The Great Show Ep 3 Part 2

Sebelumnya....


Dae Han langsung pulang. Ia sedikit terkejut melihat Da Jung dan kedua adiknya serta mobil pick up yang penuh dengan barang2 Da Jung terparkir di depan rumahnya.

Dae Han : Kau datang?

Da Jung memberi aba2 pada adiknya. Setelah hitungan ketiga, Tae Poong dan Song Yi memberi salam pada Dae Han.

Dae Han : Kenapa kalian datang cepat sekali? Kau sudah memikirkannya?

Da Jung : Bagaimana jika anda berubah pikiran lagi?

Dae Han : Kau menganggapku apa? Astaga....

Dae Han lalu menanyakan Tak. Da Jung bilang, Tak akan datang nanti.

Dae Han : Baiklah.


Da Jung : Bagaimana pembagian kamarnya?

Dae Han : Aku belum tahu.

Da Jung : Sudah kuduga. Jadi, aku sudah memikirkannya dan kami berempat bisa memakai kamar tidur utama dan gudang serta anda bisa memakai ruang kerja.

Dae Han : Di mana kau akan meletakkan semua barang-barangmu?

Da Jung : Gudangnya luas. Semua akan muat. Anda bisa membantu dia membawa barang-barang kami.

Dae Han : Apa? Mereka tidak memasukkannya? Punggungku sakit.


Masalah Dae Han masih belum berakhir. Si pemilik mobil pick up yang jasanya disewa Da Jung untuk mengangkut barang2, meminta bayarannya pada Dae Han. Dae Han protes, kenapa aku?

Pria itu, astaga....

Dae Han : Tentu saja. Berapa harganya?

"Harganya 430 dolar."

"Apa? Kenapa mahal sekali?"

"Aku memindahkannya dari Chuncheon. Aku memberi anda diskon karena anak-anak."

"Boleh aku mentransfer uangnya ke rekeningmu?"

Dae Han pun lemas memikirkan jumlah uangnya yang udah menipis kini makin menipis karena harus membayar sewa pick up. LOL LOL LOL


Da Jung bicara pada kedua adiknya.

Da Jung : Baik. Kalian siap mendekorasi kamar kita dan membuatnya cantik?

Song Yi dan Tae Poong : Ya!

Da Jung : Ayo.

Da Jung mengajak kedua adiknya masuk.


Dimulai lah misi mereka itu. Mendekor kamar utama menjadi kamar yang cantik untuk mereka.

Dae Han membantu anak2 itu membawa barang2 ke gudang. Saat memindahkan rak dari luar ke dalam, punggung Dae Han kram. Da Jung pun geleng2 kepala melihatnya.


Kini, mereka sudah selesai mengosongkan gudang.

Dae Han dan Da Jung saling tersenyum satu sama lain.


Selesai beres-beres, Tae Poong dan Song Yi sibuk melihat ikan di akuarium.

Dae Han bersantai sejenak di sofa.

Da Jung kemudian datang dan meletakkan guci yang dibungkus kain di belakang TV.

Dae Han melirik guci Da Jung dan tanya guci apa itu.

Da Jung : Ini abu ibuku.


Dae Han kaget dan langsung berdiri.

Dae Han : Kau menyimpan ini di rumah?

Da Jung : Ya. Kami tidak punya uang untuk menempatkannya di rumah abu dan anak-anak ingin bersamanya.

Dae Han : Tapi tetap saja... akan terlalu menonjol jika kau meletakkannya di sini.

Da Jung : Karena itulah ini tempat yang sempurna! Rasanya dia selalu bersama kita.

Dae Han : Baiklah. Mari tempatkan dia di rumah abu setelah kita punya uang.


Tae Poong minta izin Dae Han untuk memberi makan ikan. Dae Han melarang dan mengatakan, ikannya sangat sensitif dan bisa mati jika makan sembarangan.

Tae Poong merengek mau kasih makan ikan.

Dae Han : Hei, ini yang paling kusayangi di rumah ini. Berdiri saja di sana dan lihat mereka, ya?

Tae Poong lalu menepuk2 akuariumnya. Dae Han makin stress.

Dae Han : Jangan sentuh seperti itu. Jangan!

Song Yi pun meminta Tae Poong berhenti menepuk akuariumnya.


Dae Han kembali duduk di sofa.

Ponsel Da Jung tiba2 berdering. Setelah menjawab panggilannya, Da Jung mengajak Dae Han bicara.


Kyung Hoon dan timnya blusukan ke pasar di lingkungan rumah Dae Han, ditemani salah seorang warga bernama Jung Jong Cheol. Dia adalah ayahnya Soo Hyun.

Kyung Hoon seperti biasa, sok ramah pada warga.

Pak Jung : Menurut rumor, kudengar mereka berusaha membangun kompleks perbelanjaan di sini. Itu tidak mungkin benar, bukan?

Kyung Hoon : Benarkah? Aku tidak dengar apa pun soal itu.

Pak Jung : Jika anda belum mendengar apa pun, kurasa itu tidak benar! Jika mereka membangun mal, itu akan merusak seluruh pasar. Jika mereka mencoba membangunnya, tolong gunakan kuasa anda agar itu tidak terjadi.

Kyung Hoon : Tentu saja! Aku pembuat hukum setempat, jadi, aku harus membantu kalian di saat seperti ini. Kalian pasti sudah kesulitan dengan perekonomian yang buruk, jadi, jangan khawatir.

Para warga pun bersorak mendukung Kyung Hoon.


Sampai di mobil, Kyung Hoon diberikan cairan anti kuman oleh asistennya. Asistennya lalu berkata, warga akan ribut saat mereka mengumumkan mal perbelanjaan.

Kyung Hoon : Lagi pula, pasar selalu membuat keributan. Politik adalah tentang angka. Saat mal dibangun, akan ada lebih banyak tepuk tangan daripada keluhan-keluhan itu.

*Duh para warga, dikasih pemimpin yang bener kek Dae Han eeeh malah ngedukung yg brengsek cem Kyung Hoon.


Da Jung dan Dae Han bicara di kamar. Da Jung diam saja dan terus menatap tajam Dae Han.

Dae Han : Kau mau bilang apa? Berhenti menatapku dan katakan saja kepadaku.

Da Jung : Anda bukan menerima kami tanpa cuma-cuma, bukan?

Dae Han : Apa maksudmu?

Da Jung : Kudengar putra durhaka muncul saat nama anda dicari di internet.

Dae Han : Lalu?

Da Jung : Aku yakin citra anda akan membaik jika menerima anak-anak yatim piatu. Karena itulah anda menerima kami.

Dae Han : Itu tidak benar. Omong kosong apa yang kau...

Da Jung : Tidak masalah. Mungkin lebih baik. Lebih baik daripada bersepakat karena sedarah dan semacamnya. Anda lihat betapa hebatnya aku berakting. Aku bisa bersikap seperti anak baik di depan orang-orang. Tapi anda juga harus berpura-pura menjadi ayah yang penyayang. Sampai aku lulus dan mendapatkan pekerjaan.


Da Jung lalu ingat percakapannya semalam dengan pria bernama Jung Woo.

Flashback....

Da Jung : Dia menyuruhku pindah, tapi aku tidak tahu harus bagaimana.

Jung Woo : Kenapa kau ragu? Tentu saja kau harus pindah. Kau bilang akan diusir karena tidak membayar uang sewa.

Da Jung : Itu sebabnya aku pergi mencarinya. Dan aku ingin melihat siapa ayah kandungku. Tapi ternyata dia juga tidak kaya. Meski putrinya, aku orang asing. Aku bahkan membawa adik-adikku yang tidak berhubungan dengannya, jadi, dia pasti sangat terkejut. Bahkan menurutku itu agak berlebihan. Dia akan mengusir kami karena kami beban. Tapi dia tiba-tiba berubah pikiran dan itu tampak aneh.

Jung Woo : Apa maksudmu?

Da Jung : Kurasa dia menerima kami karena alasan lain, bukan karena dia mengkhawatirkan kami.

Jung Woo : Jika itu mengganggumu, kenapa kau tidak mengujinya?

Da Jung : Mengujinya?

Flashback end....


Da Jung lantas mengajak Dae Han membuat kontrak.

Dae Han : Untuk apa kita melakukan itu? Kita bukan orang asing.

Da Jung : Kita orang asing. Kita memiliki hubungan kontraktual.

Dae Han : Tapi tetap saja...

Da Jung : Dan aku tidak bisa memercayai anda.

Da Jung : Baiklah! Mari kita lakukan. Tulis kontraknya.


 Dimulailah ayah dan anak ini membuat surat kontrak...

*Mulai skrg sy anggap mereka ayah-anak ya.....

Dae Han mulai mengetik poin pertama.

1. Wi Dae Han dan Han Da Jung akan bertindak sebagai ayah dan putri kandung sampai Han Da Jung lulus SMA dan mendapatkan pekerjaan demi keuntungan kedua pihak.

Selesai.... Da Jung kemudian mengambil keyboard nya dan mengetik poin kedua.

2. Wi Dae Han akan memenuhi kewajibannya dalam mengasuh keempat saudara sebagai ayah resmi mereka sampai Han Da Jung bisa mandiri secara finansial.

"Baiklah." gumam Dae Han, lalu mengetik poin ketiga.

3. Han Da Jung akan memperhatikan perkataan dan tindakannya agar tidak mempermalukan Wi Dae Han.


Poin keempat kembali diketik oleh Da Jung.

4. Jika masalah terjadi kepada Tae Poong dan Song Yi, Wi Dae Han akan mengesampingkan pekerjaannya dan bergegas ke sekolah mereka.

"Bukankah itu terlalu kejam?" protes Dae Han.

"Apa yang kejam?" tanya Da Jung.

Dae Han kembali menulis poin kelima.

5. Han Da Jung akan memberikan dukungan penuh untuk membantu Wi Dae Han kembali ke posisinya di Dewan Nasional. Contohnya, saat diperlukan, dia mungkin tampil di TV untuk Wi Dae Han.


Da Jung awalnya tak setuju tapi terpaksa setuju.

Poin keenam ditulis Da Jung.

6. Pekerjaan rumah tangga akan diurus oleh Wi Dae Han di hari kerja dan Han Da Jung di akhir pekan.  Namun, dalam situasi yang luar biasa itu mungkin dimodifikasi melalui diskusi.

Poin ketujuh ditulis Dae Han.

7. Wi Dae Han dan Han Da Jung tidak boleh membocorkan apa pun yang mungkin mereka ketahui selama waktu kontrak ke pihak ketiga.


Da Jung kemudian mengedit poin terakhir.

"Namun, jika tugas setiap pihak tidak terpenuhi dengan baik, mungkin ada pengecualian."

Dae Han : Aku sulit percaya.

Da Jung : Mari kita lakukan ini. Aku akan memanggil anda paman karena saudaraku bersamaku, tidak boleh hanya aku yang memanggil anda ayah.

Dae Han : Apa pun yang membuatmu senang. Mari cetak...


Da Jung : Jika anda tidak memenuhi peran sebagai ayah dengan baik, aku akan membocorkan ini ke mana pun. Bahwa anda menerima kami adalah satu pertunjukan besar.

Dae Han : Apa yang dianggap dengan baik?

Da Jung : Apa Anda kehilangan arloji Anda?

Dae Han : Apa?

Da Jung : Telepon tadi dari Kepolisian Chuncheon.

Dae Han : Polisi? Kenapa?


Soo Hyun lagi di kedai kopi. Ia membaca pesanan2 teman2nya di ponselnya, lalu mulai memesan.

Soo Hyun : Dua es Americano, satu es mocha latte ekstra, dan satu es latte.

"Bayar dengan ini." tangan seorang pria menyodorkan sebuah kartu kredit. Soo Hyun menoleh dan terkejut, Pak Kang...

Ya, itu Joon Ho!

Joon Ho : Senang bertemu denganku, bukan?


Joon Ho dan Soo Hyun lantas pergi ke tempat duduk.

Soo Hyun : Terima kasih. Aku akan mentraktir lain kali.

Joon Ho : Maka kita harus bertemu empat kali.

Soo Hyun bingung.

Joon Ho : Aku membeli empat minuman hari ini.

Soo Hyun : Kau lebih pelit dari penampilanmu. Mari kita anggap impas dengan makanan.

Joon Ho : Kedengarannya bagus. Bagaimana kalau malam ini?

Soo Hyun : Apa?

Joon Ho : Aku jauh lebih tidak sabaran daripada kelihatannya.

Soo Hyun : Aku akan mentraktir lain kali. Aku punya rencana malam ini.

Joon Ho : Kencan?


Soo Hyun : Ya. Bersama orang tuaku. Kubilang aku akan membantu di restoran mereka. Mampirlah kapan-kapan.

Joon Ho : Restoran apa itu?

Soo Hyun : Mereka punya restoran ayam di Pasar Inju. Jika kau datang saat aku di sana, aku akan bermurah hati dan...

Joon Ho : Gratis?

Soo Hyun : Tidak. Diskon 10 persen.

Joon Ho tertawa. Soo Hyun juga.


Tak di kantor polisi!

Detektif membentaknya.

"Jika itu hadiah, seharusnya ada pemberi! Katakan yang sebenarnya! Dari mana kau mendapatkan ini!"

Detektif bertanya soal jam.

Tak lama, Dae Han datang. Dae Han mengaku, bahwa jam itu hadiah darinya. Dae Han lantas pura2 memarahi Tak karena tidak memberitahu detektif bahwa itu hadiah darinya. Lalu Dae Han sekali mengatakan pada detektif itu arloji darinya. Dae Han lantas menunjukkan surat garansi arlojinya. Ia juga mengatakan, dibalik arloji itu ada inisial namanya, WDH.

Detektif membalik jamnya. Dan benar saja, ada inisial WDH disana.

Dae Han : Wi Dae Han. Inisialku.


Dae Han dan Tak keluar dari kantor polisi Dae Han cerita pada Tak, bahwa arloji itu hadiah dari ibunya saat ia menjadi anggota dewan.

Dae Han : Itu yang kau curi. Tapi aku sangat murah hati. Tidak ada habisnya. Aku akan memaafkanmu, jadi, berhentilah memberontak dan pulanglah. Jika kau tidak mau tinggal denganku, masuk penjara remaja saja karena mencuri. Kudengar di sana bagus dan mereka memberimu makan dengan baik.

"Laporkan aku jika anda mau." ujar Tak dingin.

Dae Han : Tidak. Bukankah rumahku lebih baik daripada penjara remaja?

Tak : Aku bilang tidak!

Dae Han : Kenapa tidak?

Tak : Karena aku tidak tahan dengan anda.

Dae Han : Kau sama saja.

Tak : Benar sekali, jadi, biarkan aku.


Dae Han pun teringat kata2 Da Jung.

Da Jung : Kalau begitu, lakukanlah! Enyah! Jika anda tidak memenuhi peran sebagai ayah dengan baik, aku akan membocorkan ini ke mana pun. Bahwa anda menerima kami adalah satu pertunjukan besar.


Dae Han berkata pada Tak, bahwa ia tak bisa membiarkan Tak karena ia wali Tak.

Dae Han : Kau mencuri arloji ini untuk menjualnya? Bukankah kau mencurinya untuk membalasku karena kau tidak tahan denganku?

Tak : Kubilang aku tidak membutuhkan anda. Kubilang pergilah.

Dae Han : Ada seseorang yang juga tidak kusukai.

Tak terkejut mendengarnya.


Flashback...

Dae Han yang baru pulang sekolah, lewat di depan sebuah restoran dan melihat ayahnya makan di restoran itu bersama keluarga barunya.


Dae Han kesal. Setelah melihat itu, Dae Han mengukir dengan pisau di sebuah papan.

"Putra..."


Tiba2 ayahnya datang dan mengatakan bahwa emosi juga uang.

Flashback end...


Dae Han : Pakai dan kau yang rugi. Kau tidak perlu menyukaiku hanya karena tinggal denganku. Kau pikir keluarga sungguhan tinggal bersama karena saling menyukai? Aku yakin tidak begitu. Mereka hidup bersama karena saling membutuhkan. Aku tidak akan memaksamu lagi, jadi, berbuatlah sesukamu. Entah bersikap sesuai emosimu atau simpan emosimu dan hiduplah dengan orang yang kau butuhkan sekarang.

Tak : Buktikan.

Dae Han : Apa?

Tak : Bahwa aku membutuhkan anda.


Dae Han pun membawa Tak ke toko ponsel. Ia membelikan Tak ponsel baru dengan cara kredit.

Dae Han : Jadi, berapa totalnya per bulan?

"Dengan biaya dan cicilan, totalnya 121 dolar per bulan."

Dae Han kaget, apa? Kenapa mahal sekali?

Dae Han lalu lemas memikirkan uangnya yang berkurang lagi.


Bukannya terima kasih, Tak langsung pergi begitu saja usai mendapat ponsel baru. Dae Han makin greget.


Da Jung di kamar, sedang bicara dengan Jung Woo.

Jung Woo : Dia keji. Bagaimana bisa seorang ayah melakukan itu? Bagaimana bisa dia menerimanya hanya karena kau menawarkannya?

Da Jung : Ini yang terbaik. Aku merasa lebih baik karena kami tidak tinggal gratis. Karena kini kami punya kontrak, aku akan memberi dan mendapat yang seharusnya.

Tiba2 terdengar suara Tae Poong. Da Jung pun menyudahi pembicaraannya dengan Jung Woo dan bergegas keluar.


Diluar, Da Jung melihat Tae Poong main2 dengan tongkat golf.

Da Jung : Itu tongkat golf. Itu sangat mahal. Jangan sentuh itu. Paman Wi akan marah. Letakkan.

Song Yi mendekati Da Jung dan meminta Tae Poong meletakkan tongkat golf itu.

Tae Poong : Kita bisa adu pedang dengan ini. Rasakan ini!


Tae Poong pun mengayunkan tongkat golf itu. Tiba2, tongkat golf itu terlepas dari tangannya dan melayang ke akuarium.

Da Jung terkejut.

Akuarium menimbulkan retakan kecil usai terkena lemparan tongkat golf tadi.


Soo Hyun sedang rapat dengan timnya.

Penulis Ahn : Aku khawatir. Produk pekan ini terlalu lemah.

Penulis Ma : Ya, barangnya lemah tapi masalah terbesarmu adalah formatnya. Ada apa dengan itu?

Soo Hyun : Hei. Kita sudah mengikuti format yang sama bertahun-tahun. Kita terlalu lama menggunakannya.

Penulis Ma : Tapi itu menyenangkan.


Ponsel Soo Hyun berdering. Telepon dari Da Jung.

Soo Hyun : Oh, Da Jung-ah.

Da Jung bicara dengan Soo Hyun sambil menatap Tae Poong yang ia hukum duduk berlutut dengan tangan diangkat ke atas.

Da Jung : Kami pindah ke rumah Pak Wi hari ini. Ya, kami sudah selesai pindah. Jika ada waktu, datanglah untuk makan malam.

Da Jung mematikan panggilannya.


Song Yi : Apa dia akan datang?

Da Jung : Ya. Dia tidak akan marah kepada kita di depannya.

Tae Poong menurunkan tangannya. Melihat itu, Da Jung menyuruh Tae Poong mengangkat tangan lagi.

Sementara retakan kecil di akuarium diberi plester oleh Da Jung.


Dae Han dan Tak tiba di rumah. Dae Han mengaku, takut melihat seperti apa rumahnya sekarang.

Soo Hyun tiba2 datang. Dae Han terkejut melihat Soo Hyun.

Soo Hyun : Kudengar anak-anak pindah kemari.

Dae Han : Apa Da Jung menelepon? Benar, sepertinya dia memujamu. Dia pasti menganggapmu sebagai kakak.

Soo Hyun : Lalu?

Dae Han : Begini... bayangkan betapa tidak nyamannya mereka tinggal denganku. Seringlah datang dan jaga mereka.


Tak lantas mengajak mereka masuk. Ia mengaku sudah lelah.


Sampai di dalam, mereka melihat Da Jung, Tae Poong dan Song Yi lagi bersih2. Dae Han senang melihatnya.

Dae Han : Astaga. Kalian bersih-bersih? Ruang tamu berkilau.

Da Jung : Selamat datang kembali. Kau datang bersamanya?

Soo Hyun : Kami bertemu di depan. Kalian pasti lelah karena pindahan. Kalian harus beristirahat.

Da Jung : Tidak apa-apa. Kami sama sekali tidak lelah.

Dae Han : Tak. Lihat adik-adikmu. Lihat betapa hebatnya mereka.

Soo Hyun : Anak-anak. Kalian lapar? Mau pesan sesuatu?

Tae Poong : Aku mau daging asam manis!

Dae Han : Tunggu. Aku memesan ayam dalam perjalanan pulang. Ada restoran ayam yang sangat enak di Pasar Inju.


Dae Han lantas melirik akuariumnya. Da Jung berusaha menghalangi pandangan Dae Han.

Tiba2, bel Dae Han berbunyi. Dae Han pun bergegas ke layar intercom dan membukakan pintu.


Setelah itu, Dae Han kembali melirik akuariumnya. Da Jung terus menghalangi pandangannya tapi Dae Han berhasil melihat plester di akuariumnya.

Dae Han : Apa itu?

Da Jung : Ada kecelakaan kecil saat kami bersih-bersih.


Pak Jung masuk, mengantar ayam.

Pak Jung : Ayam anda datang. Ini ayamnya. Aku cepat, bukan?

Soo Hyun kaget melihat ayahnya.


Soo Hyun : Appa.

Dae Han terkejut, apa? Ayah?

Pak Jung : Sedang apa kau disini?

Soo Hyun : Dia teman kuliahku.

Dae Han : Aku akan mengambilnya.

Pak Jung : Begini... Jika kau teman kuliahnya, aku tidak bisa menerima uangmu.

Dae Han : Tidak apa-apa.

Pak Jung : Ini gratis. Sampai jumpa lagi.


Tapi saat mau pergi, terdengar suara retakan. Pak Jung menoleh dan melihat ada retakan di akuarium. Retakan kecil di akuarium tadi kini membesar. Tak lama kemudian, akuariumnya pecah.

Mereka syok melihatnya, terutama Dae Han.


Tak pun bergegas mengarahkan ponselnya ke akuarium yang pecah.

Dae Han berusaha menahan amarahnya.

Tak sambil tertawa mengambil foto Dae Han marah.


Pak Jung melihat Tak.

Pak Jung : Hei. Bagaimana kau bisa tertawa sekarang?

Tak : Ini mengagumkan.

Tak mengambil foto Pak Jung.


Dae Han menatap Tak dengan wajah makin kesal.

Tapi Tak kembali mengarahkan ponselnya ke Dae Han.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment