Skip to main content

Different Dreams Ep 37-38 Part 4

Sebelumnya...


Fukuda berusaha membujuk Nam Ok.

Fukuda : Aku Jaksa Fukuda dari Biro Urusan Hukum. Aku datang dengan tangan kosong! Mari kita bicara! Pertama, keluarlah dari sini dengan selamat. Tolong ikut aku.

Nam Ok pun membalasnya dengan tembakan.

Nam Ok : Berhentilah mengatakan omong kosong seperti itu!


Fukuda : Seperti yang mungkin kau sadari, kau sudah dikepung! Kau tidak bisa keluar dari sini sendirian.

Nam Ok : Detektif yang membunuh Jung Im! Bawa keparat itu kemari lebih dahulu.

Fukuda : Kita bisa bicara setelah itu.

Nam Ok kembali menembak ke bawah.

Matsuuda kesal dan langsung membalas Nam Ok.

Matsuuda : Aku di sini, Tikus! Ayo tangkap aku!

Nam Ok : Jatuhkan senjatamu dan naik kemari, Keparat.

Matsuuda ingin menembak Nam Ok lagi, tapi Fukuda menghentikannya.

Fukuda : Berhenti! Mundurlah jika kau berencana melakukan hal yang berbahaya.


Matsuura yang menunggu diluar, memutuskan untuk masuk.

Sementara Won Bong yang menunggu diluar pun berharap Nam Ok menyerah dan keluar hidup2.


Matsuura masuk. Matsuuda melapor kalau Nam Ok masih belum mau menyerah.

Matsuura pun berusaha membujuk Nam Ok.

Matsuura : Aku Inspektur Kepala Matsuura dari Biro Kepolisian. Teman-temanmu sedang diinterogasi di Kantor Polisi Jongno sekarang. Bersikap kooperatiflah dalam penyelidikan. Maka kau akan dihukum sesuai sikapmu, yaitu paling lama beberapa tahun. Jangan sia-siakan hidupmu yang berharga seperti ini. Menyerahlah!

Nam Ok diam saja.

Matsuuda : Kurasa dia kini kehabisan peluru, Pak.

Fukuda pun memutar otaknya, memikirkan cara melindungi Nam Ok.


Matsuura : Aku akan menghitung sampai sepuluh dan naik ke sana. Sebaiknya jatuhkan pistolmu dan menyerah!

Matsuura mulai menghitung. Saat tiba di hitungan keempat, ia mau naik tapi dihalangi Fukuda.

Nam Ok pun kembali menembaki mereka.

Nam Ok : Naiklah jika kau ingin mati! Aku akan menembak kepalamu!


Fukuda : Jika kau menyerah, aku akan membantumu mendapatkan pengurangan hukuman!

Matsuura marah mendengar itu.

Matsuura : Apa maksudmu?

Matsuura lalu menembaki Nam Ok.


Won Bong masih menunggu Nam Ok dengan cemas.

Won Bong : Kumohon jangan mati. Menyerahlah dan keluar. Aku akan menyelamatkanmu, Bodoh!


Nam Ok membuang sisa pelurunya dan mengambil peluru terakhirnya.

Matanya seketika berkaca-kaca melihat tulisan hero di peluru terakhirnya.


Nam Ok pun teringat saat Won Bong mendekatinya saat ia sedang mengukir tulisan hero di peluru itu.

Nam Ok lalu berkata pada Won Bong bahwa peluru itu akan menyelamatkan hidupnya suatu hari nanti.

Flashback end...


Tangis Nam Ok berjatuhan.

Nam Ok : Aku sudah bilang kau akan menyelamatkan hidupku suatu hari nanti.


Matsuura berniat ke atas karena tidak lagi mendengar suara Nam Ok.


Nam Ok teringat kebersamaannya dengan rekan2 seperjuangannya.

Nam Ok : Menyerah pada Kantor Gubernur Joseon berarti mati selamanya, sedangkan kematian karena bunuh diri berarti hidup selamanya. Namun, satu hal yang membuatku sedih yaitu aku tidak akan mati sampai negaraku meraih kemerdekaan. Andai aku bisa melihat wajah kalian semua sekali lagi saja sebelum aku mengakhiri hidupku.


Diluar, Won Bong menunggu Nam Ok dengan cemas.


Nam Ok : Mianata, Hyung.

Dan Nam Ok pun bunuh diri. Ia mengarahkan pistolnya ke dagunya.

Won Bong yang mendengar itu diluar, sontak terkejut.


Di dalam, Fukuda juga terkejut.


Sementara Matsuura tersenyum senang.

*Babik lah si Matsuura ini.... mudah2an endingnya dia ke alam baka...


Tangis Won Bong langsung keluar mendengar suara tembakan. Ia sadar dengan apa yang dilakukan Nam Ok.

Won Bong : Bersorak untuk kemerdekaan Korea.


Fukuda dan Matsuura melihat jasad Nam Ok.

Fukuda menyesalkan kematikan Nam Ok.


Polisi membawa jasad Nam Ok keluar.

Won Bong terpukul melihatnya.


Tak lama, Won Bong melihat Matsuura keluar.

Won Bong mau menembak Matsuura tapi tidak sanggup karena ia sangat terpukul atas kematian Nam Ok.


Malam sesudah kematian Nam Ok, Daiki dan Matsuuda pergi minum2.

Selesai minum2, mereka berpisah dan pergi ke arah berlawanan.

Saat Matsuuda sendiri, Won Bong datang menculiknya.

Won Bong membawa Matsuuda ke sebuah ruangan.

Matsuuda yang baru sadar, terkejut melihat Won Bong.

Matsuuda : Aku melihatmu di Shanghai. Kau anggota Korps Pahlawan, bukan? Apa hanya kau yang tersisa? Yang ditangkap di restoran dan si bodoh yang datang ke stasiun semuanya sudah mati. Tentang wanita yang aku temui di Shanghai, aku membunuhnya.

Won Bong : Kim Nam Ok, kawanku yang tewas di gereja hari ini. Bagaimana dia mati?

Matsuuda : Si bodoh itu bunuh diri. Kami memeriksa senjatanya, dan itu peluru terakhir yang dia punya.


Won Bong : Apa penyelidikan itu dipimpin Inspektur Matsuura?

Matsuuda : Jika aku bekerja sama, kau akan mengampuniku, bukan?

Matsuuda kemudian berdiri dan berusaha menyerang Won Bong tapi Won Bong mencengkramnya dan membantingnya ke dinding.

Won Bong kemudian mendekatinya.

Won Bong : Penyelidikan dipimpin oleh Inspektur Kepala Matsuura, bukan?

Matsuuda : Benar.


Won Bong lantas mencengkram wajah Matsuuda.

Won Bong : Lalu apa yang kalian lakukan terhadap jasadnya?

Matsuuda tersenyum menyeringai.

Matsuuda : Kami membakarnya hingga menjadi abu. Jika kami menguburnya, kalian aktivis kemerdekaan akan berziarah ke tempat itu.

Won Bong : Setahuku, Jaksa Fukuda juga ada di dalam gereja. Apa yang dia lakukan? Apa Jaksa Fukuda terlibat atas kematian rekan-rekanku?

Matsuuda : Jaksa Fukuda menyarankan agar dia menyerah. Sampai saat-saat terakhirnya.


Won Bong lantas memasukkan ujung pistolnya ke mulut Matsuuda.

Barulah si kampret Matsuuda ketakutan dan minta Won Bong tidak membunuhnya.

Won Bong : Paman kami, Majar, Cha Jung Im, dan Kim Nam Ok. Aku akan mengukir empat nama ini di kepalamu selamanya. Kau sebaiknya mengingat mereka bahkan setelah mati.

Won Bong pun meletuskan senjatanya berkali2. Matsuuda tewas seketika.


Tangis Won Bong kembali pecah.

Bersambung....

Next ep, ep terakhir, Young Jin tertembak gaes...

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...