Keluar dari kamar mandinya, Gyeong Min langsung menanyakan keadaan Roo Bi pada Roo Na. Roo Na yang sedang membersihkan wajahnya dari riasan pun kesal.
“Kupikir dia terluka. Aku benar-benar takut.” Ucap
Gyeong Min.
“Dia tidak lemah. Dia hanya berpura-pura lemah.”
Jawab Roo Na.
“Kenapa dia harus melakukan itu?” tanya Gyeong Min.
“Mungkin agar kita kasihan dan simpati padanya.”
Jawab Roo Na.
“Jeong Roo Bi-ssi.”
“Arraseo, kau ingin bertanya kenapa kenapa mulutku
terus menjelekkan satu-satunya adik perempuanku, kan?” ucap Roo Na.
Roo Na pun duduk disamping Gyeong Min dan membuat
alasan, kalau barusan ia sedang mengetes Gyeong Min. Gyeong Min pun meminta Roo
Na berhenti mengetesnya karena ia tidak akan jatuh lagi dalam tes itu.
“Arraseo.” Jawab Roo Na.
Saat Gyeong Min membicarakan masa lalu, Roo Na pun
diam. Gyeong Min mengaku, saat ia dan ‘Roo Na’ terkunci di gudang, ia teringat
masa lalunya saat mereka dulu terkunci di gudang supermarket tempat mereka
bekerja.
“Kau ingat? Aku masih bisa mengingat raut wajahmu
tapi raut wajah Roo Na sama dengan raut wajahmu saat itu. Apakah itu karena
kalian kembar?” ucap Gyeong Min.
Roo Na yang tak suka Gyeong Min mengungkit masa lalu
pun, mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Gyeong Min tidur. Gyeong Min
bertanya, apa Roo Na tidak suka membahas masa lalu mereka. Roo Na pun menjawab,
itu karena dia mencemaskan Gyeong Min yang sibuk sepanjang hari.
Roo Na lalu keluar, dengan alasan ingin menatap
beberapa berkas2.
Diluar, Roo Na kembali membaca buku harian Roo Bi.
Ia mencari tahu, kapan Roo Bi dan Gyeong Min terkunci di gudang supermarket.
Tapi ia tak menemukan cerita itu di sana.
“Kedai kopi, liburan, semuanya ada di sini. Tapi
kenapa gudang supermarket tidak ada? Kenapa dia tidak menulis buku hariannya
dengan benar? Kenapa menyimpan buku harian kalau tidak menulis kisahnya secara
detail? Aku muak dan lelah karena ini. Saat
itu, saat itu, sebelumnya, sebelumnya, berapa lama lagi aku harus melalui semua
ini! Apalagi yang harus kulakukan! Aku lelah dan muak dengan semua ini!”
Roo Na berteriak sambil merobek buku harian Roo Bi.
Tepat saat itu, Gyeong Min keluar dan Roo Na
langsung diam. Gyeong Min mengambil sobekan buku harian Roo Bi dan bertanya,
apa yang sedang Roo Na lakukan. Roo Na pun membuat alasan, kalau ia sedang
stress. Gyeong Min meminta Roo Na cerita, apa yang membuat Roo Na stress. Tapi
Roo Na diam saja.
“Kita sudah menikah dan aku merasa kau memiliki
banyak rahasia dariku.” Ucap Gyeong Min.
“Chagia, kenapa kau begitu serius? Aku tidak punya
rahasia.” Jawab Roo Na.
Roo Na lalu memeluk Gyeong Min dan mengaku bahagia
hidup dengan Gyeong Min. Gyeong Min pun semakin merasa ada yang aneh dengan Roo
Bi nya.
*Gemes sy, ni si Gyeong Min udah ngerasa ada yang
aneh ama Roo Bi, dia ngerasa Roo Bi itu kayak orang asing, tapi gk berusaha
mencari tahu.
Jihyeok tampak lesu saat makan malam dengan Dongpal.
Jihyeok berkata, kalau ia cemas dengan ujian matematika nya.
“Kau melakukannya dengan baik terakhir kali.” Ucap
Dongpal.
“Ini tidak akan sama di setiap saat. Tidak mudah
mengikuti perkembangan anak-anak yang mampu membayar les privat.” Jawab
Jihyeok, membuat Dongpal diam.
Jihyeok lantas memberikan kalung keberuntungannya
pada Dongpal.
“Orang-orang bilang, itu kalung keberuntungan.
Kurasa, akan lebih bagus jika kau yang memakainya. Itu akan mengingatkanmu
untuk selalu menjadi pria yang jujur.” Ucap Jihyeok.
Dibantu Chorim dan Soyeong, Gilja bersih-bersih
restoran. Tak lama kemudian, Dongpal datang dan Chorim pun menawarkan Dongpal
secangkir kopi. Soyeong mendekati Dongpal karena melihat kalung Dongpal.
“Desain kalungmu unik, darimana kau mendapatkannya?
Kau membelinya?” tanya Soyeong.
“Beli? Ini hadiah?” jawab Dongpal.
“Siapa yang memberikannya padamu?” tanya Chorim
seraya mendekati Dongpal.
Hampir saja Dongpal keceplosan, mengatakan kalau
kalung itu hadiah dari anaknya. Tapi Dongpal yang hampir keceplosan itu,
buru-buru meralat ucapannya dengan mengatakan itu hadiah dari kenalannya.
“Siapa?” tanya Chorim.
“Chorim, aku ini orang terkenal, jadi berhentilah
mencurigaiku seperti itu.” Jawab Dongpal.
“Jadi kalung itu hadiah dari seorang wanita?” tanya
Soyeong.
Chorim pun langsung menatap Dongpal dengan wajah
cemberut. Melihat Chorim yang cemberut, Dongpal malah mengaku tidak peduli
dengan apa yang dipikirkan Chorim, yang jelas ia merasa tidak perlu memberitahu
Chorim.
“Jadi kalungnya benar-benar hadiah dari seorang
wanita?” tanya Soyeong.
“Berhentilah memanas-manasinya, Soyeong-ah! Lebih
kau membantuku membersihkan meja. Kau juga Chorim.” Ucap Gilja.
Chorim pun teringat cerita Dongpal, tentang seorang
wanita yang memberikan Dongpal kartu nama.
Diam2, Chorim pun beranjak menuju pintu dan
menghubungi Geum Hee.
Chorim melabrak Geum Hee! Ia marah karena Geum Hee
sudah memberikan kartu nama pada pacarnya. Ia juga mengancam, akan memberi Geum
Hee pelajaran jika Geum Hee masih berani mendekati pacarnya.
Di kantor, Roo Bi menghindari Gyeong Min! Setelah
Gyeong Min pergi, seseorang memanggil Roo Bi. Dia Jin Hee.
“Sudah lama sekali, kau ingat aku? Kudengar kau
bekerja disini.” Ucap Jin Hee.
“Aku minta maaf, tapi kecelakaan itu membuat
ingatanku....”
“Oh, maaf. Aku lupa. Aku teman sekampus Roo Bi, Seo
Jin Hee. Aku melihatmu di Chuncheon beberapa kali.” Ucap Jin Hee.
“Apa kau mengenalku? Ini karena ingatanku... Aku
tidak tahu seperti apa aku dulu. Mungkin, kau pernah mendengar tentangku?”
tanya Roo Bi.
“Aku tidak bisa mengatakannya. Sampai jumpa.” Jawab
Jin Hee, lalu pergi.
Roo Na lagi siaran, dan lagi2 ia berhasil menjual
habis semua produknya.
Lalu, seorang pria mendekati Roo Na. Pria itu memuji
Roo Na, lalu memberikan kartu namanya pada Roo Na. Pria itu bernama Lee
Changhyeon, Direktur CC Homeshopping. Roo Na merendah, ia bilang dirinya tidak
pantas dikunjungi pria hebat seperti Direktur Lee.
“Untuk menangkap harimau, seseorang harus masuk ke
gua harimau. Jika aku menemuimu, itu artinya aku punya tawaran yang bagus.”
Jawab Direktur Lee.
Direktur Lee mengajak Roo Na bergabung dengannya. Ia
menawarkan program menarik, serta memberikan proposalnya agar Roo Na bisa
mempelajarinya.
Dan begitu Direktur Lee pergi, Roo Na langsung
membaca proposal itu. Ternyata, Direktur Lee berencana membuatkan Roo Na sebuah
acara yang membahas kecantikan para wanita.
Lalu Tuan Bae datang bersama Se Ra. Keduanya memuji
Roo Na. Roo Na lagi-lagi merendah, ia bilang itu karena produknya yang memang
bagus.
Se Ra kemudian memberitahu Roo Na, kalau ayahnya mau
mengajak Roo Na makan siang, tapi ia tidak bisa ikut karena ada urusan. Sebelum
pergi, Se Ra meminta ayahnya memperlakukan Roo Na dengan baik karena Roo Na
adalah asset perusahaan.
Tuan Bae mengajak Roo Na makan di restoran biasa.
Tuan Bae berkata, bahwa dirinya lebih suka makan di tempat biasa seperti itu.
Ia juga cerita, kalau dulu ia dan ibunya sering pergi keluar hanya untuk makan
mie.
Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Roo Na pun
cari muka, dia memindahkan mie di mangkuknya ke mangkuk Tuan Bae.
Lalu, saat Tuan Bae mulai menyantap mie nya, Roo Na
pun kembali meminta JM Homeshopping pada Tuan Bae.
Roo Na juga menunjukkan proposal dari Direktur Lee
dan mengancam Tuan Bae, akan menerima tawaran Direktur Lee jika Tuan Bae tidak
memberikan JM Homeshopping padanya.
Tuan Bae awalnya kaget, tapi kemudian ia tertawa dan
kembali menyantap mie nya.
“Mie dan kaldunya sempurna.” Ucap Tuan Bae.
“Abonim.” Bujuk Roo Na.
“Namun, bahkan jika mie dan kaldunya bagus, kimchi
menyatukan semuanya. Roo Bi-ya, tidak peduli betapa enaknya sesuatu, semua
bahan harus bercampur jadi satu. Keberhasilanmu, bukan milik dirimu sendiri
tapi berkat kerja keras semua orang. Tidak peduli seberbakat apa dirimu, semua
yang kau tunjukkan padaku sejauh ini hanyalah kemampuanmu menjual produk.” Ucap
Tuan Bae.
“Aku bisa melakukannya, Abonim.” Jawab Roo Na.
“Jangan serakah. Keserakahanmu pasti akan
menyebabkan kemarahan.” Ucap Tuan Bae.
Roo Na pun kembali mengancam akan menerima tawaran
Direkur Lee.
“Sepertinya menantuku bukan hanya serakah, tapi juga
tidak puas.” Jawab Tuan Bae.
“Bukan tidak puas, tapi lebih tepatnya ambisi, Abonim.
Aku ingin membuat JM Group berada di puncak.” Ucap Roo Na.
“Mengambil JM untuk dirimu? Ambisi adalah mengejar
sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang menguntungkan semua orang. Tetapi
ketidakpuasan adalah mengejar kompensasi. Keserakahan yang lahir dari
keegoisan. Kau terlalu tamak. Tidak ada di dunia ini, yang diciptakan dengan
keserakahan dan ketamakan dari setiap individu. Mie cincang ini lezat karena
bumbu lain.” Jawab Tuan Bae.
Roo Na pun kesal mendengarnya.
Sekarang, Roo Na kembali berada di ruangan gelap
itu.
“Kupikir, orang-orang yang berpikir bahwa mereka
lebih baik daripada orang lain adalah yang terburuk. Keserakahan dan kekuatan
satu orang tidak dapat mencapai apapun? Tidak benar. Aku melakukannya, oleh
diriku sendiri. Siapa yang peduli jika mereka menunjukkan jarinya padaku atau
apakah mereka mengejek diriku? Jika aku bahagia, meskipun itu hanya sebuah
kastil di pasir, saat itu aku sudah memutuskan.” Ucap Roo Na.
Di restoran, Gilja, Chorim dan Soyeong sedang
membaca artikel Roo Na di majalah.
“Roo Bi Eonni sudah menjadi selebriti sekarang.”
Ucap Soyeong.
“Apa kau pikir, dia akan lebih terkenal dari Kim Tae
Hee?” tanya Chorim.
Lalu, seseorang datang mengantarkan pesanan Soyeong.
Soyeong memesan sebuah mesin kopi. Soyeong bilang, ia ingin memberikan mesin
kopi itu untuk ibu angkatnya di panti asuhan karena ibu angkatnya sangat
menyukai kopi. Soyeong lalu minta maaf karena tidak bisa memberikan apa-apa
untuk Gilja.
“Kau bicara apa? Dengan kerja kerasmu saja, itu
sudah menjadi hadiah untukku.” Jawab Gilja.
“Kau dengar itu, kan? Jadi mulai sekarang,
berhentilah memainkan game ponselmu yang konyol itu.” Ucap Chorim.
“Jika kau menikah, aku akan membelikanmu satu.”
Balas Soyeong.
Chorim lalu menyuruh Soyeong membuatkannya kopi,
tapi kemudian, Chorim meralat kata-katanya dan menyuruh Soyeong mengambilkan
cola.
“Dongpal, ayo minum cola!” teriak Soyeong.
“Bukan Dongpal, tapi Chef No.” Jawab Gilja.
“Aku lebih suka memanggilnya Dongpal.” Jawab
Soyeong.
Dongpal pun keluar dari dapur dan berkata, Soyeong
bisa memanggilnya apapun. Oppa, Appa...
“Kau belum menikah, panggilan Appa terlalu
berlebihan.” Ucap Gilja.
“Kau bisa menjadi seorang ayah tanpa harus menikah.”
Jawab Dongpal.
Lalu, Dongpal pergi keluar untuk mencuci tangannya.
Selagi Dongpal keluar, ponsel Dongpal berbunyi. Melihat nama wanita di layar
ponsel Dongpal, Chorim pun panas dan menjawab ponsel Dongpal.
“Siapa kau? Apa yang kau inginkan?” tanya Chorim,
tapi wanita bernama Nyonya Kim itu malah menutup teleponnya.
Dongpal pun kembali dan ponselnya kembali berdering.
“Oh, Samonim.” Ucap Dongpal, lalu pergi keluar.
“Ini mencurigakan. Kenapa dia bicara diluar? Apa dia
benar-benar punya wanita lain?” tanya Soyeong.
Ternyata yang menelpon Dongpal adalah pemilik
apartemen yang ditinggali Dongpal. Nyonya Kim menelpon, untuk menagih uang
sewa.
Chorim pun menyusul Dongpal keluar. Ia menatap
Dongpal dengan tajam, sampai Dongpal selesai bicara dengan Nyonya Kim.
“Siapa pelacur itu?” tanya Chorim.
“Jaga bicaramu.” Ucap Dongpal.
“Jadi siapa gadis itu?” tanya Chorim.
“Dia Nyonya Kim. Ada masalah?” jawab Dongpal.
“Kenapa dia menelponmu? Apa yang kalian bicarakan?”
tanya Chorim.
“Kenapa aku harus menceritakannya padamu? Wae? Wae?”
ucap Dongpal, lalu kembali ke restoran.
Tuan Bae yang baru pulang, langsung masuk ke
kamarnya. Di kamar, ia ingat ancaman Roo Na tadi yang akan menerima tawaran
Direktur Lee jika ia tak memberikan JM Homeshopping pada Roo Na.
Tak lama, Nyonya Park masuk membawakan segelas
minuman sehat untuk Tuan Bae.
“Ada apa?” tanya Nyonya Park.
“Ini tentang Roo Bi. Aku tidak tahu kalau dia
serakah.” Jawab Tuan Bae.
Seorang pria sedang mencari-cari alamat. Jihyeok
kebetulan lewat dan pria itu langsung menanyakan alamat yang dicarinya pada
Jihyeok.
“Apa benar, alamat ini disini?” tanya pria itu. Dan
Ji Hyeok membenarkan.
“Lalu apa kau mengenal Tuan No Dongpal?” tanya pria
itu lagi.
“Dia ayahku.” Jawab Jihyeok.
“Jadi kau anaknya? Katakan hallo, anak muda! Aku
pamanmu.” Ucap pria itu.
Jihyeok pun mengajak pamannya masuk. Jihyeok
memberikan salam pada pamannya. Pria yang mengaku sebagai paman Jihyeok itu pun
memuji Dongpal karena sudah membesarkan Jihyeok dengan baik, sehingga Jihyeok
menjadi pria yang sangat sopan pada orang tua.
“Bagaimana keadaan ayahmu akhir-akhir ini?” tanya
pria itu.
“Dia bekerja dengan keras.” Jawab Jihyeok.
“Jadi dia tidak kuliah lagi?” tanya pria itu.
“Kuliah?” tanya Jihyeok heran.
“Maksudku, penjara. Penjara sebenarnya tempat yang
baik untuk mempelajari hidup.” Itulah kenapa kami para penipu menyebut penjara
itu universitas.” Jawab pria itu.
Pria itu kemudian mengaku lapar dan menyuruh Jihyeok
membuatkan ramen. Jihyeok mengangguk. Tapi saat hendak ke dapur, Jihyeok tanpa
sengaja melihat tato di lengan pria itu, ketika pria itu membuka jaketnya.
“Aku baru ingat, kami kehabisan ramen. Aku akan
keluar sebentar untuk membelinya.” Ucap Jihyeok.
Jihyeok yang takut, lalu buru-buru keluar.
Diliar, Jihyeok menghubungi Dongpal. Dongpal pun
berkata, kalau Jihyeok tidak punya paman. Dan setelah mendengar cerita lengkap
Jihyeok soal pria itu, Dongpal pun buru-buru pergi dari restoran.
Sampai di rumah, Dongpal langsung menyeret pria itu
keluar. Dongpal juga melarang Jihyeok keluar rumah.
Begitu tiba di luar, Dongpal pun langsung menghajar
pria itu.
“Dongpal, aku minta maaf.” Ucap pria itu.
“Diam dan pergilah! Aku baik-baik saja sebelum kau
muncul di kehidupanku dan mengubahku menjadi penipu!” jawab Dongpal.
Dongpal pun kembali memukuli pria itu.
Setelah itu, mereka menenangkan diri di kafe. Pria
itu meminta izin Dongpal, untuk menginap di rumah Dongpal selama dua bulan.
Tapi Dongpal menolaknya dan beranjak pergi meninggalkan pria itu.
Keesokan harinya, seluruh anggota keluarga Gyeong
Min berkumpul untuk merayahan Hari Terima Kasih.
Di hari itu pula, Gilja menggelar perayaan untuk
menghormati mendiang suami dan ayah mertuanya.
“Aboji, Oppa, aku percaya kalian melakukannya dengan
baik. Terima kasih karena sudah menjaga kami dari sana.” Ucap Chorim.
Chorim lalu menyuruh Gilja memberi hormat, tapi
Gilja menolak.
“Kau selalu seperti ini. Setidaknya sapalah mereka.”
Ucap Chorim, tapi Gilja tetap menolak.
Di lobby kantor, Roo Bi tak sengaja bertemu Gyeong
Min. Gyeong Min yang bersama para eksekutifnya, tersenyum pada Roo Bi. Roo Bi
juga membalas senyuman Gyeong Min, tapi terlihat canggung.
Setelah itu, Roo Bi langsung berlari ke ruang ganti. Roo Na pun marah karena Roo Bi terlambat. Roo Bi beralasan, kalau ia terjebak macet.
Roo Na lalu menanyakan pakaiannya. Roo Bi minta maaf
karena belum sempat mengambilnya.
“Pergilah dengan taksi dan ambil pakaianku. Jangan
naik bus. Nanti orang-orang berpikir, aku tidak memberimu ongkos taksi. Ingat,
kau adik perempuan Jeong Roo Bi. Reputasiku ada di tanganmu.” Ucap Roo Na.
Mendengar itu, Eun Ji yang juga ada di sana, pun
ikut bicara.
“Mereka harus melakukan studi kasus pada kalian. Aku
pikir, orang-orang dapat berubah seiring berjalannya waktu. Tapi bagaimana bisa
sebuah kecelakaan mengubah kalian? Mereka bilang, ahli bedah plastik di Korea,
adalah yang terbaik, jadi tidak heran mereka bisa merekonstruksi wajah kalian
dengan sempurna. Tapi kepribadian kalian ikut berubah. Beberapa orang mungkin
akan mengatakan, jika kalian tubuh kalian tertukar.”
Mendengar itu, Roo Na pun marah dan langsung
menimpuk Eun Ji dengan majalah. Eun Ji pun berkata, kalau dia hanya bercanda
tapi Roo Na tetap marah dan mengatakan sesuatu yang membuat Eun Ji tersinggung.
Setelah puas mengatai Eun Ji, Roo Na pun beranjak
pergi.
Roo Bi mendekati Eun Ji dan meminta Eun Ji memaafkan
Roo Na.
“Apa kau bodoh! Sadarlah! Jeong Roo Na yang kukenal,
mungkin memang jahat tapi dia akan pasang badan untuk membela teman-temannya!
Lalu apa yang terjadi dengan mimpimu menjadi reporter terkenal atau apakah jiwa
Jeong Roo Bi masuk ke tubuhmu saat kau koma!” ucap Eun Ji, membuat Roo Bi
terdiam.
0 Comments:
Post a Comment