Different Dreams Ep 33-34 Part 3

Sebelumnya...

*Aaaaah, adegan selanjutnya membuat tangis sy mengalir. Hiroshi yang tertawa dalam kesedihannya dan Young Jin yang menangis dalam pelukan Won Bong. Baik Young Jin maupun Hiroshi sama2 tidak sanggup saling membunuh satu sama lain. Ntar Hiroshi tewas gaes.. di tangan siapa? Jawabannya di ending episode kali ini... Young Jin pasti sangat hancur jika tahu ayahnya tewas...


Hiroshi berlari keluar, dia mau menyelamatkan Young Jin dari tembakan anak buahnya.

Tapi sampai diluar, ia disambut oleh tembakan Won Bong.

Won Bong : Aku sudah membereskan polisi militer yang kau tempatkan.


Darah mulai mengalir deras, membasahi tangan Hiroshi.

Young Jin yang berdiri membelakangi Hiroshi, meminta Hiroshi menyerah, karena ia mau mengenang Hiroshi yang masih hidup.

Young Jin beranjak pergi bersama Won Bong.


Tangis Hiroshi akhirnya keluar.

Lalu ia tertawa. Tertawa dalam kesedihannya dan jatuh terduduk.


Paginya, Young Jin berdiri menghadap ke sungai.

Young Jin memberitahu Won Bong yang menatapnya, kalau kantor gubernur sudah tahu ia mata2.

Young Jin : Penyelidikan Fukuda akan menargetkan Hiroshi. Lalu, akan terjadi pertarungan di antara mereka sendiri.

Young Jin lantas menatap Won Bong. Ia meminta maaf karena tidak bisa menembak Hiroshi dengan tangannya sendiri dan juga berterima kasih karena Won Bong tidak menghabisi Hiroshi malam itu.


Won Bong pun menarik Young Jin ke pelukannya.

Won Bong : Aku mengerti perasaanmu. Katakan kapan saja. Aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.

Tangis Young Jin seketika pecah dalam pelukan Won Bong.


Miki meneguk tehnya, lalu ia bertanya, kau bertemu Direktur Hiroshi?

Young Jin yang berdiri di depan jendela pun berkata bahwa Hiroshi tidak akan pernah berubah.

Young Jin : Dia meyakini semua yang dia lakukan untuk melindungiku.

Miki : Song Byeong Soo mengatakan hal serupa. Dia bilang aku butuh perlindungannya karena dunia berbahaya dan terus mengendalikanku. Dia hanya ingin memuaskan keinginannya.


Young Jin lantas duduk.

Young Jin : Kau sudah mempelajari masalah lainnya?

Miki : Aku menyusun daftar undangan terlebih dahulu. Nanti saja memikirkannya dan beristirahatlah. Musuh tidak dicari di markas sendiri. Kau akan aman berada di sini.

Young Jin mengangguk sembari tersenyum.

Young Jin : Terima kasih.


Di RS, Ishida sedang mengobati luka tembak Hiroshi, didampingi Joon Soo.

Hiroshi menatap tajam Ishida.

Hiroshi : Mungkinkah kau mengatakan sesuatu tentang aku pada Fukuda dan Matsuura?

Ishida mulai tegang. Ia mengerti maksud Hiroshi, tapi pura2 bego dan bertanya, apa maksud Hiroshi soal luka tembak Hiroshi.

Hiroshi : Tidak. Ini tembakan yang tidak disengaja.

Hiroshi lantas meminta Ishida menjawab pertanyaannya.


Joon Soo yang melihat itu terpana.


Ishida pun berlutut.

Ishida : Aku tidak berniat mengatakannya. Fukuda dan Matsuura mengancamku. Jadi, aku beri tahu mereka convallatoxin ada dalam botol miras.

Hiroshi berkata dingin, angkat kepalamu.

Ishida ketakutan.

Ishida : Aku layak mati karena kesalahanku.

Hiroshi : Jangan katakan itu dengan gegabah. Kecuali kau bersedia bunuh diri karena kesalahanmu. Apa yang harus aku lakukan padamu?

Ishida : Aku akan melakukan apa pun. Aku akan melakukan apa pun yang Anda perintahkan. Aku mohon padamu. Aku mohon jangan bunuh aku.

Hiroshi berdiri. Ia mengenakan jas militernya dan beranjak pergi.


Matsuura menemui Kenta.

Kenta berkata, akan membubarkan Tim Satuan Khusus dan menurunkan pangkat Fukuda.

Kenta : Dia akan masuk daftar tunggu, lalu dikirim ke pengadilan distrik. Bisa jadi itu efek lanjutan dari kematian ayahnya. Atau bisa jadi Oda ketakutan dan bertindak lebih dahulu.

Matsuura menanyakan nasibnya dan timnya.

Kenta : Kalian otomatis akan kembali ke Polisi Rahasia Jongno. Menindak pelanggar politik untuk saat ini.

Matsuura : Komisaris, aku punya cukup bukti mengenai Direktur Hiroshi.

Kenta : Kau gila? Jangan pernah katakan itu lagi. Bahkan Gubernur tidak bisa memperlakukannya dengan sembarangan.

Matsuura kesal banget karena gak bisa menindak Hiroshi.

*Nah mending yg ditindak Hiroshi aja tu Om. Young Jin nya jgn, pan si Young Jin cuma perjuangin haknya dan hak rakyat Joseon.


Matsuura beranjak keluar. Langkahnya langsung terhenti saat melihat Fukuda berdiri diluar, menunggunya.

Fukuda sedikit tersenyum melihat Matsuura. Matsuura menghampiri Fukuda.

Matsuura : Aku dengar kau sedang menunggu penugasan.

Fukuda : Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta cuti. Terima kasih telah memercayai dan mengikutiku. Aku serius.

Matsuura : Apa kau akan membiarkan militer menguasai Jepang dan Joseon?

Fukuda tersenyum dan menggeleng.

Fukuda : Tidak. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa sebagai jaksa Kantor Gubernur. Aku mengonfirmasi itu dengan jelas. Tolong sampaikan salamku kepada tim.


Fukuda beranjak pergi. Tapi ia menghentikan langkahnya dan bicara lagi.

Fukuda : Mungkin musuh sesungguhnya yang mengancam konstitusionalisme bisa ditemukan di antara kita.


Matsuura kembali ke kantornya.

Daiki langsung menghampirinya dan mengatakan bahwa seseorang sudah menunggu Matsuura sejak tadi.


Matsuura menatap sosok yang dimaksud Daiki. Dia Ishida. Ishida mengangguk. Matsuura mengajaknya bicara di tempat lain.

Matsuura : Hiroshi ingin bertemu denganku?

Ishida : Ya.

Matsuura : Apa yang kau rencanakan? Apa kau memberi tahu dia tentang botol minuman keras itu?

Ishida : Tidak.

Matsuura tersenyum tidak percaya.


Majar mengayuh sepedanya dan menemui Won Bong dan Nam Ok yang menunggunya di mobil, di depan Kepolisian Jongno.

Won Bong : Kau sudah membawa pangsitnya?

Majar : Pangsitnya ada di sini.

Majar menunjukkan kotak di jok belakang sepedanya.

Won Bong : Fukuda mengenali wajahmu. Jika bertemu dia, langsung keluar.

Nam Ok : Jaksa itu dan geng Matsuura tidak ada di sini. Ada di Tim Tugas Khusus Satu.

Won Bong : Tidak ada salahnya berhati-hati. Kau tidak perlu memeriksa semuanya sekaligus. Periksa kantor kepala polisi dan gudang senjata terlebih dahulu.

Majar : Baiklah.

Won Bong : Cepatlah, pangsitnya nanti dingin. Hati-hati.


Sampai di pintu gerbang Jongno, polisi yang menjaga pintu memeriksa Majar.

Majar : Itu hanya pangsit.

Majar pun diizinkan masuk.

Won Bong dan Nam Ok mengawasinya dari jauh.

*Si Majar ini makin lama makin mirip Myung Soo aka L Infinite...


Sampai di dalam, Majar menawarkan pangsitnya pada dua rekan polisi.

Majar : Kami baru saja membuka restoran pangsit di dekat sini. Silakan dicoba.

"Pangsitnya kelihatan enak. Aromanya nikmat." jawab si polisi.


Setelah itu, Majar pun langsung mencari gudang senjata.

Tak lama, ia menemukannya dan melihat gudang senjata yang dijaga dua orang polisi.


Matsuura dan geng nya balik ke Jongno.

Won Bong dan Nam Ok sontak kaget. Nam Ok mau menyusul Majar, tapi dihentikan Won Bong.

Won Bong : Fukuda tidak bersama mereka. Mereka mengenali wajah kita. Kita tunggu saja.

*Sialan lah, sy tegang. Majar hampir kepergok.


Majar berhenti sejenak di tangga. Ia mengeluarkan catatan kecilnya dan menggambar denah gudang senjata.

Majar kemudian mencari kantor kepala polisi.

Saat hendak menggambar denahnya, ia mendengar suara Matsuura dan Daiki.


Daiki : Anda tidak memberi tahu Komisaris Anda menemui Direktur Hiroshi?

Matsuura : Hanya kita yang tahu. Tutup mulutmu.

Daiki mengerti.

Matsuura pergi duluan.


Daiki melihat Majar.

Daiki menghampiri Majar.

Daiki : Kau siapa?

Majar : Kami baru saja membuka restoran pangsit.

Daiki memeriksa kotak pangsit Majar, setelah itu, ia menyuruh Majar pergi.


Majar berhasil keluar dari kantor polisi.

Won Bong dan Nam Ok bergegas mengikuti Majar.


Majar memberikan catatannya.

Majar : Aku menemukan lokasi gudang senjatanya. Namun, aku tidak bisa menemukan kantor kepala polisi.

Won Bong : Bagus. Aku melihat Matsuura masuk. Tidakkah kau berpapasan dengannya?

Majar : Aku mendengar mereka berbicara di tangga. Dia akan bertemu dengan Direktur Hiroshi.

Nam Ok : Matsuura akan bertemu dengan Hiroshi?

Won Bong : Baiklah. Temuilah Se Joo.

Majar nurut dan langsung pergi.


Nam Ok melihat Won Bong memikirkan sesuatu.

Nam Ok : Sekarang apa?

Won Bong : Kita buntuti Matsuura.

Bersambung ke part 4....

0 Comments:

Post a Comment