Ruby Ring Ep 24

Sebelumnya...


Se Ra mengajak Roo Na ke dokter, tapi Roo Na menolak. Roo Na berkata, dirinya baik-baik saja dan ia akan mengganti kostumnya serta melanjutkan latihan.


Setelah Roo Na pergi, Se Ra menyalahkan In Soo atas insiden itu. Se Ra berkata, Roo Na adalah asset, jadi Roo Na tidak boleh terluka.

Mendengar ucapan Se Ra, In Soo pun marah.

“Jadi karena dia asset, dia tidak boleh terluka tapi tidak masalah jika orang lain yang terluka!”

“Bukan itu maksudku! Aku sudah bilang, lakukan pekerjaanmu dengan benar!” jawab Se Ra.

“Direktur Bae Se Ra, kudengar kau profesional, tapi aku salah. Aku kecewa kau mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan.” Ucap In Soo.

In Soo lalu pergi, meninggalkan Se Ra yang kesal setengah mati.


Roo Na yang mau masuk ke ruang ganti, mendengar ocehan kedua staff nya tentang Gyeong Min yang lebih mengkhawatirkan Roo Bi. Seorang dari mereka berkata, bahwa Gyeong Min seharusnya menarik Roo Na, bukannya Roo Bi saat insiden terjadi. Seorang lagi membela Gyeong Min. Ia bilang, Roo Na selamat berkat Roo Bi.

Saat melihat Roo Na yang berdiri di depan pintu dengan wajah kesal, mereka langsung diam dan buru-buru pergi.


Roo Na masuk ke ruang ganti dan duduk di meja riasnya. Ia menatap ke cermin, dan seolah melihat wajah lamanya di cermin.

“Kenapa kau begitu tinggi dan kuat? Aku mengubahmu menjadi Jeong Roo Na, jadi bersikap lah seperti Jeong Roo Na. Kau bukan Jeong Roo Bi! Aku Jeong Roo Bi!” batin Roo Na.
Roo Na lalu memecahkan kaca rias. Tepat saat itu, In Soo pun datang.


“Tidak seharusnya kau merusak properti perusahaan Jeong Roo Na.” Ucap In Soo.

“Kenapa kau disini?” tanya Roo Na.

“Sebagai produser, aku datang untuk memastikan asset berharga kami tidak mendapatkan goresan sekecil apapun. Kau adalah asset. Kerusakan apapun akan menyebabkan kerugian besar.” Sinis In Soo.

Kesal dengan jawaban In Soo, Roo Na pun berniat menampar In Soo. Tapi In Soo langsung memegang tangan Roo Na, sebelum tangan Roo Na menyentuh wajahnya. Roo Na pun mengancam, ia bilang akan berteriak jika In Soo tidak mau pergi.

“Lalu orang-orang akan menemukanmu berduaan dengan produser baru di ruang ganti. Orang-orang akan bergosip.” Jawab In Soo.

Roo Na pun menghempaskan tangan In Soo.

“Apa yang kau lakukan! Pergilah.” Ucap Roo Na.


Tapi In Soo malah membalikkan tubuh Roo Na dan menghadapkan wajah Roo Na ke cermin.

“Lihatlah dirimu. Kau palsu. Kau sudah lihat sendiri bagaimana Jeong Roo Bi yang sebenarnya. Saat adikmu terluka, kau sibuk dengan bajumu. Itulah sebabnya kau tidak akan pernah bisa menjadi Jeong Roo Bi.” Ucap In Soo.


In Soo lalu pergi meninggalkan Roo Na yang menangis.

“Tidak, tidak! Tidak peduli apapun yang dikatakan orang-orang, aku Jeong Roo Bi. Aku kakak Jeong Roo Na, istri Bae Gyeong Min dan host yang sukses. Itulah aku.”


Sementara itu, di ruangannya, Gyeong Min sedang mengobati luka Roo Bi. Roo Bi yang merasa tidak enak, minta maaf pada Gyeong Min karena sudah menyita waktu Gyeong Min. Gyeong Min pun berkata, jika Roo Bi merasa bersalah, maka seharusnya Roo Bi pergi ke rumah sakit.

“Kakakku mungkin akan mencariku.” Jawab Roo Bi.

“Jika kau seperti ini, dia pasti akan memarahimu.” Ucap Gyeong Min.


Gyeong Min pun selesai mengobati Roo Bi. Roo Bi diam saja. Gyeong Min berkata lagi, bahwa sangat sulit menjadi asisten Roo Na. Roo Bi pun berkata, bahwa tidak ada yang mudah dalam hidup dan mereka hanya bisa melakukan yang terbaik.

“Ingatanmu sudah kembali? Bagaimana terapinya?” tanya Gyeong Min.

Tepat saat itu, ponsel Gyeong Min berbunyi dan Roo Bi pun pergi tanpa menjawab pertanyaan Gyeong Min.


Gyeong Min pun menjawab teleponnya. Dari Se Ra. Se Ra memarahi Gyeong Min karena Gyeong Min terlalu fokus pada Roo Bi.

“Aku tahu. Aku akan melakukan lebih baik lagi.” Jawab Gyeong Min.


Roo Na berjalan tertatih-tatih sambil memegangi lututnya, hingga akhirnya ia terjatuh dan meringis kesakitan sambil memegangi lututnya. Tepat saat itu, In Soo keluar dari sebuah ruangan dan melihat Roo Bi. Cemas, In Soo pun mengajak Roo Bi ke rumah sakit, tapi Roo Bi bilang, dia baik-baik saja.

In Soo kemudian dipanggil rekannya untuk kembali ke stage. Tapi In Soo tak bisa meninggalkan Roo Bi yang kesakitan. Roo Bi pun meyakinkan In Soo sekali lagi, kalau ia baik-baik saja. Roo Bi juga bilang, ia akan ke rumah sakit dengan taksi.

Eun Ji tiba-tiba muncul. Dia keluar dari dalam ruangan dan In Soo pun langsung menyuruh Eun Ji menemani Roo Bi ke rumah sakit. Tapi Eun Ji tak bisa karena ia juga harus tampil.


Di restoran, Chorim masih kesal memikirkan Dongpal yang mendapatkan kartu nama dari beberapa wanita. Lalu, Chorim bertanya-tanya, apa Dongpal seorang pecinta wanita. Chorim lalu memegangi bibirnya dan teringat ciumannya dengan Dongpal malam itu.

Chorim kemudian menatap Dongpal yang juga tengah menatapnya. Dongpal tersenyum dan memberikan kiss bye pada Chorim.

“Benar, dia pecinta wanita.” Gumam Chorim.


Soyeong mendekati Chorim dan bertanya, kenapa Chorim ngomong sendiri. Chorim bilang, tidak ada apa-apa.

Chorim kemudian melihat Dongpal pamit ke bank pada Gilja. Begitu Dongpal pergi, Chorim pun langsung ke dapur dan memeriksa tas Dongpal. Dia membuka dompet kartu nama Dongpal dan menemukan kartu nama Geum Hee di sana. Chorim pun menyimpan nomor Geum Hee di ponselnya. Setelah itu, ia kembali memasukkan kartu nama Geum Hee ke dompet kartu nama Dongpal dan keluar dari dapur.


Telepon restoran berbunyi. Gilja buru-buru mengangkatnya. Dari Eun Ji yang memberitahu soal Roo Bi di rumah sakit.


Gilja pun menjemput Roo Bi di rumah sakit. Roo Bi merangkul lengan Gilja dan menenangkan Gilja kalau dirinya baik-baik saja. Gilja pun menyesal sudah menyuruh Roo Bi mencari pekerjaan.

“Kau berlari kesana kemari sepanjang hari, menjadi asisten kakakmu. Aku akan menelpon Gyeong Min dan memintanya memindahkanmu ke pekerjaan lain.” Ucap Gilja.

“Eomma, jebal! Ini salahku. Kita seharusnya bersyukur, karena aku selamat dan masih bisa berjalan setelah kecelakaan mengerikan itu.” Jawab Roo Bi.

Gilja pun tersenyum menatap Roo Bi.

“Seperti yang orang-orang bilang, aku ini bodoh. Jika aku mendapatkan pekerjaan lain dan membuat malu, bagaimana?” ucap Roo Bi.

“Kau belajar keras saat masih sekolah.” Jawab Gilja.


In Soo kemudian datang dan menanyakan kondisi Roo Bi. Roo Bi pun meyakinkan In Soo kalau ia baik-baik saja. Gilja berterima kasih karena In Soo sudah menyusul mereka.

“Tentu saja harus.” Jawab In Soo, lalu memapah Roo Bi menuju mobilnya. Sekali lagi, Gilja terkesan dengan sikap In Soo.


Di restoran, Gilja berusaha menghubungi Roo Na tapi ponsel Roo Na tak aktif.


Chorim dan Soyeong pun melihat Gilja. Mereka yakin, Gilja sangat marah. Tak berhasil menghubungi Roo Na, Chorim pun pamit pergi pada Chorim. Begitu Gilja pergi, Soyeong bicara pada Chorim, kalau Gilja sangat menakutkan saat marah.

Roo Na sibuk dengan pekerjaannya. Begitu selesai, semua orang memujinya.


Gyeong Min datang. Ia memuji Roo Na, lalu menanyakan Roo Bi.

“Kau datang hanya untuk melihat adik iparmu?” tanya Roo Na kesal.
Gyeong Min pun tertawa, lalu berkata ia datang untuk melihat istrinya. Gyeong Min kemudian mengajak Roo Na makan malam, tapi Roo Na terus saja menekuk wajahnya.

“Kenapa kau tidak antusias?” tanya Gyeong Min.

“Hanya kita berdua, kan?” tanya Roo Na.

“Tentu saja.” Jawab Gyeong Min.

“Sebenarnya, aku kelaparan.” Ucap Roo Na.


Benar saja, Gilja memang ke tempat kerja Roo Na. Gilja memarahi Roo Na yang tidak mempedulikan kondisi Roo Bi. Roo Na penasaran, siapa yang memberitahu Gilja perihal Roo Bi yang ke rumah sakit.

“In Soo memberitahuku, saat dia datang menjemputku ke rumah sakit.” Jawab Gilja.

Sontak, Roo Na langsung kesal mendengarnya.

“Kau tidak merasa bersalah padanya? Dulu dia sangat bersemangat. Dia penuh percaya diri dan berteriak pada semua orang. Tapi amnesianya merenggut semua itu. Itu mematahkan hatiku. Aku bersyukur, kau melakukannya dengan baik, tapi aku kecewa karena kau tidak bisa menjaga adikmu satu-satunya.” Ucap Gilja.


“Apa yang ibu bicarakan? Aku yang memberi mereka pekerjaan! Mertuaku membayar tagihan rumah sakit Roo Na! Aku menyuruhnya keluar negeri. Kubilang, aku yang akan membayar biayanya, tapi dia menolak dan sekarang, ibu marah padaku hanya karena aku tidak menjawab telepon ibu dan mencemaskan Roo Na? Jangan memarahiku hanya karena aku tidak menjawab satu panggilan bodoh. Itu tidak ada gunanya bagiku atau kebaikanmu.” Jawab Roo Na.

Gilja pun syok.

“Kau benar-benar berubah. Dulu kau tidak seperti ini. Kau membayar tagihan kartu kredit Roo Na tanpa sepengetahuanku.”

“Membayar! Membayar! Membayar! Berhenti membicarakanku yang dulu! Aku stress dan lelah karena itu!” teriak Roo Na.

Gilja pun tambah syok, ia tidak menyangka Roo Bi nya berubah sedrastis itu.


Roo Na kembali berada di ruangan yang gelap itu. Ia kesal semua orang membicarakan masa lalu.

“Aku bukan siapa aku yang dulu, karena aku Roo Bi, bukan Roo Na. Semua orang berubah, bahkan jika aku tidak mengubah wajahku, aku pasti akan berubah. Semua orang di dunia ini pasti berubah. Dasar bodoh.” Ucapnya.


Gyeong Min dan Roo Na sedang di jalan.

“Seleraku berubah. Aku mulai menyukai lagu seperti ini.” Ucap Gyeong Min.

Roo Na pun hanya menghela napasnya.

“Kenapa? Apa itu mengganggumu?” tanya Gyeong Min.

“Tidak, aku juga menyukainya.” Jawab Roo Na.


Ketika mobil Gyeong Min berhenti di lampu merah, Gyeong Min mendapat SMS dari In Soo. Roo Na pun terkejut, Gyeong Min bilang In Soo mengiriminya SMS. Dan begitu Gyeong Min membuka SMS kiriman In Soo, ia terkejut. In Soo mengiriminya foto hasil USG bayinya dengan Roo Na.


Gyeong Min pun kebingungan. Sementara Roo Na, dia gugup. Saking gugupnya, ia terpaksa harus memegangi tangannya yang gemetaran. Lampu hijau menyala, Roo Na pun menyuruh Gyeong Min jalan.

“Kau tidak tahu apapun soal ini?” tanya Gyeong Min.

“Apa maksudmu?” tanya Roo Na gugup.

“Mungkinkah Roo Na hamil? Jadi dia ingin berbagi kebahagiaan.” Ucap Gyeong Min.

“Bisa jadi.” Jawab Roo Na.

“Tapi kenapa dia mengirimiku fotonya? Ini lucu.” Ucap Gyeong Min.


Merasa terganggu, Roo Na pun mengambil ponsel Gyeong Min dan menghapus foto itu. Roo Na beralasan, takut Roo Bi akan marah jika menemukan foto itu.

“Na In Soo, kau sungguh akan pergi sejauh ini? Apa yang harus kulakukan?” batin Roo Na.


Lalu tiba-tiba, Roo Na mengaku ada janji makan malam dengan reporter. Gyeong Min pun terpaksa menurunkan Roo Na di pinggir jalan.

Begitu mobil Gyeong Min pergi, Roo Na langsung pergi dengan taksi.


Dia pergi ke apartemen In Soo. In Soo yang baru pulang, terkejut melihat Roo Na yang sudah duduk di kasurnya.


“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya In Soo, lalu meletakkan ponselnya di meja dengan kamera mengarah ke Roo Na.

“Aku memasukkan nomormu yang lama. 4 digit tanggal ulang tahunku.” Jawab Roo Na.


Roo Na lalu menyindir In Soo yang belum melupakannya. In Soo pun menjelaskan, kalau itu tanggal ulang tahun Roo Bi.

“Kau pikir, kau bisa jatuh cinta padanya meski kau mencuci otakmu?” sinis Roo Na.

“Seharusnya tidak terlalu sulit dengan wajah barunya. Bukankah ini yang kau inginkan?” jawab In Soo.

“Dia mungkin memiliki wajahku, tapi Jeong Roo Na yang asli lah yang kau cintai.” Ucap Roo Na.

“Apa yang kau inginkan?” tanya In Soo.

“Aku datang untuk memberikanmu sesuatu yang sangat kau inginkan daripada uang. Aku akan memberikanmu anak.” Jawab Roo Na.


Roo Na lalu berlutut pada In Soo, tanpa menyadari kamera ponsel In Soo tengah merekamnya.

“Bukankah sudah kubilang, aku mencintaimu.” Ucap Roo Na.

In Soo terdiam. Tak lama kemudian, ia bangkit dari duduknya dan duduk di kasur.

“Dan kau juga mencintaiku. Jadi aku akan memberikanmu seorang anak.” Ucap Roo Na lagi.

“Lalu?” tanya In Soo.


“Aku hanya akan memberikan yang terbaik pada bayinya. Tidak akan kurang sedikit pun. Kau ingin bayi kita bahagia, kan?” jawab Roo Na.

“Kau mau membesarkannya sebagai pewaris JM Group dan anak Bae Gyeong Min?” In Soo lalu tertawa sinis, “Seperti yang kuduga, kau tidak akan melepaskan Bae Gyeong Min atau pun JM Group.”

“Aku hanya mengambil kesempatan yang tidak bisa dapatkan orang lain, meski hanya dalam mimpi.” Ucap Roo Na.

“In Soo-ssi, chagia, kau tahu dengan baik apa yang sudah kulakukan untuk sampai disini, sampai di tempat aku berdiri sekarang, jadi berikan aku waktu sedikit lagi. Untuk pertama kalinya, aku memiliki kepercayaan diri. Dulu aku berpikir, aku ini pemalas, bodoh dan tidak berguna tapi dengan dukungan JM Group, aku mampu melambung ke ketinggian yang luar biasa. Aku ingin sukses, bukan sebagai menantu pendiri JM atau pun istri Bae Gyeong Min. Saat itu terjadi...”

“Apa yang akan terjadi setelah itu?” tanya In Soo.

“Aku akan kembali padamu. Jadi kumohon bersabarlah sampai saat itu tiba.” Ucap Roo Na.


“Jeong Roo Bi yang asli mungkin bisa melakukan itu tapi kau tidak.” Jawab In Soo.

“Kenapa tidak?” tanya Roo Na.

“Karena kau bukan Jeong Roo Bi, kau Jeong Roo Na.” Jawab In Soo.

“Tidak, aku pasti akan kembali padamu.” Ucap Roo Na.

“Pulanglah. Seperti yang kau bilang, itu adalah kesempatan sekali seumur hidup.” Jawab In Soo.

“Kau sendiri yang meminta bayi! Kau sendiri yang mengirimkan foto hasil USG untuk memerasku! Jadi bagaimana dengan wajah ini sekarang!” teriak Roo Na.

In Soo lalu berdiri membelakangi Roo Na.

“Aku tidak akan menyerah! Aku tidak akan pernah menyerah!” ucap Roo Na lagi.

Roo Na lalu meninggalkan apartemen In Soo dengan wajah lesu.


Roo Na pun kembali berada di ruangan gelap itu. Ia bicara pada dokternya.

“Aku tidak tahu, itu akan menjeratku. Karena Na In Soo yang kukenal adalah pria bodoh yang mempercayai cinta sejati. Jangan percaya siapapun. Tidak seorang pun. Bahkan dirimu sendiri.” Ucap Roo Na.


Di apartemennya, In Soo menatap video Roo Na berlutut yang memang direkamnya. Lalu, ia tersenyum menyeringai.

Junhyeok pulang disaat ayahnya lagi santai sambil membaca komik. Begitu Junhyeok masuk, Dongpal langsung menanyakan hasil ujian Junhyeok. Dengan wajah bangga, Junhyeok pun menunjukkan skornya yang tinggi.

“Kau benar-benar sesuatu. Haruskah kita pergi minum bir dan makan ayam untuk merayakannya?” tanya Dongpal.

Tapi Junhyeok menolak. Dongpal pun membujuk Junhyeok pergi.


Geum Hee minggat, tapi sebelum pergi dia menatap sekeliling rumah Gyeong Min dengan wajah sedih dan melambai-lambaikan tangannya, lalu menyatukan kedua tangannya di atas kepala, membentuk love.


Geum Hee tidur di sauna. Saat ia tertidur pulas, seseorang mengambil kunci lokernya yang sengaja ia gantungkan di kakinya.

Tak lama setelah itu, ia terbangun dan langsung mengecek ponselnya. Ia pun kesal karena tidak menemukan panggilan ataupun pesan dari Nyonya Park.

Saat mengusap kakinya, barulah ia sadar kuncinya hilang.


Geum Hee pun panic. Ia langsung berlari ke lokernya dan mendapati pintu lokernya sudah terbuka dan pakaiannya berantakan di lantai.

“Ada pencuri disini! Uangku! Uangku!” tangis Geum Hee.


Di kamar, Gyeong Min sedang membaca buku. Beberapa detik kemudian, ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 12.10 malam. Gyeong Min pun menghubungi ponsel Roo Na. Roo Na menjawabnya tapi seperti orang mabuk.


Gyeong Min pun langsung menyusul Roo Na ke bar.

“Dia datang sendirian dan minum terlalu banyak.” Ucap si bartender.

Gyeong Min pun mengajak Roo Na pulang. Tapi Roo Na malah ingin minum segelas lagi. Gyeong Min melarang dan membantu Roo Na berdiri.


Geum Hee yang luntang lantung di jalanan, tak sengaja melihat Dongpal dan Junhyeok yang sedang makan di pinggir jalan. Geum Hee pun langsung menghambur ke tengah-tengah mereka. Sontak, keduanya kaget.

“Siapa kau?” tanya Dongpal.

“Kau tidak ingat? Ini aku, teman sekelasmu di kursus memasak. Aku bahkan memberimu kartu namaku. Aku menunggu dan menunggu telepon darimu, tapi kau tidak pernah menelponku, membuatku patah hati.” Jawab Geum Hee.

Geum Hee lalu melirik Junhyeok. Dongpal pun memperkenalkan Junhyeok sebagai ponakannya.

“Kau bohong. Dia anakmu, kan? Kau bilang padaku, kau tinggal dengan anakmu.” Jawab Geum Hee.

“Tidak, ahjumma. Aku ponakannya.” Ucap Junhyeok.

“Paman?” tanya Geum Hee.

“Ya, dia pamanku.” Jawab Junhyeok.

“Jadi kau sudah bercerai? Kita berada di kelas yang sama dan sama-sama sudah bercerai. Ini menakjubkan.” Ucap Geum Hee.

“Dia aneh.” bisik Junhyeok pada ayahnya.

Junhyeok lalu mengajak Dongpal pergi dengan alasan harus bangun pagi. Tapi Geum Hee malah meminta sesuatu dari Dongpal.


Gyeong Min membawa Roo Na ke hotel. Saat tengah membukakan sepatu Roo Na, Roo Na pun meracau bahwa ia akan kembali pada seseorang dan meminta orang itu menunggunya. Roo Na juga menyebut bahwa dirinya Jeong Roo Bi, bukan Jeong Roo Na. Gyeong Min pun menatapnya dengan heran.


Geum Hee tidur di jalanan. Ternyata, dia minta tempat bermalam pada Dongpal. Tapi Dongpal dan Junhyeok lari begitu saja meninggalkannya. Terpaksalah ia tidur di jalanan.


Nyonya Park yang baru bangun, terkejut melihat dapurnya berantakan.


Lalu, ia pergi ke kamar Geum Hee. Niatnya mau membangunkan Geum Hee tapi terkejut mendapati kamar itu kosong. Kemudian, ia menemukan surat Geum Hee di atas meja. Di suratnya Geum Hee menulis, akan pergi untuk mengoperasi hidungnya dan kembali dengan hidungnya yang baru.


Keesokan harinya, Roo Na terbangun dan terkejut mendapati dirinya berada di sebuah hotel. Roo Na lalu melirik Gyeong Min yang duduk di dekat jendela sambil menyeruput kopi.

Gyeong Min pun mendekati Roo Na.

“Kenapa kau minum begitu banyak? Aku tidak mau, istri yang kucintai diusir dari rumah.” Ucap Gyeong Min.

Gyeong Min lalu berniat memanggil layanan kamar untuk Roo Na. Tapi Roo Na mengaku tidak lapar.

“Kalau begitu, tidurlah jika kau lelah. Aku ada meeting.” Ucap Gyeong Min, lalu beranjak pergi.

Tapi begitu sampai di pintu, Roo Na memanggilnya. Gyeong Min pun langsung menatap Roo Na.


0 Comments:

Post a Comment