memihak Hakim Lee

Byung Hak : Tentu saja. Raja muda kita harus memercayai nasihat ayahnya yang lembut dan perhatian, serta suportif. Aku yakin Heungseon Daewongun harus terlibat dalam politik. Bukankah kalian semua setuju?


Ibu Suri menjawab, aku setuju dengan itu. Ada yang punya pendapat berbeda?

Semua diam.


Hakim Lee tersenyum penuh kemenangan.


Goo Cheol yang baru bangun, terkejut melihat pintu dapur terbuka..

Goo Cheol pergi memeriksa dan kaget, lalu keluar dan teriak memanggil semua orang.

Ada orang disana, penyusup tadi.


Pria itu keluar. Pal Ryeong, Nyonya Paeng dan Goo Cheol merasa takut.


Chun Joong keluar. Si penyusup memberikan salam dan mengenalkan dirinya pada Chun Joong.

Namanya Jang Kyung Il, dia pendeta Prancis.


Mereka duduk dan menginterogasi Tuan Jang. Pal Ryeong membaca alkitab Tuan Jang.

Chun Joong : Namamu Jang Kyung Il? Kau memang terlihat seperti orang asing. Tapi kau punya nama Joseon?

Tuan Jang : Aku campuran Joseon.

Chun Joong : Kau bahkan punya aksen desa.

Tuan Jang : Aku mempelajari bahasa Joseon di Provinsi Chungcheong-do.

Nyonya Paeng : Dia terdengar seperti petani.

Chun Joong : Kau ingin aku menyembunyikanmu sebagai ganti buku asing dan pengetahuan? Bagaimana kau tahu tentangku? Bagaimana kau bersembunyi di sini?

Tuan Jang : Tuan Choi, kau telah menyelamatkan banyak orang. Kau juga memiliki cinta Tuhan Katolik di dalam dirimu. Tuhan Katolik kami.


Pal Ryeong tak setuju. Menyembunyikan umat Katolik saja berbahaya... Ini kecelakaan yang menunggu untuk terjadi! Dan kau terlihat berbeda dari kami. Bagaimana kami bisa menyembunyikanmu?

Chun Joong : Dia benar.

Pal Ryeong : Ya.

Chun Joong : Maksudku, ada cara...


Paginya, Chun Joong, Pal Ryeong dan Goo Cheol membawa Tuan Jang ke perkampungan para pasien.

Mereka yang ada disana, ketakutan melihat Tuan Jang. Kedua adik Jin Sang bahkan menyebut Tuan Jang 'siluman'.

Tapi Tuan Jang akrab dengan anak-anak.


Dan dan Ja Young menatap Tuan Jang yang lagi main sama anak-anak dengan tatapan kepo.

Pal Ryeong tersenyum melihatnya.


Jin Sang dan kedua adiknya takut-takut melihat Tuan Jang.

Chi Sung juga menatap Tuan Jang dengan penasaran.


Chun Joong kaget mendengar cerita Man Seok, bahwa para pasien yang sembuh tak mau pergi.

Goo Cheol : Karena rumor itu, makin banyak orang yang datang. Kita memberi mereka makan, tempat tidur, perlindungan.

Pal Ryeong : Kau sendiri juga membawa seseorang. Seorang umat Katolik.

Jin Sang kaget, umat Katholik? Siapa?

Adiknya berkata, siluman diluar.


Chi Sung : Kita tidak berdaya sekarang. Kita harus memasang sistem keamanan.

Man Seok : Uang juga masalah besar. Kita setidaknya menyediakan makanan sekali sehari. Sekaya apa pun kau, Tuan, berapa lama kau bisa bertahan? Kita harus membuat semua orang pergi. Ini cara terbaik dan satu-satunya, Tuan.


Pal Ryeong : Jika kau mempertahankan kerumunan sebesar itu, para petinggi juga tidak akan menyukainya. Kau bisa dijebak sebagai umat Katolik dan anggota partai Donghak! Itu akan gawat! Mari kita tutup, Tuan.

*Pal Ryeong benar, Hakim Lee mulai tidak menyukai Chun Joong.


In Gyu menyendiri di tepi danau. Dia patah hati usai kejadian itu.

Pengawal Keluarga Kim berusaha membujuknya.

"Kau sudah berhari-hari tidak pergi ke Kementerian Kehakiman. Kau juga mengabaikan panggilan Menteri Kehakiman. Apa yang kau rencanakan?"

In Gyu minta pengawal Keluarga Kim meninggalkannya.


Pelayan Ibu Suri datang! Ibu Suri memanggil In Gyu ke kamarnya! *Omo


Ibu Suri : Kudengar kau tertembak saat mengancam Tuan Putri.

In Gyu minta maaf.

Ibu Suri : Kau selalu menyebabkan masalah dengan Tuan Putri. Jika kau tidak melepaskan perasaanmu kepadanya, suatu hari kau mungkin akan dieksekusi.


In Gyu mulai menjilat.

In Gyu : Meskipun diadopsi oleh Keluarga Kim-moon, aku tidak pernah benar-benar milik keluarga itu. Aku seperti layang-layang yang tidak terikat. Kesetiaanku selalu bersama istana. Apa pun keinginan anda, tolong beri aku perintah.

Ibu Suri : Begitukah? Lantas, bisakah kau memata-matai setiap gerakan Guktaegong dan cari tahu apa yang dia pikirkan?

In Gyu : Maksud anda, Tuan Daewongun?

Ibu Suri : Ya. Aku menjadikannya Daewongun. Aku bertanggung jawab jika dia melecehkan posisi barunya dan harus menghentikannya.

In Gyu : Ya, tentu saja. Anda tetua terbesar di istana. Anda pantas mengamati dan mengendalikan semua orang di negara ini. Aku akan selalu setia pada perintah Ibu Suri.


Pal Ryeong kembali berjudi, tapi tentu saja tujuan sebenarnya untuk menggali informasi.

Pal Ryeong : Jadi, Gubernur Yesan berlari ke Heungseon-gun dan dijanjikan menjadi wakil menteri?

Pria yang bersamanya menjawab, serta semua keluarga kaya dari ibu kota juga mengantre di belakang Heungseon-gun untuk posisi pejabat yang lebih tinggi? Banyak anggota keluarga Jo sudah dijanjikan posisi pemerintahan dan Nyonya Keluarga Min
menerima gelar resmi baru. Bahkan Tuan Kim Byung Hak bersepakat dengan Heungseon-gun.

Pal Ryeong : Semuanya benar-benar gila!

Pria itu tanya bagaimana dengan Chun Joong. Chun Joong lah yang paling berperan besar. Apa Chun Joong tidak dijanjikan sesuatu yang istimewa? Kecuali dia diabaikan.

Pal Ryeong marah mendengar kata 'diabaikan'.

Pal Ryeong : Beraninya kau! Menurutmu kita ini apa? Tuan kita lebih baik daripada orang-orang yang menyuap dan meminta sesuatu!


Pal Ryeong membahas itu dengan yang lain.

Pal Ryeong : Ini benar-benar menggangguku. Sejujurnya, Tuan Choi yang membuat semuanya untuk mereka!

Nyonya Paeng : Kau benar! Aku setuju, kupikir kita pasti sudah dengar kabar darinya sekarang, tapi aku bahkan tidak ingat kali terakhir dia di sini. Dia mungkin sudah selesai dengan kita.

Man Seok : Aku tidak mengira Tuan Heungseon-gun ternyata pria tidak tahu terima kasih.

Pal Ryeong : Tuan Heungseon-gun, kami kesal! Aku tidak mengira kau bisa sekejam ini!


Pengawal Hakim Lee datang.

"Tuan Heungseon-gun memanggil kalian."

Man Seok kaget, Tuan Heungseon-gun mencari Tuan Choi, bukan?

Pengawal diam dan menatap mereka semua.

Jin Sang fikir dia yang dipanggil. *Somplak ni orang.

Tapi mereka kemudian kaget saat sadar mereka semua yang dipanggil.


Hakim Lee menjamu mereka semua di istana Unhyeongung.

Hakim Lee : Semua orang sudah bekerja dengan baik. Aku selalu ingin mentraktir semua orang di meja ini. Aku mengerti jika kalian kecewa kepadaku.

Pal Ryeong : Kami tidak kecewa. Tidak ada orang di sini yang kecewa!

Hakim Lee : Aku sudah menyiapkan hadiah sederhana. Gulungan sutra dan emas batangan. Kuharap kalian bisa memanfaatkannya.

Pal Ryeong ingin mengambil hadiahnya tapi dia langsung ditarik Man Seok.


Jin Sang : Bibi, dengan sutra itu, akan kubuat rok yang indah, atas ke bawah. Warna merah, tentu saja!

Nyonya Paeng : Tutup mulutmu! Kenapa aku harus menerimanya darimu?


Hakim Lee : Sekarang, selamat menikmati!

Hakim Lee lalu menuangkan minum untuk Chun Joong.

Hakim Lee : Kau yang paling mengalami kesulitan. Aku selalu memikirkanmu lebih dahulu.

Chun Joong : Untuk apa kau mengkhawatirkan peramal rendahan seperti aku? Kau harus fokus pada masa depan, Tuan Guktaegong.


Hakim Lee : Guktaegong Habha! Kalian membuatku malu! Bukankah kau orang pertama yang mengumumkan di depan semua orang, bahwa putraku, Jae Hwang, akan menjadi Raja? Di depan semua pasien di tanah barumu.

Pal Ryeong : Ya, itu benar! Aku menemukan tanah itu!


Hakim Lee : Apa yang terjadi pada tempat itu? Karena wabah sudah berakhir, kau harus memulangkan semua orang?

Chun Joong : Soal itu...

Pal Ryeong : Sebenarnya, kami sudah membahas opsi baru-baru ini. Kami tidak punya cukup uang untuk menyokong mereka dan kami sudah memikirkan banyak cara untuk memulangkan mereka.


Hakim Lee : Begitukah? Bagus! Sekarang, nikmati makanannya. Biar kutuangkan minum.

Hakim Lee menuangkan minuman untuk Pal Ryeong.

Chun Joong diam saja. Dia menatap Hakim Lee dengan tatapan aneh.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment