Se Ra mengajak Roo Na ke dokter, tapi Roo Na menolak. Roo Na berkata, dirinya baik-baik saja dan ia akan mengganti kostumnya serta melanjutkan latihan.
Setelah Roo Na pergi, Se Ra menyalahkan In Soo atas insiden itu. Se Ra berkata, Roo Na adalah asset, jadi Roo Na tidak boleh terluka.
Mendengar ucapan Se Ra, In Soo pun marah.
“Jadi karena dia asset, dia tidak boleh terluka tapi
tidak masalah jika orang lain yang terluka!”
“Bukan itu maksudku! Aku sudah bilang, lakukan
pekerjaanmu dengan benar!” jawab Se Ra.
“Direktur Bae Se Ra, kudengar kau profesional, tapi
aku salah. Aku kecewa kau mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan.” Ucap
In Soo.
In Soo lalu pergi, meninggalkan Se Ra yang kesal
setengah mati.
Roo Na yang mau masuk ke ruang ganti, mendengar ocehan kedua staff nya tentang Gyeong Min yang lebih mengkhawatirkan Roo Bi. Seorang dari mereka berkata, bahwa Gyeong Min seharusnya menarik Roo Na, bukannya Roo Bi saat insiden terjadi. Seorang lagi membela Gyeong Min. Ia bilang, Roo Na selamat berkat Roo Bi.
Saat melihat Roo Na yang berdiri di depan pintu
dengan wajah kesal, mereka langsung diam dan buru-buru pergi.
Roo Na masuk ke ruang ganti dan duduk di meja riasnya. Ia menatap ke cermin, dan seolah melihat wajah lamanya di cermin.
“Kenapa kau begitu tinggi dan kuat? Aku mengubahmu
menjadi Jeong Roo Na, jadi bersikap lah seperti Jeong Roo Na. Kau bukan Jeong
Roo Bi! Aku Jeong Roo Bi!” batin Roo Na.
Roo Na lalu memecahkan kaca rias. Tepat saat itu, In
Soo pun datang.
“Kenapa kau disini?” tanya Roo Na.
“Sebagai produser, aku datang untuk memastikan asset
berharga kami tidak mendapatkan goresan sekecil apapun. Kau adalah asset.
Kerusakan apapun akan menyebabkan kerugian besar.” Sinis In Soo.
Kesal dengan jawaban In Soo, Roo Na pun berniat
menampar In Soo. Tapi In Soo langsung memegang tangan Roo Na, sebelum tangan
Roo Na menyentuh wajahnya. Roo Na pun mengancam, ia bilang akan berteriak jika
In Soo tidak mau pergi.
“Lalu orang-orang akan menemukanmu berduaan dengan
produser baru di ruang ganti. Orang-orang akan bergosip.” Jawab In Soo.
Roo Na pun menghempaskan tangan In Soo.
“Apa yang kau lakukan! Pergilah.” Ucap Roo Na.
Tapi In Soo malah membalikkan tubuh Roo Na dan
menghadapkan wajah Roo Na ke cermin.
“Lihatlah dirimu. Kau palsu. Kau sudah lihat sendiri
bagaimana Jeong Roo Bi yang sebenarnya. Saat adikmu terluka, kau sibuk dengan
bajumu. Itulah sebabnya kau tidak akan pernah bisa menjadi Jeong Roo Bi.” Ucap
In Soo.
In Soo lalu pergi meninggalkan Roo Na yang menangis.
“Tidak, tidak! Tidak peduli apapun yang dikatakan
orang-orang, aku Jeong Roo Bi. Aku kakak Jeong Roo Na, istri Bae Gyeong Min dan
host yang sukses. Itulah aku.”
Sementara itu, di ruangannya, Gyeong Min sedang mengobati luka Roo Bi. Roo Bi yang merasa tidak enak, minta maaf pada Gyeong Min karena sudah menyita waktu Gyeong Min. Gyeong Min pun berkata, jika Roo Bi merasa bersalah, maka seharusnya Roo Bi pergi ke rumah sakit.
“Kakakku mungkin akan mencariku.” Jawab Roo Bi.
“Jika kau seperti ini, dia pasti akan memarahimu.”
Ucap Gyeong Min.
Gyeong Min pun selesai mengobati Roo Bi. Roo Bi diam saja. Gyeong Min berkata lagi, bahwa sangat sulit menjadi asisten Roo Na. Roo Bi pun berkata, bahwa tidak ada yang mudah dalam hidup dan mereka hanya bisa melakukan yang terbaik.
“Ingatanmu sudah kembali? Bagaimana terapinya?”
tanya Gyeong Min.
Tepat saat itu, ponsel Gyeong Min berbunyi dan Roo
Bi pun pergi tanpa menjawab pertanyaan Gyeong Min.
Gyeong Min pun menjawab teleponnya. Dari Se Ra. Se
Ra memarahi Gyeong Min karena Gyeong Min terlalu fokus pada Roo Bi.
“Aku tahu. Aku akan melakukan lebih baik lagi.”
Jawab Gyeong Min.
Roo Na berjalan tertatih-tatih sambil memegangi lututnya,
hingga akhirnya ia terjatuh dan meringis kesakitan sambil memegangi lututnya. Tepat
saat itu, In Soo keluar dari sebuah ruangan dan melihat Roo Bi. Cemas, In Soo
pun mengajak Roo Bi ke rumah sakit, tapi Roo Bi bilang, dia baik-baik saja.
In Soo kemudian dipanggil rekannya untuk kembali ke
stage. Tapi In Soo tak bisa meninggalkan Roo Bi yang kesakitan. Roo Bi pun
meyakinkan In Soo sekali lagi, kalau ia baik-baik saja. Roo Bi juga bilang, ia
akan ke rumah sakit dengan taksi.
Eun Ji tiba-tiba muncul. Dia keluar dari dalam
ruangan dan In Soo pun langsung menyuruh Eun Ji menemani Roo Bi ke rumah sakit.
Tapi Eun Ji tak bisa karena ia juga harus tampil.
Di restoran, Chorim masih kesal memikirkan Dongpal yang mendapatkan kartu nama dari beberapa wanita. Lalu, Chorim bertanya-tanya, apa Dongpal seorang pecinta wanita. Chorim lalu memegangi bibirnya dan teringat ciumannya dengan Dongpal malam itu.
Chorim kemudian menatap Dongpal yang juga tengah
menatapnya. Dongpal tersenyum dan memberikan kiss bye pada Chorim.
“Benar, dia pecinta wanita.” Gumam Chorim.
Soyeong mendekati Chorim dan bertanya, kenapa Chorim
ngomong sendiri. Chorim bilang, tidak ada apa-apa.
Chorim kemudian melihat Dongpal pamit ke bank pada
Gilja. Begitu Dongpal pergi, Chorim pun langsung ke dapur dan memeriksa tas
Dongpal. Dia membuka dompet kartu nama Dongpal dan menemukan kartu nama Geum
Hee di sana. Chorim pun menyimpan nomor Geum Hee di ponselnya. Setelah itu, ia
kembali memasukkan kartu nama Geum Hee ke dompet kartu nama Dongpal dan keluar dari
dapur.
Telepon restoran berbunyi. Gilja buru-buru
mengangkatnya. Dari Eun Ji yang memberitahu soal Roo Bi di rumah sakit.
Gilja pun menjemput Roo Bi di rumah sakit. Roo Bi merangkul lengan Gilja dan menenangkan Gilja kalau dirinya baik-baik saja. Gilja pun menyesal sudah menyuruh Roo Bi mencari pekerjaan.
“Kau berlari kesana kemari sepanjang hari, menjadi
asisten kakakmu. Aku akan menelpon Gyeong Min dan memintanya memindahkanmu ke
pekerjaan lain.” Ucap Gilja.
“Eomma, jebal! Ini salahku. Kita seharusnya
bersyukur, karena aku selamat dan masih bisa berjalan setelah kecelakaan
mengerikan itu.” Jawab Roo Bi.
Gilja pun tersenyum menatap Roo Bi.
“Seperti yang orang-orang bilang, aku ini bodoh.
Jika aku mendapatkan pekerjaan lain dan membuat malu, bagaimana?” ucap Roo Bi.
“Kau belajar keras saat masih sekolah.” Jawab Gilja.
In Soo kemudian datang dan menanyakan kondisi Roo Bi. Roo Bi pun meyakinkan In Soo kalau ia baik-baik saja. Gilja berterima kasih karena In Soo sudah menyusul mereka.
“Tentu saja harus.” Jawab In Soo, lalu memapah Roo
Bi menuju mobilnya. Sekali lagi, Gilja terkesan dengan sikap In Soo.
Di restoran, Gilja berusaha menghubungi Roo Na tapi
ponsel Roo Na tak aktif.
Chorim dan Soyeong pun melihat Gilja. Mereka yakin, Gilja sangat marah. Tak berhasil menghubungi Roo Na, Chorim pun pamit pergi pada Chorim. Begitu Gilja pergi, Soyeong bicara pada Chorim, kalau Gilja sangat menakutkan saat marah.
Roo Na sibuk dengan pekerjaannya. Begitu selesai,
semua orang memujinya.
Gyeong Min datang. Ia memuji Roo Na, lalu menanyakan
Roo Bi.
“Kau datang hanya untuk melihat adik iparmu?” tanya
Roo Na kesal.
Gyeong Min pun tertawa, lalu berkata ia datang untuk
melihat istrinya. Gyeong Min kemudian mengajak Roo Na makan malam, tapi Roo Na
terus saja menekuk wajahnya.
“Kenapa kau tidak antusias?” tanya Gyeong Min.
“Hanya kita berdua, kan?” tanya Roo Na.
“Tentu saja.” Jawab Gyeong Min.
“Sebenarnya, aku kelaparan.” Ucap Roo Na.
Benar saja, Gilja memang ke tempat kerja Roo Na.
Gilja memarahi Roo Na yang tidak mempedulikan kondisi Roo Bi. Roo Na penasaran,
siapa yang memberitahu Gilja perihal Roo Bi yang ke rumah sakit.
“In Soo memberitahuku, saat dia datang menjemputku
ke rumah sakit.” Jawab Gilja.
Sontak, Roo Na langsung kesal mendengarnya.
“Kau tidak merasa bersalah padanya? Dulu dia sangat
bersemangat. Dia penuh percaya diri dan berteriak pada semua orang. Tapi
amnesianya merenggut semua itu. Itu mematahkan hatiku. Aku bersyukur, kau
melakukannya dengan baik, tapi aku kecewa karena kau tidak bisa menjaga adikmu
satu-satunya.” Ucap Gilja.
“Apa yang ibu bicarakan? Aku yang memberi mereka
pekerjaan! Mertuaku membayar tagihan rumah sakit Roo Na! Aku menyuruhnya keluar
negeri. Kubilang, aku yang akan membayar biayanya, tapi dia menolak dan
sekarang, ibu marah padaku hanya karena aku tidak menjawab telepon ibu dan
mencemaskan Roo Na? Jangan memarahiku hanya karena aku tidak menjawab satu
panggilan bodoh. Itu tidak ada gunanya bagiku atau kebaikanmu.” Jawab Roo Na.
Gilja pun syok.
“Kau benar-benar berubah. Dulu kau tidak seperti
ini. Kau membayar tagihan kartu kredit Roo Na tanpa sepengetahuanku.”
“Membayar! Membayar! Membayar! Berhenti
membicarakanku yang dulu! Aku stress dan lelah karena itu!” teriak Roo Na.
Gilja pun tambah syok, ia tidak menyangka Roo Bi nya
berubah sedrastis itu.
Roo Na kembali berada di ruangan yang gelap itu. Ia
kesal semua orang membicarakan masa lalu.
“Aku bukan siapa aku yang dulu, karena aku Roo Bi,
bukan Roo Na. Semua orang berubah, bahkan jika aku tidak mengubah wajahku, aku
pasti akan berubah. Semua orang di dunia ini pasti berubah. Dasar bodoh.”
Ucapnya.
“Seleraku berubah. Aku mulai menyukai lagu seperti
ini.” Ucap Gyeong Min.
Roo Na pun hanya menghela napasnya.
“Kenapa? Apa itu mengganggumu?” tanya Gyeong Min.
“Tidak, aku juga menyukainya.” Jawab Roo Na.
Ketika mobil Gyeong Min berhenti di lampu merah, Gyeong
Min mendapat SMS dari In Soo. Roo Na pun terkejut, Gyeong Min bilang In Soo
mengiriminya SMS. Dan begitu Gyeong Min membuka SMS kiriman In Soo, ia
terkejut. In Soo mengiriminya foto hasil USG bayinya dengan Roo Na.
Gyeong Min pun kebingungan. Sementara Roo Na, dia
gugup. Saking gugupnya, ia terpaksa harus memegangi tangannya yang gemetaran.
Lampu hijau menyala, Roo Na pun menyuruh Gyeong Min jalan.
“Kau tidak tahu apapun soal ini?” tanya Gyeong Min.
“Apa maksudmu?” tanya Roo Na gugup.
“Mungkinkah Roo Na hamil? Jadi dia ingin berbagi
kebahagiaan.” Ucap Gyeong Min.
“Bisa jadi.” Jawab Roo Na.
“Tapi kenapa dia mengirimiku fotonya? Ini lucu.”
Ucap Gyeong Min.
Merasa terganggu, Roo Na pun mengambil ponsel Gyeong
Min dan menghapus foto itu. Roo Na beralasan, takut Roo Bi akan marah jika
menemukan foto itu.
“Na In Soo, kau sungguh akan pergi sejauh ini? Apa
yang harus kulakukan?” batin Roo Na.
Lalu tiba-tiba, Roo Na mengaku ada janji makan malam dengan reporter. Gyeong Min pun terpaksa menurunkan Roo Na di pinggir jalan.
Begitu mobil Gyeong Min pergi, Roo Na langsung pergi
dengan taksi.
Dia pergi ke apartemen In Soo. In Soo yang baru
pulang, terkejut melihat Roo Na yang sudah duduk di kasurnya.
“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya In Soo, lalu
meletakkan ponselnya di meja dengan kamera mengarah ke Roo Na.
“Aku memasukkan nomormu yang lama. 4 digit tanggal
ulang tahunku.” Jawab Roo Na.
Roo Na lalu menyindir In Soo yang belum melupakannya. In Soo pun menjelaskan, kalau itu tanggal ulang tahun Roo Bi.
“Kau pikir, kau bisa jatuh cinta padanya meski kau
mencuci otakmu?” sinis Roo Na.
“Seharusnya tidak terlalu sulit dengan wajah
barunya. Bukankah ini yang kau inginkan?” jawab In Soo.
“Dia mungkin memiliki wajahku, tapi Jeong Roo Na
yang asli lah yang kau cintai.” Ucap Roo Na.
“Apa yang kau inginkan?” tanya In Soo.
“Aku datang untuk memberikanmu sesuatu yang sangat
kau inginkan daripada uang. Aku akan memberikanmu anak.” Jawab Roo Na.
“Bukankah sudah kubilang, aku mencintaimu.” Ucap Roo
Na.
In Soo terdiam. Tak lama kemudian, ia bangkit dari
duduknya dan duduk di kasur.
“Dan kau juga mencintaiku. Jadi aku akan
memberikanmu seorang anak.” Ucap Roo Na lagi.
“Lalu?” tanya In Soo.
“Aku hanya akan memberikan yang terbaik pada bayinya. Tidak akan kurang sedikit pun. Kau ingin bayi kita bahagia, kan?” jawab Roo Na.
“Kau mau membesarkannya sebagai pewaris JM Group dan
anak Bae Gyeong Min?” In Soo lalu tertawa sinis, “Seperti yang kuduga, kau
tidak akan melepaskan Bae Gyeong Min atau pun JM Group.”
“Aku hanya mengambil kesempatan yang tidak bisa
dapatkan orang lain, meski hanya dalam mimpi.” Ucap Roo Na.
“In Soo-ssi, chagia, kau tahu dengan baik apa yang
sudah kulakukan untuk sampai disini, sampai di tempat aku berdiri sekarang, jadi
berikan aku waktu sedikit lagi. Untuk pertama kalinya, aku memiliki kepercayaan
diri. Dulu aku berpikir, aku ini pemalas, bodoh dan tidak berguna tapi dengan
dukungan JM Group, aku mampu melambung ke ketinggian yang luar biasa. Aku ingin
sukses, bukan sebagai menantu pendiri JM atau pun istri Bae Gyeong Min. Saat
itu terjadi...”
“Apa yang akan terjadi setelah itu?” tanya In Soo.
“Aku akan kembali padamu. Jadi kumohon bersabarlah
sampai saat itu tiba.” Ucap Roo Na.
“Jeong Roo Bi yang asli mungkin bisa melakukan itu
tapi kau tidak.” Jawab In Soo.
“Kenapa tidak?” tanya Roo Na.
“Karena kau bukan Jeong Roo Bi, kau Jeong Roo Na.”
Jawab In Soo.
“Tidak, aku pasti akan kembali padamu.” Ucap Roo Na.
“Pulanglah. Seperti yang kau bilang, itu adalah
kesempatan sekali seumur hidup.” Jawab In Soo.
“Kau sendiri yang meminta bayi! Kau sendiri yang
mengirimkan foto hasil USG untuk memerasku! Jadi bagaimana dengan wajah ini
sekarang!” teriak Roo Na.
In Soo lalu berdiri membelakangi Roo Na.
“Aku tidak akan menyerah! Aku tidak akan pernah
menyerah!” ucap Roo Na lagi.
Roo Na lalu meninggalkan apartemen In Soo dengan wajah
lesu.
Roo Na pun kembali berada di ruangan gelap itu. Ia
bicara pada dokternya.
“Aku tidak tahu, itu akan menjeratku. Karena Na In
Soo yang kukenal adalah pria bodoh yang mempercayai cinta sejati. Jangan
percaya siapapun. Tidak seorang pun. Bahkan dirimu sendiri.” Ucap Roo Na.
Di apartemennya, In Soo menatap video Roo Na berlutut yang memang direkamnya. Lalu, ia tersenyum menyeringai.
Junhyeok pulang disaat ayahnya lagi santai sambil
membaca komik. Begitu Junhyeok masuk, Dongpal langsung menanyakan hasil ujian
Junhyeok. Dengan wajah bangga, Junhyeok pun menunjukkan skornya yang tinggi.
“Kau benar-benar sesuatu. Haruskah kita pergi minum
bir dan makan ayam untuk merayakannya?” tanya Dongpal.
Tapi Junhyeok menolak. Dongpal pun membujuk Junhyeok
pergi.
Geum Hee minggat, tapi sebelum pergi dia menatap
sekeliling rumah Gyeong Min dengan wajah sedih dan melambai-lambaikan
tangannya, lalu menyatukan kedua tangannya di atas kepala, membentuk love.
Geum Hee tidur di sauna. Saat ia tertidur pulas,
seseorang mengambil kunci lokernya yang sengaja ia gantungkan di kakinya.
Tak lama setelah itu, ia terbangun dan langsung
mengecek ponselnya. Ia pun kesal karena tidak menemukan panggilan ataupun pesan
dari Nyonya Park.
Saat mengusap kakinya, barulah ia sadar kuncinya
hilang.
Geum Hee pun panic. Ia langsung berlari ke lokernya
dan mendapati pintu lokernya sudah terbuka dan pakaiannya berantakan di lantai.
“Ada pencuri disini! Uangku! Uangku!” tangis Geum
Hee.
Di kamar, Gyeong Min sedang membaca buku. Beberapa
detik kemudian, ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 12.10 malam. Gyeong
Min pun menghubungi ponsel Roo Na. Roo Na menjawabnya tapi seperti orang mabuk.
“Dia datang sendirian dan minum terlalu banyak.”
Ucap si bartender.
Gyeong Min pun mengajak Roo Na pulang. Tapi Roo Na
malah ingin minum segelas lagi. Gyeong Min melarang dan membantu Roo Na
berdiri.
Geum Hee yang luntang lantung di jalanan, tak
sengaja melihat Dongpal dan Junhyeok yang sedang makan di pinggir jalan. Geum
Hee pun langsung menghambur ke tengah-tengah mereka. Sontak, keduanya kaget.
“Siapa kau?” tanya Dongpal.
“Kau tidak ingat? Ini aku, teman sekelasmu di kursus
memasak. Aku bahkan memberimu kartu namaku. Aku menunggu dan menunggu telepon
darimu, tapi kau tidak pernah menelponku, membuatku patah hati.” Jawab Geum
Hee.
Geum Hee lalu melirik Junhyeok. Dongpal pun
memperkenalkan Junhyeok sebagai ponakannya.
“Kau bohong. Dia anakmu, kan? Kau bilang padaku, kau
tinggal dengan anakmu.” Jawab Geum Hee.
“Tidak, ahjumma. Aku ponakannya.” Ucap Junhyeok.
“Paman?” tanya Geum Hee.
“Ya, dia pamanku.” Jawab Junhyeok.
“Jadi kau sudah bercerai? Kita berada di kelas yang
sama dan sama-sama sudah bercerai. Ini menakjubkan.” Ucap Geum Hee.
“Dia aneh.” bisik Junhyeok pada ayahnya.
Junhyeok lalu mengajak Dongpal pergi dengan alasan
harus bangun pagi. Tapi Geum Hee malah meminta sesuatu dari Dongpal.
Gyeong Min membawa Roo Na ke hotel. Saat tengah membukakan sepatu Roo Na, Roo Na pun meracau bahwa ia akan kembali pada seseorang dan meminta orang itu menunggunya. Roo Na juga menyebut bahwa dirinya Jeong Roo Bi, bukan Jeong Roo Na. Gyeong Min pun menatapnya dengan heran.
Geum Hee tidur di jalanan. Ternyata, dia minta
tempat bermalam pada Dongpal. Tapi Dongpal dan Junhyeok lari begitu saja
meninggalkannya. Terpaksalah ia tidur di jalanan.
Nyonya Park yang baru bangun, terkejut melihat
dapurnya berantakan.
Lalu, ia pergi ke kamar Geum Hee. Niatnya mau
membangunkan Geum Hee tapi terkejut mendapati kamar itu kosong. Kemudian, ia
menemukan surat Geum Hee di atas meja. Di suratnya Geum Hee menulis, akan pergi
untuk mengoperasi hidungnya dan kembali dengan hidungnya yang baru.
Keesokan harinya, Roo Na terbangun dan terkejut mendapati dirinya berada di sebuah hotel. Roo Na lalu melirik Gyeong Min yang duduk di dekat jendela sambil menyeruput kopi.
Gyeong Min pun mendekati Roo Na.
“Kenapa kau minum begitu banyak? Aku tidak mau,
istri yang kucintai diusir dari rumah.” Ucap Gyeong Min.
Gyeong Min lalu berniat memanggil layanan kamar
untuk Roo Na. Tapi Roo Na mengaku tidak lapar.
“Kalau begitu, tidurlah jika kau lelah. Aku ada
meeting.” Ucap Gyeong Min, lalu beranjak pergi.
Tapi begitu sampai di pintu, Roo Na memanggilnya.
Gyeong Min pun langsung menatap Roo Na.
0 Comments:
Post a Comment