Di rumah, Nyonya Park yang sedang menikmati waktu santai bersama keluarganya, memberitahu keluarganya Gyeong Min dan Roo Na meng-cancel bulan madu mereka karena Roo Bi yang baru saja siuman setelah koma 1 tahun.
“Tapi ini malam pertama mereka. Mereka bisa mengambil
penerbangan nanti.” Jawab Tuan Bae.
“Appa, malam pertama bisa dilakukan dimana saja.” Ucap Se
Ra.
“itu hanya berlalu untuk orang yang konyol sepertimu!” jawab
nenek.
Mendengar kata-kata nenek, Se Ra dan orang tuanya pun
langsung tertawa.
“Jangan meremehkanku! Aku mungkin sudah tua, tapi aku pintar
dan cerdas menggunakan internet.”
Ucap nenek.
“Berarti seharusnya nenek tahu, malam pertama berarti...”
“Diam! Jaga kata-katamu! Malam pertama itu suci, tidak untuk
gadis pesta sepertimu.” Balas nenek.
“Nenek!” sewot Se Ra.
“Setiap kali aku memikirkanmu, aku hanya bisa khawatir
karena kau menolak untuk menikah.” Ucap nenek.
Nenek juga mempermasalah pakaian Se Ra saat datang ke
pernikahan Gyeong Min. Nyonya Park pun juga ikut mempermasalahkan pakaian Se
Ra. Sera membela diri, ia bilang itu karena pesawatnya delay, jadi ia terpaksa
berpakaian seperti itu. Se Ra dan neneknya lantas kembali berdebat, hingga
akhirnya Gyeong Min dan Roo Na pulang membuat perdebatan itu berhenti.
Di rumah sakit, Roo Bi sedang menatap keluar jendela sambil
memikirkan siapa dirinya.
In Soo kemudian datang, membawakan Roo Bi ice cream. Roo Bi
pun bertanya, bagaimana ia harus memanggil In Soo apa. Dengan tatapan iba dan
sedih, In Soo pun memegang wajah Roo Bi.
“Pelan saja-saja, Roo Na-ssi.” Ucap In Soo kemudian.
“Jadi namaku Jeong Roo Na? Katakan padaku, bagaimana kita
saling kenal.”
“Kita sepasang kekasih.” Jawab In Soo berkaca-kaca.
“Aku tidak ingat.” Ucap Roo Bi.
“Jangan paksakan dirimu. Ingatanmu akan kembali seiring berjalan
waktu. Aku pastikan, ingatanmu akan pulih.” Jawab In Soo.
In Soo lantas menarik Roo Bi ke pelukannya. Tangis In Soo
kemudian pecah.
Roo Na sedang menikmati malam pertamanya dengan Gyeong Min.
In Soo yang kini duduk di pinggir jalan, nampak stress. Ia
kemudian berteriak marah.
Dan Roo Bi, nampak sedih karena tidak bisa mengingat siapa
dirinya.
Keesokan harinya, Roo Na sedang membantu Nyonya Park
menyiapkan sarapan pagi. Nyonya Park kemudian menyuruh Roo Na memanggil Tuan
Bae dan nenek. Tapi belum lagi dipanggil, Tuan Bae dan nenek sudah datang.
Roo Na lalu berteriak memanggil Gyeong Min.
“Gyeong Min-ssi, ayo sarapan!”
Nenek pun marah, ia bilang seharusnya Roo Na memanggil
Gyeong Min dengan panggilan yeobo, bukan Gyeong Min-ssi. Roo Na pun berkata,
itu akan membuatnya merasa canggung. Tapi nenek tak peduli. Tuan Bae pun membela Roo Na. Ia bilang, bahwa
Roo Bi biasanya memanggil Gyeong Min seperti itu.
Nyonya Park kemudian menyuruh Roo Na memanggil Gyeong Min
dan Se Ra.
Setelah Roo Na pergi, Tuan Bae pun meminta ibunya tidak
terlalu keras pada Roo Na. Nenek pun berkata, kalau Nyonya Park akan cemburu
jika Tuan Bae terus membela Roo Na. Nyonya Park bercanda dengan mengatakan
kalau ia memang cemburu.
Nenek dan Tuan Bae lantas mulai mencicipi sup mereka. Tapi
rasa supnya asin. Nyonya Park terkejut, ia bilang sup itu Roo Na yang membuat.
Nenek lalu bertanya, dimana pembantu mereka. Nyonya Park berkata, pembantu
mereka sudah berhenti karena ada urusan keluarga.
Di kamar, Roo Na berusaha memanggil Gyeong Min dengan
panggilan yeobo seperti perintah nenek. Gyeong Min pun tertawa mendengarnya.
Roo Na lalu mengaku, bahwa nenek yang menyuruhnya memanggil Gyeong Min seperti
itu. Roo Na merasa canggung, tapi Gyeong Min suka dipanggil yeobo. Roo Na yang
malu lantas mendorong Gyeong Min keluar kamar untuk sarapan.
Se Ra mengejar Gyeong Min yang sudah mulai melajukan
mobilnya. Se Ra masuk ke mobil Gyeong Min, dan bilang pada Gyeong Min kalau ia
akan berangkat kerja bareng Gyeong Min sampai mobilnya siap.
Sepanjang perjalanan, Se Ra terus membaca berkas yang
dibawanya. Melihat itu, Gyeong Min pun berkata, bahwa mereka belum sempat
bicara dan Se Ra belum mempelajari laporan itu.
“Aya benar- benar khawatir. Dia membeli channel home
shopping tanpa rencana yang konkrit dan melempariku dengan banyak sekali
kertas.” Jawab Se Ra.
“Itu karena ayah tau kau bisa melakukannya dengan baik.”
Ucap Gyeong Min.
“Aku tidak tahu.” Jawab Se Ra, lalu menghela napasnya dan
menutup berkasnya.
“Jadi bagaimana rasanya menikah? Menyenangkan?” tanya Se Ra,
membuat Gyeong Min tertawa.
“Aku yakin rasanya menyenangkan.” Ucap Se Ra lagi.
“Tapi ini agak aneh. Mungkin karena kecelakaan itu, tapi
kepribadian Roo Bi telah banyak berubah.” Jawab Gyeong Min.
“Sebenarnya itu bagus. Dia tidak merasa seperti wanita yang
kau kencani tapi merasa seperti orang lain. Bukankah pria suka bermimpi bersama
wanita lain.” Ucap Se Ra.
“Aku lebih suka bersama wanita yang kukenal. Aku tidak
sepertimu, noona.” Jawab Gyeong min.
Ponsel Se Ra berbunyi, telepon dari seorang pria bernama Ed
dan Se Ra mengaku juga sangat merindukan pria itu. Mendengar itu, Gyeong Min
pun tertawa geli.
Mereka akhirnya tiba di kantor. Gyeong Min menyuruh Se Ra
masuk duluan karena dia ada meeting di Hotel Yujin.
Tapi pas di lobby, Se Ra dihalangi masuk oleh satpam karena
dikira seorang pedagang. Se Ra sudah menjelaskan, kalau dia direktur baru tapi
satpam itu tidak percaya dan tetap mengusir Se Ra.
Di restoran, Dong Pal dan Chorim sedang meremas adonan kue.
Ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Dong Pal, Chorim pun nampak
menikmatinya. Tapi Chorim yang tak mau Dong Pal tahu perasaannya, pura-pura
bersikap biasa saja. Ia bertanya pada Dong Pal, kenapa mereka tidak membeli
kuenya saja.
“Keponakanmu akan pulang dari rumah sakit setelah satu
tahun. Harga gue itu mahal. Ditambah
lagi, calon pamannya seorang koki.” Jawab Dong Pal.
“Apa? Calon paman? Siapa yang bilang aku akan menikahimu?”
tanya Chorim.
“Bukankah itu mimpimu, menikah dengan seseorang yang belum
pernah menikah. Aku belum menikah.” Ucap Dong Pal.
“Jangan berharap banyak. Dunia penuh dengan pria lajang yang
belum menikah.” Jawab Chorim.
“Dan beberapa dari mereka sudah 70 atau 80 tahun. Mereka ada
dimana-mana.” Ucap Dong Pal.
“Kenapa dia tidak melamarku.” Batin Chorim, sambil menatap
kesal Dong Pal.
“Banyak wanita muda mengejarku, tapi aku tidak tahu kenapa
aku malah mengejar wanita tua yang omongannya gila sepertimu.” Ucap Dong Pal.
Dikatai tua dan gila, Chorim langsung sewot. Dong Pal pun
menggoda Chorim, ia menyentuh pipi Chorim dengan tangannya yang belepotan
adonan. Tak terima pipinya dikotori, Chorim pun membalas Dong Pal dengan
melakukan hal yang sama. Dong Pal yang juga tak terima, langsung melempari
Chorim dengan sepanci tepung.
Mendengar keributan, Soyeong pun datang dan langsung
menghentikan mereka.
In Soo menjemput Gilja dan Roo Bi di rumah sakit. Ia minta
maaf karena sedikit terlambat. Gilja pun berkata, bahwa In Soo seharusnya tidak
perlu repot2 menjemput mereka. In Soo lalu memapah Roo Bi ke dalam mobil. Gilja
senang melihat hubungan keduanya yang semakin dekat, tanpa menyadari bahwa
gadisnya itu bukan Roo Na, tapi Roo Bi.
Begitu tiba, In Soo menyuruh Gilja dan Roo Bi masuk duluan
karena ia mau memarkirkan mobilnya terlebih dulu.
Bersamaan dengan itu, Roo Na datang. Ia langsung kesal
mendengar In Soo memanggilnya Roo Na. Saking kesalnya, ia bahkan mau menampar
In Soo tapi In Soo menghentikannya dan mengingatkannya kalau Roo Bi yang asli
tidak pernah bersikap searogan itu.
“Kau gila.” Ucap Roo Na.
“Tidak segila dirimu.” Jawab In Soo.
Roo Bi kemudian datang, ia memberitahu Roo Na kalau In Soo
menjemputnya di rumah sakit. In Soo lantas mengajak Roo Bi masuk ke dalam. Ia
juga merangkul Roo Bi, membuat Roo Na kesal setengah mati.
Di dalam, Chorim lagi membersihkan pipinya yang kotor
terkena adonan. Gilja pun memarahi Chorim yang bertingkah seperti anak-anak.
Gilja juga menyuruh Chorim kembali ke restoran untuk membantu Soyeong.
Tak lama kemudian, In Soo, Roo Bi dan Roo Na masuk. Gilja
pun menyuruh Roo Na berterima kasih pada Gyeong Min yang sudah membayarkan
biaya rumah sakit Roo Bi.
Roo Na lalu mengalihkan pandangannya ke Chorim dan terkejut
melihat Chorim.
“Ada apa denganmu? Kenapa kau tampak kacau?” tanya Roo Na.
“Hei, apakah itu sesuatu yang bisa kau katakan pada bibimu!
Kau benar-benar berubah! Kau tidak terlihat seperti Roo Bi!” sewot Chorim.
Roo Na pun beralasan, kalau ia stress beradaptasi dengan
mertuanya dan meminta sang bibi tidak marah padanya. Tapi Chorim yang keburu
kesal, langsung beranjak pergi.
Roo Bi lalu melihat foto-foto Roo Na dan merasa sosok yang
ada di foto itu bukanlah dirinya. Mendengar itu, Roo Na pun kesal dan berusaha
meyakinkan Roo Bi kalau Roo Bi adalah adiknya yang bernama Roo Na.
In Soo terkejut melihat tingkah Roo Na.
0 Comments:
Post a Comment