Se Ryung balik badan, sehingga keduanya duduk berhadapan. Seung Yoo mengeluarkan garakji yang dibelinya di pasar. Seung Yoo tanya apa Se Ryung mau menjadi istrinya. Se Ryung menjawab dengan pertanyaan apa Seung Yoo mau menjadi suaminya. Seung Yoo tersenyum kemudian memasangkan garakji di jari Se Ryung.
“Mulai sekarang,
kita adalah suami istri. Tidak peduli seberapa jauh kita terpisah, kita akan
jadi bayangan satu sama lain.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung lalu
mengambil satu dari sepasang cincin di jarinya, kemudian memakaikannya ke jari
Seung Yoo.
“Dalam kehidupan
ini, kita adalah satu.” Ucap Se Ryung.
Keduanya lalu
berpelukan dan menghabiskan malam sebagai pasangan suami istri.
Paginya Se Ryung
bangun dan panic karena tidak menemukan Seung Yoo disampingnya. Ia keluar dan
mencari Seung Yoo. Seung Yoo ada diluar, sedang membereskan kuda. Se Ryung
mendekati Seung Yoo. Ia pun tersenyum manis padanya. Seung membalas senyuman Se
Ryung.
Se Ryung diantar
Seung Yoo ke kediaman lamanya. Keduanya merasa berat untuk berpisah. Seung Yoo
memegang tangan Se Ryung. Cukup lama mereka bertatapan hingga akhirnya Se Ryung
menarik tangannya dan jalan masuk ke dalam. Seung Yoo terus memandangi Se
Ryung.
Penjaga langsung
memberi hormat begitu Se Ryung datang. Yeo Ri keluar menyambut Se Ryung. Se
Ryung menanyakan Soong. Yeo Ri menyuruh Se Ryung cepat masuk untuk melihat
Soong. Saat mau masuk, langkah Se Ryung terhenti. Ia menoleh dan menatap Seung
Yoo, juga tersenyum sambil menahan air matanya. Setelah itu, ia pun masuk ke
dalam.
Se Ryung membelai
kepala Soong. Soong terbangun dan memanggil Se Ryung dengan lemah, Noonim.
“Kenapa kau
berbaring seperti ini? Kau harus cepat sembuh.” Ucap Se Ryung.
“Aku baik2 saja. Kenapa
kau kembali? Apa kau sudah memutuskan hubunganmu dengan Kim Seung Yoo?” tanya
Soong.
Se Ryung menggeleng,
lalu menjawab, “Meskipun aku tidak melihatnya, dia selalu ada disampingku.”
Soong lalu
menggenggam tangan Se Ryung.
Seung Yoo kembali ke
persembunyiannya. Seok Joo menyapanya, “Jadi kau kembali sendirian. Pasti berat
bagi kalian berdua untuk mengambil keputusan ini. Kau sudah melakukan hal yang benar.”
“Ini hanya untuk
sementara. Hanya sementara.” Jawab Seung Yoo.
“Kita harus segera
pergi dari sini. Tempat ini sudah tidak aman.” Ucap Seok Joo.
Jae Beon melapor ke
Myun ttg Se Ryung yang sudah kembali ke kediaman lamanya. Myun kaget dan
langsung pergi ke kediaman lama Sooyang.
Se Ryung sedang
membuat ramuan obat untuk Soong. Myun dan pasukannya datang. Se Ryung diam
saja. Sikapnya tampak dingin. Myun meminta semua pelayan pergi meninggalkan
mereka.
“Pemberontak itu,
Kim Seung Yoo, dimana dia bersembunyi?” tanya Myun.
“Orang itu adalah
suamiku. Jadi bicaralah dengan sopan.” Jawab Se Ryung.
Myun kaget, suami?
Ia lalu melihat garakji di jari Se Ryung.
“Jika kau berencana
menggunakanku untuk menangkapnya, itu tidak akan berhasil.” Ucap Se Ryung.
Myun marah dan
menarik tangan Se Ryung. Se Ryung menatap tajam Myun.
“Hanya karena cincin
murahan itu, kau membuat janji pernikahan dengannya? Orang yang seharusnya
menjadi suamimu adalah aku!” ucap Myun kesal.
“Kau boleh mengambil
cincin ini, tapi kau tidak akan bisa mengambil hatiku.” Jawab Se Ryung.
“Sebenarnya apa yang
terjadi diantara kalian berdua? Kalian berdua… apa yang sudah kalian lakukan?”
tanya Myun.
Se Ryung tersenyum
sinis, lalu menjawab, “Apapun yang kami lakukan, bukan urusanmu.”
“Kami…? Sekarang aku
tidak lagi menginginkan hatimu. Tapi tubuhmu… adalah milikku.” Ucap Myun.
Se Ryung tidak
percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Lalu terdengar suara Soong,
“Jangan sakiti kakakku.”
Se Ryung dan Myun
menoleh dan melihat Soong yang berdiri di hadapan mereka dengan dipapah para
kasim. Myun membungkuk memberi hormat dan jalan pergi.
“Kenapa kau keluar?”
tanya Se Ryung cemas.
“Aku bosan di dalam.
Meskipun aku sakit, aku masih adik yang berguna kan? Kalau Petugas Shin
bersikap kurang ajar lagi padamu, tidak peduli apapun, ingat, kau harus
memberitahuku.” Jawab Soong.
Se Ryung tersenyum
haru dan mengangguk.
Sooyang marah2 lagi,
“Minggir! Aku harus menyeret anak itu dan menangkap Kim Seung Yoo!”
“Kenapa anda tidak
mengerti juga. Anak itu akan bunuh diri kalau anda menangkap Kim Seung Yoo.
Kesehatan Soong semakin membaik karena Se Ryung menjaganya. Karena melihat Se
Ryung, dia bisa tersenyum lagi sekarang.” ucap Ratu.
Ratu lalu berlutut.
Disana ada Myun juga.
“Yang Mulia, tolong
jangan buat masalah lagi dengan Kim Seung Yoo. Kesehatan Soong lebih penting.
Selama Soong masih hidup, aku tidak peduli dengan Kim Seung Yoo.” Ucap Ratu.
“Omong kosong apa
yang kau bicarakan! Hanya dengan menangkap Kim Seung Yoo, masa depan Soong akan
cerah. Jangan halangi aku!” jawab Sooyang lalu pergi bersama Myun.
Ratu menangis, “Yang
Mulia! Yang Mulia!”
Semua sedang
bersiap2 untuk pindah ke Hamgil-do. Ah Kang dan ibunya tidak takut. Ah Kang
protes, minta sang paman mengajaknya juga. Tapi Seung Yoo mengatakan tempat itu
terlalu jauh untuk Ah Kang. Ah Kang tanya kapan pamannya itu kembali. Seung Yoo
bilang akan kembali saat Ah Kang sudah bisa mengingat Chon Jya Mun.
Chon Jya Myun : 1000
karakter tulisan mandarin, pelajaran dasar mandarin untuk anak2.
Ah Kang langsung
minta pada ibunya mengajarkan 100 kata dalam sehari. Lady Ryu tersenyum. Lady Ryu
lalu berpesan pada Seung Yoo untuk menjaga diri. Seung Yoo juga melakukan hal
yang sama. Ah Kang menangis. Seung Yoo lalu berkata mau pergi ke suatu tempat
dulu.
Seung Yoo ternyata
menemui Putri Kyung Hee. Putri Kyung Hee ada di makam Jong. Perutnya sudah
tampak membesar.
“Apa tidak apa2
berada diluar seperti ini?” tanya Seung Yoo cemas.
“Setelah dijadikan
budak pemerintah, tapi masih bisa menghidupi diriku sendiri, apa itu maksudmu?”
jawab Putri.
“Yang Mulia.” Ucap Seung
Yoo.
“Karena dulu aku
seorang Putri, mereka mengizinkanku istirahat.” Jawab Putri.
“Saya ingin mengajak
anda ke Hamgil-do. Akan lebih baik daripada menjadi budak pemerintah.” Ucap Seung
Yoo.
“Aku menghargai
tawaranmu. Tapi aku tidak ingin pergi. Aku ingin membawa anak ini sering2
bertemu ayahnya. Jika aku tidak sering ke sini, suamiku akan kesepian.” Jawab Putri.
“Tuan Putri.” Ucap Seung
Yoo.
“Pemberontakan ini
harus sukses. Hanya dengan begitu, aku dan anakku bisa tenang. Jika kau pergi
ke Hamgil-do, bagaimana dengan Se Ryung?” tanya Putri.
Seung Yoo hanya
menghela napas.
Sooyang beserta
istri dan para pelayannya tiba di kediaman lama mereka. Myun juga ikut. Se Ryung
menyambut kedatangan mereka. Ratu senang melihat Se Ryung dan tanya kondisi
Soong. Se Ryung menyuruh ibunya itu melihat sendiri. Ratu pun langsung masuk ke
dalam. Sooyang tampak kesal melihat se Ryung.
“Sebaik apa dia
sebenarnya? Bahkan kau rela meninggalkan orang tua dan adikmu. Sebaik itukah
berada di sisinya?” tanya Sooyang.
Se Ryung diam saja.
Sooyang marah,
“Kemana
lidah tajammu pergi? Kenapa kau tidak menjawab? Melihat ayah yang ingin
kau bunuh, apa kau tiba2 merasa menyesal?" tanya Sooyang.
Rupanya Sooyang menyuruh Myung Hoe memimpin pasukan dan mengikuti Myun. Myung Hoe heran. Sooyang berkata tidak bisa lagi mempercayai Myun. Ia pun menyuruh Myung Hoe memenggal kepala Sooyang, walaupun harus mengorbankan Myun, tidak masalah. Myung Hoe berkata jika anjing pemburu sudah tidak bisa digunakan untuk memburu lagi, maka anjing pemburu itu sudah tidak ada gunanya lagi.
"Saya sudah bilang
saya tidak pernah punya pikiran untuk mencelakai ayah.” jawab Se Ryung.
“Kau, lagi….” Ucap
Sooyang kesal.
“Saya benar2
berharap sebelum semuanya terlambat. Ayah sekali lagi bisa menjadi orang yang
saya kenal. Ayah yang paling penyayang di dunia. Saya benar2 berharap ayah bisa kembali
seperti dulu.” Jawab Se Ryung.
“Dulu atau sekarang,
semuanya adalah aku.” ucap Sooyang.
Tiba2, terdengar
teriakan Ratu, “Putra Mahkota! Putra Mahkota!”
Semua kaget. Sooyang
dan Se Ryung bergegas masuk ke dalam. Soong seperti menunjuk sesuatu. Sooyang
menggenggam tangan Soong. Semua terlihat cemas.
“Ayah.” panggil
Soong.
“Bicaralah.” Jawab
Sooyang.
“Saya baru saja
bermimpi.” Ucap Soong.
“Apa mimpi buruk?”
tanya Sooyang.
“Yang Mulia mantan
Raja dan Raja Munjong, melambai dan tersenyum pada saya, meminta saya pergi.”
Jawab Soong.
Sooyang dan Ratu
syok.
“Itu hanya mimpi.”
ucap Sooyang.
“Disana. Mereka ada
di sana.” Jawab Soong sambil menunjuk ke satu arah.
“Sadarlah. Tidak ada
siapapun di sana.” Ucap Sooyang.
“Di sana. Ada di
sana.” Jawab Soong sambil terus menunjuk sesuatu.
Dan Soong pun tidak
bergerak lagi. Semua kaget. Soong meninggal.
Sooyang, Ratu dan
Myun sedang berduka. Se Jeong datang bersama Se Ryung.
Sooyang marah, “Apa
kau punya malu sehingga berani datang ke sini!”
Se Jeong membela Se
Ryung, “Dia datang untuk mendoakan Putra Mahkota.”
“Bersama Kim Seung
Yoo, pada akhirnya kau menyebabkan kematian adikmu. Apa kau bahagia sekarang?”
jawab Sooyang.
Se Ryung diam saja.
Sooyang lalu memanggil Seketaris Kerajaan.
“Hapus semua catatan
sejarah yang berhubungan dengan Se Ryung.” Perintah Sooyang.
Semua kaget.
Seketaris Kerajaan bingung.
“Aku menyuruhmu
menghapus kenyataan bahwa Se Ryung adalah seorang Putri!” ucap Sooyang lagi.
“Yang Mulia, jangan
lakukan ini? Anda ingin kehilangan anak perempuan?” tanya Ratu.
“Hanya satu anak
perempuan yang kupunya. Jangan pernah menampakkan wajahmu lagi di depanku.”
Ucap Sooyang ke Se Ryung.
Se Ryung tampak
sedih.
Beberapa bulan
kemudian….. Yeo Ri menunggu dengan gelisah di depan sebuah kamar. Putri Kyung
Hee sedang berjuang melahirkan anaknya. Eun Geum mencoba menenangkan Putri yang
kesakitan dengan memegang tangannya. Akhirnya terdengar tangis bayi. Yeo Ri
tersenyum lega. Eun Geum keluar dan memberitahu Yeo Ri bayi Putri laki2.
Eun Geum dan Yeo Ri
pun masuk menemani Putri. Putri menahan kesedihannya melihat putranya. Eun Geum
lalu membuka catatan dari Jong yang berisi nama bayi laki2.
“Jung Mi Soo. Ini
adalah nama yang diberikan ayahmu untukmu. Di penjara, dia memikirkan namamu.
Dia pasti sedih sekali saat itu. Kau harus menjadi seperti yang diharapkan
ayahmu. Menjadi pria yang kuat dan hebat. Mi Soo.” Ucap Putri.
Yeo Ri menemui Se
Ryung. Se Ryung senang sekali mendengar kabar Putri Kyung Hee sudah melahirkan
dengan selamat dan bayinya laki2. Yeo Ri juga berkata ttg Putri Kyung hee yang
mencemaskan Se Ryung. Se Ryung berkata ia lebih mencemaskan Putri Kyung Hee
yang harus membesarkan anak seorang diri.
Se Ryung lalu
menyuruh Yeo Ri kembali ke istana. Yeo Ri menolak dengan alasan Ratu
mengirimnya untuk berada di sisi Se Ryung. Se Ryung lalu menanyakan ayahnya.
Belum sempat dijawab Yeo Ri, seorang pelayan muncul memberitahukan kedatangan
Myun. Se Ryung pun keluar bersama Yeo Ri. Myun tanya ke pelayan apa Se Ryung
pergi keluar selama ia tidak ada. Pelayan berkata Se Ryung di rumah saja
sepanjang hari. Ya, Se Ryung kini menjadi budak Myun.
Seung Yoo dan
antek2nya membantai banyak prajurit di sebuah lading. Seung Yoo lalu masuk ke
sebuah tenda. Tampak sang komandan yang ketakutan melihat Seung Yoo.
“Semua anak buahmu
telah pergi ke dunia lain. Keluarlah dan hadapi ajalmu dengan gagah.” Ucap
Seung Yoo.
Seung Yoo pergi
keluar, namun orang itu menyerang Seung Yoo. Hanya dengan sekali tebas, nyawa
pria itu melayang. Seung Yoo keluar dari tenda dan menancapkan pedang ke tanah.
Semua prajurit bersorak sorai. Seok Joo, No Geol dan Heung Soo terlihat puas.
Bangsawan Lee Shi Ae
dan pasukannya menghadap Seung Yoo.
“Ini benar2 hebat.
Karena komandan divisi sudah mati, Hamgil-do sekarang menjadi tanah yang bebas
tanpa pengendalian Sooyang.” Ucap Bangsawan Lee Shi Ae.
“Selatan, kita harus
pergi ke Selatan.” Jawab Seung Yoo.
“Baiklah. Dengan
adanya peristiwa ini, invasi ke ibukota hanya butuh waktu beberapa hari.” Ucap
Lee Shi Ae.
“Tinggal Hamheung
saja. Jika kita berhasil menguasainya, maka seluruh wilayah Hamgil-do akan
berada dibawah kendali kita.” ucap Heung Soo.
“Ada komandan baru
di sana. Kita butuh rencana untuk melenyapkannya.” Jawab Lee.
Seung Yoo, Seok Joo
dan No Geol kembali ke tenda mereka. Chohi menyambut dingin Seok Joo. Sementara
No Geol langsung lari menghampiri Soaeng. Muyeong mengajak mereka makan. Seung
Yoo tersenyum, lalu jalan pergi. No Geol memberikan botol kecil berisi air embun
yang dikumpulkannya setiap pagi ke Soaeng. Ia bilang dengan itu, kulit Soaeng
bisa menjadi halus seperti Se Ryung. Mendengar nama Se Ryung, Soaeng kesal.
Seung Yoo duduk di
kamarnya. Ia mengeluarkan cincin yang dijadikannya sebuah kalung. Ia lalu teringat
janji Se Ryung.
Se Ryung : Dalam
kehidupan ini, kita akan menjadi satu.
Se Ryung juga duduk
di kamar dan teringat janji Seung Yoo.
Seung Yoo :
Sekarang, kita adalah suami istri. Sejauh apapun kita terpisah, kita akan
menjadi bayangan satu sama lain.
Se Ryung lalu
menggenggam cincin yang ada di jarinya, dan menangis.
“Ini pemberontakan
Yang Mulia. Komandan Hamgil-do, Gang Hyo Mun, tewas.” Ucap Kwon Ram.
“Apa maksudmu? Jadi
semua wilayah Hamgil-do sudah jatuh ke tangan pemberontak?” tanya Sooyang kaget.
“Kecuali Hamheung,
Yang Mulia.” Jawab Shin Sook Joo.
“Siapa pemberontak
kali ini?” tanya Sooyang.
“Mantan komandan
Hamgil-do, Lee Shi Ae dan….” Kwon Ram tidak melanjutkan kata2nya.
“Kenapa kau diam?
Cepat katakan.” Ucap Sooyang.
“Dan Kim Seung Yoo.”
jawab Kwon Ram.
Sooyang marah, “Kim
Seung Yoo? Sampai kapan aku harus mendengar nama pria itu! Apa sebenarnya yang
kalian lakukan? Apa aku bertakhta hanya
untuk mengerahkan kekuatan melawan Kim Seung Yoo dan pemberontak itu!”
“Maafkan saya.”
jawab Shin Sook Joo.
“Petugas Shin, ini
semua terjadi karena kau yang tidak menyingkirkan Kim Seung Yoo dari dulu!”
ucap Sooyang.
“Maafkan saya.”
jawab Myun.
“Aku tidak ingin
mendengar kata itu! Ini kesempatan terakhir. Kuangkat kau menjadi Komandan
Hamgil-do. Kau harus memenggal kepala Kim Seung Yoo dan menghabisi semua
pemberontak!” ucap Sooyang.
“Baik.” Jawab Myun.
“Semua keluar,
kecuali Kepala Seketaris Kerajaan.” Ucap Sooyang.
Semua pun beranjak
keluar, kecuali Myung Hoe.
Diluar, Kwon Ram
bicara pada Shin Sook Joo. Ia berkata Sooyang menjadi sangat sensitive. Shin
Sook Joo berkata ini karena Sooyang merasa cemas. Kwon Ram pun penasaran alasan
Sooyang memanggil Myung Hoe.
Rupanya Sooyang menyuruh Myung Hoe memimpin pasukan dan mengikuti Myun. Myung Hoe heran. Sooyang berkata tidak bisa lagi mempercayai Myun. Ia pun menyuruh Myung Hoe memenggal kepala Sooyang, walaupun harus mengorbankan Myun, tidak masalah. Myung Hoe berkata jika anjing pemburu sudah tidak bisa digunakan untuk memburu lagi, maka anjing pemburu itu sudah tidak ada gunanya lagi.
Se Ryung sedang menyulam.
Yeo Ri masuk dan tanya, “Apa anda membuat ini untuk anak Putri Kyung Hee?”
Se Ryung hanya tersenyum
dan mengangguk. Lalu, dengan berat hati, Yeo Ri mengingatkan Se Ryung kalau
sudah waktunya. Se Ryung menghela napas dan meletakkan sulamannya.
Yeo Ri ngomel, “Benar2
Tuan yang aneh. Kenapa harus anda yang menyiapkan tempat tidurnya.”
“Aku akan segera
kembali.” Jawab Se Ryung, lalu berdiri.
“Ludahi dulu selimutnya
dan kembali.” Ucap Yeo Ri.
Se Ryung hanya tersenyum
tipis dan pergi.
Myun pulang dan sang ayah
sudah menunggunya. Sang ayah memberitahu ttg Sooyang yang menyuruh Myung Hoe
memimpin pasukan dan mengikuti Myun. Ternyata Myun juga merasa kalau Sooyang
sudah tidak mempercayainya lagi.
Shin Sook Joo lalu
mengingatkan Myun bahwa Sooyang bukanlah orang yang akan mempercayai seseorang
jika orang itu gagal membuat dirinya percaya. Ia pun meminta anaknya untuk
mencabut nyawa Seung Yoo bagaimana pun caranya, karena jika sang anak gagal
mencabut nyawa Seung Yoo, maka nyawa sang anak yang akan menjadi taruhannya.
Myun lalu menyadari Se
Ryung ada di dekat mereka. Myun tanya Se Ryung mau kemana. Dengan perasaan
takut dan marah, Se Ryung berkata akan menyiapkan tempat tidur Myun. Se Ryung
pun pergi. Shin Sook Joo tanya apa yang akan dilakukan Myun pada Se Ryung. Myun
berkata karena Se Ryung budaknya, maka suka2 ia mau melakukan apapun pada Se
Ryung. Shin Sook Joo tanya lagi apa Myun akan membawa Se Ryung ke Hamgil-do.
Myun diam saja.
Se Ryung merapikan tempat
tidur Myun sambil mengingat percakapan Myun dan Shin Sook Joo. Myun lalu
datang. Se Ryung bersikap dingin dan terus merapikan tempat tidur Myun.
“Apa kau mau pergi ke
Hamgil-do?” tanya Myun.
Se Ryung terperanjat,
tapi ia diam saja.
“Kenapa diam saja?
Bukannya kau bisa bertemu dengan kekasihmu jika kau pergi ke sana?” tanya Myun.
“Meskipun dia tidak ada
disisiku, bukan berarti kami tidak bersama.” Jawab Se Ryung.
Myun marah dan
mencengkram tangan Se Ryung.
“Aku akan membawamu ke
sana. Akan kubunuh dia di depanmu, sehingga kau tidak akan lupa.” Ucap Myun.
“Suamiku tidak akan
tertangkap semudah itu.” jawab Se Ryung sambil menatap tajam Myun.
“Kalau begitu ayo pergi.
Kita lihat siapa yang benar. Kau atau aku?” ucap Myun.
Se Ryung menghempaskan
tangan Myun, lalu pergi. Yeo Ri menunggu Se Ryung dengan gelisah. Begitu Se
Ryung muncul, Yeo Ri langsung tanya kenapa Se Ryung lama sekali? Apa terjadi
sesuatu?
Se Ryung menahan
tangisnya, “Yeo Ri-ya, dia pasti selamat kan? Dia membuat semua orang cemas
seperti ini.”
Sooyang minum2 sendirian.
Ratu masuk dan mencemaskan Sooyang, “Kenapa anda ada di sini? Anda bahkan
minum2 di kamar anak yang sudah meninggal.”
“Kamar kosong ini benar2
membuatku merasa sedih.” Jawab Sooyang.
“Kudengar Petugas Shin
telah menjadi komanan di Hamgil-do. Jika Petugas Shin membawa Se Ryung ke sana,
apa yang harus kita lakukan?” tanya Ratu.
“Aku sudah memberikannya
pada Petugas Shin, jadi aku tidak peduli.” Jawab Sooyang.
“Saya tidak mau
kehilangan anak lagi. Kehilangan Soong sudah membuat separuh dari nyawa saya
hilang. Anda tidak boleh membiarkan Se Ryung…. dan juga, bukankah disana ada
Kim Seung Yoo?” ucap Ratu berkaca2.
“Keluar.” Jawab Sooyang.
“Jika sesuatu terjadi
pada Se Ryung, saya tidak akan memaafkan Yang Mulia. Selama saya bisa
melindungi anak saya, saya akan melakukan apapun.” Ucap Ratu, lalu beranjak
pergi.
Sooyang diam saja dan
memandang kepergian istrinya dengan wajah sedih.
Sooyang ingat detik2
kematian Soong. Ia marah dan membalikkan meja minuman di depannya.
Putri Kyung Hee, ditemani
Eun Geum, sedang menenangkan Mi Soo yang rewel.
“Maafkan ibu. Karena ini
pertama kalinya aku menjadi ibu, aku selalu telat memberimu makan. Jangan
menangis lagi, Mi Soo.” Ucap Putri.
Lalu pelayan datang,
memberitahukan ada tamu. Ternyata Ratu. Putri Kyung Hee terperanjat.
Ratu menggendong Mi Soo.
Ia minta maaf karena membiarkan Putri Kyung Hee melahirkan dalam lingkungan
seperti itu.
“Apa yang membawamu ke
sini?” tanya Putri dingin.
“Kembalilah ke istana
bersamaku.” Jawab Ratu.
Putri kaget.
“Demi anak ini, kau tidak
bisa melanjutkan hidupmu sebagai budak pemerintahan. Aku akan bicara pada Yang
Mulia untuk membebaskanmu.” Ucap Ratu lagi.
“Yang kubutuhkan bukanlah
itu.” jawab Putri.
“Aku mengerti. Tidak
mungkin kau bisa membuka hatimu semudah itu. Tapi sekarang kau seorang ibu. Kau
tidak boleh memikirkan dirimu sendiri. Kalau kau tidak suka istana, kau bisa
tinggal di kuil.” Ucap Ratu.
“Kenapa kau bersikap
seperti ini?” tanya Putri.
“Se Ryung akan pergi ke
Hamgil-do. Aku ke sini untuk menebus kesalahan di masa lalu demi anak2ku. Aku
datang sebagai seorang ibu.” Jawab Ratu berkaca2.
Paginya, Myun sedang
bersiap2 untuk pergi ke Hamgil-do. Putri datang dan mencari se Ryung. Myun
menemui Putri.
“Anda datang untuk
menemui Nona Se Ryung?” tanya Myun.
Myun lalu melirik Mi Soo.
“Apa itu… bayi Jong? Siapa namanya?”
“Aku tidak sudi kau
menyebut nama anakku dengan mulut kotormu!” jawab Putri pedas.
Myun menatap lembut Mi
Soo. Ia lalu mengizinkan Putri bertemu Se Ryung.
Se Ryung keluar dan
bertemu Putri. Putri tersenyum pada Se Ryung. Se Ryung juga senyum pada Putri.
Mereka lalu bicara di
dalam. Se Ryung menggendong Mi Soo dan Putri melihat baju bayi hasil sulaman Se
Ryung.
“Ini cantik sekali. Kapan
kau membuat semua ini?” tanya Putri.
“Meskipun ini tidak
banyak, tapi ini dari hatiku.” Jawab Se Ryung.
Putri lalu melihat cara
Se Ryung menggendong Mi Soo.
“Caramu menggendong Mi
Soo, sama seperti ibumu.” Ucap Putri.
Se Ryung heran.
“Belum lama ini, ibumu
datang menemuiku. Dia berjanji akan membebaskanku. Aku menerimanya demi Mi Soo.
Aku akan tinggal di Kuil Seung Bup.” Ucap Putri.
“Kau sudah mengambil
keputusan yang baik.” Jawab Se Ryung.
“Kudengar kau akan pergi
ke Hamgil-do. Apa kau akan bertemu Kim Seung Yoo? Jangan bilang kau sudah
melupakannya.” Ucap Putri.
“Bagaimana mungkin aku
melupakannya? Meskipun dia jauh, tapi aku merasa dia selalu berada di sisiku.
Ekspresi matanya yang penuh arti, sentuhannya yang hangat, suaranya yang penuh
cinta, tidak peduli berapa lama waktu berlalu, semua semakin terasa jelas.”
Jawab Se Ryung.
“Aku juga… aku juga sama
sepertimu. Hanya dengan pergi ke kuburannya saja, aku bisa merasakan dia
menyambutku dengan bahagia.” Ucap Putri.
Seung Yoo sibuk melatih
pasukan. Seok Joo dan Heung Soo sibuk memberi petunjuk. Shi Ae lalu datang.
Shi Ae : Komandan baru
akan segera tiba. Aku sudah mengirim orang untuk menyelidikinya, jadi kita akan
mengetahuinya sebentar lagi.
Rombongan Myun memasuki
Hamgil-do. Myun menatap Se Ryung dan Yeo Ri yang berjalan di belakangnya. Myun
lalu tanya ke Jae Beon berapa jumlah tentara pemberontak. Jae Beon belum tahu,
tapi penduduk melindungi tentara pemberontak itu.
Seung Yoo dan antek2nya
mengadakan pertemuan lagi. Ia kaget saat tahu komandan baru itu adalah Myun.
Shi Ae ingin tahu berapa jumlah pasukan Myun. Anak buah Shi Ae berkata tidak
banyak, hanya sebagian. Seung Yoo mengajak mereka memata2i pergerakan Myun. Ia
yakin Myun akan menyerang duluan.
“Ini adalah tanah Kim
Jong Seo. Kita harus membuat tanah ini menjadi milik Yang Mulia. Pilih prajurit
yang handal. Tempatkan mereka di garis depan dan selidiki geografi Hye Ning.
Fokus mencari lokasi persembunyian para pemberontak.” Ucap Myun.
Se Ryung kebetulan jalan
ke arah mereka dan itu membuat Myun marah.
“Berjalan seperti kucing,
apa kau mau mencuri dengar? Apa kau ingin mengatakannya pada suamimu itu? Pergi
dan katakana padanya, kalau ia akan segera bertemu ayahnya di akhirat.” Ucap
Myun, lalu pergi.
Seok Joo menemui Seung
Yoo. Ia heran, Shin Myun itu mengikutimu sampai ke sini. Apa ini takdir? Dia
bahkan tidak melepaskan tempat sekecil ini.
Seung Yoo yang masih
mikirin Se Ryung, tanya apa Seok Joo tidak menyesal mengikutinya ke Hamgil-do?
“Apa yang harus disesali?
Aku tidak melakukan apa2 selain pulang ke rumah.” Jawab Seok Joo.
Seung Yoo kaget, rumah?
Ini kampung halamanmu?
“Ceritanya panjang.
Jenderal Kim Jong Seo telah membangun enam perkampungan di tanah terlantar ini.
Tidak ada siapa pun di sini. Jadi, ayah dan ibuku yang awalnya terlahir sebagai
budak, dibebaskan oleh beliau dan dizinkan hidup di sini sebagai org normal. Di
mata ayahku, ayahmu lebih terhormat daripada Raja. Ayahku berterima kasih dalam
hatinya sampai ia menutup matanya. Rasa terima kasih ini akan kukembalikan pada
anaknya.” Jawab Seok Joo.
No Geol yang tertidur di
bawah pohon, tiba2 terbangun dan kaget melihat beberapa prajurit. Ia pun
langsung menembakkan panah ke Seung Yoo dan Seok Joo sbg tanda. Seung Yoo dan
Seok Joo kaget mendapatkan tanda dari No Geol.
Seung Yoo dan Seok Joo
menghadang para prajurit itu dan membunuhnya hanya dengan sekali tebas.
Jae Beon yang ada di
markas kaget melihat anak buahnya kembali tanpa nyawa.
Se Ryung cemas memikirkan
nasib Seung Yoo. Yeo Ri yg sadar kegelisahan Se Ryung tanya ada apa?
Se Ryung : Apa dia bisa
menghindari pedang dari orang yang sangat ingin membunuhnya?
Yeo Ri menghibur Se
Ryung, bukankah dia sudah berjanji akan kembali? Anda pernah berkata kalau dia
adalah pria yang memegang kata2nya.
Se Ryung lalu menekan
dadanya. Ia terlihat seperti kurang sehat. Yeo Ri cemas dan berkata akan
mengambil obat dan segera kembali.
Myun kaget, “Jadi semua
orang yang kukirim mati?”
“Maafkan saya. Prediksi
anda benar, Tuan. Sepertinya markas pemberontak ada di Hutan Hoe Ryeong.” Jawab
Jae Beon.
“Jika mereka bersembunyi
di hutan, tidak ada yang bisa kita lakukan karena kita tidak mengenal hutan
ini.” ucap Myun.
Lalu Myung Hoe muncul dan
berkata kalau mereka harus memancing para pemberontak keluar dari hutan. Myun
dan Jae Beon memberi hormat. Myung Hoe duduk dan menghela napasnya. Myun tanya
apa Myung Hoe punya ide yang lebih bagus.
“Sebenarnya umpan sudah
berada di tangan anda Petugas Shin.” Jawab Myung Hoe.
“Maksud anda…?” tanya
Myun yang mulai mengerti.
“Apa yang lebih baik
daripada memancing pria keluar dengan wanita? Benar, Nona Se Ryung. Manfaatkan
cinta mereka. Lalu lihat bagaimana dia akan bereaksi. Besok kirim pesan ke
markas pemberontak. Katakan Nona Se Ryung ada di tangan kita dan Kim Seung Yoo
harus datang sendiri untuk menyelamatkannya.” Jawab Myung Hoe.
“Haruskah anda
menggunakan cara ini?” tanya Myun.
“Sekarang aku sadar
kenapa Yang Mulia mengirimku ke sini. Petugas Shin, jika kau gagal lagi
menangkap Kim Seung Yoo, Yang Mulia akan benar2 marah padamu.” Jawab Myung Hoe.
Yeo Ri rupanya mendengar
percakapan itu dan langsung lari menemui Se Ryung. Tanpa disadari Yeo Ri, Jae
Beon melihatnya.
“Pesan? Mereka berencana
menggunakanku untuk memancing dia keluar?” tanya Se Ryung kaget.
“Iya. Mereka berkata akan
mengirimkan pesan ke markas pemberontak . Dan dia harus datang sendiri
menyelamatkan ada, Tuan Putri.” Jawab Yeo Ri.
“Tidak boleh.” Ucap Se
Ryung cemas.
“Bersembunyilah dulu.
Tidak akan terjadi apa2 kalau anda tidak ada di sini.” Jawab Yeo Ri.
“Meskipun aku tidak ada
di sini, mereka akan tetap mengirimkan pesan itu padanya. Aku harus pergi
menemuinya.” Ucap Se Ryung.
“Tapi anda tidak tahu
apa2 kecuali lokasinya di sekitar Hutan Hoe Ryeong.” Jawab Yeo Ri.
“Dimana kudanya?” tanya
Se Ryung lagi.
Se Ryung melarikan diri
dengan kuda. Jae Beon melihatnya dan mencoba menghadang tapi Se Ryung menerjang
Jae Beon dengan kudanya membuat Jae Beon jatuh. Jae Beon menyuruh pengawal
mengejar Se Ryung.
“Apa? Tuan Putri menghilang?”
tanya Myun kaget saat mendapat laporan dari Jae Beon.
“Dia melarikan diri
dengan kuda.” Jawab Jae Beon.
“Apa dia mendengarkan
percakapan kami?” tanya Myung Hoe.
“Aku melihat pelayannya
berdiri diluar.” Jawab Jae Beon.
“Jadi dia akan pergi menemui
Kim Seung Yoo? Benar2 Putri yang pemberani.” Ucap Myung Hoe.
Myun dan Jae Beon
langsung ke kamar Se Ryung untuk mencari Yeo Ri. Myun mencengkram lengan Yeo Ri
dan tanya kemana Se Ryung.
“Saya tidak tahu.” jawab
Yeo Ri.
“Dia berbohong. Kau jelas2
sudah mencuri dengar pembicaraan Petugas Shin.” Ucap Jae Beon.
“Tuan Putri sakit perut. Saya
pergi keluar untuk mencari obat. Kalau anda tidak percaya, anda boleh
melihatnya sendiri. Saat saya kembali, ruangan ini sudah kosong.” Jawab Yeo Ri
menunjukkan bukti obat yang dibawanya.
“Aku tahu kau berbohong.
Tunggu sampai Tuan Putri tertangkap. Saat itu belum terlambat untuk
menghukummu.” Ucap Myun.
Se Ryung sudah sampai di
hutan. Ia kebingungan. Tiba2 dua prajurit pemberontak menghadangnya. Se Ryung
pun turun dari kudanya.
“Siapa kalian? Apa kalian
para pemberontak? Ada yang harus kukatakan. Biarkan aku bertemu Kim Seung Yoo.”
ucap Se Ryung.
Salah satu prajurit ingat
pernah melihat Se Ryung dimana. Ia ingat melihat Se Ryung dalam rombongan Myun.
Mereka pun berpikir Se Ryung adalah mata2 yang dikirim Myun. Mereka pun
langsung mengikat Se Ryung.
“Semua orang yang mereka
kirim berhasil kita habisi. Aku rasa mereka tidak akan bertindak gegabah.” Ucap
Shi Ae.
“Pasukan Han Myung Hoe
akan segera datang. Sebelum lokasi persembunyian ini diketahui, kita harus
melancarkan perlawanan untuk melumpuhkan kaki dan tangan musuh.” Jawab Seung
Yoo.
“Aku mengerti. Kita akan
membahas detailnya besok pagi.” Ucap Shi Ae.
Seung Yoo, Seok Joo dan
No Geol keluar. Mereka berpapasan dengan dua prajurit yang menangkap Se Ryung.
Prajurit itu melapor pada Shi Ae kalau musuh mengirimkan mata2 seorang wanita
yang berkuda di hutan. Shi Ae heran, mata2?
“Dia adalah budak
komandan yang baru? Tapi anehnya ia terus menanyakan Tuan Kim Seung Yoo.
Bagaimana ini tuan? Apa kami harus membunuhnya dan mengembalikan mayatnya
seperti sebelumnya?”
“Lakukan saja.” Suruh Shi
Ae.
Kedua prajurit itu pun
pergi. Shi Ae menemui Seung Yoo diluar.
“Anak buahku menangkap
seorang budak wanita dari komandan yang baru.” Ucap Shi Ae.
“Budak wanita?” tanya
Seung Yoo.
“Kami kira dia mata2,
jadi aku minta mereka untuk membunuhnya dan mengirimkan mayatnya seperti
sebelumnya. Wanita biasa dengan keberanian luar biasa. Dia datang dengan
menunggang kuda dan terus menyebut namamu.” Jawab Shi Ae.
“Budak wanita Shin Myun
datang dengan mengendarai kuda?” tanya Seung Yoo.
Seung Yoo pun sadar siapa
budak itu. Ia langsung lari secepat kilat membuat Shi Ae bingung. Seok Joo
berkata tidak ada apa2 dan mengajak Shi Ae masuk.
Se Ryung dibawa ke sungai
dengan tangan terikat.
“Kumohon padamu,
dengarkan aku. Biarkan aku bertemu Kim Seung Yoo. Tunjukkan cincin ini padanya
dan dia akan mengenaliku. Kau bisa menyampaikan pesanku padanya….”
Mata Se Ryung mulai
ditutup oleh kain.
“… kumohon.” pinta Se
Ryung.
Dua prajurit tadi datang
dan menyuruh rekannya membunuh Se Ryung. Prajurit itu pun mengayunkan pedangnya
ke Se Ryung, namun Seung Yoo datang tepat waktu. Ia menangkis pedang itu.
Si prajurit heran, Tuan,
kenapa anda ke sini?
Seung Yoo memberi kode
agar mereka semua pergi.
“Apa aku boleh tahu siapa
kau? Karena kau sudah menyelamatkan nyawaku, aku sangat berterima kasih. Aku
punya satu permintaan. Tolong bawa aku bertemu dengan Tuan Kim Seung Yoo. Aku
harus mengatakan sesuatu padanya. Ini menyangkut hidup dan matinya. Kumohon.” Ucap
Se Ryung.
Seung Yoo tertegun. Ia
lalu berlutut dan memegang wajah Se Ryung. Se Ryung awalnya menghindar, namun
tiba2 ia seperti mengenali sentuhan Seung Yoo.
“Apa mungkin kau….”
Seung Yoo pun membuka
penutup mata Se Ryung. Ia terkejut melihat wanita yang ada di depannya benar2
Se Ryung. Sementara Se Ryung lega karena sudah bertemu Seung Yoo.
BERSAMBUNG
0 Comments:
Post a Comment