.

I Have a Lover Ep 23 Part 2

Sebelumnya...


Woo Joo masuk ke kamar Gyu Seok dan menghampiri Gyu Seok yang sedang mengerjakan sesuatu. Gyu Seok menatap Woo Joo, dan bertanya kenapa Woo Joo masuk ke kamarnya.

“Itu karena aku kesepian dan bosan, Dokter. Haruskah kita berteman?” jawab Woo Joo.

“Tidak.” Ucap Gyu Seok.

“Kau tidak akan kesepian kalau kau memiliki teman.” Jawab Woo Joo.


“Aku tidak merasa kesepian meskipun tidak memiliki teman.” Ucap Gyu Seok.

“Kau kesepian.” Jawab Woo Joo.

“Aku tidak kesepian. Keluarlah, kau menggangguku.” Ucap Gyu Seok.

“Apa kau tidak menyukaiku?” tanya Woo Joo.

“Aku tidak menyukaimu.” Jawab Gyu Seok.

“Walaupun hanya sedikit?” tanya Woo Joo.

“Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa aku harus melakukan itu denganmu?” ucap Gyu Seok.


“Karena kita sudah bertemu. Ibuku setiap hari menceritakanmu, jadi aku selalu, selalu ingin melihatmu, Dokter.” Jawab Woo Joo.

“Itu bukan urusanku.” Ucap Gyu Seok.

“Aku benar2 tidak punya pilihan lain. Tapi aku sangat2 menyukaimu.” Jawab Woo Joo.

“Apa?” tanya Gyu Seok heran.

“Ibuku selalu bilang untuk memberikan potongan kue beras pada orang yang berarti untukku. Tapi kau tidak perlu cemas. Aku hanya perlu menyukaimu.” Jawab Woo Joo membuat Gyu Seok tersenyum geli.


“Apa aku boleh tidur di sini?” tanya Woo Joo lagi.

“Tidak boleh.” Jawab Gyu Seok.


Woo Joo pun langsung memanyunkan bibirnya dan berbaring di kasur Gyu Seok. Gyu Seok sekali lagi mengingatkan Woo Joo kalau kasur itu kasurnya jadi Woo Joo tidak boleh tidur di kasurnya. Woo Joo tidak peduli dan berkata itu bukan urusannya. Hahaha… asli ngakak parah aku pas adegan ini…. Woo Joo lalu tertawa, membuat Gyu Seok menatapnya geli.


Woo Joo akhirnya tertidur lelap. Gyu Seok mendekati Woo Joo dan menyelimuti Woo Joo. Saat menyelimuti Woo Joo, tiba2 saja Woo Joo menggenggam telunjuknya. Gyu Seok pun menatap Woo Joo dengan tersenyum.


Yong Gi takjub melihat banyak makanan di atas meja. Nyonya Kim pun muncul dari dapur membawa piring makanan. Yong Gi mengira kalau itu hari yang special sehingga Nyonya Kim membuat masakan begitu banyak. Nyonya Kim berkata kalau hari itu bukan hari special. Yong Gi terkejut dan mengira Nyonya Kim makan sebanyak itu setiap hari. Nyonya Kim pun langsung terdiam.

Yong Gi masih terus mengoceh soal makanan itu. Nyonya Kim beralasan kalau makanan itu ia buat untuk Gyu Seok. Yong Gi terkejut, ia tidak menyangka Gyu Seok memiliki selera makan yang sangat besar. Nyonya Kim lalu menyuruh Yong Gi memanggil Woo Joo untuk makan bersama mereka. Yong Gi awalnya menolak. Ia tidak enak kalau ikut mencicipi makanan itu. Tapi Nyonya Kim memaksa, membuat Yong Gi menurut.

(Nyonya Kim pasti memasak begitu banyak untuk Yong Gi dan Woo Joo)


Gyu Seok masih menatap Woo Joo yang tertidur pulas. Tak lama berselang, Yong Gi mengetuk pintu kamarnya ingin masuk. Tapi Gyu Seok melarang Yong Gi masuk. Yong Gi memaksa, ia bilang mau memanggil Woo Joo. Gyu Seok pun terpaksa mengijinkan Yong Gi masuk. Begitu masuk, Yong Gi terkejut melihat Woo Joo yang tidur pulas di kasur Gyu Seok. Saat melihat Woo Joo menggenggam telunjuk Gyu Seok, Yong Gi tertawa geli.

“Kalau mentalku sudah siap, aku pasti akan memberitahukannya padamu kenapa aku hidup sebagai Zhang Ming dan bukan Dokgo Yong Gi. Kau bisa memulai uji klinisnya. Aku mempercayaimu, Dokter.” Ucap Yong Gi, lalu mengulurkan tangannya pada Gyu Seok.


“Kenapa kau tidak membayar utangmu terlebih dahulu padaku?” tanya Gyu Seok tanpa menyambut uluran tangan Yong Gi.


Yong Gi pun kesal dan menarik tangannya lagi. Gyu Seok lalu menarik telunjuknya dari genggaman Woo Joo pelan2, dan beranjak pergi. Yong Gi mengatai Gyu Seok. Ia menyebut Gyu Seok si baendengi alias orang yang berpikiran sempit. Gyu Seok pun berbalik dan menatap tajam Yong Gi. Yong Gi pun buru2 meralat ucapannya. Ia berkata, bahwa baendengi mentah dan baendengi asin rasanya sangat lezat. Gyu Seok pun tersenyum dan beranjak keluar dari kamarnya.

(Gyu Seok makin ke sini makin sering tersenyum… suka liat senyumnya)


Nyonya Kim menaruh potongan daging di mangkuk Yong Gi. Yong Gi mengoper potongan daging itu ke mangkuk Woo Joo. Tapi Woo Joo malah mengoper potongan daging itu ke mangkuk Gyu Seok. Tapi karena tangannya tidak sampai, jadinya Woo Joo meletakkan potongan daging itu ke piring di depan Gyu Seok. Gyu Seok tersenyum menatap Woo Joo dan langsung melahap potongan daging dari Woo Joo.

“Ibu, aku mau menikah dengan Dokter Min.” ucap Woo Joo, membuat Gyu Seok tersedak.


Nyonya Kim tersenyum dan Yong Gi terkejut dengan ucapan Woo Joo.

“Kalau aku sudah besar, akan lebih kalau aku menikah dengan Dokter Min.” ucap Woo Joo sambil menatap Gyu Seok.


“Jadi maksudmu aku akan menjadi ibu mertua Dokter Min?” tanya Yong Gi pada Woo Joo sambil menggeleng2kan kepalanya.

“Sayangku, jadi kau sangat menyukai Dokter Min?” tanya Nyonya Kim.

Woo Joo mengangguk. Gyu Seok pun tersenyum melihat Woo Joo. Woo Joo tersenyum lebar melihat Gyu Seok tersenyum padanya.


Sementara itu, Seol Ri juga sedang makan malam bersama keluarga Jin Eon. Seol Ri melamun, memikirkan penjelasan dokter soal penyakit Nyonya Hong. Sementara Nyonya Hong juga melamun, mungkin memikirkan penyakitnya. Seol Ri lalu menatap Nyonya Hong.

“Ibu, kenapa ibu tidak menghabiskan makanan ibu? Cepat habiskan makanan ibu, setelah itu kita akan pergi jalan2.” Ucap Seol Ri.

“Haruskah kita melakukannya?” tanya Nyonya Hong, lalu menyendok makanannya.


“Setelah kau mendapatkan penghinaan dari Jin Eon, kau masih bisa menelan makananmu?” tanya Jin Ri.

“Itu belum selesai bagiku.” Jawab Seol Ri.

“Tapi bagi Jin Eon sudah selesai.” Ucap Jin Ri.

“Bagiku belum selesai. Kau akan melihat nanti saat dia menyerah. Aku tidak akan melepaskan Jin Eon Sunbae. Aku akan terus menunggunya.” Jawab Seol Ri.

“Terserah padamu.” Ucap Jin Ri.


Nyonya Hong tiba2 menyela, “Yeobo, Eun Sol kita.. mereka bilang dia meninggal.”


Presdir Choi pun kaget, begitupula dengan Jin Ri.

“Dia ditabrak di depan sekolahnya. Dia ditabrak mobil yang seharusnya menabrak ibunya.” Ucap Nyonya Hong.

“Ibu tiri!” teriak Jin Ri berusaha menyadarkan Nyonya Hong.

“Yeobo, apa yang harus kita lakukan pada Jin Eon?” tanya Nyonya Hong.

“Kenapa kau bersikap seperti ini?” tanya Presdir Choi cemas.


Seol Ri menatap cemas Nyonya Hong. Nyonya Hong lalu mengambil sumpitnya dan memasukkan banyak makanan ke dalam mulutnya. Seol Ri meminta Nyonya Hong makan pelan2 agar tidak sakit perut. Tapi Nyonya Hong terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Seol Ri pun tidak tahan lagi. Ia menangis melihat kondisi Nyonya Hong. Presdir Choi menatap cemas istrinya.


Jin Eon masih di rumah sakit menjaga Hae Gang. Ia membantu Hae Gang duduk dan mengikat rambut Hae Gang. Hae Gang menyuruh Jin Eon pergi. Ia mengaku merasa tidak nyaman hanya berdua dengan Jin Eon.


Jin Eon tidak peduli dan mau menyuapi Hae Gang. Hae Gang menolak, ia bilang ia bisa makan sendiri. Hae Gang lantas kembali menyuruh Jin Eon pergi. Jin Eon bilang ia akan pergi setelah Hae Gang selesai makan.


Tak lama kemudian, seorang perawat datang memberikan pakaian ganti untuk Hae Gang. Perawat menyuruh Jin Eon membantu Hae Gang berganti pakaian. Pada Hae Gang, Jin Eon bilang kalau perawat menyuruh dirinya mengganti pakaian Hae Gang. Hae Gang langsung tertawa kesal.

“Cepat habiskan makananmu. Setelah itu kau bisa menutup matamu, mematikan lampu dan diam2 mengganti pakaianmu.” Ucap Jin Eon.


Hae Gang menatap galak Jin Eon. Jin Eon mengatakan pada Hae Gang bahwa ia tidak akan pergi kemana pun.


Jin Eon berbaring di sofa, matanya terus tertuju pada Hae Gang. Hae Gang bertanya, bagaimana Jin Eon bisa bertemu istrinya. Jin Eon berkata, bahwa ia bertemu istrinya saat duduk di bangku kuliah dan ia langsung jatuh cinta pada Hae Gang saat itu juga. Hae Gang berkata bahwa istri Jin Eon pasti sangat cantik. Jin Eon bilang istrinya tidak cantik.

“Kau tahu? Diantara 157 murid di kelas, istriku adalah satu2nya murid perempuan di sana.” Ucap Jin Eon.

Hae Gang pun langsung tertawa, tapi karena rasa sakit di perutnya ia tidak bisa tertawa lebar.


“Apa yang kau sukai dari istrimu?” tanya Hae Gang.

“Semuanya. Tatapannya….” Ucap Jin Eon, membuat Hae Gang langsung menatapnya.

“… isyarat tangannya, suaranya saat memanggil namaku. Cara dia berjalan.” lanjut Jin Eon.

“Tapi kenapa kalian berpisah? Apa karena cintamu begitu menyakitkan?” tanya Hae Gang.

“Cintaku sangat menyakitkan.” Jawab Jin Eon.

“Sebaiknya kita tidur sekarang. Selamat malam.” Ucap Hae Gang, lalu tidur membelakangi Hae Gang.


Jin Eon menatap Hae Gang sejenak, sebelum akhirnya ia bangkit dari sofa dan beranjak mendekati Hae Gang. Keduanya pun saling bertatapan penuh arti.

Bersambung……………

Post a Comment

0 Comments