Kesal mendengar omongan Eun Ji yang menyebut wajah mereka tertukar, Roo Na pun menimpuk Eun Ji dengan majalahnya. Roo Na tidak peduli meskipun Eun Ji sudah menjelaskan, bahwa ia hanya bercanda.
Roo Na menyuruh Eun Ji belajar lagi, supaya Eun Ji
tidak asal bicara.
“Apa kau ingin menjadi model homeshopping murahan
selama sisa hidupmu!” sentak Roo Na, lalu pergi meninggalkan mereka.
Eun Ji pun tersinggung Roo Na menyebutnya murahan. Roo Bi mendekati Eun Ji dan meminta Eun Ji memaafkan Roo Na. Mendengar itu, Eun Ji semakin marah.
“Kau bodoh atau tolol? Bukan aku yang seharusnya
sadar, tapi kau! Jeong Roo Na yang kukenal, mungkin memang jahat tapi untuk
teman-temannya, dia akan pasang badan! Bagaimana dengan mimpi besarmu menjadi
reporter terkenal? Atau jiwa Jeong Roo Bi masuk ke dalam badanmu saat kau
koma?” ucap Eun Ji.
Roo Na memikirkan kata-kata Eun Ji di toilet.
“Dia benar, Jeong Roo Bi yang asli tidak begini.”
Ucapnya, lalu menghela nafas dan menatap pantulan dirinya di cermin.
Dongpal yang sedang memasak, menerima sebuah pesan
dari Nyonya Kim. Ia pun menghela nafas setelah membaca pesan Nyonya Kim.
Chorim kemudian datang, mengambil makanan pesenan
pelanggan.
Seseorang menghubungi restoran, mencari Dongpal. Gilja
pun menyuruh Chorim memanggil Dongpal. Dongpal langsung keluar dari dapur dan
menjawab teleponnya.
“Aku minta maaf, aku agak sibuk belakangan ini. Aku
akan menghubungimu lagi nanti.” Ucap Dongpal.
Dongpal lantas menutup teleponnya dan kembali ke
dapur.
“Siapa itu?” tanya Chorim.
“Aku tidak tahu, tapi seorang wanita.” Jawab Gilja.
Chorim kesal mendengarnya.
Di dapur, Dongpal bingung memikirkan cara mendapatkan uang sebanyak 20 ribu dollar dalam waktu dekat.
Tak lama kemudian, Chorim pun datang. Chorim
penasaran, siapa wanita yang menghubungi Dongpal.
“Kenapa kau penasaran dengan telepon orang lain?”
tanya Dongpal.
“Itu karena kita berdua cukup dekat.” Jawab Chorim.
“Jadi kita tidak dekat?” tanya Chorim.
“Tentu saja tidak.” Jawab Dongpal.
“Tidak?” tanya Chorim kesal.
“Bagiku, cukup dekat berarti dua orang yang berbagi
keintiman...”
“Keintiman apa?” tanya Chorim.
“Dua orang itu, setidaknya harus mencintai dengan
sangat intim atau setuju untuk berkencan terang-terangan. Dalam kasus ini, kita
tidak dekat.” Jawab Dongpal.
Dongpal lalu menunjuk2 Chorim dan menegaskan
berkali-kali kalau mereka hanya berteman.
Kesal, Chorim pun menggigit jari Dongpal.
Nenek memanggil Se Ra yang sudah mau berangkat
kerja. Nenek menagih janji Se Ra yang mau mengajaknya makan diluar. Nenek
mengajak Se Ra makan malam diluar malam ini. Se Ra setuju.
In Soo datang lebih dulu daripada Se Ra. Nenek langsung menyambut In Soo begitu In Soo datang. In Soo pun penasaran, ia bertanya kenapa nenek ingin bertemu dengannya. Bukan menjawab, nenek malah bertanya apa In Soo sudah punya pacar.
Lalu, Se Ra pun datang dan ia terkejut melihat In
Soo.
“Jadi kalian sudah saling kenal?” tanya nenek.
“Tentu saja, dia bekerja untukku.” Jawab Se Ra.
Nenek pun tambah senang. Lalu, nenek menunjukkan
hasil ramalan temannya soal In Soo. Nenek berkata, bahwa temannya yang pandai
meramal itu mengatakan, ia tidak akan bisa menemukan orang yang lebih baik
selain In Soo dan Se Ra.
“Jadi ini sebabnya nenek menanyakan tanggal
lahirku?” tanya In Soo.
“Jadi kau memberitahu nenekku tanggal lahirmu? Pria
macam apa yang memberikan tanggal lahirnya pada orang lain.” Sewot Se Ra.
Nenek lantas menanyakan latar belakang In Soo. In
Soo yang sadar, nenek mau menjodohkannya
dengan Se Ra pun langsung mengatakan bahwa ia sudah punya pacar. Nenek langsung
kecewa mendengarnya.
In Soo juga bilang, bahwa ia dan pacarnya sudah
cukup lama pacaran. Setelah mengatakan itu, In Soo pun beranjak pergi.
Begitu In Soo pergi, Se Ra protes pada neneknya tapi nenek malah memarahinya dan menyuruhnya bersikap agresif seperti Gyeong Min agar bisa mendapatkan pacar. Se Ra pun membalas ucapan neneknya dengan berkata, akan membawa 100 pria yang lebih baik dari In Soo.
Sekarang, kita melihat Se Ra yang sudah berada di ruangannya. Ia berlari di atas treadmill sambil mengumpat soal In Soo.
Lalu Gyeong Min datang dan Se Ra pun langsung
mengajukan pertanyaan soal dirinya.
“Apa aku tidak menarik sebagai wanita? Tidak ada
pria yang mau denganku.” Ucap Se Ra.
“Pertama, kau terlampau mandiri. Kedua, kau sangat
sukses, itu menjengkelkan. Ketiga, kau tidak punya kehangatan.” Jawab Gyeong
Min.
Se Ra pun kesal mendengarnya, dan tambah kesal saat
Gyeong Min mengatakan satu lagi kekurangan Se Ra. Se Ra tidak seksi.
Se Ra membalas, ia bilang dia masih lebih baik
ketimbang Gyeong Min yang sudah terlihat tua dibanding usia Gyeong Min.
Gyeong Min pun tertawa melihat Se Ra yang ngambek.
Gyeong Min lalu menggoda Se Ra, ia berkata, bahwa Se Ra terlihat cantik saat
sedang marah. Mereka pun akhirnya tertawa.
Di restoran, Dongpal masih memikirkan soal tagihan sewa rumahnya. Ia bahkan menghela nafas berkali-kali. Soyeong yang mendengar helaan nafas Dongpal pun menyuruh Dongpal berhenti menghela nafas.
“Aku sedang kesakitan, jariku sakit.” Ucap Dongpal
sambil menunjukkan jarinya yang sakit karena digigit Chorim.
“Yang kau katakan padanya itu mengerikan. Sesuatu
sudah terjadi diantara kalian tapi kau berpura-pura tidak terjadi apa-apa.”
Jawab Soyeong.
Lalu, Chorim datang membawakan obat untuk jari Dongpal. Dongpal pun menyuruh Chorim memasangkan obat ke jarinya, tapi Chorim menolak dengan alasan mereka tidak cukup dekat.
“Ngomong-ngomong, dimana Nyonya Yoo?” tanya Dongpal.
“Dia pergi dengan Roo Bi. Roo Bi mengajaknya
belanja.” Jawab Soyeong.
“Gilja beruntung sekali, belanja dan makan di
restoran mewah.” Ucap Chorim.
“Jika kau ingin seperti dia, maka milikilah anak
seperti Roo Bi.” Jawab Soyeong.
“Jika aku menikah sekarang dan punya anak perempuan,
aku akan berusia 70 tahun saat dia mencapai usia Roo Bi. Bagaimana kalau kau
saja yang mencari pria kaya dan memanjakanku?” ucap Chorim.
“Eonni, kau tahu mimpiku semalam? Seorang pria
tampan yang terlihat seperti bintang film, datang menemuiku, memakai jas bagus
dan membawa koper. Ternyata dia pengacara orang tua kandungku. Dia datang untuk
membahas warisan tanah orang tua kandungku.” Jawab Soyeong.
Chorim pun tertawa mendengar cerita Soyeong. Soyeong
lalu menyuruh Chorim memperlakukannya dengan baik.
Setelah itu, Soyeong minta pendapat Dongpal, tapi Dongpal
diam saja.
“Oppa!” teriak Soyeong, menyadarkan Dongpal yang
sedang melamun.
“Chorim, bisakah kau berhenti mengejekku?” sewot
Dongpal.
Chorim pun kesal, mereka lantas adu mulut dan Dongpal
yang malas meladeni Chorim pun beranjak pergi.
Teman Dongpal
terbangun dari tidurnya karena seekor lalat. Lalu Dongpal pulang dan
langsung kesal melihat temannya itu hanya tiduran saja.
“Aku punya rencana bisnis.” Ucap temannya itu.
Dongpal pun menghela nafas. Temannya itu, langsung menebak kalau Dongpal ada
masalah dengan wanita. Dongpal pun tambah kesal.
Temannya itu lalu meminta uang belanja.
“Meski tidak ada wanita disini, setidaknya kau harus
punya kimchi.” Ucap temannya.
Roo Na menghabiskan waktu dengan ibunya seharian. Gilja senang, Roo Na mengajaknya belanja dan makan di restoran mewah. Roo Na juga mengajaknya ke spa.
Tapi ternyata, Roo Na punya tujuan lain dibalik
sikap manisnya pada sang ibu.
“Eomma, apa yang harus kita lakukan pada Roo Na?
Tidakkah seharusnya dia menikah dengan Na PD?” tanya Roo Na.
“Aku menyukainya tapi Roo Na tidak 100 %
menyukainya.” Jawab Gilja.
“Itulah kenapa kau harus memaksanya. Mereka selalu
bersama belakangan ini. Setelah menikah, mereka akan hidup bersama dan mungkin
ingatannya akan kembali. Eomma, bagaimana kalau kita kehilangan dia? Kalau kita
kehilangan dia, siapa lagi yang akan menikahi Roo Na?” ucap Roo Na.
“Baiklah, aku akan memikirkan kata-katamu.” Jawab
Gilja.
“Jika ini soal uang, tidak perlu cemas. Aku yang
akan membayarnya.” Ucap Roo Na.
“Baiklah.” Jawab Gilja.
Roo Na juga menyuruh Gilja bicara langsung pada In
Soo. Gilja mengangguk.
Roo Na pun senang Gilja setuju dengan rencananya.
Lalu, ia berkata dalam hatinya, bahwa In Soo tidak akan bisa lagi mengganggunya
jika ia menjadi kakak ipar In Soo. Jika In Soo masih mengganggunya, maka In Soo
juga akan disalahkan.
0 Comments:
Post a Comment