Gilja membawakan oleh-oleh dari Roo Na untuk Roo Bi, Soyeong dan Chorim. Soyeong pun senang Roo Na juga membelikannya baju. Tapi Chorim yang biasanya antusias mendapat hadiah, kali ini biasa saja.
“Ada apa, Komo? Kau tidak suka?” tanya Gilja.
“Aku suka, ini bagus.” Jawab Chorim.
“Benar, Imo. Itu sangat bagus.” Ucap Roo Bi.
Chorim pun beranjak ke kamarnya dan membawa
hadiahnya.
“Ada apa, Komo? Kenapa kau murung seperti ayam yang
lagi sakit?” tanya Gilja.
“Eonni, kenapa kau selalu membandingkanku dengan
ayam? Kepala ayam lah, leher ayam, pantat ayam. Aku tahu, kita mendirikan
restoran ayam, tapi aku bukan ayam. Aku manusia!” sewot Chorim.
“Suasana hatinya sedang buruk belakangan ini.
Kurasa, itu karena Dongpal.” Jawab Soyeong.
Di kamarnya, Chorim pun kesal memikirkan hadiah kalung yang didapat Dongpal. Ia pikir, kalung itu hadiah dari seorang wanita. Dia juga kesal saat mengingat Dongpal bicara dengan Nyonya Kim di telepon dan semakin kesal karena Dongpal tidak mau menjelaskan siapa wanita itu.
“Eonni.” Ucap Soyeong yang tahu-tahu nongol di
sebelah Chorim. Chorim pun kaget.
“Eonni, kau marah kan? Kau mungkin akan mencemoohku
jika aku mengatakan ini tapi, saat kau berkencan, kau harusnya melilitkan
sedikit jarimu agar bisa memiliki pria itu. Saat ini Dongpal Oppa mendorongmu
pergi, yang harus kau lakukan adalah menariknya agar lebih dekat denganmu.
Memperbaiki penampilan adalah yang paling utama.” Ucap Soyeong.
Soyeong lalu bertanya, apa Chorim pernah datang lagi
ke rumah Dongpal. Chorim pun menggeleng.
“Kau tahu dimana dia tinggal jadi kenapa tidak
kesana? Meskipun Dongpal Oppa memiliki semua makanan di restoran, tapi dia
harus makan di rumah saat hari libur. Dia butuh kimchi dan lauk pauk. Kau harus
meluangkan waktumu membuatkan dia makanan enak. Saat dia memakan kimchi mu, dia
akan ingat padamu. Saat dia makan daging buatanmu, dia akan teringat padamu.
Saat dia makan teri gorengmu, dia akan ingat padamu.” Ucap Soyeong.
Hasilnya, Chorim langsung ke supermarket, belanja
ini itu buat masakin Dongpal.
Supermarket memberikan diskon untuk ikan teri. Para
pelanggan pun langsung berebutan ikan teri. Tak terkecuali, Chorim dan...
temannya Dongpal. Chorim dan temannya Dongpal pun akhirnya berdebat,
memperebutkan teri yang tinggal sebungkus. Hingga akhirnya, bungkus teri itu
terbuka saat mereka memperebutkannya.
Lalu, pegawa supermarket pun datang meletakkan
puluhan bungkus teri di dalam rak. Chorim dan ribuan pelanggan pun langsung
memperebutkan teri yang sedang diskon itu.
Di kantor, Roo Na tak sengaja berpapasan dengan Eun
Ji. Roo Na menegur Eun Ji, tapi Eun Ji yang masih kesal buru-buru pergi.
Sekarang, Roo Na sudah berada di ruang ganti. Tak
lama, Roo Bi datang memberitahu Roo Na bahwa ia sudah mengambil dress Roo Na.
“Kau melihat Eun Ji?” tanya Roo Na.
“Tidak, kenapa?” ucap Roo Bi.
“Bocah yang tidak bersyukur itu! Apa dia lupa siapa
yang memberinya pekerjaan? Beraninya dia mengabaikanku! Apa dia masih kesal
karena ucapanku kemarin?” jawab Roo Na.
“Eonni, kau agak keterlaluan.” Ucap Roo Bi.
“Aku? Kau tidak marah dia mengatakan hal-hal gila macam itu? Dia memang bodoh. Dia tidak punya otak dan putus asa.” Jawab Roo Na.
“Tapi Eun Ji benar. Semua orang mengatakan kita
berubah. Bukankah itu aneh, seharusnya mereka berkata, “Kau tidak berubah
sedikit pun” ketika mereka bertemu dengan orang yang baru saja mereka lihat.
Tapi kenapa mereka bilang kita berubah? Kepribadian kita tertukar.” Ucap Roo
Bi.
“Mereka tidak tahu apa yang mereka katakan? Bukankah
wajar kita banyak berubah setelah mengalami kecelakaan yang mengerikan itu? Dan
apa kau pikir, seseorang hanya memiliki satu wajah? Seseorang dapat memiliki
10, 100 atau mungkin 1000 wajah. Wajah seseorang berubah tergantung situasinya
dan siapa yang mereka hadapi. Mungkin saja, kau dan aku juga memiliki wajah
lain. ” jawab Roo Na.
“Jadi maksudmu, kecelakaan itu menyebabkan ego kita
muncul?” tanya Roo Bi.
“Ego? Jangan berusaha menjadi orang pintar. Tidak
cocok untukmu. Tidak peduli yang orang katakan, kau tetaplah Jeong Roo Na yang
bodoh.” Jawab Roo Na.
Roo Na lalu beranjak pergi. Setelah Roo Na pergi,
Roo Bi menatap pantulan wajahnya di cermin dan memikirkan kata-kata Roo Na
tadi.
“Kalau begitu keadaannya, yang mana wajah aslimu
Jeong Roo Na? Katakan. Cobalah untuk mengingatnya.” Ucap Roo Bi.
“Kau punya masalah denganku? Katakan!” ucap Roo Na
kesal.
“Baiklah, akan kukatakan jika kau bersikeras. Bahkan
meskipun kau istri Wakil Presdir sekalipun, kau juga temanku dan kau memberiku
pekerjaan sebagai model, aku berterima kasih. Tapi aku sudah melakukan yang
terbaik, apa kau tahu? Ketika kau berlari kesana kemari, melakukan riset untuk
produkmu, siapa yang membantumu? Aku melakukan yang terbaik untuk menolongmu,
tapi kau marah padaku dan menghinaku ketika aku hanya bercanda. Sejauh yang aku
tahu, Jeong Roo Bi tidak begini. Jika Roo Na yang bersikap seperti ini, aku
paham. Apa kau seperti ini karena kau menikah dengan keluarga kaya? Itukah
penyebab kau berubah menjadi seseorang yang benar-benar berbeda? Dan biar
kukatakan satu hal lagi, Yeonho meminta bantuanmu tapi kau hanya memberinya
satu pekerjaan dini hari. Aku tidak tahu detailnya, tapi sepertinya Yeonho juga
kesal padamu. Dia melakukan semua yang kau minta.” Jawab Eun Ji.
Mendengar itu, Roo Na pun panic. Ia takut Yeonho
mengatakan semuanya pada Eun Ji. Roo Na pun lega, karena Yeonho tidak
mengatakan apa-apa pada Eun Ji. Yeonho bilang, bahwa Roo Na hanya menyuruhnya
melakukan beberapa hal.
Setelah itu, Roo Na dan Yeonho bertemu di kafe. Produk Yeonho tidak terjual habis dan Roo Na tidak terima disalahkan oleh Yeonho. Yeonho membela diri. Ia berkata, itu karena Roo Na menyiarkannya pada jam tiga pagi.Yeonho juga bilang, produknya bisa laku jika Roo Na yang membawakannya.
“Jadi maksudmu, kau mau aku menjual produk murahan
dan berkualitas rendah?” tanya Roo Na.
“Biar kukatakan satu hal. Kesepakatan kita masih
berlaku, kan? Kau bilang, jika aku mengurus bisnis kotormu, aku tidak perlu
menunggu lama. Aku akan membereskan Tuan Na, jadi kapan kita bisa memulainya?”
ucap Yeonho.
Besoknya, Yeonho menjebak In Soo. Ia memberikan uang
suap agar In Soo bisa mengutamakan programnya, tapi In Soo menolak uang itu
dengan tegas.
Setelah itu, In Soo kembali ke kantor. Roo Bi
melihat In Soo. Ia memanggil In Soo, tapi In Soo terus saja berjalan dengan
wajah kesal. Roo Bi pun menyusul In Soo.
“Boleh aku bertanya, kenapa kau kesal?” tanya Roo
Bi.
“Tidak.” Jawab In Soo, membuat Roo Bi kaget.
“Aku hanya bercanda. Kau terlihat cantik saat kau
kaget.” Ucap In Soo.
“Ada apa? Kau bisa cerita padaku.” Tanya Roo Bi.
“Tidak seharusnya aku menilai seseorang itu buruk
atau tidak, tapi dia sepertinya bukan orang baik.” Jawab In Soo.
“Siapa?” tanya Roo Bi.
“Lupakan.” Jawab In Soo.
In Soo lalu mengajak Roo Bi nonton film setelah
pekerjaan mereka selesai.
Setelah Roo Bi pergi, In Soo dihubungi Gilja. Gilja
mengajak In Soo bertemu.
Mereka bertemu di sebuah kafe. Gilja meminta In Soo
secepatnya menikahi Roo Bi. In Soo terdiam. Gilja juga berkata, In Soo tidak
perlu mencemaskan soal uang karena ia masih punya sisa tabungan, serta Roo Na
akan membantu biaya pernikahan mereka.
Sadarlah In Soo, bahwa Roo Na lah yang menyuruh Gilja
memaksanya menikahi Roo Bi.
0 Comments:
Post a Comment