Live Up To Your Name Ep 12 Part 2

Sebelumnya...


Im menyuruh Yeon Kyung sarapan, tapi dia malah ngiler melihat sarapan Yeon Kyung. Akhirnya, dia lah yang makan disuapi Yeon Kyung.


Setelah itu, Im tertidur dengan posisi duduk di lantai.

Yeon Kyung yang duduk di atas ranjang dengan wajah bosan pun mengerjai Im dengan berpura-pura sakit. Sontak, Im yang mengira Yeon Kyung sakit beneran pun teriak-teriak dan Suster Jung langsung datang.

"Aku baik-baik saja." ucap Yeon Kyung pada Suster Jung.


Suster Jung pun keluar, tapi ia masuk lagi karena teriakan Im.

Suster Jung menatap Im sebal.


Kemudian, Im memijit tangan dan kaki Yeon Kyung.

"Jangan menempel terus seperti permen karet. Lakukan pekerjaanmu." suruh Yeon Kyung.

"Apa itu permen karet? Kalau senapan aku tahu,tapi aku belum pernah dengar permen karet sebelumnya." jawab Im.

"Bukankah kau harus pergi bekerja?" tanya Yeon Kyung.

"Kau dahulu ingin aku berhenti bekerja. Kau juga terluka karena aku. Aku akan menemanimu sampai pulih. Aku memang tidak bisa menjahit luka tapi aku merencanakan hal lain, jadi, jangan memintaku untuk pergi." jawab Im.

"Kalau begitu, mandilah. Ganti pakaianmu juga. Tidurlah." ucap Yeon Kyung.

"Apakah aku bisa menempel lagi seperti permen karet begitu aku selesai melakukan semua yang kau minta? Baiklah, aku akan mandi, berganti pakaian dan juga tidur. Tunggu di sini. Astaga, pakaianku. Aku akan segera kembali. Aku akan berganti pakaian dan mandi." jawab Im, lalu buru-buru pergi.


Yeon Kyung tertawa geli melihat tingkah Im itu.


Kembali ke apartemennya, Im tersenyum sinis melihat semua hadiah yang didapatnya dari pejabat.

Lalu kata-kata Heo Jun dan Kakek Choi terngiang di telinganya.

"Apakah kau bisa melepaskan rasa marahmu dengan menimbun harta yang bahkan tidak bisa kau gunakan?" tanya Heo Jun.

"Dokter seharusnya tidak pernah melupakan alasannya dahulu ingin menjadi dokter Mereka harus mengingat niat awal mereka sampai akhir." ucap Kakek Choi.

Terakhir, Im ingat kata-kata Yeon Kyung.


"Aku akan mengingat dirimu yang sebenarnya di hatiku." ucap Yeon Kyung.

Ponsel Im kemudian berbunyi. Telepon dari Direktur Ma dan Im tidak mengangkatnya. Sepertinya Im sudah mengambil keputusan.


Di ruangannya. Jae Ha melihat foto-foto Im dan kakeknya. Setelah itu ia melemparkan foto2 itu ke atas meja dan menghela nafas.


Tak lama kemudian, Im datang. Jae Ha langsung menanyakan Yeon Kyung. Im berkata, Yeon Kyung ada di rumah sakit dan sedikit terluka. Ia juga berterima kasih atas apa yang dilakukan Jae Ha kemarin.

"Aku tidak melakukannya untukmu." jawab Jae Ha, lalu beranjak pergi.

Setelah Jae Ha pergi, Im tak sengaja melihat foto2 itu meja Jae Ha.


Yeon Kyung kembali ke kamarnya dan terkejut mendapati Jae Ha di sana. Jae Ha yang cemas, ingin mengecek luka Yeon Kyung. Yeon Kyung pun langsung mengatakan kalau ia baik-baik saja.

"Kau menghilang dan kembali dalam keadaan terluka. Apa kau sungguh baik-baik saja?" tanya Jae Ha.

"Soal itu... bukan apa-apa. Hanya tergores ranting pohon yang tajam Jahitannya juga sedikit." jawab Yeon Kyung, lalu duduk di kasurnya.


Ia menyuruh Jae Ha duduk disampingnya.

"Jae Ha-ya, ini  soal kejadian yang kau lihat hari itu." ucap Yeon Kyung.

"Tidak apa-apa. Tolong jangan mengatakan apapun." jawab Jae Ha.

"Kudengar kau membantunya kemarin. Gomapta." ucap Yeon Kyung.

"Aku tidak tahu kenapa kau mendadak terasa jauh." jawab Jae Ha.

"Apa maksudmu?" tanya Yeon Kyung sambil meninju pelan bahu Jae Ha.

"Kau sudah seperti adikku sendiri." ucap Yeon Kyung.

Jae Ha pun terluka mengetahui dirinya hanya dianggap adik oleh Yeon Kyung.


Jae Ha keluar dari kamar Yeon Kyung dan melihat kakeknya sedang memarahi Im.

"Kau kembali dari Joseon. Kenapa? Kau masih merasa terikat dengan tempat itu?" tanya Direktur Ma.

Im tidak menjawab dan balik bertanya, soal hubungan Direktur Ma, Kakek Choi dan Heo Jun. Mendengar pertanyaan Im, Direktur Ma pun marah. Ia berkata, itu tidak ada hubungannya dengan Im dan menyuruh Im fokus dengan apa yang ingin didapatkan Im darinya.

"Kita punya hubungan bisnis. Aku melakukan segalanya untukmu. Dari makan, tempat tinggal, semuanya. Aku bahkan sudah menyiapkan masa depanmu. Apa kau sudah lupa?"

"Tentu saja tidak. Bagaimana aku bisa melupakan kebaikan anda?" jawab Im.

"Itulah kenapa aku menyukaimu." ucap Direktur Ma.


Setelah kakeknya pergi, Jae Ha menghampiri Im. Ia mengajak Im bicara. Jae Ha tidak percaya orang seperti Im bisa menjadi tabib istana di Joseon.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Im.

"Bukankah seharusnya kau malu akan dirimu sendiri sekarang?" ucap Jae Ha.

"Kenapa aku harus malu di hadapanmu?" tanya Im.

"Kapan kau akan keluar dari sini Kau memakai nama orang lain agar bisa berada di sini." jawab Jae Ha.


"Aku tahu kau sudah menemukan cara untuk mendepakku keluar." ucap Im.

"Apa yang akan kau lakukan terhadap Yeon Kyung? Bagaimanapun juga, kau pasti akan kembali." jawab Jae Ha.

"Jika pembicaraan ini mengenai hal itu,kau tidak perlu cemas.  Itu tidak akan terjadi." ucap Im sambil tertawa, lalu beranjak pergi.


Jae Sook dan Byung Ki menjenguk Yeon Kyung. Jae Sook seperti biasa marah-marah. Ia menuntut penjelasan, kenapa Yeon Kyung bisa terluka.

"Tolong jangan marah. Itu tidak baik untuk levermu." ucap Byung Ki.

"Bagaimana aku tidak marah!  Dia punya luka sekarang. Mau diapakan itu!" jawab Jae Sook.

"Na gwenchana, eonni." ucap Yeon Kyung.

"Beri tahu aku siapa pelakunya!  Aku akan menghancurkannya sampai berkeping-keping!" teriak Jae Sook.


Suster Jung yang baru masuk, terkejut mendengar teriakan Jae Sook. Lalu, setelah itu, ia masuk dengan cool nya.

"Permisi, ini kamar inap. Apakah kau tidak tahu di rumah sakit kau harus tenang? Apalagi Dokter Choi tidak suka saat ada yang membuat keributan di kamar inap." ucap Suster Jung.

"Aku tahu itu. Aku juga perawat." jawab Jae Sook.

"Jika kau terus membuat keributan seperti ini, harap pergi." ucap Suster Jung.

"Ya, Kakek pasti menunggumu. Pulanglah sekarang." suruh Yeon Kyung.

"Baik, Nona Suster." jawab Jae Sook kesal sambil melirik Suster Jung.


Byung Ki yang masih mau disana karena terpesona pada Suster Jung pun pura-pura mengkhawatirkan Yeon Kyung yang menurutnya terlihat kurus. Ia juga menanyakan, apakah Yeon Kyung suka dengan makanan rumah sakit. Kesal, Jae Sook pun menggeplak kepala Byung Ki dan menyeretnya keluar.


"Kurasa temanmu itu sudah menjadi pacarmu." ucap Suster Jung sembari duduk disamping Yeon Kyung.

"Apa?" tanya Yeon Kyung.

"Memang layak menunggu dan memercayaimu. Lantas, apakah kau sudah tahu sekarang? Sisi orang itu sebenarnya."

"Arrasseoyo." jawab Yeon Kyung sembari tersenyum.


Sambil berjalan keluar, Jae Sook minta penjelasan kenapa tadi Byung Ki memandangi Suster Jung dengan tajam.

"Aku? Aku tidak melakukannya." sangkal Byung Ki.

"Kau hampir menghancurkannya dengan tatapanmu itu." ucap Jae Sook.

"Direktur Choi terus mengatakan bahwa jantungnya terasa kaku. Tidakkah seharusnya kita memberi tahu Yeon Kyung?" tanya Byung Ki.

Jae Sook pun langsung memukul Byung Ki.

"Bagaimana kalau Direktur Choi sampai tahu?  Apa yang akan terjadi nanti? Dia juga sudah sering sakit." jawab Jae Sook.


Lalu, Im datang dan Byung Ki terkejut melihat penampilan baru Im. Im menanyakan kondisi terbaru nenek bunga, juga kabar Bong Sik. Lalu, ia menyuruh mereka agar menemani Yeon Kyung lebih lama.


Jae Sook dan Byung Ki pamit. Jae Sook tertawa  melihat Byung Ki dan Im sama2 berjalan ke arah yang salah.


"Apa itu tadi? Katamu dia berubah menjadi jahat." tanya Byung Ki.

"Ini aneh. Dia sungguh jahat waktu itu." jawab Im.

"Kau pasti salah." ucap Byung Ki.

Byung Ki lalu membahas sepatu Im dan pergi menyusul Im.


Im sendiri tengah memikirkan kata-kata Byung Ki soal kesehatan Kakek Choi. Rupanya tadi ia sempat mendengar kata-kata Byung Ki soal jantung Kakek Choi yang sering terasa sakit.

Im teringat saat melihat tangan kakek yang gemetaran ketika mengobati para gelandangan di stasiun bawah tanah.

Saat mengambil jarum di tangan kakek, Im sempat memeriksa nadi kakek.

"Simjang..." gumam Im. Ia sadar, ada yang tidak beres dengan jantung kakek.


Malam harinya, Im kembali menemani Yeon Kyung. Yeon Kyung menatap tangannya dan berkata, kalau tangannya pasti masih ingat momen saat jantung ayahnya berhenti berdetak. Lalu, ia meletakkan tangannya di dada Im.

"Aku ingin menjadi seseorang yang membuat jantung berdetak." ucap Yeon Kyung.

Im pun memegang tangan Yeon Kyung dan berkata, kalau Yeon Kyung sudah menyelamatkan banyak nyawa dengan tangan itu.

"Itu pasti hadiah dari ayahmu." ucap Im.

"Ini mungkin tugas." jawab Yeon Kyung.


Im memijat telapak tangan Yeon Kyung.

"Titik akupunktur ini disebut nokeum . Saat titik ini ditekan ketika jantungmu kelelahan, pikiranmu akan menjadi jernih dan bersemangat." ucap Im.

Yeon Kyung tersenyum mendengarnya.

"Apa kau tahu soal itu?  Titik akupunktur kita mengandung prinsip alam semesta." ucap Im lagi.


Lalu Im memijit punggung tangan Yeon Kyung.

"Gok dari Hapgok berarti lembah." ucap Im.

Kemudian, ia menunjuk pergelangan tangan Yeon Kyung.

"Gye dari Yanggye berarti sungai."


Setelah itu, siku Yeon Kyung.

"Gokji berarti kolam."

Dan terakhir, belakang leher Yeon Kyung.

"Pungji berarti... angin."

Im memegang wajah Yeon Kyung dan menunjukkan titik2 akupuntur disana. Tak lama berselang, ia dan Yeon Kyung berciuman.


Keesokan harinya, Yeon Kyung sudah mulai aktif bekerja. Ia mengisi absennya di meja Suster Jung dan menemukan kedua rekannya yang juga sedang mengisi absen disana.

"Sunbae, kau belum sepenuhnya pulih. Seharusnya jangan bekerja dulu." ucap Man Soo.

"Aku tahu sulit bagimu untuk merawat pasienku juga. Aku merasa tidak enak tiap kali melihat kantung matamu itu." jawab Yeon Kyung.

"Macam kau tidak menginginkannya saja." ucap Man Soo.

"Tentu saja tidak." jawab Yeon Kyung sembari tertawa.


"Sunbae, kau yakin baik-baik saja? Lukamu seperti membutuhkan waktu untuk sembuh. Bagaimana jika keadaannya memburuk?" tanya Min Jae.

"Aku baik-baik saja. Aku mendapatkan pengobatan dari Tabib Heo Jun. Heo Jun yang menulis 'Prinsip dan Praktik Pengobatan Ala Timur'". jawab Yeon Kyung.

"Bukannya aku tidak memercayaimu." ucap Min Jae.

"Praktik pengobatan leluhur kita memang luar biasa." jawab Yeon Kyung, lalu menepuk bahu Man Soo dan beranjak pergi.


"Tidakkah seharusnya kita melakukan pindaian MRI untuk kepalanya?" tanya Man Soo.

"Kekuatan cinta jauh lebih luar biasa." jawab Suster Jung.


Yeon Kyung berjalan di koridor. Tiba-tiba, ia berhenti melangkah dan menatap stetoskop nya lalu mengingat kata-kata Im.

"Aku terkejut melihat ambulans dan rumah sakit saat pertama datang..." ucap Im.


Setelah itu, Yeon Kyung masuk ke ruangan pasien dan melihat para dokter yang lalu lalang.

Kata-kata Im kembali terngiang di telinganya.

"Aku terkesan melihat orang di dunia ini bisa mendapatkan pengobatan kapan pun mereka merasa sakit. Mereka yang ada di luar itu tidak pernah bisa menemui tabib. Aku memberikan akupunktur dan moxa guna melancarkan peredaran darahnya. Rasanya menyakitkan, tapi memang hanya ini saja yang bisa kulakukan untuk mereka."


Yeon Kyung pergi memeriksa seorang pasien yang dadanya terasa nyeri dan sesak.

Bersambung ke part 3.......

0 Comments:

Post a Comment