Di mejanya, Hae Ryong sedang melihat2 barang bukti.
Kemudian, ia terdiam sejenak sembari terus mengamati bukti2 itu.
Tak lama kemudian, ia memakai sarung tangannya dan mengeluarkan satu barang bukti, yakni sepatu anak kecil yang ditemukan Young Koon di mobil Pak Son.
Sekarang kita scenenya Kim Hyun Joo... Finally, she came out.
Han Tae Joo berjalan dengan terburu-buru di koridor lapas bersama asistenya.
Di koridor, mereka papasan dengan beberapa napi yang sedang digiring petugas sipir.
Napi2 itu menggoda Tae Joo.
"Hallo, Bu."
"Semoga sukses!"
Tae Joo hanya tersenyum mendengarnya.
Kemudian salah seorang napi menghampiri Tae Joo. Ia mengaku sudah menghubungi Tae Joo berkali2. Tae Joo tanya, kapan?
"Anda tahu staf Anda yang selalu menerima panggilan? Aku meninggalkan pesan." jawabnya.
"Maaf. Stafku kurang enak badan akhir-akhir ini." ucap Tae Joo, lalu menanyakan pesan si napi.
"Saat ini aku tidak punya uang. Akan kutransfer 30 persen lagi setelah siap... Tidak, 40 persen lagi. Aku sungguh tidak bersalah."
"Baik. Nanti kuhubungi." jawab Tae Joo, lalu mempercepat langkahnya.
"Bu! Aku dilarang menerima telepon di sini!" teriak si napi, tapi Tae Joo tidak peduli dan terus berjalan.
Tae Joo tanya pada asistennya, benarkah napi itu tidak punya uang?
"Benar. Rumornya, rekan bisnisnya menipunya. Reputasi Anda belakangan ini kurang baik. Sebaiknya Anda melakukan pro-sesuatu itu." jawab asistennya.
"Namanya "pro bono"." ucap Tae Joo.
"Ya. Sebaiknya Anda melakukan itu." jawab asistennya.
"Pelajari hukum lebih dalam." suruh Tae Joo.
"Aku belum punya izin advokat." jawab asistennya.
"Justru itu, belajarlah lebih keras." ucap Tae Joo.
Tae Joo dan asistennya masuk ke sebuah ruangan. CEO Kim sudah menunggunya. CEO Kim yang memang sedang menunggu pengacara, terkejut saat Tae Joo muncul di depannya. Ia tak menyangka pengacaranya adalah Tae Joo.
"Senang bertemu, Pak Kim Sang Joon." ucap Tae Joo, sembari meletakkan kartu namanya di meja.
Tae Joo lantas duduk.
CEO Kim : Kudengar kau bertugas di divisi kasus pidana. Kau suka membalikkan keadaan sebelum putusan melalui perjanjian ilegal. Benar?
Tae Joo : Begitukah kata Pengacara Kim?
Tae Joo lalu melirik asistennya.
Tae Joo : Seok Gae-ya, gomawo.
Tae Joo : Mengikuti prosesnya sampai akhir itu melelahkan mental dan fisik. Kupikir Anda akan menang kasusnya jika diproses sampai akhir. Apa mereka menemukan bukti baru? Atau ini terkait jaminan? Anda perlu pengacara yang bisa bersekongkol dengan kejaksaan?
CEO Kim : Ini bukan tentangku. Aku ingin kau mewakilinya.
CEO Kim melirik seketarisnya. Seketarisnya mengerti dan langsung meletakkan sebuah amplop di atas meja.
Tae Joo melirik asistennya yang duduk diam sambil mendengarkan sesuatu di earphone.
Tae Joo lalu membukanya. Ternyata itu data pribadi Pak Son.
Tae Joo : Tidak ada yang terlihat aneh. Apa ini terkait urusan ilegal? Firma hukum menolak membantu? Atau ini pilihan Anda?
CEO Kim : Kau mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus untuk mengetahui fokusku? Itu pasti kebiasaan dari saat menjadi jaksa.
Tae Joo : Aku memang banyak bicara. Itu alasanku berhenti sebagai jaksa.
CEO Kim : Dia merebut sesuatu yang berharga dariku. Aku membayarnya agar dia mengembalikannya. Tapi polisi menangkapnya.
Tae Joo : Sesuatu itu belum dikembalikan? Maka mintalah bantuan kepada polisi. Ataukah itu mustahil? Atau Anda tidak menginginkannya?
CEO Kim terdiam. Ia lantas mengusap kedua matanya, membuat kedua lengan bajunya tersingkap dan Tae Joo melihat tato di kedua lengan CEO Kim.
CEO Kim : Aku tidak memercayai polisi.
Tae Joo : Apa yang bisa kubantu?
CEO Kim : Tolong berunding dengannya. Kau bebas menentukan metode dan harganya. Tapi aku ingin ini tuntas secepatnya. Tidak perlu mencemaskan biayanya. Anak buahku akan mengirimnya ke rumahmu.
Tae Joo pun meletakkan kembali amplop itu di meja.
Tae Joo : Tidak usah. Nanti akan kuberi kuitansi. Aku pengacara terbersih di negeri ini.
Tae Joo lantas bertanya, apa sesuatu yang ingin direbut CEO Kim itu.
Tae Joo : Saat bernegosiasi, pihak yang lebih tahu banyak akan menang. Anda harus memberitahuku semuanya jika ingin sesuatu milik Anda itu kembali.
Kembali lagi ke Seo Kang Joon gaes... Ini watcher ep 1 penuh adegan Seo Kang Joon... Si Tante Kim sy baru sekali doang muncul...
Penasaran sama masa lalunya si Seo Kang Joon... Beneran bapaknya yang bunuh ibunya? Feeling sy, yg bunuh ibunya Young Koon ini si Hae Ryong dan Kang Wook... Scene ibunya Young Koon ini ngingetin sy sama scenenya Oom Ji Sung di Defendant, dimana Oom Ji Sung ditangkap dan dituduh ngebunuh istrinya dan Oom Ji Sung gk punya pilihan lain selain ngaku sebagai pembunuhnya demi menyelamatkan putri mereka dari tangan pembunuh sebenarnya...
Oke, lanjoooot.... btw Seo Kang Joon tampan juga ya, tapi tetap gk bisa mengalahkan ketampanan suami sy, Lim Ju Hwan....
Young Koon turun dari taksi. Ia baru saja sampai ke lingkungannya.
Begitu turun, ia melihat seorang nenek sedang mendorong kereta yang berisi beberapa belanjaan.
Young Koon langsung membantu si nenek membawakan barang2 itu.
Young Koon : Berat sekali, bagaimana bisa kau mendorongnya sejauh ini?
"Aku kuat membawanya." jawab nenek itu.
*Idaman banget gk sih ini... cowok masih muda pula, terus ngeliat nenek2 lagi dorong2 barang berat gitu dan langsung dibantuin tanpa diminta..... Kalo real mah, jarang bgt ada manusia begini, cowok pula.....
Setelah mengantarkan nenek itu pulang, Young Koon pun bergegas ke rumahnya.
Di tengah jalan, ia menyapa dua ajumma yang ditemuinya.
Lalu seorang satpam yang sedang membersihkan sampah menegurnya.
"Kenapa tanganmu?"
"Banyak pengemudi ugal-ugalan." jawab Young Koon.
"Astaga. Kau akan diberi kompensasi?"
"Entahlah, tapi aku akan bekerja di kantor." jawab Young Koon.
Young Koon pun berlalu.
Sampai di rumahnya, ia melemparkan jaketnya ke sembarang tempat, lalu membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral.
Young Koon kemudian duduk di sofanya dan meneguk air mineralnya, lalu membuang botolnya ke sofa disampingnya.
Berikutnya scene yg paling menyedihkan.. Scene yg mengingatkan sy pada scene Defendant, dimana Jaksa Park Jung Woo menemukan istrinya tergeletak bersimbah darah....
Young Koon menoleh ke dapur dan teringat masa kecilnya, saat menemukan ibunya bersimbah darah dengan luka tusuk di perut. Sang ibu yang kesakitan pun menyuruh Young Koon kecil lari.
Tangis Young Koon seketika mengalir tapi Young Koon langsung menghapusnya dan pergi keluar.
Young Koon berdiri di balkon depan pintu apartemennya. Ia berusaha menenangkan dirinya setelah teringat peristiwa tragis itu.
Di mobilnya, Chi Gwang sedang memperhatikan sesuatu di ponselnya.
Chi Gwang lantas berbicara, menyuruh seseorang menggeser kameranya lebih jauh agar kasusnya bisa tersorot jelas.
Ternyata Chi Gwang sedang bicara dengan Soo Yeon yang disuruhnya memasang kamera pengintai di kamar rumah sakit.
Soo Yeon memasang kamera kecil itu di dalam sebuah lukisan.
Soo Yeon : Pak, untuk apa kamera ini?
Chi Gwang : Aku hanya mengikuti prosedur. Jika Son Byung Gil mau melukai diri, itu bisa menyulitkan kita.
Soo Yeon : Bagaimana Anda bisa mengenal Kim Young Goon?
Chi Gwang : Aku mengenalnya?
Soo Yeon : Anda tahu namanya.
Chi Gwang : Aku mengenal ayahnya.
Soo Yeon : Begitu rupanya. Dia putra teman Anda. Jika kalian berteman, berarti ada konflik kepentingan, bukan?
Chi Gwang : Kami bukan teman.
Chi Gwang yang enggan menjelaskan masa lalu nya dengan Young Koon pun membuat alasan kalau ia harus melakukan sesuatu dan mematikan teleponnya. Tapi sebelum menutup teleponnya, ia menyuruh Soo Yeon berjaga di RS.
Soo Yeon mau bicara lagi tapi teleponnya keburu dimatikan.
Tak lama, Soo Yeon dihubungi kekasihnya.
Chi Gwang ternyata ada di depan kediaman Son Byung Gil.
Begitu Hae Ryong dan Kang Wook datang, ia langsung memotret mereka.
Saat hendak turun, dia melihat Young Koon datang.
Chi Gwang terkejut dan merasa aneh melihat Young Koon memasang sesuatu di bawah mobil Hae Ryong.
Young Koon lalu kembali ke mobilnya dan mengambil sekotak pizza. Setelah itu, ia bergegas ke kediaman Son Byung Gil.
Chi Gwang memotret Young Koon.
Bersambung ke part 4...
Saran : kurangi menyampaikan opini pribadi ditengah2 recaps...anoying. Tadinya mo baca tuntas...tp jd males. Terima kasih