King Maker : The Change Of Destiny Ep 15 Part 1

Sebelumnya...



Episode 15 ini diawali dengan Hakim Lee yang datang menemui Ibu Suri untuk meminta maaf karena sikapnya tadi malam.

Ibu Suri : Bagaimana bisa wanita tua yang hampir kehilangan negara ini kepada seorang penipu menghukummu?

Hakim Lee : Maafkan aku, Ibu Suri.

Ibu Suri : Aku sudah mengirim orang untuk menyelidiki, tapi izinkan aku menanyakan ini. Benarkah keluarga Kim-moon dalangnya?

Hakim Lee : Ya, Hwasa Kim Byeong Woon adalah dalang di balik semua ini.

Ibu Suri kesal, Keluarga Kim-moon berani mempermainkanku. Jika aku bisa membunuh Kim Byeong Woon dan Kim Jwa Keun, negara kita memiliki hukum yang ketat. Tapi orang-orang tertentu memiliki perannya sendiri. Benar, bukan?

Hakim Lee : Ya. Bagaimana bisa pejabat istana mengotori tangannya? Jika anda memerintah, orang sepertiku harus menjalankan perintah anda.

Ibu Suri : Jika putramu benar-benar menjadi raja berikutnya, bisakah kau mengakhiri kekuasaan 60 tahun keluarga Kim-moon?


Hakim Lee : Aku berjanji kepada anda.

Ibu Suri : Semua rasa malu dan tahun penuh kekalahan ini, bisakah kau membalasnya demi kehormatanku?

Hakim Lee : Ya. Raja baru akan mengakhiri kekuasaan 60 tahun keluarga Kim-moon. Pada waktunya, keluarga Kim-moon akan berlutut di hadapan anda, Ibu Suri.


Chun Joong di kediaman Keluarga Kim. Jwa Keun tanya alasan Chun Joong datang ke rumahnya.

Chun Joong : Akhirnya aku bisa memperkenalkan diri kepada politikus terbaik negeri kita, Tuan Haok.

Jwa Keun : Tentu, kudengar kau menulis hal-hal aneh soal keluarga kami. Aku mau memanggilmu sendiri, mungkin memintamu meramalku dan semacamnya.

Chun Joong : Tuan, anda tidak punya waktu untuk dihamburkan untuk diramal.

Jwa Keun : Apa?

Chun Joong : Saat ini, aku datang untuk membunuh anda.


Chun Joong mengeluarkan pisaunya. Nahab langsung teriak, ada orang diluar! Masuklah!

Jwa Keun minta Nahab tenang.


Chun Joong menancapkan pisaunya di meja.

Chun Joong : Buat pilihan, Tuan. Bunuh diri anda sendiri atau bunuh keluarga ini. Ini ultimatum, anda harus memilih. Aku kemari hanya untuk mengatakan ini.

Jwa Keun : Sebuah ultimatum...

Chun Joong : Masa kekuasaan dan kejayaan anda selama 40 tahun sudah berakhir. Jika anda melanjutkan jalan politik anda, keserakahan lama anda akan menghancurkan diri anda dan seluruh keluarga ini. Tapi anda bisa bunuh diri dari dunia politik. Anda harus menerima Heungseon-gun yang baru. Maka keluarga anda akan hidup.


Jwa Keun : Kau dan aku dan keluargaku adalah Bul Gu Dae Cheon. Bagaimana aku tahu apakah kau memberiku ramalan palsu untuk menghancurkan keluargaku?

*Bul Gu Dae Cheon, musuh tidak bisa hidup bersama.


Chun Joong : Periksa keadaan Tuan Kim Byeong Woon. Dia pasti berencana membunuh Heungseon-gun saat ini. Anda benar. Kita adalah Bul Gu Dae Cheon. Keluarga anda membunuh ayahku. Bagaimana bisa aku tidak ingin kalian semua hancur? Tapi aku telah memilih menyelamatkan Joseon, alih-alih membalas dendam pribadiku. Karena itu yang akan dilakukan ayahku.


Chun Joong pergi.

Jwa Keun terdiam, seraya memandangi pisau Chun Joong.


Dan benar saja. Di kamarnya, Byeong Woon menyuruh pengawalnya membunuh Hakim Lee.

Byeong Woon : Rubah tua itu memihak Heungseon-gun.

Jwa Keun datang, bersama Byung Hak. Jwa Keun melihat pengawalnya bersama Byeong Woon.


Byeong Woon tanya, kenapa ayahnya datang?

Jwa Keun marah, apa kau berencana membunuh Heungseon-gun sekarang? Sikap aroganmu akan membunuh seluruh keluarga kita!

Byeong Woon : Bagaimana ayah bisa selemah ini? Kenapa ayah begitu buta?

Jwa Keun tambah marah. Dia menampar Byeong Woon.


Byeong Woon kaget dan berusaha menjelaskan bahwa itu kesempatan terakhir mereka.

Byeong Woon : Jika Jae Hwang menjadi Raja berikutnya, Heungseon-gun akan menjadi pria paling berkuasa. Saat itu terjadi, menurut ayah apa yang akan dia lakukan kepada keluarga kita? Ini kesempatan terakhir kita. Jika kita melewatkan kesempatan ini, tidak akan ada yang bisa menghentikan Heungseon-gun!

Byung Hak : Diam! Lalu bagaimana jika kau tertangkap? Siapa yang akan bertanggung jawab jika itu terjadi, Kakak?

Byeong Woon : Aku tahu kau mengkhianati kami dan membuat kesepakatan rahasia dengan Heungseon-gun.


Jwa Keun kaget dan mendelik tajam pada Byung Hak.


Byeong Woon dan Byung Hak ribut.

Byeong Woon : Kepicikan dan ketamakanmu mungkin membuatmu tetap hidup, tapi akhirnya, itu akan menghancurkan seluruh keluarga ini!

Byung Hak tak terima dikatai picik dan tamak. Ia membalas dengan mengatai Byeong Woon tidak lebih baik darinya. Ia juga mengungkit status Byeong Woon yang anak adopsi keluarga mereka. Byeong Woon marah dan mencengkram kerah Byung Hak. Melihat itu, Jwa Keun coba memisahkan kedua putranya yang berkelahi.

Jwa Keun : Kalian berdua, hentikan!


Darah tinggi Jwa Keun kumat.

Byung Hak langsung memegangi ayahnya, ayah!


Bong Ryeon yang sedang tidur, mendapat penglihatan. Dalam penglihatannya, ia melihat sebuah pemukiman penduduk terbakar.

Lalu, ia melihat ayahnya pergi meninggalkan istana.

Bong Ryeon, abamama...

Raja Cheoljeong tersenyum dan mengangguk.


Bong Ryeon pun terbangun. Dia menangis menatap sekelilingnya.

Hari sudah pagi.


Bong Ryeon langsung pergi mencari Chun Joong.

Chun Joong sontak kaget Bong Ryeon mendatanginya dengan gaun tidur.

Chun Joong : Apa yang terjadi? Apa ada penyusup?

Bong Ryeon nangis, tidak...  Bukan seperti itu...


Chun Joong membawa Bong Ryeon duduk.

Bong Ryeon cerita, aku bermimpi... Ayahku... Ayahku...

Bong Ryeon tak sanggup bicara. Dia nangis. Chun Joong yang paham, memeluk Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Tidak banyak waktu tersisa... Ini menyiksaku.


Chun Joong melepas pelukannya dan menatap Bong Ryeon.

Chun Joong : Aku tahu rasa sakit yang sama, melebihi siapa pun. Namun, tidak ada anak yang bisa mencegah kematian orang tua mereka. Kita harus melanjutkan hidup, selalu mengingat apa yang mereka lakukan untuk kita, dan menjalani hidup dengan maksimal bagi mereka. Hanya itu yang bisa kita lakukan.

Bong Ryeon : Dunia baru akan dimulai... Tapi aku takut. Aku melihat ombak besar dan mengerikan yang mengempas pantai Joseon.

Chun Joong : Aku tahu hwan-mu benar, tapi kita harus melakukan apa pun untuk mencegahnya. Kita harus menciptakan dunia yang lebih baik. Harus.


Chun Joong menyentuh air mata Bong Ryeon. Ia mau menghapusnya. Bong Ryeon memegang tangan Chun Joong yang menyentuh pipinya dan menikmati sentuhan tangan Chun Joong di pipinya. Chun Joong mendekat dan kembali memeluk Bong Ryeon.


Joseon berduka. Raja Cheoljong wafat!

Kasim berdiri di atap, mengibarkan pakaian Cheoljong.


Ibu Suri berkaca menatap jasad Cheoljong.

Ibu Suri : Terlahir dengan darah kerajaan. Hidup sebagai chodong. Diangkat menjadi Raja. Sungguh kehidupan yang aneh. Pergilah dengan tenang, Rajaku.

Tangis Ibu Suri perlahan menetes.


Chun Joong bergegas menemui Pal Ryeong yang menunggunya diluar.

Pal Ryeong memberitahu Chun Joong bahwa Raja sudah tiada.

Pal Ryeong : Rumor mengatakan istana penuh dengan prajurit dan banyak bangsawan berpakaian serba putih menuju ke sana.

Chun Joong mencemaskan Bong Ryeon dan langsung pergi.


Bong Ryeon pergi ke halaman dan melihat cahaya putih terbang ke langit.

Sontak tangis Bong Ryeon langsung keluar. Dia tahu cahaya putih itu roh ayahnya.


Dan menyusul Bong Ryeon.

Dan : Tuan Putri, ada apa?

Bong Ryeon : Ayahku. Dia sudah meninggal

Dan kaget, apa?


Bong Ryeon langsung memberikan penghormatan terakhirnya kepada sang ayah, dibawah sinar bulan.

Bong Ryeon : Dunia ini... Hidup yang keras... Terima kasih atas segalanya. Pergilah dengan tenang. Ayah....


Bong Ryeon ingat saat ia dan ayahnya mengunjungi ibunya untuk yang pertama kali.

Lalu ia ingat senyuman sang ayah di dalam mimpinya.


Tangis Bong Ryeon kian deras.

Bong Ryeon : Ayah...


Chun Joong datang dan melihat Bong Ryeon menangis. Ia juga merasakan duka yang sama dan teringat saat Raja memintanya menjaga dan mencintai Bong Ryeon.


Paginya, Jae Hwang yang sedang main layangan, dipanggil salah satu anak buah ayahnya.

"Tuan Jae Hwang, ayahmu memanggilmu."

Jae Hwang terdiam dan melepaskan layangannya.


Jwa Keun pura-pura berduka atas kematian Raja Cheoljong.

Ibu Suri melirik Jwa Keun. Dia tahu Jwa Keun hanya berpura-pura sedih.


Kasim datang, Ibu Suri, daebo Raja.

*Daebo, pajak pemerintahan

Jwa Keun sontak terkejut dan berkata dalam hatinya bagaimana ia bisa lupa daebo Raja? Bagaimana ia bisa melewatkannya?

Ibu Suri teringat kata-kata Raja bahwa ia harus melindungi daebo.


Ibu Suri : Semua, dengar. Selagi kita berduka atas kematian Raja, sampai kita punya penerus Raja dan dia menggantikan mendiang Raja, aku akan bertanggung jawab atas daebo Raja.

Ibu Suri lalu menyuruh kasim membawa yeonghae Raja ke Daejojeon.  Pengawal kerajaan harus melindungi daebo Raja apa pun caranya.

*Yeonghae, kata sopan untuk jasad raja.

Kasim : Baik, Ibu Suri!

Ibu Suri : Kita harus membahas masa depan negara. Semua anggota dewan dan bangsawan, datanglah ke kamarku.


Ibu Suri beranjak pergi.

Jwa Keun berdiri dengan kesal.


Keluarga Kim menatap daebo Raja. Jwa Keun kesal karena melupakan daebo Raja.


Hakim Lee di ruangannya, dengan wajah sengit.


Semua pejabat berkumpul di kamar Ibu Suri.

Ibu Suri : Aku yakin semua orang tahu. Mendiang Raja tidak bisa menentukan penerus. Menemukan penerus dan mengisi takhta kosong kini menjadi tanggung jawabku yang besar. Kalian semua bisa memberikan pendapat tanpa khawatir.

Byeong Woon dalam hati, apa dia ingin kami maju dan merekomendasikan seseorang?

Byung Hak dalam hati, siapa yang mungkin maju sekarang? Jika siapa pun yang disebutkan di sini gagal menjadi raja, dia akan menjadi target selama sisa hidupnya.


Byeong Woon bersuara, memberikan pendapatnya.

Byeong Woon : Maafkan aku, Ibu Suri. Karena memiliki penerus adalah tanggung jawab besar, bukankah lebih baik anda merekomendasikan penerus lalu kita mendiskusikannya serta memutuskan di antara kami?

Ibu Suri : Apa maksudmu? Kau ingin membiarkan takhta kosong dan membiarkan waktu berlalu lagi? Itu tidak boleh terjadi!


Tuan Simam Jo : Ibu Suri, karena anda tetua terbesar di keluarga kerajaan, aku akan mengikuti perintah anda!

Jwa Keun tak setuju, tapi, Ibu Suri...


Ibu Suri masa bodo, baiklah! Aku akan mempertimbangkan semua opini kalian! Putra Heungseon-gun, Jae  Hwang, kini menjadi Ikseong-gun dari takhta. Dia akan menjadi penerus Raja Ikjong Agung dan raja kita berikutnya!

*Raja Ikjong, mendiang suami Ratu Jo, Ibu Suri

Ibu Suri : Takhta telah diwariskan. Jung Won Young akan menjadi Wonsang dan memandu Raja sampai dewasa. Ini perintahku bahwa semua orang mengakui raja baru. Kini semua orang melayani Ikseong-gun Lee Jae Hwang sebagai Raja kalian!

*Wonsang, penjaga.


Jwa Keun dan Byeong Woon kesal.


Ibu Suri teringat kata-kata Chun Joong di malam harinya, saat Raja menghembuskan napas terakhir.

Ibu Suri tanya, apa Chun Joong yakin Jae Hwang adalah Raja berikutnya? Ibu Suri juga memberitahu Chun Joong bahwa ia akan mengumpulkan semua pejabat besoknya.

Chun Joong : Aku yakin Lee Jae Hwang adalah Raja berikutnya, Ibu Suri!

Flashback end...


Bong Ryeon berjalan gontai, ke tempat peristirahatan terakhir ayahnya.

Tangis Bong Ryeon pecah saat menatap jasad ayahnya.

Bong Ryeon : Pergilah dengan tenang, abamama.  Kumohon... Lupakan kewalahan hatimu dan kehidupanmu yang sulit di dunia, dan temukan kedamaian di akhirat.


Jae Hwang datang menghadap ayahnya dengan pakaian duka.

Lalu, seorang pengawal (kita sebut pengawal ya mulai sekarang) masuk, memberitahu Hakim Lee bahwa anggota dewan kerajaan sudah datang.

"Suruh mereka menunggu. Wonsang dan Perdana Menteri, suruh mereka menunggu!" ucap Hakim Lee.


Tuan Jung marah mereka disuruh menunggu.

Tuan Jung : Ketidaksopanan apa ini?

Tuan Jo : Setidaknya terimalah surat Ibu Suri dahulu.

"Dia memerintahkan kalian untuk menunggu." jawab pengawal Hakim Lee.


Hakim Lee memberikan pelajaran terakhir kepada Jae Hwang sebagai seorang ayah.

Hakim Lee : Biar ayah tanya, apa yang lebih penting bagi pria hebat, keluarga atau tugasnya?

Jae Hwang kaget dengan pertanyaan ayahnya tapi dia tetap menjawab. Dia bilang, pria hebat adalah pria yang selalu mengutamakan tugas. Seorang anak harus memenuhi tugasnya kepada orang tuanya. Begitu dewasa, dia harus menganggap Raja sebagai orang tuanya. Menjalankan tugasnya menjadi memenuhi keluarganya.

Hakim Lee : Kau benar, jangan pernah lupakan itu. Hanya hewan liar yang melupakan tugas mereka.

Jae Hwang : Ya, aku tidak akan pernah lupa.


Hakim Lee berdiri. Dia mendekati Jae Hwang dan menyuruh Jae Hwang berdiri. Dia memeluk Jae Hwang untuk yang terakhir kalinya sebagai seorang ayah.


Jwa Keun memberikan titah Ibu Suri kepada Jae Hwang.

Jwa Keun : Aku, Perdana Menteri Kim Jwa Keun, mematuhi perintah Ibu Suri dan ingin melayani Raja baru.

Jae Hwang tampak sedih menerima titah.

Jae Hwang membuka titah, lalu menatap para pejabat dengan wajah bingung.


Jae Hwang kemudian berkata, ia, Ikseong-gun, menerima titah Ibu Suri.

Para pejabat langsung berlutut, memberi hormat.


Jwa Keun dan Byeong Woon merasa kesal, tapi mereka tidak punya pilihan lain selain menerima putra Hakim Lee sebagai Raja baru.


Jae Hwang memasuki istana secara resmi sebagai Raja. Dia mengenakan pakaian resmi dan mulai berjalan menuju tahta.

Di depan tahta sudah menunggu Ibu Suri. Para pejabat langsung membungkuk saat ia berjalan melewati mereka menuju tahta.


Kasim memberikan surat.

Jae Hwang membacanya.


Setelah itu, Ibu Suri menunjukkan daebo Raja kepada Jae Hwang.

Jae Hwang pun mendekat, naik ke tahta, dan melihat daebo Raja.


Lalu ia berbalik dan menatap para pejabat.

Jae Hwang : Saat mendiang raja naik dan melayani Langit, biarkan mereka turun dan melindungi rakyat kita. Terlepas dari semua kekuranganku, aku telah dipilih oleh Ibu Suri dan menerima surat mendiang Raja Agung. Aku menerima tugasku dan berjanji untuk melindungi takdirku.


Jwa Keun kesal, tak tak bisa berbuat apapun selain menerima.

Jwa Keun : Untuk ribuan tahun mendatang!


Gojong Lee Jae Hwang, Raja ke-26 Dinasti Joseon.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment