Unknown Woman Ep 33 Part 1

Sebelumnya...


Yeo Ri terkejut saat Bu Jung mengatakan, putrinya masih hidup.

Bu Jung yang tak ingat Yeo Ri, merasa Yeo Ri tidak asing.

Bu Jung : Apa kita pernah bertemu?

Yeo Ri : Bu, ini aku, 1894. Aku ibunya Bom!


Hae Joo marah karena Moo Yeol membawa Ma Ya menemui Yeo Ri tanpa sepengetahuannya.

Ma Ya membela Moo Yeol. Ma Ya bilang, ia lah yang meminta Moo Yeol membawanya ke Yeo Ri karena ingin memberikan hadiah pada Yeo Ri.

Hae Joo lantas menyuruh Ma Ya mencuci tangan karena Ma Ya habis dari luar. Lalu ia mengajak Moo Yeol bicara.

Ma Ya mengerti dan masuk ke kamarnya.


Di kamar, Hae Joo minta penjelasan kenapa Moo Yeol membawa Ma Ya menemui Yeo Ri.

Moo Yeol : Dia baru menjelaskannya sendiri. Ma Ya mau menemuinya.

Hae Joo : Aku ibunya Ma Ya. Jika mau membawanya menemui seseorang, kau setidaknya harus memberitahuku walaupun bukan untuk meminta izin. Serta, kakinya bahkan belum pulih.

Moo Yeol : Ini bukan masalah besar. Kenapa kau dan ibumu amat sensitif?

Hae Joo : Aku merasa dikecualikan, seolah-olah kalian bertiga merahasiakan sesuatu dariku. Tampaknya kalian bertiga keluarga atau semacamnya.

Moo Yeol : Kau konyol. Baiklah. Maaf tidak memberitahumu terlebih dahulu. Tidak akan kulakukan lagi. Puas?


Yeo Ri tanya pada Bu Jung, apa Bu Jung mengingatnya?

Yeo Ri : 1894. Ibunya Bom. Kau membawa Bom dari penjara delapan tahun lalu, dan berjanji akan mengurusnya dengan baik. Kau ingat?

Bu Jung : Ibunya Bom. Aku ingat.

Yeo Ri : Kau menguburkan Bom di kuburan. Kau menguburkannya di sana.

Bu Jung : Ya, aku ingat. Aku menangis. Kau pun menangis.

Yeo Ri : Tapi katamu Bom masih hidup.

Yeo Ri lalu marah, kenapa kau membohongiku! Kenapa katamu Bom sudah tiada. Kenapa berbohong!

Yeo Ri lantas menanyakan dimana Bom.

Yeo Ri : Kau tahu kan dimana dia?


Bu Jung : Aku tahu di mana Bom.

Sontak, Yeo Ri, Ki Dong dan Mal Nyeon kaget.


Tapi belum lagi Bu Jung bicara keberadaan Bom, suster masuk. Suster bilang, sudah waktunya Bu Jung diperiksa.

Yeo Ri menahan Bu Jung.

Yeo Ri : Tidak boleh. Dia harus memberitahuku sesuatu.

Yeo Ri kembali menanyakan dimana Bom.

Suster : Kalian bisa berbincang usai dia menemui dokternya. Dia harus pergi sekarang. Dia akan kembali sejam lagi.


Mal Nyeon membujuk Yeo Ri.

Mal Nyeon : Mari melakukan itu. Dia juga tampak bingung, jadi, mari menunggu satu jam.

Suster membawa pergi Bu Jung.


Yeo Ri menangis, Bom... Bayiku masih hidup. Bom masih hidup.

Mal Nyeon berusaha menenangkan Yeo Ri.


Ji Won ke dapur dan minta ajumma membuatkan sandwich untuk Ga Ya saat Ga Ya pulang nanti.

Ajumma : Baik, Nyonya.

Ji Won lalu meralat lagi kata-katanya.

Ji Won bilang, biar ia yang buat karena ia tahu kesukaan Ga Ya.


Hae Joo masuk sambil membaca buku. Hae Joo menanyakan jus yang ia minta.

Ajumma : Akan segera kuambilkan.

Hae Joo lalu mendekati Ji Won yang mulai membuatkan sandwich untuk Ga Ya.

Ji Won : Kau mau pergi bekerja?

Hae Joo : Ya. Kami harus membahas produk baru. Ibu. Jangan hanya mengurus Ga Ya. Urus Ma Ya juga. Ibu tahu orang lebih sedih saat sedang terluka. Jangan menghukumnya hanya karena tidak ada aku.

Ji Won : Dia sedih hanya saat sendiri. Kaudan Moo Yeol terlalu memanjakannya. Jika dia sedih karena ibu memarahinya, bagaimana bisa dia menyintas di dunia yang kejam ini?


Ji Won lalu beranjak menuju kulkas dan Hae Joo keluar dari dapur.

Ponsel Ji Won berdering. Ji Won terkejut membaca nama si penelpon dan langsung lari ke kamar.


Hae Joo heran melihatnya.

Hae Joo : Ada apa dengannya? Apa ada yang terjadi?


Ji Won masuk kamarnya dan menjawab panggilannya.

Ji Won : Ada apa? Aku yakin uangnya sedang dikirim sesuai jadwal. Aku tahu. Itulah alasanku membayar banyak. Akan kukirimkan mulai bulan ini, jadi, rawat dia dengan baik. Aku akan mampir dalam waktu dekat. Serta jangan meneleponku, ya?


Ji Won menutup teleponnya. Ia lalu berbalik dan terkejut melihat Hae Joo sudah ada di belakangnya.

Ji Won marah, sejak kapan kau disana! Kau lancang sekali! Kenapa kau menguping?

Hae Joo : Kenapa ibu kesal sekali? Aku tidak mendengar apa pun. Aku mau ibu meminum ini selagi masih segar.


Hae Joo lalu memberikan gelas jus yang dibawanya untuk Ji Won.

Ji Won : Maaf sudah meninggikan suara. Ibu tidak mengira ada orang di sana, jadi, ibu terkejut.

Hae Joo : Siapa itu? Ibu punya rahasia yang tidak bisa diketahui siapa pun?

Ji Won : Untuk apa ibu punya rahasia? Kau akan terlambat. Minum jusmu dan pergi.


Yeo Ri mengaku tidak bisa menunggu lagi.

Yeo Ri : Aku merasa hatiku menciut. Aku tidak bisa menunggu lagi. Aku harus bertanya kepadanya di mana Bom.

Yeo Ri keluar. Mal Nyeon dan Ki Dong menyusul Yeo Ri.


Diluar, Yeo Ri menghalangi suster yang hendak membawa Bu Jung yang akan diperiksa. Yeo Ri minta Bu Jung memberitahunya dimana Bom tapi Bu Jung mendadak tidak mengenali Yeo Ri. Yeo Ri kaget.

Yeo Ri : Aku ibunya Bom. Kita baru saja berbicara di kamarmu. 1894.

Bu Jung : Ibunya Bom?

Yeo Ri : Ada apa? Kau mengingatku tadi.

Bu Jung : Aku belum pernah bertemu denganmu. Kau mengenalku?


Mal Nyeon minta penjelasan suster, Bu Jung kenapa.

Mal Nyeon : Dia bisa mengenaliku tadi. Kenapa dia kini tidak bisa mengingat apa pun?

Suster : Dia menderita demensia. Dengan itu dan komplikasi lainnya, dia tidak bisa mengingat apa pun dengan baik.


Mal Nyeon lantas menanyakan pada Bu Jung, apa Bu Jung ingat Bom.

Mal Nyeon : Bayi yang kau bawa dari penjara.

Bu Jung : Untuk apa aku membawa bayi dari penjara? Aku tidak pernah punya bayi.


Mendengar itu, Yeo Ri langsung jatuh terduduk.

Ki Dong dan Mal Nyeon : Seol!

Ki Dong dan Mal Nyeon lantas memegangi Yeo Ri.


Mal Nyeon dan Ki Dong membawa Yeo Ri keluar. Mal Nyeon memapah Yeo Ri.

Mal Nyeon : Jangan berharap banyak. Mari mencari abunya Bom.

Ki Dong : Astaga, hatiku berdebar kencang saat dia bilang Bom masih hidup.

Mal Nyeon : Kita setidaknya harus menemukan jejak Bom.

Ki Dong : Aku akan berusaha sebisaku untuk menemukan abunya.

Ki Dong lantas teringat sesuatu.

Ki Dong : Ya. Sertifikat kematian Bom yang dikirimkan ke penjara. Bukankah mereka memilikinya?

Yeo Ri : Aku menyobeknya. Aku tidak bisa memercayainya.


Mal Nyeon : Pasti ada catatan tentangnya di suatu tempat. Catatan medisnya Kembalilah ke panti asuhan dan minta catatan tentangnya yang mereka punya. Data pribadinya atau apa pun yang mereka punya.

Ki Dong mengangguk.


Ponsel Yeo Ri berbunyi.

Yeo Ri : Ini Moo Yeol.

Yeo Ri bergegas menjawab.

Yeo Ri : Hai. Ada apa?

Moo Yeol : Kau di mana? Kenapa tidak di sini? Kau tidak bersama Do Chi, bukan?

Yeo Ri menghela nafas, tidak. Ada sesuatu yang harus kuurus.

Moo Yeol : Kapan kau datang? Kita banyak pekerjaan terkait penjualan Wid Fashion dan urusan lainnya.

Yeo Ri : Baiklah. Aku akan segera kembali.


Yeo Ri memutus panggilannya.

Mal Nyeon : Dia menyuruhmu kembali ke kantor?

Yeo Ri : Dia menelepon untuk mencari tahu apakah aku bersama Do Chi.


Yeo Ri marah, Kim Moo Yeol. Dasar egois! Aku tidak akan memaafkanmu.


Bawahan Moo Yeol memberikan contoh desain produk dengan bahan baru ke Moo Yeol.

Moo Yeol : Baik. Akan kuantarkan ke Pimpinan.


Do Young sedang minum teh dengan Ji Won di ruangannya.

Do Young : Kita harus menyerang selagi masih panas. Bagaimana jika kita menghubungi Nona Yoon dan berbicara dengannya soal Do Chi?

Ji Won : Baiklah.

Do Young : Apa latihan manajemen bisnis Hae Joo lancar? Kudengar penjualannya meningkat sejak dia mengambil alih.

Ji Won : Dia bekerja dengan baik. Dia pasti mewarisimu. Bisnis sudah mengalir di darahnya. Tampaknya dia bertindak asal, tapi dia amat pertimbangan dalam mengelola bisnis. Itu ada di gennya.


Moo Yeol muncul. Ia hendak mengetuk pintu ruangan Do Young tapi tak jadi lantaran mendengar Do Young minta Ji Won menyuruh Hae Joo meninggalkan toko agar bisa bergabung dengan Wid.

Do Young : Dia harus berlatih di bawahku.

Ji Won : Biarkan dia untuk saat ini. Dia sedang bersenang-senang. Kau punya Moo Yeol.

Do Young : Dia menantuku, bukan putraku. Aku tidak pernah sekali pun mempertimbangkannya menjadi penerusku.

Ji Won : Lantas, kau mau siapa yang menjadi penerusmu?

Do Young : Sudah sewajarnya Hae Joo. Grup Wid harus menjadi miliknya. Jika mereka bercerai, dia bukan siapa-siapa bagi kita. Dia bukan darah daging kita.

Sontak, Moo Yeol kesal mendengarnya.


Moo Yeol lalu kembali ke ruangannya dan melemparkan proposal contoh desain produk dengan bahan baru ke atas meja.

Moo Yeol : Kau memanfaatkanku seperti anjing dan sekarang mengeluh soal darah daging?


Yeo Ri datang, Moo Yeol langsung mendekatinya.

Yeo Ri : Kau sudah menyelesaikan urusanmu?

Yeo Ri menjawab dengan muka jutek.

Yeo Ri : Ya. Maaf aku keluar lama.

Moo Yeol : Kita harus mempercepat rencana kita. Tidak perlu menundanya. Aku harus segera menceraikan Hae Joo dan mengambil alih Grup Wid sebelum itu.


Ponsel Yeo Ri berdering.

Yeo Ri : Ini Hong Ji Won.

Yeo Ri menjawab, halo Nyonya?

Ji Won : Kau senggang hari ini? Bagaimana jika kita makan malam dengan Pimpinan?

Yeo Ri : Maaf, tapi aku tidak enak badan.

Ji Won : Lantas, bisakah kau pergi ke ruangan Pimpinan sekarang? Kami mau berbicara denganmu.

Yeo Ri : Baik, Nyonya.


Selesai bicara dengan Ji Won, Yeo Ri memberitahu Moo Yeol kalau Ji Won menyuruhnya ke ruangan Do Young.

Yeo Ri : Apa ada yang terjadi?

Moo Yeol : Mereka mungkin akan mengatakan mau kau dan Do Chi berkencan. Mereka terobsesi membeli tanah ibumu. Dengarkan baik-baik ucapan mereka untuk meraih hatimu.

Yeo Ri mengerti, baiklah.


Ae Nok dan Yeol Mae pulang belanja.

Ae Nok : Sudah lama sekali sejak ibu membeli barang untuk pria. Semoga pilihan ibu bagus. Jangan berani-berani bilang kepada kakakmu bahwa Oliver tinggal di sini atau tamat riwayatmu.

Yeol Mae : Kenapa? Hae Joo membekukan kartu kredit, jadi, kita hanya berusaha menyintas.

Ae Nok : Tetap saja kau tahu temperamennya. Dia akan mengamuk.


Ae Nok dan Yeol Mae lalu masuk ke kamar. Oliver masih disana. Ia mau bangun tapi tidak bisa.

Ae Nok : Kau baik-baik saja? Maaf kami lama.

Oliver : Kau bahkan tidak mengizinkanku untuk pulang. Kalian berdua pergi ke mana?

Ae Nok langsung senyum-senyum dan menunjukkan belanjaannya.


Ae Nok : Lihat. Kau suka desain dan ukurannya? Kurasa barang-barang dari kediamanmu belum cukup, jadi, kami membelikan beberapa.

Oliver panic, kenapa kau memilihkan celana dalam untukku?

Ae Nok : Celana dalamnya dibeli olehku, induk semangmu yang dermawan. Ini semua takdir. Aku membayar di muka. Aku memang sedermawan itu.

Oliver : Aku makin takut.


Gantian Yeol Mae yang menunjukkan dua ikat buku yang dibawanya.

Yeol Mae : Kurasa kau akan bosan berbaring seharian, jadi, aku membelikanmu koleksi novel. Bacalah semuanya selagi kau di sini. Serta aku meletakkan tanda bahwa restorannya tutup untuk sementara.

Ae Nok : Bukankah aku yang terbaik?


Do Chi yang di mobilnya, teringat dengan pria yang mengaku menemukan ponsel Yeo Ri di kuburan.

Do Chi : Kuburan di Yongin?

Do Chi lalu melajukan mobilnya. Ia pergi ke makam di Yongin.


Do Chi : Jadi, ini kuburannya. Kenapa Seol kemari?


Yeo Ri ke ruangan Do Young. Do Young langsung menyuruhnya duduk.

Ji Won : Senang sering bertemu denganmu. Aku merasa kita makin akrab.

Do Young setuju dengan Ji Won.

Do Young : Kami selalu menganggapmu sebagai salah satu orang kami.

Ji Won : Kami mau menemuimu karena...


Adegan lalu berpindah pada Do Chi yang berjalan-jalan di sekitar makam.

Do Chi kemudian tersadar.

Do Chi : Apa yang kulakukan di sini? Kau menyuruh Seol bercerita saat dia sudah siap, tapi kau kemari seperti ini?


Saat mau pergi, Do Chi tak sengaja menemukan makam Bom.

Do Chi : Bom?


Do Chi ingat kejadian di taman, saat mereka sedang piknik, terdengar suara wanita berteriak memanggil Bom.

Yeo Ri langsung terhenyak dan menoleh ke arah wanita itu yang tengah berlari bersama putrinya yang masih berusia 10 tahun.

Yeo Ri : Uri Bom-i....

Flashback end...


Do Chi lalu membaca tahun kelahiran dan kematian Bom.

Do Chi : Kelahiran tahun 2008. Tewas tahun 2009? Dia akan berusia 10 tahun jika masih hidup. Itu artinya dia mungkin terlalu muda untuk menjadi adiknya.


Do Chi lalu ingat pada Yeo Ri yang mau mengakui sesuatu kepadanya.

Yeo Ri : Kurasa kau harus tahu dan memutuskan sendiri.

Tak lama, Do Chi curiga Bom adalah putri Yeo Ri.


Yeo Ri pura2 kaget saat mereka bilang ingin dia mengencani Do Chi dan mempertimbangkan pernikahan.

Ji Won : Katamu menurutmu dia baik. Ibumu bilang dia mau menjadikannya menantu. Serta kami juga cukup menyukaimu. Tentu, ada kejadian yang disayangkan dahulu, tapi hujan membuat bunga tumbuh. Kurasa itu membuat kita makin akrab.

Yeo Ri : Ini semua amat mendadak. Aku tidak tahu harus bilang apa.


Do Young : Satu hal lagi. Aku mau merahasiakan penjualan Fashion Wid dari Do Chi.

Yeo Ri : Apakah ada alasan merahasiakannya dari Do Chi? Dia juga keluarga.

Do Young : Kami tidak berniat merahasiakan itu darinya selamanya. Kami akan memberitahunya saat waktunya tepat. Do Chi akan terkejut jika mendengar kami akan menjual Fashion Wid  karena Pimpinan Pendiri yang membangunnya. Meskipun mengetahuinya, tidak ada untungnya bagi dia. Itu saja alasannya. Dia juga tidak berada di posisi yang bisa menghentikan penjualan. Itu hanya akan membuatnya merasa malu.

Ji Won : Benar. Setelah Fashion Wid terjual dan bisnis sanggraloka dijalankan, kami berencana memercayakanmu dengan peran penting.


Do Young : Bagaimana kedengarannya posisi Wakil Presdir? Kau akan memiliki kekuasaan untuk memutuskan sehingga kau  bisa mengelola bisnis sanggraloka sesuai maumu. Kami yakin kau akan bekerja dengan amat baik. Serta kau bisa mengurus Do Chi dengan baik pula.

Yeo Ri : Baiklah. Ini semua amat mendadak. Aku tidak tahu harus berkata apa.

Ji Won : Kami tidak langsung meminta jawaban, jadi, pikirkanlah baik-baik.

Yeo Ri : Baiklah. Aku pergi dahulu.

Yeo Ri pergi.


Ji Won menatap Do Young.

Ji Won : Bagaimana menurutmu? Dia tampak tertarik, bukan?

Do Young : Lakukan apa pun untuk meraih hatinya. Kita membutuhkan tanah ibunya.


Yeo Ri langsung balik ke ruangannya dan menghampiri Moo Yeol.

Yeo Ri : Seperti dugaanmu. Mereka mau aku mengencani Do Chi, dan memastikan dia tidak tahu soal penjualan Wid Fashion.

Moo Yeol : Itu saja?

Yeo Ri : Mereka bilang akan mengangkatku menjadi Wakil Presdir untuk bisnis sanggraloka.

Moo Yeol kaget, Wakil Presdir?

Yeo Ri : Aku tidak percaya. Tidak sampai aku melihatnya.

Moo Yeol : Benar. Mereka menipu orang lain agar kebutuhan mereka terpenuhi dengan berbagai tawaran manis untuk meraih hati mereka. Tapi sekali mendapatkan keinginan, mereka akan membuangmu bak sampah.

Yeo Ri : Aku bisa menebak sebanyak itu.


Moo Yeol : Berapa banyak saham Grup Wid yang bisa kau beli?

Yeo Ri : Kenapa kau terus bertanya?

Moo Yeol : Kita harus membeli sebanyak mungkin selagi masih bisa. Itu akan menjadi senjata kita dalam mengambil alih Grup Wid.

Yeo Ri : Kau punya saham berapa banyak?

Moo Yeol : Menurutmu berapa banyak jika aku bukan darah daging mereka? Aku akan membeli saham sebanyak yang kubisa juga. Kau harus membantuku.


Di toko, Hae Joo sedang rapat membahas produk baru mereka, bersama dua staf.

Hae Joo : Desainnya bagus begitu pula dengan bahannya.

"Ya. Ini membantu orang tidur dan bisa dicuci dengan mesin, jadi, akan populer di kalangan ibu rumah tangga."

Seorang kurir datang, mengantar buket bunga untuk Hae Joo.

Hae Joo langsung berdiri.

Hae Joo : Dari siapa?

Tepat saat itu, ponsel Hae Joo berbunyi.

Moo Yeol : Chagiya, kau sudah terima bunganya?

Hae Joo : Kau mengirimkannya? Untuk apa? Ini bukan hari spesial.

Moo Yeol : Haruskah hari spesial jika aku mau mengirim bunga? Aku hanya mau menunjukkan rasa sayangku kepadamu.

Hae Joo senang, terima kasih. Pada saat seperti ini, kau tampak amat keren.

Moo Yeol : Mau makan di luar berdua saja? Tanpa anak-anak.

Hae Joo : Baiklah. Enaknya pergi ke mana?


Moo Yeol dan Hae Joo makan di restoran.

Hae Joo : Aku suka ini. Aku juga mencintaimu.

Moo Yeol : Belakangan aku tidak perhatian, bukan? Sudah lama juga kita tidak berkencan.

Hae Joo : Kau belakangan sibuk bekerja. Jangan membuatku terdengar amat egois. Aku tidak akan mengganggumu.


Dua orang pria yang duduk di belakang mereka, tiba2 menggosipkan Moo Yeol.

"Menjadi menantu keluarga konglomerat sudah seperti menjadi anjing peliharaan."

"Maksudmu Kim Moo Yeol dari Grup Wid?"

"Temannya temanku itu temannya, dan dia tidak punya saham di Grup Wid sama sekali. Pimpinan memberikan saham bahkan ke cucu-cucunya, tapi dia tidak memberikannya kepada menantunya. Kudengar para pegawai tidak menghormatinya juga. Kudengar dia juga tidak dihormati di rumah."


Hae Joo kesal, ia mau melabrak mereka tapi dicegah Moo Yeol.

Moo Yeol : Abaikan mereka. Aku baik-baik saja.


Hae Joo menghela nafas kesal dan kembali duduk.

Hae Joo : Maaf. Biarkan aku meminta maaf mewakili ayahku. Konyol sekali kau tidak punya saham Grup Wid.

Moo Yeol : Aku tidak butuh saham. Kau yang terpenting bagiku. Mari makan. Makanlah.


Adegan berpindah pada dua pria tadi yang menghampiri Yeo Ri di belakang restoran. Yeo Ri memberikan dua amplop pada pria itu. Kedua pria itu pergi setelah menerima bayaran mereka.


Yeo Ri : Kim Moo Yeol, sekarang giliranmu. Dapatkanlah saham Hae Joo.


Moo Yeol dan Hae Joo kembali ke rumah. Bersamaan dengan itu, ajumma mau keluar, membuang sampah. Moo Yeol yang mau mendapatkan saham Hae Joo, mencari muka. Dia mengambil dus berisi sampah di tangan ajumma. Ajumma menyuruh Moo Yeol membuangnya ke tempat sampah.


Hae Joo sontak menegur ajumma.

Hae Joo : Bi Ahn, apa dia tampak seperti seseorang yang seharusnya melakukan itu? Kau dibayar untuk melakukan itu. Kenapa kau menyuruhnya melakukan pekerjaanmu?

Moo Yeol sok menenangkan Hae Joo.

Moo Yeol : Ada apa denganmu? Aku sudah biasa melakukannya.

Hae Joo : Jangan melakukannya lagi. Kenapa kau melakukan itu?


Ajumma langsung mengambil dus itu dari Moo Yeol dan pergi keluar.


Hae Joo mengomel lagi.

Hae Joo : Itu karena kau terlalu baik sehingga mereka tidak menghormatimu.


Ji Won keluar dari kamar.

Ji Won : Ada apa ini? Kau harus naik tanpa membuat keributan.

Hae Joo tambah sewot melihat Ji Won yang tidak hormat pada Moo Yeol.


Hae Joo : Tidak bisakah ibu memperlakukannya dengan sedikit lebih hormat! Jika mendengar sesuatu, bukankah ibu seharusnya menanyai menantu ibu untuk memastikan adakah yang terjadi kepadanya?

Moo Yeol : Sayang, hentikan.

Ji Won sewot dan menuduh Moo Yeol mengatakan yang tidak2 pada Hae Joo.

Moo Yeol : Maaf.


Hae Joo : Kenapa kau meminta maaf lagi?

Moo Yeol : Ayo naik. Beristirahatlah, Bu.


Sampai di kamar, Hae Joo memeluk Moo Yeol. Ia juga meminta maaf pada Moo Yeol.

Moo Yeol : Tidak perlu. Aku yang harus meminta maaf. Kauyang menderita karena menikahi seseorang yang tidak punya apa pun.

Hae Joo : Bahkan orang asing sekali pun membicarakan bagaimana kau tidak memiliki saham Grup Wid. Kau pasti amat terluka, tapi tidak bisa menceritakannya.

Moo Yeol : Sudah kubilang, aku baik-baik saja.


Hae Joo lantas melepas pelukannya dan menatap Moo Yeol.

Hae Joo : Aku akan memberikanmu sahamku.

Moo Yeol pura2 kaget, yeobo...

Hae Joo : Walaupun tidak semuanya, aku setidaknya harus memberikanmu setengahnya. Pasangan itu satu. Siapa peduli itu atas nama siapa? Jika kau memiliki sahammu sendiri, tidak akan ada lagi yang meremehkanmu.

Moo Yeol : Tidak. Orang tuamu akan marah jika mereka mengetahuinya. Mereka akan berpikir aku menghasutmu. Mereka akan menyalahkanku.

Hae Joo : Aku tidak peduli. Aku akan memberi tahu mereka. Aku memberikanmu milikku. Mereka tidak bisa menghentikanku. Itu bergantung kepadaku.

Moo Yeol : Mari berhenti membahas soal saham. Aku lelah. Ayo tidur.

Hae Joo : Aku akan mandi.


Moo Yeol keluar. Diluar, ia tersenyum senang berhasil menghasut Hae Joo.

Bersambung ke part 2....

Hae Joo ini ya,, ogeb.. Saking cintanya ama Moo Yeol, percaya aja ama si Moo Yeol.

0 Comments:

Post a Comment