Skip to main content

Different Dreams Ep 7-8 Part 4

Sebelumnya...


Hiroshi dan seorang gisaeng memapah Taro keluar dari gibang menuju mobil.

Taro meminta maaf pada Hiroshi karena harus memberikan posisi direktur pada orang lain. Ia minta Hiroshi mengerti.

Hiroshi : Aku mengerti.


Taro tertawa puas, lalu pergi dengan sopirnya. Setelah sopir pergi, Hiroshi menatap ke arah gisaeng. Gisaseng itu pun segera masuk bersama teman2nya. Tak lama setelah mereka semua pergi, Hiroshi mulai mual. Hiroshi pun mencari tempat sepi untuk muntah.

Maru memberikan Hiroshi air. Setelah muntah dan meminum sedikit air, Hiroshi mulai agak tenang.


Paginya, Hiroshi masuk kerja seperti biasa.

Ishida, salah satu dokter di rumah sakitnya, menerobos masuk ruangannya.

Ishida : Wakil Direktur, aku baru saja mendapat kabar. Direktur meninggal di rumahnya.

Hiroshi pura2 kaget, bagaimana bisa?

Ishida : Istrinya bilang dia melihat Direktur tidur setelah pulang. Namun, saat dia melihatnya di pagi hari, Direktur sudah meninggal.

Hiroshi : Bawa jasadnya kemari. Kita harus memeriksa penyebab kematiannya.

Ishida : Istri direktur tidak mengizinkan siapa pun menyentuh jasadnya. Dia bilang akan mengatur pemakaman di rumah.

Hiroshi : Mendadak sekali. Mereka akan membutuhkan akta kematian. Tolong siapkan itu.


Ishida pergi. Setelah Ishida pergi, Hiroshi menyuruh Maru menjadwalkan pertemuannya dengan Kenta.


Matsuura menunjukkan foto2 Oda dengan gisaeng ke Kenta.

Kenta tanya, apa yang Matsuura dapat dengan itu?

Matsuura : Kita sepakat akan terus berbagi informasi. Tentang dana untuk Korps Pahlawan dan kelompok teroris lainnya.

Kenta : Biro Urusan Pengadilan mengawasimu. Jangan berani-berani melawan Oda.

Matsuura : Berpura-puralah kau tidak tahu apa-apa. Aku yang memulainya, jadi, aku yang akan mengakhirinya.

Kenta : Kalau begitu, apa yang kau inginkan dariku?

Matsuura : Aku akan membentuk unit khusus. Aku akan langsung melapor padamu.

Kenta : Biro Urusan Pengadilan dan Kantor Militer... Maksudmu unit itu akan menghindari perhatian keduanya?

Matsuura yakin, benar sekali.

Kenta : Jangan meremehkan Oda.


Tim Young Jin tiba di Manchuria Utara. Mereka melintasi gunung dengan menunggangi kuda, menuju tempat persembunyian Tae Joon.


Oda memberitahu Fukuda kalau Young Jin pergi ke Manchuria.

Oda : Jika kita tidak membuntutinya dengan saksama, dia akan sulit dilacak.

Fukuda membela Young Jin. Ia bilang, Young Jin adalah warga sipil dan mereka tidak bisa menguntitnya tanpa bukti.

Oda : Kami punya bukti. Dia menaiki kereta yang sama dengan Kim Seung Jin. Saat dia dan Yoo Tae Joon ditangkap, akan kukirim mereka ke Gyeongseong. Kau urus itu.

Fukuda mengerti.


Young Jin cs berhenti sejenak. Young Jin lalu tanya, apa Won Bong melakukan itu di kereta.

Won Bong : Lebih baik melenyapkan kemungkinan ancaman.

Won Bong kembali melajukan kudanya, diikuti Nam Ok, Seung Jin dan terakhir Young Jin.


Mereka akhirnya tiba di tempat Tae Joon yang letaknya di perbukitan.

Young Jin cs melihat tempat tinggal Tae Joon. Disana, juga hidup beberapa rakyat Joseon.

Tak lama, mereka kedatangan beberapa pasukan yang salah satu diantaranya terluka.

Young Jin cs pun langsung mengikuti mereka masuk ke dalam.


Won Bong tanya, apa yang terjadi.

"Kami disergap tentara Jepang di Gwandong." ucap salah satu dari mereka.


Asisten Tae Joon yang membantu Tae Joon menangani pasien, menjerit melihat darah.

Young Jin langsung mengambil alih. Ia minta kain kasa.

Tae Joon kaget melihat Young Jin. Young Jin tegang melihat Tae Joon.


Won Bong terus melihat Tae Joon.

"Aku perlu menemui Dokter Yoo Tae Joon." ucapnya dalam hati.

Tae Joon memberikan Young Jin alkohol untuk mensterilkan tangan. Lalu ia kembali bekerja, mengurusi luka tembak pria itu.

Young Jin kembali memandangi Tae Joon.

Bersambung....

Next epi :

Persembunyian Tae Joon ketahuan. Tae Joon tewas tertembak.

Won Bong dan Young Jin membalas kematian Tae Joon. Young Jin menembak pria yang membunuh Tae Joon.

Oda menyuruh Fukuda mencari tahu pria yang bersama Young Jin.

Fukuda melihat Young Jin bersama Won Bong.

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...