Ma Ya memberikan oleh-oleh untuk Ga Ya dan Hae Joo. Ia juga membawa oleh-oleh untuk Moo Yeol, Do Young dan Ji Won.
Untuk Ji Won, Ma Ya memberikan sebuah cermin.
Ga Ya heran Ma Ya memberikan Ji Won cermin.
Ga Ya : Tapi nenek sudah punya cermin besar di kamarnya.
Ma Ya : Itu karena nenek marah setiap kali melihatku. Aku mau nenek melihat cermin dan tersenyum saat kesal. Nenek paling cantik saat sedang tersenyum.
Mendengar itu, Hae Joo menghibur Ma Ya.
Hae Joo : Nenek amat menyayangimu. Dia hanya lebih perhatian kepada Ga Ya karena Ga Ya tidak sesehatmu.
Ma Ya : Aku tahu. Itulah alasannya aku mengerti.
Ga Ya lalu melihat hadiah lain di tas Ma Ya.
Ma Ya mengambil sebuah boneka angel dari tasnya dan berkata, itu untuk nona pengacara.
Hae Joo : Nona pengacara? Yang pergi ke sekolah saat kau bertengkar dengan temanmu?
Ma Ya : Ya. Aku terus memikirkannya saat di Inggris. Aku sungguh ingin memberinya boneka malaikat.
Hae Joo : Kenapa malaikat? Ada alasan tertentu?
Ma Ya : Itu rahasia.
Ma Ya tersenyum, lalu menatap boneka angel nya.
Sementara itu, Yeo Ri pingsan setelah melihat guci abu Bom kosong. Ki Dong dan Ji Won bergegas membawa Yeo Ri. Ponsel Yeo Ri terjatuh saat Yeo Ri pingsan.
Moo Yeol sudah di ruang meeting bersama klien yang akan membeli Wid Fashion.
Moo Yeol memutuskan memulai rapat tanpa Yeo Ri, karena Yeo Ri belum datang juga.
Moo Yeol : Karena penjualan Wid Fashion harus dirahasiakan, tolong ingat untuk terus merahasiakannya. Serta...
"Kami setuju. Tidak ada ruginya bagi kami jika mau ikut lelang."
"Sejujurnya, bukan hanya kalian yang menunjukkan ketertarikan. Aku yakin kalian tahu perusahaan luar yang besar sudah menghubungi kami juga. Seperti yang kalian tahu, Dahulu, Wid Fashion adalah perusahaan unggulan Grup Wid yang didirikan pimpinan pendiri. Grup Wid memutuskan menjual Wid Fashion untuk berfokus pada bisnis." Tolong jangan berspekulasi yang lain."
Do Chi ke perusahaan. Ia melirik jamnya.
Do Chi : Aku sejam lebih cepat.
Do Chi tersenyum, tidak apa-apa.
Para karyawan berkerumun, ngeliatin Do Chi.
Do Chi : Sial. Mereka sudah berkerumun.
Tiga orang wanita memuji ketampanan Do Chi.
Do Chi tersenyum dan menawari tanda tangannya.
Yeo Ri akhirnya siuman. Ia sudah berada di kamarnya sekarang.
Yeo Ri bingung, kenapa aku di sini?
Yeo Ri lalu ingat terakhir kali ia syok melihat guci abu putrinya yang kosong.
Yeo Ri panic lagi, bayiku, Bom. Bayiku....
Yeo Ri lalu keluar kamar.
Tepat saat itu, Mal Nyeon keluar membawa gayung.
Mal Nyeon : Kau mau kemana?
Yeo Ri : Aku harus menemukan Bom. Aku yakin seseorang mencurinya.
Mal Nyeon : Kau tidak bisa pergi ke mana pun dalam keadaan seperti itu.
Yeo Ri : Aku harus menemukannya. Itulah kenapa dia terus muncul dalam mimpiku. Dia mau aku menemukannya.
Mal Nyeon : Nanti kau bisa menyingkap jati dirimu yang sebenarnya. Lantas, lupakan Bom. Kau bisa dipenjara lagi, dan balas dendammu untuk Bom akan gagal.
Yeo Ri : Aku tidak peduli soal balas dendam! Aku tidak peduli jika dipenjara lagi. Akan kutangkap bedebah yang mencuri Bom. Akan kutangkap tikus itu dan kubunuh dia!
Mal Nyeon pun menyiram Yeo Ri dengan air dari gayung yang dibawanya.
Yeo Ri sadar.
Yeo Ri kemudian jatuh terduduk dan menangis.
Mal Nyeon memeluk Yeo Ri.
Mal Nyeon : Kau harus menjernihkan pikiran dan menemukan anakmu. Kau mau kehilangan anakmu dua kali? Ibu mengerti perasaanmu. Tapi kau harus tegar pada masa seperti ini. Ayahmu sedang menemui manajer pemakaman, jadi, mari menunggu. Dia akan mencari tahu apa yang terjadi kepada Bom. Jika seseorang memang mencuri abu Bom, ibu tidak akan memaafkannya.
Yeo Ri : Bayiku yang malang. Karena ibunya yang menyedihkan, dia bahkan tidak bisa beristirahat dalam damai. Bayiku yang malang.
Moo Yeol kembali ke kantor dan heran melihat Yeo Ri belum kembali.
Lantas Moo Yeol menghubungi Yeo Ri tapi tidak dijawab.
Moo Yeol : Apa ada yang terjadi? Katanya dia akan kembali dalam dua jam, tapi ini sudah lebih dari empat jam. Kenapa dia tidak menjawab?
Do Chi datang.
Moo Yeol : Ada perlu apa paman ke kantorku?
Do Chi : Hei. Bukankah Seol di sini? Dia sudah pulang?
Moo Yeol : Kenapa paman bertanya?
Do Chi : Kami seharusnya bertemu sepulang dia kerja, tapi dia tidak datang dan tidak bisa dihubungi.
Moo Yeol : Sejak kapan paman berusaha menghubunginya?
Do Chi : Paman terus menghubunginya sejam setelah kami seharusnya bertemu, tapi tidak dijawab. Kau juga tidak tahu dia di mana?
Moo Yeol : Aku juga tidak bisa menghubunginya.
Do Chi : Kapan dia pergi?
Moo Yeol : Dia pergi mengurus sesuatu sekitar empat jam lalu.
Do Chi : Apa ada yang terjadi?
Moo Yeol mulai cemas.
Ji Won yang baru keluar dari kamar, mendengar keributan dari arah dapur.
Ji Won : Ga Ya-ya?
Ji Won langsung ke dapur dan terkejut melihat Ga Ya menjatuhkan panci mi.
Ji Won : Ga Ya-ya! Kau terluka? Biar nenek lihat.
Ji Won panic dan memeriksa tangan Ga Ya.
Ga Ya : Aku baik-baik saja.
Ga Ya lalu menyesalkan mi nya yang jatuh.
Ga Ya : Sayang sekali. Padahal sudah siap dimakan.
Ji Won marah.
Ji Won : Sudah nenek bilang untuk meminta nenek atau ibumu jika pembantu sedang keluar untuk berbelanja. Kenapa kau melakukan ini?
Ga Ya : Nenek dan ibu tidak suka aku makan mi instan.
Ji Won : Itu karena makanan instan tidak baik untuk kesehatanmu. Karena kami takut kau sakit. Kau sangat ingin makan mi instan? Akan nenek buatkan untukmu, jadi, tunggulah di kamarmu.
Ga Ya : Tidak apa-apa.
Ji Won : Kenapa? Akan nenek kecualikan hari ini, jadi, tunggulah. Tidak akan lama.
Ga Ya : Bukan itu masalahnya. Itu untuk Ma Ya.
Mendengar itu, Ji Won marah.
Di kamarnya, Ma Ya sedang main game bola.
Ji Won menerobos masuk dan mencabut game Ma Ya.
Ji Won lalu memarahi Ma Ya.
Ji Won : Kenapa kau menyuruh kakakmu? Bagaimana jika dia terluka karena memegang sesuatu yang panas?
Ma Ya : Maaf. Sulit bagiku untuk turun.
Ji Won : Kau menyombong karena sakit! Kau terluka dan membuat semua orang khawatir! Kau seharusnya merenung dan duduk diam! Beraninya kau menyuruh kakakmu membuatkan mi instan!
Ma Ya : Aku tidak menyuruhnya. Aku bertanya.
Ji Won : Jika kau amat menginginkannya, minta pembantu atau ibumu! Kakakmu itu budakmu! Kau tidak punya rasa hormat!
Ma Ya menangis. Ji Won tambah marah.
Ji Won : Kenapa kau selalu menangis!
Hae Joo masuk dan membela Ma Ya.
Hae Joo : Ibu! Kenapa ibu meneriakinya!
Ji Won : Karena kau amat memanjakannya, dia menyuruh kakaknya!
Ma Ya : Aku salah, jadi, tolong jangan meneriaki Ibu.
Ji Won : Kau mulai lagi membantah nenek!
Hae Joo membawa Ji Won keluar.
Ji Won : Dia menyuruh Ga Ya membuatkan mi instan untuknya sampai Ga Ya hampir terbakar. Bagaimana jika dia terluka?
*Gaya terbakar? Lebay amat lu Ji Won.
Hae Joo : Tapi dia tidak terluka, jadi, semua baik saja. Apa salahnya jika seorang kakak membuatkan mi untuk adiknya?
Ji Won : Ga Ya baru 10 tahun. Terlalu berbahaya baginya untuk memasak mi. Orang dewasa tidak membiarkannya makan mi instan, jadi, dia memanipulasi kakaknya yang baik hati. Dasar licik.
Hae Joo : Ibu!
Ji Won : Ini karena kau dan Moo Yeol amat melindunginya sampai dia berpikir bisa melakukan apa pun. Ga Ya itu calon ahli waris Grup Wid. Jika mau diperintah gadis di rumah, dia akan selalu diperintah. Ma Ya sudah lebih kuat dari awal!
Hae Joo : Ma Ya itu anak baik. Dia bahkan membelikan cermin untuk ibu dari Inggris. Dia khawatir wajah ibu yang cantik akan rusak karena selalu marah kepadanya, jadi, dia mau ibu bercermin.
Ji Won : Bodoh sekali. Urus dia. Ibu tidak akan memaafkannya jika berpikir dia di atas Ga Ya.
Ji Won beranjak pergi.
Ae Nok dan Yeol Mae sedang mengobati punggung Oliver. Ae Nok menempelkan sesuatu seperti bantalan di punggung Oliver.
Oliver yang tengkurap di salah satu kamar mereka, meringis.
"Aduh, panas!"
"Punggung pria itu hidupnya." ucap Ae Nok.
"Pak Jang. Apakah sakit sekali?" tanya Yeol Mae.
"Aku tidak seharusnya berbaring di sini. Aku harus menemui dokter." jawab Oliver.
Oliver mau bangun,, tapi dipaksa tengkurap oleh Ae Nok.
Ae Nok : Tidak perlu. Tidak ada yang mengalahkan bantal yang panas saat ditaruh di punggung.
Oliver : Maaf, tapi aku dokter.
Ae Nok : Punggungku sering tertarik dahulu saat menggendong anak-anakku. Sakitnya akan makin parah jika kau terus berbicara. Jadi, diamlah.
Oliver : Walaupun hanya berbaring, aku lebih baik berbaring di rumahku sendiri.
Oliver mau pergi tapi lagi2 dihalangi Ae Nok.
Ae Nok : Bagaimana bisa kau bilang begitu? Bagaimana bisa kami melepaskan orang yang tidak bisa bergerak? Kau sebaiknya bermalam di sini hari ini.
Oliver : Tidak. Aku harus...
Ae Nok : Astaga. Sudah kubilang, diam. Yeol Mae-ya, kau tahu dia tinggal dimana, kan?
Oliver : Apa? Kediamanku? Kenapa?
Ae Nok : Jika mau tidur di sini, kau membutuhkan pakaian dan pakaian dalam ganti serta sikat gigi.
Oliver : Tidak. Aku baik-baik saja.
Ae Nok Jangan bergerak.
Ae Nok : Aku tahu sandi restoran. Aku yakin sandinya sama.
Oliver : Tidak. Tidak. Aku tidak bisa tidur di sini.
Ae Nok : Jangan bergerak.
Ae Nok lalu mengajak Yeol Mae keluar.
Diluar, Ae Nok dan Yeol Mae melompat kegirangan.
Ae Nok : Keberuntungan macam apa ini? Ibu merasa bersalah dia cedera, tapi tampaknya dia harus tinggal di sini.
Yeol Mae : Mari rawat dia dengan baik dan buat dia tinggal di sini.
Ki Dong pulang. Yeo Ri langsung menanyakan kenapa guci abu Bom kosong. Mal Nyeon juga ingin mendengarnya.
Ki Dong : Katanya tidak ada yang menyentuh kuburannya setelah dia dikubur.
Mendengar itu, Yeo Ri syok.
Ki Dong : Orang-orang di kantor terkejut mendengar gucinya kosong. Itu artinya gucinya sudah kosong dari awal saat dikubur. Hanya itu penjelasan yang masuk akal.
Yeo Ri : Lantas, di mana Bom? Dia tewas akibat pneumonia. Di mana kemungkinan dia berada?
Mal Nyeon : Lantas, entah mereka kehilangan abunya atau...
Yeo Ri : Atau apa?
Mal Nyeon : Atau tidak pernah ada abu dari awal.
Yeo Ri lalu ingat saat direktur panti akan membawa Bom, Ji Won datang mengunjunginya.
Teringat itu, Yeo Ri berniat menemui direktur panti yang membawa Bom.
Yeo Ri : Dia pasti berada di sisinya sampai akhir. Jadi, dia pasti tahu apa yang terjadi.
Mal Nyeon : Tidak. Jika kau menemui siapa pun saat ini, orang-orang bisa mengetahui bahwa kau Yeo Ri.
Mal Nyeon lantas menyuruh Ki Dong saja yang pergi.
Ki Dong : Benar. Kantor panti asuhan pasti sudah tutup sekarang, jadi, ayah akan pergi menemui direktur itu besok dan menanyakan apa yang terjadi kepada Bom.
Tangis Yeo Ri pecah lagi.
Yeo Ri : Aku bahkan bukan seorang ibu. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada anakku dan malah hidup bahagia seolah-olah semuanya baik-baik saja.
Mal Nyeon : Bagaimana kau hidup bahagia! Pernahkah kau melupakan Bom bahkan untuk sejenak! Kau membalas dendam pun demi dia.
Tiba2 terdengar bunyi bel.
Mal Nyeon melihat layar intercom.
Mal Nyeon kaget, kenapa Do Chi datang jam segini?
Yeo Ri : Kami seharusnya bertemu hari ini, tapi aku tidak menjawab teleponnya. Aku tidak mau menemui siapa pun hari ini. Tolong suruh dia pergi.
Yeo Ri lantas masuk ke kamarnya.
Yeo Ri terisak, Bom-ah, ibu amat minta maaf.
Do Chi minta maaf pada Mal Nyeon dan Ki Dong karena datang tiba2.
Do Chi : Aku tidak bisa menghubungi Seol. Dia di rumah?
Mal Nyeon : Dia tidak enak badan, jadi, pulang cepat dan tidur.
Do Chi kaget, dia sakit? Sakit apa? Dia mengalami reaksi alergi seperti kali terakhir?
Mal Nyeon : Bukan seperti itu. Kurasa dia hanya kelelahan.
Do Chi : Bolehkah aku menemuinya? Aku akan merasa lebih baik jika bisa melihat wajahnya saja.
Mal Nyeon : Dia minum obat dan tidur. Jangan membangunkannya.
Ki Dong : Sakitnya tidak parah. Dia akan pulih setelah istirahat.
Do Chi : Baiklah. Tolong minta dia menghubungiku setelah bangun.
Do Chi pergi.
Moo Yeol sedang bersama Ma Ya.
Moo Yeol : Astaga. Kau menyaksikan pertandingan AFC juga? Itu pasti luar biasa. Kau tidak bisa bermain sepak bola sampai kakimu sembuh. Kita akan memberi tahu sekolah bahwa kau keluar juga.
Ma Ya : Sekolah juga? Di rumah sendiri amat membosankan. Aku juga sulit bergerak.
Moo Yeol : Kau bisa menggambar. Kau seniman andal.
Ma Ya : Baiklah. Aku harus bersabar agar cepat pulih. Tapi ayah, aku mau meminta tolong.
Moo Yeol : Apa?
Ma Ya pun menunjukkan boneka untuk Yeo Ri.
Ma Ya : Ini. Aku mau memberikan ini kepada nona pengacara yang datang ke sekolah saat aku berkelahi dengan temanku.
Moo Yeol : Kau memikirkan dia?
Ma Ya : Ya. Aku ingin memberinya hadiah ini untuk bilang dia harus tegar.
Moo Yeol : Dia kini bekerja di perusahaan ayah, jadi, akan ayah berikan kepadanya.
Ma Ya : Aku mau memberikannya sendiri.
Moo Yeol : Baiklah. Mari cari cara. Ini sudah larut, jadi, tidurlah. Mari kita coba berikan besok.
Moo Yeol turun ke bawah. Bersamaan dengan itu, Do Chi pulang.
Do Chi : Kau kini tidak bisa menghubungi Seol, bukan? Mari berbicara.
Do Chi mengajak Moo Yeol ke kamarnya.
Do Chi : Seol sakit.
Moo Yeol kaget, sakit apa?
Melihat reaksi Moo Yeol, Do Chi pun heran.
Moo Yeol : Kenapa kau amat terkejut? Tidak parah. Mereka bilang hanya kelelahan. Kenapa kau amat terkejut? Seolah-olah kau peduli saja.
Moo Yeol : Aku tidak mau rekan kerjaku sakit. Kami ada banyak pekerjaan. Tapi kapan paman mengetahui bahwa dia sakit?
Do Chi : Dia tidak menjawab ponselnya. Paman pergi ke rumahnya. Dia minum obat dan tidur.
Moo Yeol pun sewot, paman sudah pergi ke rumahnya!
Do Chi : Reaksi macam apa itu? Hei. Katamu, kau mendukung hubungan kami.
Moo Yeol : Ya, aku mendukung Paman. Aku hanya bilang ada batas yang tidak boleh dilanggar saat berkencan.
Do Chi : Kau tidak melanggar batas, ya? Itulah alasannya Hae Joo hamil sebelum kalian menikah?
Moo Yeol yang tak tahu harus membalas Do Chi dengan kata2 apa, memilih pergi.
Do Chi : Setelah Seol kembali ke kantor, berhenti menyuruhnya bekerja terlalu keras!
Ponsel Do Chi berdering.
Do Chi : Halo? Ya. Aku Goo Do Chi. Apa? Ponsel Seol tertinggal di sana? Baiklah. Akan kuambil.
Do Chi bergegas ke kafe, menemui pria yang menghubunginya tadi.
Do Chi : Kau orang yang menemukan ponsel Seol?
Pria itu menjawab iya lalu menyerahkan ponsel Yeo Ri ke Do Chi.
Do Chi : Tapi kau menemukan ini di mana?
"Di kuburan di Yongin. Ponselnya tergeletak di tanah."
Do Chi kaget, kuburan?
"Tempat orang-orang mengubur guci abu di bawah pohon."
Do Chi mengucapkan terima kasih dan beranjak pergi.
Do Chi masuk ke mobilnya dan memikirkan Yeo Ri.
Ia bertanya2 kenapa Yeo Ri ke kuburan.
Do Chi : Apakah ada yang dikubur di sana? Tapi kenapa dia tidak datang saat kencan dan malah pergi ke sana?
Lalu Do Chi ingat saat memergoki Yeo Ri menangis di taman.
Ia juga ingat saat Yeo Ri mengaku ingin memberitahunya sesuatu.
Do Chi : Aku penasaran apakah ini ada hubungannya dengan yang ingin dia katakan.
Paginya, Yeo Ri ingin ikut Ki Dong dan Mal Nyeon ke panti asuhan.
Mal Nyeon : Kau juga? Tidak.
Yeo Ri merengek, ibu...
Ki Dong : Dengarkan ibumu. Jika kau mencari Bom, siapa pun bisa tahu kau ibunya. Lalu kau bisa tertangkap basah kabur dari penjara.
Mal Nyeon : Ibu tahu kau kesal, tapi tetaplah tenang dan pergilah bekerja. Kami akan langsung menghubungimu setelah menemui direktur panti asuhan.
Yeo Ri : Aku tidak bisa hanya menunggu. Aku amat khawatir, seolah-olah jantungku mau meledak.
Mal Nyeon : Bertahanlah. Ini demi Bom. Jika dia melihatmu ditangkap dan dipenjara lagi, hatinya akan hancur. Kami akan menghubungimu usai menemui direktur.
Yeo Ri : Tapi ponselku hilang. Aku pasti menjatuhkannya di suatu tempat kemarin.
Mal Nyeon langsung meminjamkan ponselnya.
Mal Nyeon : Ini. Pakai punya ibu. Kami akan menelepon kemari jika mau menghubungimu.
Yeo Ri : Baiklah. Hubungi aku segera usai menemuinya. Aku bahkan tidak tahu apakah kakiku memijak lantai. Pikiranku sedang kacau.
Diluar, Do Chi menunggu Yeo Ri. Tak lama, ia melihat Yeo Ri keluar. Yeo Ri pusing lagi dan hampir jatuh. Do Chi yang melihat itu, langsung mendekati Yeo Ri.
Do Chi : Seol-ssi, kau tidak apa?
Do Chi lalu marah.
Do Chi : Seharusnya kau bilang kemarin bahwa kau amat sakit! Kenapa kau bodoh sekali?
Yeo Ri : Maaf.
Do Chi : Ikutlah denganku. Aku akan mengantarmu.
Yeo Ri menurut dan masuk ke mobil Do Chi.
Do Chi : Berat badanmu tampak turun dalam sehari.
Yeo Ri : Kudengar kau mampir semalam. Ibuku memberitahuku. Maaf tidak datang untuk berkencan. Maaf untuk banyak hal.
Do Chi : Bagaimana bisa kau bilang begitu? Bukan salahmu jika kau sakit.
Do Chi lalu teringat sesuatu, ah, benar! Do Chi membuka lacinya dan mengambil ponsel Yeo Ri.
Yeo Ri terkejut ponselnya ada di Do Chi.
Yeo Ri : Di mana kau menemukannya?
Do Chi : Seseorang menemukannya kemarin dan menghubungiku. Dia melihat nomorku di ponselmu dan menghubungiku.
Yeo Ri : Syukurlah.
Do Chi : Tapi dia menemukan ponselmu di kuburan. Kenapa kau tiba-tiba pergi ke sana tanpa bilang apa pun?
Yeo Ri terdiam.
Do Chi : Ada yang dikubur disana?
Yeo Ri : Terlalu sulit bagiku untuk memberitahumu sekarang. Nanti saat aku sudah siap...
Do Chi : Tidak apa-apa. Aku tidak mau memaksamu. Beri tahu aku kapan pun kau mau. Aku tidak masalah dengan itu.
Yeo Ri tiba di kantor. Begitu Yeo Ri datang, Moo Yeol langsung menanyai Yeo Ri.
Moo Yeol : Kudengar kau sakit. Kenapa tidak memberitahuku?
Yeo Ri : Maaf.
Moo Yeol : Kenapa aku tidak bisa menghubungimu?
Yeo Ri : Aku kehilangan ponselku dan baru mendapatkannya kembali.
Moo Yeol : Kau masih sakit?
Yeo Ri : Sedikit.
Moo Yeol : Mau kubelikan obat? Kau sudah sarapan? Mau makan bubur?
Yeo Ri : Jangan pedulikan aku. Aku baik-baik saja.
Moo Yeol : Aku menemui salah satu pembeli potensial yang tertarik dengan Wid Fashion kemarin. Mereka tampaknya amat tertarik.
Yeo Ri : Baguslah.
Moo Yeol : Kita harus memulai rencana kita untuk mengambil alih Grup Wid. Soal saham yang kusebut... kau sudah meminta ibumu membeli saham Grup Wid?
Yeo Ri : Ya. Dia setuju.
Moo Yeol : Dia tahu aku yang memintanya?
Yeo Ri : Tidak. Kubilang itu ideku.
Moo Yeol : Ayo pergi ke suatu tempat. Ada orang spesial yang ingin menemuimu.
Yeo Ri : Orang spesial? Siapa?
Moo Yeol membawa Yeo Ri ke kafe. Disana, sudah menunggu Ma Ya.
Ya, Ma Ya lah orang spesial yang dimaksud Moo Yeol.
Ma Ya langsung melambaikan tangannya sembari memanggil Yeo Ri begitu melihat Yeo Ri.
Ma Ya kemudian berdiri. Moo Yeol langsung membantu Ma Ya berjalan ke arah Yeo Ri.
Ma Ya memeluk Yeo Ri. Yeo Ri tertegun.
Ma Ya : Bibi Yoon, aku merindukanmu.
Moo Yeol : Dia ingin memberimu sesuatu.
Ki Dong dan Ji Won ke panti asuhan. Ki Dong menanyakan direktur yang bekerja 10 tahun lalu di panti itu pada petugas. Ya, direktur yang membawa Bom dari penjara.
Petugas memeriksa file nya.
"Itu Bu Jung Hee Seok. Dia di panti jompo karena tidak sehat."
"Panti jompo yang mana? Bisakah kau memberi tahu kami?"
Ma Ya minta Moo Yeol meninggalkannya dengan Yeo Ri. Ma Ya bilang, ingin bicara berdua saja dengan Yeo Ri.
Moo Yeol : Baik. Akan ayah tinggalkan kalian, jadi, berbicaralah dengan bebas.
Moo Yeol pergi.
Setelah Moo Yeol pergi, Ma Ya menyodorkan hadiahnya yang sudah ia bungkus rapi dan indah dengan kertas kado.
Ma Ya : Aku memikirkan bibi saat di Inggris dan membelikan ini. Bukalah.
Yeo Ri yang merasa tidak nyaman, membuka hadiah Ma Ya.
Ma Ya : Aku menamainya sendiri. Namanya....
Ma Ya berbisik di telinga Yeo Ri, Bom..
Mendengar itu, Yeo Ri langsung ingat dulu ia pernah cerita soal Bom pada Ma Ya.
Yeo Ri : Aku punya putri seumuranmu. Saat dia masih amat kecil, malaikat menjemputnya karena dia seperti malaikat. Mereka mau menjadikannya teman.
Ma Ya : Siapa namanya?
Yeo Ri berbisik, Bom.
Flashback end...
Ma Ya lalu cerita kalau ia punya teman di klub sepakbola di Inggris dan minta Yeo Ri menebak nama temannya.
Saat Ma Ya ingin memberitahu siapa nama temannya, Yeo Ri malah bilang kalau dia sibuk dan harus pergi.
Ma Ya : Maaf sudah membuang waktu bibi saat sedang sibuk. Aku tidak apa-apa, jadi, bibi sebaiknya pergi.
Yeo Ri mau pergi tanpa membawa hadiah dari Ma Ya, tapi Ma Ya langsung memberikannya boneka itu.
Ma Ya : Sebagai ganti putri bibi.
Yeo Ri lalu pergi membawa boneka itu. Tapi saat tiba diluar,, Yeo Ri yang ingat tentang guci abu Bom yang kosong menjatuhkan boneka itu. Lalu Yeo Ri pergi. Moo Yeol melihatnya. Moo Yeol memungut boneka itu dan mengejar Yeo Ri.
Moo Yeol : Apa yang kau lakukan? Dia membawakan ini untukmu.
Yeo Ri pun marah.
Yeo Ri : Apa yang kau lakukan! Bom tewas! Anak malang itu tewas tanpa pernah melihat dunia! Bagaimana bisa kau mengantarkan anak Hae Joo menemuiku! Bayangkan perasaanku sekarang!
Moo Yeol terkejut, Yeo Ri-ya...
Yeo Ri : Hatiku tercabik-cabik!
Moo Yeol : Maaf. Aku tidak berpikir panjang.
Yeo Ri : Lupakan saja. Aku tidak membenci Ma Ya. Dia tidak berbuat salah. Tapi aku tidak bisa menerima kasih sayangnya.
Yeo Ri lalu menjerit dalam hatinya.
Yeo Ri : Bom menghilang!
Yeo Ri lalu pamit dan pergi tanpa membawa boneka dari Ma Ya.
Moo Yeol hanya bisa terdiam menatap kepergian Yeo Ri.
Bersambung ke part 2...
0 Comments:
Post a Comment