Di
episode sebelumnya, Hae Gang berkata pada Seok bahwa dia tidak akan mengajukan
banding. Seok ingin tahu alasannya, tapi Hae Gang bukan menjawab malah meminta
Seok merahasiakan hal itu dari Jin Eon. Ia tak ingin Jin Eon kabur lagi
dengannya, ia tak sanggup memberitahu Jin Eon soal surat pernyataan Presdir
Choi. Lantas apakah yang akan dilakukan Seok? Apakah dia akan diam saja? Lalu
bagaimana reaksi Jin Eon saat mengetahui surat pernyataan ayahnya? Apakah dia
akan kabur lagi seperti dugaan Hae Gang??
Hae
Gang tengah membaca surat pernyataan Presdir Choi.
Wakil Presdir Do Hae Gang
menyebarkan rumor keji terkait Direktur Shin Il Sang ke pasar saham.
Hae
Gang gemetaran membaca surat pernyataan itu.
Sementara
Jin Eon sendiri cemas karena tidak bisa menghubungi Hae Gang. Jin Eon lalu
menghubungi Kepolisian Mapo untuk mencari tahu apakah jasad Tae Seok sudah
ditemukan. Betapa kagetnya Jin Eon saat detektif bilang bahwa Tae Seok masih
hidup.
“Kami
mendapat petunjuk. Karena kami sudah memastikan dia masih hidup,kalau dia
menghubungi Anda, tolong bicara dengannya agar menyerahkan diri ke polisi.”
Ucap detektif.
“A-A-Apakah
Anda menghubungi kakak saya?” tanya Jin Eon.
“Hm...
Tidak. Ada kemungkinan kakak Anda akan membantu dia melarikan diri. Setelah
memastikan itu, kami akan memberitahu dia. Maafkan saya mengatakan ini, tapi
kami menghargai jika Anda memantau pergerakan kakak Anda dengan ketat.” Jawab
detektif.
Kita
lalu melihat Seok yang dimintai keterangan terkait rekaman suara Tae Seok.
Detektif ingin tahu, apa Seok yang merekamnya? Kalau bukan, darimana Seok
mendapatkan rekaman suara itu. Dan tepat saat itu, Jin Eon datang dan terkejut
melihat Seok.
“Saya
tidak bisa memberitahu Anda bagaimana yang merekam mendapatkan informasi.”
Jawab Seok.
“Yah,
saya mengerti Anda ingin melindungi pemberi informasi yang pertama. Karena saya
sudah mengkonfirmasi bahwa dia masih hidup, yang harus kita lakukan adalah
menangkap dia.” ucap detektif.
“Karena
butuh waktu untuk mendapatkan persetujuan pengadilan untuk mencari lokasi telepon,
pertama-tama Anda harus membuntuti Choi Jin Ri. Choi Jin Ri tahu Min Tae Seok
masih hidup. Saya sangat yakin itu.” jawab Seok.
Jin
Eon pun terkejut mendengarnya. Polisi lalu melihat kedatangan Jin Eon dan
memberitahu Seok. Seok juga kaget melihat kehadiran Jin Eon.
Seok
dan Jin Eon lalu bicara diluar. Jin Eon ingin tahu hukuman yang diterima Hae
Gang.
“Dia
dihukum seperti dugaan kita.” jawab Seok.
Jawaban
Seok cukup membuat Jin Eon khawatir. Seok lalu menatap Jin Eon.
“Orang
yang tidak muncul di pengadilan karena dia diberitahu untuk tidak datang dan
orang yang tidak mau muncul dalam situasi itu... Ong Gi tidak baik-baik saja. Setelah
selesai pemakaman, selama ini-- Tidak, sejak sebelum itu, dia selalu
berpura-pura dia selalu baik-baik saja. Sekarang, berandal itu tidak baik-baik
sama sekali. Dia mengerang karena terluka, menahan diri, menangis di
persembunyian, dan hanya mengkhawatirkanmu, Choi Jin Eon. Tidak peduli masalah
apa yang terjadi padanya, tapi dia hanya takut, kau akan terluka, Choi Jin Eon.”ucap
Seok.
“Apakah
dia mengatakan dia mengalami masa yang sulit? Apakah dia bilang dia
berpura-pura, baik-baik saja? Apakah dia sungguh mengatakan itu?” tanya Jin
Eon.
“Ya. Setelah
pemakaman, dia menangis, dia mengatakan itu. Jangan hanya menahan lukamu. Jangan
hanya melihat senyumannya karena dia tersenyum. Lihat padanya dengan baik-baik,
bahwa wanitamu menderita dan wanitamu mengalami masa sulit tapi berpura-pura bahwa
dia baik-baik saja. Orang bodoh itu tidak bisa bicara mengenai itu terlebih dulu.
Jadi, kau harus melihat dia melakukan itu dulu.” Jawab Seok.
“Apakah
Hae Gang yang merekam suara kakak iparku? Aku dengar berita bahwa kakak ipar
masih hidup dari polisi. Walaupun aku bersama dia, aku tidak mendengarnya dari
dia, tapi kau mendengarnya dari dia. Di depanku, dia tersenyum dan di depanmu,
dia menangis. Aku bahkan tidak tahu ini. Aku tidak tahu apa-apa dan lagi-lagi
aku sendiri salah paham padanya.” Ucap Jin Eon.
“Ada
alasan dia tidak bisa membicarakan itu. Pasti ada alasan mengapa dia menangis
di depanku, tapi tersenyum untukmu. Penyebabnya bukan pada wanitamu, tapi
padamu. Mengapa kau tidak tahu? Mengapa? Bahkan mengenai urusan kakak iparmu, kalau
dia memberitahukanmu, dia masih hidup, kalau kau melaporkannya kepada polisi, apa
yang akan terjadi antara kau dan kakak perempuanmu? Bagaimana dia bisa membawa
berkas rekaman ke polisi dengan tangannya sendiri, lagi? Karena kau menjadi
pemikiran dia, karena kakak perempuanmu menjadi beban berat di benaknya. Walaupun
demikian, kau harus melaporkan kriminal yang begitu brutal. Kau seharusnya
tidak marah karena dia tidak memberitahukanmu mengenai itu, tapi betapa dia
sangat menderita sendirian, seharusnya kau mempertimbangkan itu terlebih dulu. Tolong
mulai dengan menyingkirkan keluargamu yang menakutkan dari wanitamu terlebih
dulu. Apakah kau sudah lupa apa yang keluargamu lakukan pada wanitamu?” maki
Seok.
Jin
Ri kembali datang mengunjungi Tae Seok. Ia turun dari mobil sambil marah2
karena Tae Seok tidak menjawab panggilannya.Jin Ri pun masuk ke dalam. Tanpa ia
sadari, seseorang mengikutinya. Mereka polisi.Setibanya di dalam, ia heran
karena tidak menemukan suaminya di sana.
“Apakah
dia memancing lagi?” tanya Jin Ri.
Jin
Ri kembali keluar. Ia mengedarkan pandangannya mencari suaminya, dan ia pun
menemukan Tae Seok duduk dengan kepala tertunduk dan tangan gemetaran di tepi
kolam. Jin Ri pun bergegas menghampiri Tae Seok. Tae Seok meminjam ponsel
pemancing di sebelahnya. Ia menghubungi Jin Ri dengan ponsel itu, tapi Jin Ri
karena tidak mengenal nomor yang menghubunginya jadi memilih tidak
mengangkatnya. Namun tak lama, ponselnya kembali berdering dan sebuah sms
masuk.
“Kau
dibuntuti detektif.”
Jin
Ri terkejut membaca pesan yang dikirim oleh suaminya itu. Jin Ri lantas
melangkah mundur dan teriak2 memanggil suaminya. Untuk mengecoh polisi, ia
mengakui pria lain sebagai suaminya. Kedua detektif itu pun langsung bergerak
ke arah Jin Ri. Kesempatan ini pun digunakan Tae Seok untuk kabur. Ia kabur
dengan melompat ke atas sebuah mobil bak.
Akibat
dari perbuatannya, Jin Ri pun harus berurusan dengan polisi. Jin Ri tetap tidak
mau membuka mulutnya. Ia berkata, akan berbicara jika didampingi pengacaranya.
Polisi mengancam akan memperkarakan Jin Ri jika Jin Ri membantu menyembunyikan
seorang buronan.
Jin
Eon duduk menunduk di kantor polisi. Tak lama kemudian, Jin Ri datang bersama
dua polisi yang mengawalnya. Jin Ri langsung berakting ketakutan. Jin Eon
menenangkan Jin Ri, bahwa Jin Ri tidak akan dihukum asalkan Jin Ri membuat
pernyataan yang sebenarnya.
“Sudah
dikonfirmasi bahwa kakak ipar masih hidup.” ucap Jin Eon.
Apa?
Apa yang harus aku lakukan?” tanya Jin Ri, pura2 kaget.
“Dia
dicari polisi seluruh negara. Kita harus membuat dia menyerah sesegera mungkin.”
jawab Jin Eon.
Jin
Ri langsung lemas. Melihat kondisi sang kakak, Jin Eon pun menyuruh polisi2 itu
pergi.
Hae
Gang yang masih belum beranjak pergi, mengecek ponselnya dan terkejut melihat
banyaknya panggilan dari Jin Eon. Hae Gang pun bergegas menghubungi Jin Eon.
Jin
Eon yang baru kembali ke ruangannya, tertegun mendapat panggilan dari Hae Gang.
Kasus Hae Gang membuat dirinya terbebani. Tapi meski begitu, ia tetap menjawab
panggilan Hae Gang itu. Hae Gang meminta maaf, ia beralasan tidak menjawab
panggilan Jin Eon karena ponselnya tertinggal di rumah. Tanpa ia sadari, di
seberang sana Jin Eon sedang terguncang.
Hae
Gang lalu mengajak Jin Eon berkencan. Di seberang sana, Jin Eon membeku
mendengar ocehan Hae Gang. Setelah Hae Gang selesai bicara, Jin Eon bertanya
Hae Gang ada dimana. Hae Gang berkata, ia ada di rumah Buamdong. Jin Eon pun
berkata, akan mampir ke sana setelah pulang kerja.
“Baiklah.
Aku akan membeli bahan makanan dan menyiapkan makan malam Aku perlu beli bahan
makanan, tutup dulu teleponnya. Kita bertemu di makan malam.” Ucap Hae Gang.
Usai
berbicara dengan Hae Gang, Jin Eon memandangi cincin pernikahannya dengan
pandangan lirih.
Malam
harinya, Hae Gang tampak sibuk membuat berbagai jenis makanan.
Selesai
memasak, Hae Gang duduk di teras menunggu Jin Eon. Tak lama kemudian, ia
tersentak karena mendengar suara langkah Jin Eon. Jin Eon sendiri, ia terpaku begitu
melihat Hae Gang duduk menunggunya di teras. Hae Gang kemudian bangkit dan
beranjak mendekati Jin Eon.
“Jangan
bergerak. Aku akan membukakan pintu untukmu.” Ucap Hae Gang.
Hae
Gang kemudian meletakkan tangannya di atas pagar.
“Musim
kelihatannya sudah berganti. Anginnya sudah berubah. Angin musim semi akan
datang. Aku bahagia menunggumu. Suara mobil-mobil dan suara langkah kaki
membuat hatiku bergetar. Aku bisa ingat semua puisi yang kau bacakan ketika kau
membuntutiku dulu sekali, seperti kebohongan. Aku pikir aku bisa menunggumu
dengan bahagia selama setahun kalau kita bisa bersama tahun ini, dan tahun
depan dan tahun setelahnya, juga...”
“Bukalah
gerbangnya.” suruh Jin Eon, memotong kata2 Hae Gang.
“Mengapa,
lagi? Mengapa kau bertengkar lagi? Apakah kau berusaha membayar kembali semua
yang aku lakukan padamu?” tanya Hae Gang.
“Aku
bilang buka gerbangnya.” suruh Jin Eon.
Begitu
gerbang dibuka, Jin Eon langsung masuk begitu saja, tapi Hae Gang menahannya
dengan memegang lengannya. Hae Gang ingin tahu kenapa Jin Eon marah padanya.
Jin
Eon lantas menunjukkan cincin yang baru dibelinya. Hae Gang langsung diam.
“Aku
menginginkanmu. Aku menginginkanmu di saat pertama aku melihatmu dan aku
menginginkanmu ketika aku benci padamu setengah mati juga. Bahkan ketika kau menjadi
orang yang berbeda, bahkan ketika kau meninggal... Bahkan ketika aku
membuangmu, bahkan ketika kau membuangku, aku selalu menginginkanmu dan masih
menginginkanmu. Aku tidak seharusnya punya keberanian, aku tidak seharusnya
melakukan ini padamu, aku tetap membeli sebuah cincin.” Ucap Jin Eon.
Hae
Gang langsung tersenyum haru.
“Aku
tidak bisa hidup tanpamu. Aku ingin kau mengenakan cincin ini. Aku ingin hidup
bersamamu di rumah ini lagi. Mengapa kau bersembunyi dariku? Mengapa kau
menyembunyikan perjuangan dan kesulitanmu dariku? Mengapa kau bersikap seolah2
tidak terjadi apa2? Menangislah.
Menangislah di depanku. Menangislah hanya di depanku. Jangan menangis di depan
si brengsek lain. Hanya menangis di depanku!” ucap Jin Eon.
“Kau
menyembunyikan sesuatu dariku, bukan? Apa itu? Kau hanya bisa mengenakan cincin
ini jika kau memberitahu aku. Katakan padaku. Kau harus memberitahu aku. Kalau
tidak, kita akan gagal lagi. Kita akan berakhir membuat kesalahan yang sama. Katakan
padaku. Aku bilang beritahu aku! Beritahu aku!” pinta Jin Eon.
“Setelah
kembalinya ingatanku, saat mengetahui siapa diriku, begitu banyak hal terjadi
secara tiba-tiba. Di atas semua itu, kematian ayahmu… Kejadian-kejadian terus terjadi kebalikan
dari apa yang aku pikirkan, jadi pikiranku terus terkait pada
kejadian-kejadian.Rasanya seperti segalanya tiba-tiba akan runtuh. Kalau aku
memperlihatkan aku bergumul, itu hanya akan mempersulitmu. Aku hanya tidak bisa
memperlihatkannya di depanmu, itu saja.” Jawab Hae Gang.
“Walaupun
aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan dariku, aku tahu kau berbohong. Aku
perlu mendengar itu, jadi kau hubungi aku kalau kau memutuskannya. Aku akan
menunggumu. Datanglah cepat. Aku tidak suka menunggu.” Ucap Jin Eon.
Jin
Eon pun kembali menutup kotak cincinnya, kemudian beranjak pergi. Hae Gang
hanya bisa diam, menatap kepergian Jin Eon dengan tatapan sedih.
Keesokan
harinya, Hae Gang kembali berdiri di persidangan didampingi Seok. Kali ini, Hae
Gang berdiri sebagai terdakwa. Dan Seok adalah kuasa hukumnya. Hakim membaca
keputusan, bahwa Hae Gang dihukum satu tahun penjara.
Tangis
Jin Eon pecah melihat Hae Gang yang diseret ke dalam bus tahanan dengan tangan
terikat.Di dalam bus tahanan, Hae Gang menangis.
Kenangan buruk di masa lalu
pun diputar. Saat Jin Eon terhenyak melihat Hae Gang yang dengan kejamnya
menginjak seekor jangkrik.Saat Jin Eon marah karena berpikir Hae Gang sudah
melupakan Eun Sol. Saking marahnya, Jin Eon bahkan sampai melemparkan gelas
wine nya ke arah lampu taman.Saat Hae Gang duduk di teras hujan2an menunggu
kepulangan Jin Eon. Saat Jin Eon yang berdiri di depan rumahnya di Buamdong,
mencari Hae Gang yang dipikirnya sudah meninggal. Sementara Hae Gang yang
amnesia, merasakan sesak di dadanya saat mendengar suara Jin Eon yang
memanggil2 namanya.
Saat Hae Gang bersikap dingin kepadanya setelah ingatan Hae Gang kembali. Saat Hae Gang yang menandatangani surat perceraian dengan wajah terpukul. Saat Hae Gang marah besar dan menghancurkan seisi rumah setelah memergoki Jin Eon dan Seol Ri.
Saat Hae Gang bersikap dingin kepadanya setelah ingatan Hae Gang kembali. Saat Hae Gang yang menandatangani surat perceraian dengan wajah terpukul. Saat Hae Gang marah besar dan menghancurkan seisi rumah setelah memergoki Jin Eon dan Seol Ri.
1
Tahun Kemudian…
Jin
Eon dan Hyun Woo main tennis bersama. Hyun Woo tampak kewalahan mendapat
serangan bertubi dari Jin Eon. Beberapa kali, tubuhnya membentur dinding saat
berusaha mencapai bola dari Jin Eon. Hyun Woo yang sudah tidak kuat lagi,
akhirnya terduduk lemas di lantai. Hyun Woo pun mengajak Jin Eon minum2 saja,
atau mendaki gunung juga boleh ketimbang main tennis. Jin Eon setuju, tapi ia
berpikir untuk mandi dulu.
“Ya!
Ya! Ya,Choi Jin Eon!” teriak Hyun Woo kesal.
Sekarang,
Jin Eon dan Hyun Woo sudah berada di lift kantor mereka. Jin Eon mengajak Hyun
Woo membahas soal pengembangan obat baru mereka dengan para peniliti besok
pagi.
“Besok?
Dari seluruh hari, besok? Kau juga tak akan pergi besok? Hae Gang pasti sudah
menanti-nanti datangnya hari esok. Kau juga tidak akan menunjukkan dirimu
besok? Aku mengerti bila kau takkan pernah mau menemuinya lagi, tapi bagaimana
bisa kau tidak menjenguk sendiri di penjara? Apakah kau tidak ingin tahu? Kau
tidak merindukannya? Apakah Cheongju itu jauh? Seberapa banyak dia berubah
dalam setahun, bagaimana keadaannya selagi di dalam sana.” Protes Hyun Woo.
“Berhentilah
mengurusku dan Hae Gang.” jawab Jin Eon.
“Entah
itu bertengkar setelah bertemu, atau bilang padanya dia sudah sangat menderita
dan peluk dia dengan mesra.Temui dia dan marahlah padanya. Pokoknya temui dia.”
ucap Hyun Woo.
“Dia
itu wanita yang tidak ada kaitannya denganku. Jangan sebut-sebut wanita itu
lagi di depanku.” Jawab Jin Eon.
“Apa?
Wanita itu? Tidak ada kaitannya denganmu? Kalau begitu, apakah kau memanggilku
ke ruangan Kendo pada jam 3 dinihari lantaran wanita yang tak ada kaitannya
denganmu Gara-gara wanita yang tak terkait denganmu, kau mencekoki-ku dengan alkohol
dan membuatku muntah.” Cerocos Hyun Woo.
Jin
Eon yang sudah kembali ke ruangannya teringat saat Hae Gang diseret ke bus
tahanan dengan tangan terikat. Jin Eon juga kata2 Seok, tentang Hae Gang yang
memiliki alasan tidak mau menangis di depannya. Tak lama kemudian, Mi Ae datang
membawakan teh madu.
“Juga,
ada ini. Tampaknya seperti surat tilang. Jika Anda periksa, saya akan segera
mengurusnya.” Ucap Mi Ae.
Seok
yang baru tiba di kantornya terkejut saat mendapati Ha Joon tengah berbaring di
meja. Seok kemudian mendekati Ha Joon. Ia kemudian berkata bahwa itu kantor,
bukan kamar tidur dan menyuruh Ha Joon bangun. Tapi Ha Joon malah menyentuh
bulu mata Seok.
“Aku
menyentuhnya!” seru Ha Joon.
“Mengapa
kau menyentuhnya?” tanya Seok panik.
“Mereka
sangat cantik, bulu matamu.” Jawab Ha Joon.
“Sebaiknya
kau segera bangun.” Ucap Seok.
Ha
Joon pun mengulurkan tangannya pada Seok. Seok yang bingung pun bertanya apa
maksud Ha Joon. Ha Joon malah semakin mengulurkan tangannya. Seok pun akhirnya
paham bahwa Ha Joon sedang meminta bantuannya. Maka Seok pun langsung menarik
Ha Joon dengan kuat.
“Kekuatanmu
luar biasa.” Puji Ha Joon.
“Coba
lakukan ini.” suruh Ha Joon.
Ha
Joon lantas menggerakkan tangannya seperti ular. Dan Seok pun menirunya.
Keduanya lalu tertawa lepas. Ha Joon lantas membuat macam2 gerakan tangan. Seok
pun kembali menirunya.
“Baek
Sunbae, biarkan aku mencabut satu bulu matamu.” Pinta Ha Joon.
“Sebaiknya
kau cepat turun.” Suruh Seok.
Lalu
tiba2, seorang ajumma datang dan mengaku bahwa ia disuruh datang kesana oleh
tahanan bernomor 4263. Seok pun bergumam, kenapa tahanan 4263 itu memberikan
konsultasi hukum di dalam penjara. Seok lalu menyuruh Ha Joon menyajikan teh.
“Sebelum
konsultasi kita, 4263 memintaku agar memberikan ini padamu.” Ucap ajumma itu.
Dan
si tahanan 4263 itu adalah Hae Gang. Seok membaca surat dari Hae Gang setelah
ajumma itu pergi. Dalam suratnya, Hae Gang menyuruh Seok menganalisa tulisan
Presdir Choi di surat penyataan.
Usai
membaca surat Hae Gang, Seok pun langsung bergerak ke Cheon Nyeon Farmasi
sesuai instruksi Hae Gang untuk menganalisa tulisan tangan Presdir Choi pada
surat pernyataan. Di parkiran, ia bertemu Jin Eon.
“Apa
yang membawamu ke perusahaan?” tanya Jin Eon.
“Aku
datang untuk mendapatkan sesuatu karena diminta membantu.” Jawab Seok.
“Kau
masih seorang penyelesai masalah. Meskipun aku tidak tahu siapa yang meminta
bantuanmu, silakan ambil yang kau perlukan. Kalau begitu permisi.” Ucap Jin
Eon.
Saat
Jin Eon akan pergi, Seok menyebutkan nama Hae Gang.Seok berkata, kalau Jin Eon
tidak mau menjemput Hae Gang di penjara besok, maka ia yang akan pergi
menjemputnya.
“Kau
benar-benar memerlukan izinku?” tanya Jin Eon.
“Kau
punya hak apa memberikanku izin? Dari mulut seseorang yang meninggalkan wanita
yang dicintainya selama setahun terakhir, hanya memikirkan keinginannya, menurutku
tidak semestinya itu diucapkan. Jika kita berdua pergi ke sana, akan tidak
nyaman. Jadi aku ingin menyelesaikan.” Jawab Seok.
“Aku
tidak pergi, jadi jangan merasa tidak nyaman dan pergilah dengan nyaman. Kapan
kau bertanya padaku sebelum pergi menjenguk atau sebelum kau melepas banding? Kau
membohongiku sepanjang waktu. Kau membohongiku sampai akhir. Kalian berdua
mendiskusikan dan memutuskannya. Dan aku hanya menunggu? Setelah setahun,
tampaknya bisa dijalani. Mungkin aku sudah mendapatkan toleransi. Tidak sesulit
perkiraanku, dan aku percaya diri, hidup tanpa menemuinya. Kau tahu mengapa? Karena
aku tidak menunggu. Aku tidak menunggu wanita itu. Tidak usah mengkhawatirkanku
dan urus masalah di sana karena wanita itu tak ada kaitannya denganku. Baiklah
kalau begitu.” ucap Jin Eon.
Jin
Ri yang menunggu di rumah tampak cemas karena tak ada kabar dari Tae Seok.
“Kalau
kau terlalu gugup menelepon, maka paling tidak kirimkan surat. Apakah kau hidup
atau mati, setidaknya itu saja. Cobalah muncul di hadapanku. Cobalah muncul di
hadapanku seperti orang normal.” Gumamnya.
Tae
Seok sendiri terpaksa bekerja sebagai petani strawberry. Saking kelaparannya,
dia diam2 memakan strawberry yang dipetiknya. Si pemilik kebun pun datang dan
memarahi Tae Seok karena memakan strawberry miliknya tanpa izin.
Begitu
Jin Eon pulang, Jin Ri pun langsung meminta bantuan Jin Eon mencari Tae Seok.
“Ini
sudah setahun dan mungkin dia kehabisan uang. Mungkinkah dia tewas? Mungkinkah
dia lelah kabur dan mati begitu saja? Kalau tidak bagaimana mungkin kita tidak
mendengar kabar darinya? Aku terus memikirkan pikiran buruk.” Ucap Jin Ri.
“Oke,
ini tidak mudah, tapi aku akan coba cari. Sebagai gantinya, tinggallah bersama
Hyuk dan Ji Woo. Kupikir lebih baik bersama anak-anak daripada seperti ini
sepanjang hari. Pergi pulihkan juga kesehatanmu. Aku akan segera menghubungimu
bila menemukannya.” Jawab Jin Eon.
Tapi
Jin Ri malah sewot.
“Mengapa?
Mengapa kau berusaha mengirimkanku ke Amerika? Adakah alasan mengapa aku tidak
boleh berada di rumah ini? Haruskah aku memberitahukanmu?” tanya Jin Ri.
“Apa
maksudmu?” ucap Jin Eon bingung.
“Besok
merupakan hari Do Hae Gang keluar dari penjara, kan? Kau ingin mengirimkanku ke
Amerika dan membawanya ke rumah ini setelah mengusirku, kan? Kau ingin
mengusirku dari rumah, perusahaan, tanah air Korea dan kembali bersama, kan? Karena
jika aku di sini, akan mengganggumu. Kalau aku di sini, Do Hae Gang akan merasa
tidak nyaman. Apa aku keliru?” ucap Jin Ri.
“Kau
keliru. Aku tak pernah berpikir demikian.” Jawab Jin Eon.
“Dia
akan bebas besok, tapi kakak iparmu dan aku masih terpenjara. Kami berada dalam
neraka.” Ucap Jin Ri.
“Aku
akan melakukan hal yang sama. Kalau bukan kakak ipar, melainkan orang lain, kau
akan melakukan hal yang sama? Karena perbuatan itulah yang patut, karena ini
bukan hal yang dapat diabaikan.” Jawab Jin Eon.
“Perbuatan
yang patut? Siapa? Do Hae Gang? Anjing yang berlalu akan tertawa. Sapi yang
berlalu akan tertawa. Berapa banyak orang yang dia hancurkan seperti yang
dilakukannya pada kakak iparmu? Bahkan ada seorang anak yang jatuh dari atap
gedung pengadilan gara-gara dia. Karena dia merasa sangat diperlakukan tidak
adil olehnya, dia jatuh tepat di depan mata Do Hae Gang dan tewas. karena tidak
ada jalan lain untuk balas dendam selain itu. Kau tidak mengetahuinya, kan?”
ucap Jin Ri.
“Dapatkah
seseorang tak pernah dimaafkan setelah berbuat salah? Dapatkah? Dia bekerja
keras, dia menangis, melakukan hal drastis. Dia berjuang untuk membentuk
hidupnya agar benar lagi. Itu sebabnya dia melepaskan banding. Kalau begitu
menurut caramu, kakak ipar juga tidak dapat dimaafkan, karena orang-orang yang
telah berbuat salah tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak bisa melakukan apapun, kau
tak bisa berbuat apapun dan kakak ipar tidak pernah bisa melakukan apapun di
kemudian hari. Jika kau tidak melakukan apa-apa, tidak ada yang berubah. Hidupnya
jauh lebih berguna ketimbang Noona, yang tidak berbuat apa-apa, selain
menyalahkan orang lain demi dirinya dan dunia. Siapapun bisa menutup matanya.
Membuka matamu ketika dikritik itu sulit. Sikap beraninya merupakan hal yang
tidak bisa dilakukan semua orang.” Jawab Jin Eon.
“Jangan
bicara sembarangan!” bentak Jin Ri.
Nyonya
Hong terus2an menatap ke arah meja suaminya. Lalu tiba2, ia melihat sosok
suaminya sedang berkutat dengan beberapa berkas.
“Yeobo,menurutmu
siapa yang kulihat hari ini?” tanya Nyonya Hong.
Perawat
Sohn yang menemani Nyonya Hong pun merasa iba.
“Kau
muak padanya setengah mati saat dia masih hidup, sekarang kau merindukannya
setengah mati. Kecuali hari pertama, kau selalu bicara soal perceraian.” Gumam
Perawat Sohn.
“Aku
bertemu perempuan yang menggoda putra kita. Aku bertemu perempuan licik itu
hari ini. Perempuan itu tampak cantik. Meskipun dia tidak mengenakan riasan
wajah atau berdandan, dia cantik dan tinggi badannya bagus. Namanya Do Hae
Gang, tapi dia tidak sopan,yeobo. Meskipun aku memperkenalkan diri padanya,
seolah-olah dia membanting pintu di depan mukaku. Begitu dingin aku
diperlakukan hari ini! Dia terus memanggilku, Ahjummoni, Ahjummoni dan
kemarahanku membuatku ingin menghajarnya. Anak-anak lain memanggilku, Ibu, Ibu,
tapi baginya, aku ini Ahjummoni sampai akhir. Maksudku, bahkan bukan Nyonya.
Bagaimana bisa aku kelihatan seperti seorang Ahjummoni.” Ucap Nyonya Hong.
Jin
Eon pun datang. Begitu Jin Eon datang, Perawat Sohn bergegas pergi.
Sosok
Presdir Choi tertawa mendengar ocehan Nyonya Hong.
“Mengapa
tertawa? Istrimu sedang memberitahukanmu dia diperlakukan tidak baik. Aku
bertanya baik-baik, sangat manis, berapa lama waktu yang diperlukan, berapa
lama waktu yang diperlukan baginya meninggalkan Jin Eon. Dan makhluk itu, mengeluarkan
dompetnya,dan memberikanku uang tidak lebih dari 20 ribu Won dan memintaku agar
menyingkirkan Jin Eon darinya. Dia mengganggu belajarnya.” Ucap Nyonya Hong.
Jin
Eon pun tertawa. Nyonya Hong pun langsung menatap ke arah Jin Eon.
“Mengapa
tertawa? Kau bisa menertawakan hal itu? Kau memilih wanita seperti batu. Kau
senilai 20 ribu Won baginya. Bahkan tidak 200 ribu Won melainkan tidak lebih
dari 20 ribu Won.” Ucap Nyonya Hong.
“Baginya,
itulah keseluruhan miliknya, Bu.” Jawab Jin Eon.
“Apa?”
tanya Nyonya Hong.
“Dia
memberikanmu seluruh miliknya sebagai tebusanku.” Jawab Jin Eon.
“Kau masih
membela perempuan itu? Sudah berapa lama kau pacaran? Seberapa banyak kau
mengenalnya sampai-sampai membelanya? Mereka bilang sia-sia saja melahirkan
seorang putra.” Ucap Nyonya Hong.
Nyonya
Hong kembali menatap Presdir Choi. Ia pun terkejut saat mendapati suaminya itu
tiba2 saja menghilang.
“Yeobo?
yeobo?” cari Nyonya Hong.
“Bu,
Ayah keluar sebentar. Ayo duduk saja menunggunya.” Jawab Jin Eon.
Jin
Eon melamun di kamarnya memikirkan kata2 Seok tadi saat mereka bicara mengenai
Hae Gang yang akan bebas keesokan harinya. Jarum jam terus berputar, hingga
menunjuk ke angka dua. Tapi Jin Eon masih terjaga.
Tak
lama kemudian, Jin Eon bangkit dari duduknya, menyambar jaketnya dan hendak
pergi tapi langkahnya seketika terhenti begitu teringat penderitaan Hae Gang.
Keesokan
harinya, Seok menunggu Hae Gang di depan gerbang penjara. Tapi Hae Gang tak
kunjung keluar. Seok yang bingung pun langsung mencari tahu lewat sipir
penjara. Sipir penjara bilang bahwa tahanan nomor 4263 sudah dibebaskan tengah
malam tadi. Seok pun terkejut.
0 Comments:
Post a Comment