.

I Have a Lover Ep 47 Part 1

Sebelumnya...

Di episode sebelumnya, Hae Gang berkata pada Seok bahwa dia tidak akan mengajukan banding. Seok ingin tahu alasannya, tapi Hae Gang bukan menjawab malah meminta Seok merahasiakan hal itu dari Jin Eon. Ia tak ingin Jin Eon kabur lagi dengannya, ia tak sanggup memberitahu Jin Eon soal surat pernyataan Presdir Choi. Lantas apakah yang akan dilakukan Seok? Apakah dia akan diam saja? Lalu bagaimana reaksi Jin Eon saat mengetahui surat pernyataan ayahnya? Apakah dia akan kabur lagi seperti dugaan Hae Gang??


Hae Gang tengah membaca surat pernyataan Presdir Choi.

Wakil Presdir Do Hae Gang menyebarkan rumor keji terkait Direktur Shin Il Sang ke pasar saham.

Hae Gang gemetaran membaca surat pernyataan itu.


Sementara Jin Eon sendiri cemas karena tidak bisa menghubungi Hae Gang. Jin Eon lalu menghubungi Kepolisian Mapo untuk mencari tahu apakah jasad Tae Seok sudah ditemukan. Betapa kagetnya Jin Eon saat detektif bilang bahwa Tae Seok masih hidup.

“Kami mendapat petunjuk. Karena kami sudah memastikan dia masih hidup,kalau dia menghubungi Anda, tolong bicara dengannya agar menyerahkan diri ke polisi.” Ucap detektif.

“A-A-Apakah Anda menghubungi kakak saya?” tanya Jin Eon.


“Hm... Tidak. Ada kemungkinan kakak Anda akan membantu dia melarikan diri. Setelah memastikan itu, kami akan memberitahu dia. Maafkan saya mengatakan ini, tapi kami menghargai jika Anda memantau pergerakan kakak Anda dengan ketat.” Jawab detektif.


Kita lalu melihat Seok yang dimintai keterangan terkait rekaman suara Tae Seok. Detektif ingin tahu, apa Seok yang merekamnya? Kalau bukan, darimana Seok mendapatkan rekaman suara itu. Dan tepat saat itu, Jin Eon datang dan terkejut melihat Seok.

“Saya tidak bisa memberitahu Anda bagaimana yang merekam mendapatkan informasi.” Jawab Seok.

“Yah, saya mengerti Anda ingin melindungi pemberi informasi yang pertama. Karena saya sudah mengkonfirmasi bahwa dia masih hidup, yang harus kita lakukan adalah menangkap dia.” ucap detektif.

“Karena butuh waktu untuk mendapatkan persetujuan pengadilan untuk mencari lokasi telepon, pertama-tama Anda harus membuntuti Choi Jin Ri. Choi Jin Ri tahu Min Tae Seok masih hidup. Saya sangat yakin itu.” jawab Seok.


Jin Eon pun terkejut mendengarnya. Polisi lalu melihat kedatangan Jin Eon dan memberitahu Seok. Seok juga kaget melihat kehadiran Jin Eon.


Seok dan Jin Eon lalu bicara diluar. Jin Eon ingin tahu hukuman yang diterima Hae Gang.

“Dia dihukum seperti dugaan kita.” jawab Seok.

Jawaban Seok cukup membuat Jin Eon khawatir. Seok lalu menatap Jin Eon.


“Orang yang tidak muncul di pengadilan karena dia diberitahu untuk tidak datang dan orang yang tidak mau muncul dalam situasi itu... Ong Gi tidak baik-baik saja. Setelah selesai pemakaman, selama ini-- Tidak, sejak sebelum itu, dia selalu berpura-pura dia selalu baik-baik saja. Sekarang, berandal itu tidak baik-baik sama sekali. Dia mengerang karena terluka, menahan diri, menangis di persembunyian, dan hanya mengkhawatirkanmu, Choi Jin Eon. Tidak peduli masalah apa yang terjadi padanya, tapi dia hanya takut, kau akan terluka, Choi Jin Eon.”ucap Seok.

“Apakah dia mengatakan dia mengalami masa yang sulit? Apakah dia bilang dia berpura-pura, baik-baik saja? Apakah dia sungguh mengatakan itu?” tanya Jin Eon.

“Ya. Setelah pemakaman, dia menangis, dia mengatakan itu. Jangan hanya menahan lukamu. Jangan hanya melihat senyumannya karena dia tersenyum. Lihat padanya dengan baik-baik, bahwa wanitamu menderita dan wanitamu mengalami masa sulit tapi berpura-pura bahwa dia baik-baik saja. Orang bodoh itu tidak bisa bicara mengenai itu terlebih dulu. Jadi, kau harus melihat dia melakukan itu dulu.” Jawab Seok.

“Apakah Hae Gang yang merekam suara kakak iparku? Aku dengar berita bahwa kakak ipar masih hidup dari polisi. Walaupun aku bersama dia, aku tidak mendengarnya dari dia, tapi kau mendengarnya dari dia. Di depanku, dia tersenyum dan di depanmu, dia menangis. Aku bahkan tidak tahu ini. Aku tidak tahu apa-apa dan lagi-lagi aku sendiri salah paham padanya.” Ucap Jin Eon.


“Ada alasan dia tidak bisa membicarakan itu. Pasti ada alasan mengapa dia menangis di depanku, tapi tersenyum untukmu. Penyebabnya bukan pada wanitamu, tapi padamu. Mengapa kau tidak tahu? Mengapa? Bahkan mengenai urusan kakak iparmu, kalau dia memberitahukanmu, dia masih hidup, kalau kau melaporkannya kepada polisi, apa yang akan terjadi antara kau dan kakak perempuanmu? Bagaimana dia bisa membawa berkas rekaman ke polisi dengan tangannya sendiri, lagi? Karena kau menjadi pemikiran dia, karena kakak perempuanmu menjadi beban berat di benaknya. Walaupun demikian, kau harus melaporkan kriminal yang begitu brutal. Kau seharusnya tidak marah karena dia tidak memberitahukanmu mengenai itu, tapi betapa dia sangat menderita sendirian, seharusnya kau mempertimbangkan itu terlebih dulu. Tolong mulai dengan menyingkirkan keluargamu yang menakutkan dari wanitamu terlebih dulu. Apakah kau sudah lupa apa yang keluargamu lakukan pada wanitamu?” maki Seok.


Jin Ri kembali datang mengunjungi Tae Seok. Ia turun dari mobil sambil marah2 karena Tae Seok tidak menjawab panggilannya.Jin Ri pun masuk ke dalam. Tanpa ia sadari, seseorang mengikutinya. Mereka polisi.Setibanya di dalam, ia heran karena tidak menemukan suaminya di sana.

“Apakah dia memancing lagi?” tanya Jin Ri.


Jin Ri kembali keluar. Ia mengedarkan pandangannya mencari suaminya, dan ia pun menemukan Tae Seok duduk dengan kepala tertunduk dan tangan gemetaran di tepi kolam. Jin Ri pun bergegas menghampiri Tae Seok. Tae Seok meminjam ponsel pemancing di sebelahnya. Ia menghubungi Jin Ri dengan ponsel itu, tapi Jin Ri karena tidak mengenal nomor yang menghubunginya jadi memilih tidak mengangkatnya. Namun tak lama, ponselnya kembali berdering dan sebuah sms masuk.

“Kau dibuntuti detektif.”


Jin Ri terkejut membaca pesan yang dikirim oleh suaminya itu. Jin Ri lantas melangkah mundur dan teriak2 memanggil suaminya. Untuk mengecoh polisi, ia mengakui pria lain sebagai suaminya. Kedua detektif itu pun langsung bergerak ke arah Jin Ri. Kesempatan ini pun digunakan Tae Seok untuk kabur. Ia kabur dengan melompat ke atas sebuah mobil bak.


Akibat dari perbuatannya, Jin Ri pun harus berurusan dengan polisi. Jin Ri tetap tidak mau membuka mulutnya. Ia berkata, akan berbicara jika didampingi pengacaranya. Polisi mengancam akan memperkarakan Jin Ri jika Jin Ri membantu menyembunyikan seorang buronan.


Jin Eon duduk menunduk di kantor polisi. Tak lama kemudian, Jin Ri datang bersama dua polisi yang mengawalnya. Jin Ri langsung berakting ketakutan. Jin Eon menenangkan Jin Ri, bahwa Jin Ri tidak akan dihukum asalkan Jin Ri membuat pernyataan yang sebenarnya.


“Sudah dikonfirmasi bahwa kakak ipar masih hidup.” ucap Jin Eon.

Apa? Apa yang harus aku lakukan?” tanya Jin Ri, pura2 kaget.

“Dia dicari polisi seluruh negara. Kita harus membuat dia menyerah sesegera mungkin.” jawab Jin Eon.

Jin Ri langsung lemas. Melihat kondisi sang kakak, Jin Eon pun menyuruh polisi2 itu pergi.


Hae Gang yang masih belum beranjak pergi, mengecek ponselnya dan terkejut melihat banyaknya panggilan dari Jin Eon. Hae Gang pun bergegas menghubungi Jin Eon.

Jin Eon yang baru kembali ke ruangannya, tertegun mendapat panggilan dari Hae Gang. Kasus Hae Gang membuat dirinya terbebani. Tapi meski begitu, ia tetap menjawab panggilan Hae Gang itu. Hae Gang meminta maaf, ia beralasan tidak menjawab panggilan Jin Eon karena ponselnya tertinggal di rumah. Tanpa ia sadari, di seberang sana Jin Eon sedang terguncang.


Hae Gang lalu mengajak Jin Eon berkencan. Di seberang sana, Jin Eon membeku mendengar ocehan Hae Gang. Setelah Hae Gang selesai bicara, Jin Eon bertanya Hae Gang ada dimana. Hae Gang berkata, ia ada di rumah Buamdong. Jin Eon pun berkata, akan mampir ke sana setelah pulang kerja.

“Baiklah. Aku akan membeli bahan makanan dan menyiapkan makan malam Aku perlu beli bahan makanan, tutup dulu teleponnya. Kita bertemu di makan malam.” Ucap Hae Gang.


Usai berbicara dengan Hae Gang, Jin Eon memandangi cincin pernikahannya dengan pandangan lirih.


Malam harinya, Hae Gang tampak sibuk membuat berbagai jenis makanan.


Selesai memasak, Hae Gang duduk di teras menunggu Jin Eon. Tak lama kemudian, ia tersentak karena mendengar suara langkah Jin Eon. Jin Eon sendiri, ia terpaku begitu melihat Hae Gang duduk menunggunya di teras. Hae Gang kemudian bangkit dan beranjak mendekati Jin Eon.

“Jangan bergerak. Aku akan membukakan pintu untukmu.” Ucap Hae Gang.


Hae Gang kemudian meletakkan tangannya di atas pagar.

“Musim kelihatannya sudah berganti. Anginnya sudah berubah. Angin musim semi akan datang. Aku bahagia menunggumu. Suara mobil-mobil dan suara langkah kaki membuat hatiku bergetar. Aku bisa ingat semua puisi yang kau bacakan ketika kau membuntutiku dulu sekali, seperti kebohongan. Aku pikir aku bisa menunggumu dengan bahagia selama setahun kalau kita bisa bersama tahun ini, dan tahun depan dan tahun setelahnya, juga...”

“Bukalah gerbangnya.” suruh Jin Eon, memotong kata2 Hae Gang.

“Mengapa, lagi? Mengapa kau bertengkar lagi? Apakah kau berusaha membayar kembali semua yang aku lakukan padamu?” tanya Hae Gang.

“Aku bilang buka gerbangnya.” suruh Jin Eon.


Begitu gerbang dibuka, Jin Eon langsung masuk begitu saja, tapi Hae Gang menahannya dengan memegang lengannya. Hae Gang ingin tahu kenapa Jin Eon marah padanya.

Jin Eon lantas menunjukkan cincin yang baru dibelinya. Hae Gang langsung diam.

“Aku menginginkanmu. Aku menginginkanmu di saat pertama aku melihatmu dan aku menginginkanmu ketika aku benci padamu setengah mati juga. Bahkan ketika kau menjadi orang yang berbeda, bahkan ketika kau meninggal... Bahkan ketika aku membuangmu, bahkan ketika kau membuangku, aku selalu menginginkanmu dan masih menginginkanmu. Aku tidak seharusnya punya keberanian, aku tidak seharusnya melakukan ini padamu, aku tetap membeli sebuah cincin.” Ucap Jin Eon.

Hae Gang langsung tersenyum haru.


“Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku ingin kau mengenakan cincin ini. Aku ingin hidup bersamamu di rumah ini lagi. Mengapa kau bersembunyi dariku? Mengapa kau menyembunyikan perjuangan dan kesulitanmu dariku? Mengapa kau bersikap seolah2 tidak terjadi apa2?  Menangislah. Menangislah di depanku. Menangislah hanya di depanku. Jangan menangis di depan si brengsek lain. Hanya menangis di depanku!” ucap Jin Eon.

“Kau menyembunyikan sesuatu dariku, bukan? Apa itu? Kau hanya bisa mengenakan cincin ini jika kau memberitahu aku. Katakan padaku. Kau harus memberitahu aku. Kalau tidak, kita akan gagal lagi. Kita akan berakhir membuat kesalahan yang sama. Katakan padaku. Aku bilang beritahu aku! Beritahu aku!” pinta Jin Eon.

“Setelah kembalinya ingatanku, saat mengetahui siapa diriku, begitu banyak hal terjadi secara tiba-tiba. Di atas semua itu, kematian ayahmu…  Kejadian-kejadian terus terjadi kebalikan dari apa yang aku pikirkan, jadi pikiranku terus terkait pada kejadian-kejadian.Rasanya seperti segalanya tiba-tiba akan runtuh. Kalau aku memperlihatkan aku bergumul, itu hanya akan mempersulitmu. Aku hanya tidak bisa memperlihatkannya di depanmu, itu saja.” Jawab Hae Gang.

“Walaupun aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan dariku, aku tahu kau berbohong. Aku perlu mendengar itu, jadi kau hubungi aku kalau kau memutuskannya. Aku akan menunggumu. Datanglah cepat. Aku tidak suka menunggu.” Ucap Jin Eon.

Jin Eon pun kembali menutup kotak cincinnya, kemudian beranjak pergi. Hae Gang hanya bisa diam, menatap kepergian Jin Eon dengan tatapan sedih.


Keesokan harinya, Hae Gang kembali berdiri di persidangan didampingi Seok. Kali ini, Hae Gang berdiri sebagai terdakwa. Dan Seok adalah kuasa hukumnya. Hakim membaca keputusan, bahwa Hae Gang dihukum satu tahun penjara.

Tangis Jin Eon pecah melihat Hae Gang yang diseret ke dalam bus tahanan dengan tangan terikat.Di dalam bus tahanan, Hae Gang menangis.


Kenangan buruk di masa lalu pun diputar. Saat Jin Eon terhenyak melihat Hae Gang yang dengan kejamnya menginjak seekor jangkrik.Saat Jin Eon marah karena berpikir Hae Gang sudah melupakan Eun Sol. Saking marahnya, Jin Eon bahkan sampai melemparkan gelas wine nya ke arah lampu taman.Saat Hae Gang duduk di teras hujan2an menunggu kepulangan Jin Eon. Saat Jin Eon yang berdiri di depan rumahnya di Buamdong, mencari Hae Gang yang dipikirnya sudah meninggal. Sementara Hae Gang yang amnesia, merasakan sesak di dadanya saat mendengar suara Jin Eon yang memanggil2 namanya. 




Saat Hae Gang bersikap dingin kepadanya setelah ingatan Hae Gang kembali. Saat Hae Gang yang menandatangani surat perceraian dengan wajah terpukul. Saat Hae Gang marah besar dan menghancurkan seisi rumah setelah  memergoki Jin Eon dan Seol Ri.

1 Tahun Kemudian…
Jin Eon dan Hyun Woo main tennis bersama. Hyun Woo tampak kewalahan mendapat serangan bertubi dari Jin Eon. Beberapa kali, tubuhnya membentur dinding saat berusaha mencapai bola dari Jin Eon. Hyun Woo yang sudah tidak kuat lagi, akhirnya terduduk lemas di lantai. Hyun Woo pun mengajak Jin Eon minum2 saja, atau mendaki gunung juga boleh ketimbang main tennis. Jin Eon setuju, tapi ia berpikir untuk mandi dulu.

“Ya! Ya! Ya,Choi Jin Eon!” teriak Hyun Woo kesal.


Sekarang, Jin Eon dan Hyun Woo sudah berada di lift kantor mereka. Jin Eon mengajak Hyun Woo membahas soal pengembangan obat baru mereka dengan para peniliti besok pagi.

“Besok? Dari seluruh hari, besok? Kau juga tak akan pergi besok? Hae Gang pasti sudah menanti-nanti datangnya hari esok. Kau juga tidak akan menunjukkan dirimu besok? Aku mengerti bila kau takkan pernah mau menemuinya lagi, tapi bagaimana bisa kau tidak menjenguk sendiri di penjara? Apakah kau tidak ingin tahu? Kau tidak merindukannya? Apakah Cheongju itu jauh? Seberapa banyak dia berubah dalam setahun, bagaimana keadaannya selagi di dalam sana.” Protes Hyun Woo.

“Berhentilah mengurusku dan Hae Gang.” jawab Jin Eon.

“Entah itu bertengkar setelah bertemu, atau bilang padanya dia sudah sangat menderita dan peluk dia dengan mesra.Temui dia dan marahlah padanya. Pokoknya temui dia.” ucap Hyun Woo.

“Dia itu wanita yang tidak ada kaitannya denganku. Jangan sebut-sebut wanita itu lagi di depanku.” Jawab Jin Eon.

“Apa? Wanita itu? Tidak ada kaitannya denganmu? Kalau begitu, apakah kau memanggilku ke ruangan Kendo pada jam 3 dinihari lantaran wanita yang tak ada kaitannya denganmu Gara-gara wanita yang tak terkait denganmu, kau mencekoki-ku dengan alkohol dan membuatku muntah.” Cerocos Hyun Woo.

Jin Eon yang sudah kembali ke ruangannya teringat saat Hae Gang diseret ke bus tahanan dengan tangan terikat. Jin Eon juga kata2 Seok, tentang Hae Gang yang memiliki alasan tidak mau menangis di depannya. Tak lama kemudian, Mi Ae datang membawakan teh madu.

“Juga, ada ini. Tampaknya seperti surat tilang. Jika Anda periksa, saya akan segera mengurusnya.” Ucap Mi Ae.

Seok yang baru tiba di kantornya terkejut saat mendapati Ha Joon tengah berbaring di meja. Seok kemudian mendekati Ha Joon. Ia kemudian berkata bahwa itu kantor, bukan kamar tidur dan menyuruh Ha Joon bangun. Tapi Ha Joon malah menyentuh bulu mata Seok.

“Aku menyentuhnya!” seru Ha Joon.

“Mengapa kau menyentuhnya?” tanya Seok panik.

“Mereka sangat cantik, bulu matamu.” Jawab Ha Joon.

“Sebaiknya kau segera bangun.” Ucap Seok.


Ha Joon pun mengulurkan tangannya pada Seok. Seok yang bingung pun bertanya apa maksud Ha Joon. Ha Joon malah semakin mengulurkan tangannya. Seok pun akhirnya paham bahwa Ha Joon sedang meminta bantuannya. Maka Seok pun langsung menarik Ha Joon dengan kuat.

“Kekuatanmu luar biasa.” Puji Ha Joon.

“Coba lakukan ini.” suruh Ha Joon.

Ha Joon lantas menggerakkan tangannya seperti ular. Dan Seok pun menirunya. Keduanya lalu tertawa lepas. Ha Joon lantas membuat macam2 gerakan tangan. Seok pun kembali menirunya.

“Baek Sunbae, biarkan aku mencabut satu bulu matamu.” Pinta Ha Joon.

“Sebaiknya kau cepat turun.” Suruh Seok.


Lalu tiba2, seorang ajumma datang dan mengaku bahwa ia disuruh datang kesana oleh tahanan bernomor 4263. Seok pun bergumam, kenapa tahanan 4263 itu memberikan konsultasi hukum di dalam penjara. Seok lalu menyuruh Ha Joon menyajikan teh.

“Sebelum konsultasi kita, 4263 memintaku agar memberikan ini padamu.” Ucap ajumma itu.

Dan si tahanan 4263 itu adalah Hae Gang. Seok membaca surat dari Hae Gang setelah ajumma itu pergi. Dalam suratnya, Hae Gang menyuruh Seok menganalisa tulisan Presdir Choi di surat penyataan.

Usai membaca surat Hae Gang, Seok pun langsung bergerak ke Cheon Nyeon Farmasi sesuai instruksi Hae Gang untuk menganalisa tulisan tangan Presdir Choi pada surat pernyataan. Di parkiran, ia bertemu Jin Eon.

“Apa yang membawamu ke perusahaan?” tanya Jin Eon.

“Aku datang untuk mendapatkan sesuatu karena diminta membantu.” Jawab Seok.

“Kau masih seorang penyelesai masalah. Meskipun aku tidak tahu siapa yang meminta bantuanmu, silakan ambil yang kau perlukan. Kalau begitu permisi.” Ucap Jin Eon.


Saat Jin Eon akan pergi, Seok menyebutkan nama Hae Gang.Seok berkata, kalau Jin Eon tidak mau menjemput Hae Gang di penjara besok, maka ia yang akan pergi menjemputnya.

“Kau benar-benar memerlukan izinku?” tanya Jin Eon.

“Kau punya hak apa memberikanku izin? Dari mulut seseorang yang meninggalkan wanita yang dicintainya selama setahun terakhir, hanya memikirkan keinginannya, menurutku tidak semestinya itu diucapkan. Jika kita berdua pergi ke sana, akan tidak nyaman. Jadi aku ingin menyelesaikan.” Jawab Seok.

“Aku tidak pergi, jadi jangan merasa tidak nyaman dan pergilah dengan nyaman. Kapan kau bertanya padaku sebelum pergi menjenguk atau sebelum kau melepas banding? Kau membohongiku sepanjang waktu. Kau membohongiku sampai akhir. Kalian berdua mendiskusikan dan memutuskannya. Dan aku hanya menunggu? Setelah setahun, tampaknya bisa dijalani. Mungkin aku sudah mendapatkan toleransi. Tidak sesulit perkiraanku, dan aku percaya diri, hidup tanpa menemuinya. Kau tahu mengapa? Karena aku tidak menunggu. Aku tidak menunggu wanita itu. Tidak usah mengkhawatirkanku dan urus masalah di sana karena wanita itu tak ada kaitannya denganku. Baiklah kalau begitu.” ucap Jin Eon.


Jin Ri yang menunggu di rumah tampak cemas karena tak ada kabar dari Tae Seok.

“Kalau kau terlalu gugup menelepon, maka paling tidak kirimkan surat. Apakah kau hidup atau mati, setidaknya itu saja. Cobalah muncul di hadapanku. Cobalah muncul di hadapanku seperti orang normal.” Gumamnya.


Tae Seok sendiri terpaksa bekerja sebagai petani strawberry. Saking kelaparannya, dia diam2 memakan strawberry yang dipetiknya. Si pemilik kebun pun datang dan memarahi Tae Seok karena memakan strawberry miliknya tanpa izin.


Begitu Jin Eon pulang, Jin Ri pun langsung meminta bantuan Jin Eon mencari Tae Seok.

“Ini sudah setahun dan mungkin dia kehabisan uang. Mungkinkah dia tewas? Mungkinkah dia lelah kabur dan mati begitu saja? Kalau tidak bagaimana mungkin kita tidak mendengar kabar darinya? Aku terus memikirkan pikiran buruk.” Ucap Jin Ri.

“Oke, ini tidak mudah, tapi aku akan coba cari. Sebagai gantinya, tinggallah bersama Hyuk dan Ji Woo. Kupikir lebih baik bersama anak-anak daripada seperti ini sepanjang hari. Pergi pulihkan juga kesehatanmu. Aku akan segera menghubungimu bila menemukannya.” Jawab Jin Eon.

Tapi Jin Ri malah sewot.

“Mengapa? Mengapa kau berusaha mengirimkanku ke Amerika? Adakah alasan mengapa aku tidak boleh berada di rumah ini? Haruskah aku memberitahukanmu?” tanya Jin Ri.

“Apa maksudmu?” ucap Jin Eon bingung.

“Besok merupakan hari Do Hae Gang keluar dari penjara, kan? Kau ingin mengirimkanku ke Amerika dan membawanya ke rumah ini setelah mengusirku, kan? Kau ingin mengusirku dari rumah, perusahaan, tanah air Korea dan kembali bersama, kan? Karena jika aku di sini, akan mengganggumu. Kalau aku di sini, Do Hae Gang akan merasa tidak nyaman. Apa aku keliru?” ucap Jin Ri.

“Kau keliru. Aku tak pernah berpikir demikian.” Jawab Jin Eon.

“Dia akan bebas besok, tapi kakak iparmu dan aku masih terpenjara. Kami berada dalam neraka.” Ucap Jin Ri.

“Aku akan melakukan hal yang sama. Kalau bukan kakak ipar, melainkan orang lain, kau akan melakukan hal yang sama? Karena perbuatan itulah yang patut, karena ini bukan hal yang dapat diabaikan.” Jawab Jin Eon.

“Perbuatan yang patut? Siapa? Do Hae Gang? Anjing yang berlalu akan tertawa. Sapi yang berlalu akan tertawa. Berapa banyak orang yang dia hancurkan seperti yang dilakukannya pada kakak iparmu? Bahkan ada seorang anak yang jatuh dari atap gedung pengadilan gara-gara dia. Karena dia merasa sangat diperlakukan tidak adil olehnya, dia jatuh tepat di depan mata Do Hae Gang dan tewas. karena tidak ada jalan lain untuk balas dendam selain itu. Kau tidak mengetahuinya, kan?” ucap Jin Ri.

“Dapatkah seseorang tak pernah dimaafkan setelah berbuat salah? Dapatkah? Dia bekerja keras, dia menangis, melakukan hal drastis. Dia berjuang untuk membentuk hidupnya agar benar lagi. Itu sebabnya dia melepaskan banding. Kalau begitu menurut caramu, kakak ipar juga tidak dapat dimaafkan, karena orang-orang yang telah berbuat salah tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa melakukan apapun, kau tak bisa berbuat apapun dan kakak ipar tidak pernah bisa melakukan apapun di kemudian hari. Jika kau tidak melakukan apa-apa, tidak ada yang berubah. Hidupnya jauh lebih berguna ketimbang Noona, yang tidak berbuat apa-apa, selain menyalahkan orang lain demi dirinya dan dunia. Siapapun bisa menutup matanya. Membuka matamu ketika dikritik itu sulit. Sikap beraninya merupakan hal yang tidak bisa dilakukan semua orang.” Jawab Jin Eon.

“Jangan bicara sembarangan!” bentak Jin Ri.

Nyonya Hong terus2an menatap ke arah meja suaminya. Lalu tiba2, ia melihat sosok suaminya sedang berkutat dengan beberapa berkas.

“Yeobo,menurutmu siapa yang kulihat hari ini?” tanya Nyonya Hong.

Perawat Sohn yang menemani Nyonya Hong pun merasa iba.

“Kau muak padanya setengah mati saat dia masih hidup, sekarang kau merindukannya setengah mati. Kecuali hari pertama, kau selalu bicara soal perceraian.” Gumam Perawat Sohn.

“Aku bertemu perempuan yang menggoda putra kita. Aku bertemu perempuan licik itu hari ini. Perempuan itu tampak cantik. Meskipun dia tidak mengenakan riasan wajah atau berdandan, dia cantik dan tinggi badannya bagus. Namanya Do Hae Gang, tapi dia tidak sopan,yeobo. Meskipun aku memperkenalkan diri padanya, seolah-olah dia membanting pintu di depan mukaku. Begitu dingin aku diperlakukan hari ini! Dia terus memanggilku, Ahjummoni, Ahjummoni dan kemarahanku membuatku ingin menghajarnya. Anak-anak lain memanggilku, Ibu, Ibu, tapi baginya, aku ini Ahjummoni sampai akhir. Maksudku, bahkan bukan Nyonya. Bagaimana bisa aku kelihatan seperti seorang Ahjummoni.” Ucap Nyonya Hong.

Jin Eon pun datang. Begitu Jin Eon datang, Perawat Sohn bergegas pergi.

Sosok Presdir Choi tertawa mendengar ocehan Nyonya Hong.

“Mengapa tertawa? Istrimu sedang memberitahukanmu dia diperlakukan tidak baik. Aku bertanya baik-baik, sangat manis, berapa lama waktu yang diperlukan, berapa lama waktu yang diperlukan baginya meninggalkan Jin Eon. Dan makhluk itu, mengeluarkan dompetnya,dan memberikanku uang tidak lebih dari 20 ribu Won dan memintaku agar menyingkirkan Jin Eon darinya. Dia mengganggu belajarnya.” Ucap Nyonya Hong.

Jin Eon pun tertawa. Nyonya Hong pun langsung menatap ke arah Jin Eon.

“Mengapa tertawa? Kau bisa menertawakan hal itu? Kau memilih wanita seperti batu. Kau senilai 20 ribu Won baginya. Bahkan tidak 200 ribu Won melainkan tidak lebih dari 20 ribu Won.” Ucap Nyonya Hong.

“Baginya, itulah keseluruhan miliknya, Bu.” Jawab Jin Eon.

“Apa?” tanya Nyonya Hong.

“Dia memberikanmu seluruh miliknya sebagai tebusanku.” Jawab Jin Eon.

“Kau masih membela perempuan itu? Sudah berapa lama kau pacaran? Seberapa banyak kau mengenalnya sampai-sampai membelanya? Mereka bilang sia-sia saja melahirkan seorang putra.” Ucap Nyonya Hong.

Nyonya Hong kembali menatap Presdir Choi. Ia pun terkejut saat mendapati suaminya itu tiba2 saja menghilang.

“Yeobo? yeobo?” cari Nyonya Hong.

“Bu, Ayah keluar sebentar. Ayo duduk saja menunggunya.” Jawab Jin Eon.


Jin Eon melamun di kamarnya memikirkan kata2 Seok tadi saat mereka bicara mengenai Hae Gang yang akan bebas keesokan harinya. Jarum jam terus berputar, hingga menunjuk ke angka dua. Tapi Jin Eon masih terjaga.

Tak lama kemudian, Jin Eon bangkit dari duduknya, menyambar jaketnya dan hendak pergi tapi langkahnya seketika terhenti begitu teringat penderitaan Hae Gang.

Keesokan harinya, Seok menunggu Hae Gang di depan gerbang penjara. Tapi Hae Gang tak kunjung keluar. Seok yang bingung pun langsung mencari tahu lewat sipir penjara. Sipir penjara bilang bahwa tahanan nomor 4263 sudah dibebaskan tengah malam tadi. Seok pun terkejut.

Post a Comment

0 Comments