“Bagaimana kau bisa sampai ke sini?” tanya Seung Yoo bingung.
“Itu tidak penting.
Petugas Shin ingin menggunakanku sebagai umpan untuk memancingmu keluar, Guru.
Jangan tertipu oleh trik apapun yang mereka mainkan.” Jawab Se Ryung.
“Hanya untuk mengatakan
ini, kau datang ke sini?” tanya Seung Yoo berkaca2.
Se Ryung mengangguk.
“Saat kau ke sini, apa
ada orang yang mengikutimu?” tanya Seung Yoo.
“Aku benar2 minta maaf.
Karena aku harus mengendarai kuda, anak buah orang itu memergokiku.” Jawab Se
Ryung.
“Aku mengerti. Kita harus
ke perkemahan sekarang dan memberitahukan ini pada orang2 di sana.” Ucap Seung
Yoo.
Se Ryung mengangguk.
Myun marah2 dan menyuruh
Jae Beon mengumpulkan pasukan untuk menyisir hutan itu.
Jae Beon tidak setuju.
“Ini terlalu ceroboh. Masuk ke markas musuh di tengah malam seperti ini,
terlalu berbahaya.”
“Apa kau tidak mau
mematuhi perintahku?” tanya Myun kesal.
Jae Beon pun tak bisa
berbuat apa2 selain menuruti perintah Myun.
Seung Yoo membawa Se
Ryung menemui yang lainnya. Wajah Chohi, Muyeong dan Soaeng tampak kesal.
Soaeng bahkan menyindir kalau Se Ryung tergila2 pada seorang pria.Muyeong tidak
sependapat. Ia memuji keberanian Se Ryung. Lalu, Shi Ae dan pasukannya datang.
“Siapa wanita ini?” tanya
Shi Ae.
“Dia istri saya.” jawab
Seung Yoo.
Semua kaget. Heung Soo
memasang wajah tidak suka. Shi Ae lalu menyuruh Seung Yoo masuk ke dalam. Seung
Yoo meminta Se Ryung menunggu sebentar karena mereka harus mendiskusikan
sesuatu. Se Ryung nurut. Seung Yoo minta Muyeong menjaga Se Ryung.
“Jadi mereka berencana
menggunakan istrimu untuk membuatmu keluar?” tanya Shi Ae.
“Ya. Shin Myun dan
pasukannya akan segera tiba di sini.” Jawab Seung Yoo.
“Kita harus memberi
peringatan pada pasukan lain.” Ucap Shi Ae.
“Terlalu berisiko
mengumpulkan pasukan di tengah malam begini. Itu hanya akan memberikan
kesempatan bagi mereka untuk menyerang kita.” jawab Seung Yoo.
“Jadi maksudmu kita harus
bertempur dengan pasukan yang ada di perkemahan ini saja?” tanya Seok Joo.
Seung Yoo hanya menjawab
dengan senyuman.
Pasukan Shi Ae sudah siap
untuk bertempur. Seung Yoo menghampiri Se Ryung sebentar. Tanpa mengucapkan
sepatah kata pun, ia beranjak pergi. Se Ryung melepaskan kepergian Seung Yoo
dengan senyuman.
Seung Yoo dan pasukan pemanah
sembunyi di semak2.
“Sebelum aku memberi
perintah, jangan melakukan apapun.” Ucap Seung Yoo.
Myun dan pasukannya mulai
mendekat. Mereka akhirnya menemukan perkemahan Seung Yoo cs.
Seok Joo dan No Geol
duduk di depan api unggun. No Geol kepengen pipis. Seok Joo diam saja dan
menghela napas. No Geol lalu melihat kedatangan Myun. Ia panic. Seok Joo pun
mengajak No Geol pergi.
“Kecuali wanita, bunuh
mereka semua!” perintah Myun.
Pasukan pun mulai
menyerbu ke dalam tenda. Tapi mereka keluar lagi dengan wajah bingung. Myun
melihat api unggun. Jae Beon sadar itu jebakan.
Seung Yoo memberi
perintah menembak. Ratusan anak panah pun melesat ke arah pasukan Myun. Myun
dan Jae Beon kaget.
Pertempuran pun dimulai. Seung Yoo berhasil membunuh banyak
pasukan Myun. Begitu pula Myun. Jae Beon mengajak Myun mundur. Myun awalnya
tidak setuju, tapi Jae Beon memaksa dengan berkata jika terus seperti ini,
pasukan mereka bisa habis. Dengan wajah kesal Myun pun berteriak untuk mundur.
Myun dan pasukannya
bergegas pergi, tapi langkah mereka dihadang oleh pasukan yg lain. Myun dan
pasukannya yang masih tersisa mati2an menghadapi mereka. Seung Yoo melihat ada
kesempatan untuk menyerang Myun. Maka, ia pun melemparkan pedangnya ke arah
Myun. Jae Beon yang melihat itu pun menjadikan dirinya tameng untuk melindungi
Myun. Pedang Seung Yoo menembus tubuh Jae Beon.
Myun syok, Jae Beon!
“Tuan, cepat pergi.”
Pinta Jae Beon.
Setelah mengatakan itu,
Jae Beon pun meninggal dunia.
Heung Soo minta Seung Yoo
menarik pasukan. Seung Yoo cs pun kembali ke perkemahan. Myun syok atas
kematian Jae Beon. Para wanita sudah menunggu kedatangan Seung Yoo cs. Keduanya
pun saling tersenyum tipis. Seung Yoo mengajak Se Ryung masuk.
“Tempat ini sudah tidak
aman. Mereka pasti akan datang dengan pasukan yang lebih banyak.” ucap Shi Ae.
“Pertama, kita harus
memindahkan markas.” Jawab Heung Soo.
“Bukankah tanah yang bisa
kita gunakan hanya ini?” tanya Seung Yoo.
“Perang besar seperti ini
pasti akan terjadi lagi.” Jawab Shi Ae.
“Perang ini tidak bisa
dihindari lagi.” Ucap Seung Yoo.
Para wanita sibuk
mengobati para prajurit yang terluka. Seung Yoo datang dan melihat Se Ryung
tanpa bicara sedikit pun. Se Ryung menyadari kedatangan Seung Yoo. Ia langsung
menghampiri Seung Yoo dan melihat tangan Seung Yoo yang terluka. Seung Yoo baru
sadar tangannya luka.
Se Ryung mengobati luka
Seung Yoo di dalam.
“Jadi selama ini kau
tinggal di Kediaman Myun?” tanya Seung Yoo.
“Dia tidak berani
melakukan apapun padaku.” Jawab Se Ryung.
“Aku tidak tahu kau tinggal
di sana. Aku selalu percaya kau akan hidup dengan baik.” Ucap Seung Yoo.
“Berpikir kalau suatu
hari kau akan datang menjemputku, ini bukanlah sesuatu yang berat untuk
ditahan.” Jawab Se Ryung.
Se Ryung lalu mengamati
noda darah yang ada wajah Seung Yoo.
“Darah yang ada di
tubuhku, apa kau tidak suka?” tanya Seung Yoo.
Se Ryung menggeleng, lalu
berdiri dan menarik Seung Yoo ke dalam pelukannya.
“Setiap pertempuran… saat
aku kembali dengan tubuh penuh darah segar, aku sendiri… apa aku manusia… atau
monster… aku tidak yakin.” Ucap Seung Yoo.
“Bagiku, kau adalah orang
yang kurindukan.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo lalu berdiri
dan membelai wajah Se Ryung.
“Aku akan keluar
sekarang. Aku akan tidur di tenda. Kau tidur lah di sini.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung mengangguk.
Setelah Seung Yoo pergi, Se Ryung menekan dadanya lagi.
Myun menguburkan mayat
Jae Beon di tengah hutan. Ia menatap mayat Jae Beon dengan pandangan kosong.
Saat prajurit mulai menabur tanah, Myun menyuruh mereka berhenti.
“Aku bahkan belum
mengucapkan terima kasih padamu. Kau yang selalu mendukung cara berpikirku yang
bodoh. Melindungi aku yang tidak berguna ini. Aku benar2 berterimakasih.” Ucap
Myun.
Myun menangis lalu
menyuruh prajurit mengubur Jae Beon.
“Apa yang terjadi pada
Petugas Shin?” tanya Sooyang.
“Seharusnya saat ini dia
sudah berhasil menangkap Kim Seung Yoo.” jawab Kwon Ram.
“Tapi kenapa belum ada
kabar? Atau jangan2 dia masih menganggap Kim Seung Yoo temannya.” Ucap Sooyang.
“Itu tidak mungkin.”
bantah Shin Sook Joo.
“Sebagai ayahnya, tentu
saja kau mengatakan itu. Jika Petugas Shin memutuskan bergabung dengan Kim
Seung Yoo, apa yang harus kulakukan?” ucap Sooyang.
Shin Sook Joo kaget, Yang
Mulia.
“Aku hanya bercanda.
Petugas Shin tidak akan meninggalkanmu di sini, di dekatku dan mengkhianatiku.”
Jawab Sooyang sambil tertawa.
Shin Sook Joo dan Kwon
Ram diam saja. Tawa Sooyang lebih mirip sebuah ancaman.
Seung Yoo mengecek para
penjaga. Ia lalu bertemu Se Ryung. Keduanya saling melempar senyum.
Keduanya lalu duduk di
dekat sungai.
“Duduk di sini rasanya
sangat damai.” Ucap Se Ryung.
“Aku kadang2 duduk di
sini.” Jawab Seung Yoo.
“Apa kau merasa lelah?”
tanya Se Ryung.
“Kalau aku merasa lelah
atau merindukan seseorang, aku akan datang ke sini.” Jawab Seung Yoo.
Se Ryung tersenyum tipis.
“Akan ada pertempuran
besar hari ini. Seluruh Hamgil-do akan jadi medan pertempuran. Jadi tolong
kembali ke Kuil Seung Bup dan tunggu aku di sana.” Ucap Seung Yoo.
“Aku tidak akan kemana2.”
Jawab Se Ryung.
“Membiarkanmu pergi lebih
sulit daripada mati. Tapi membiarkanmu tetap tinggal di tempat berbahaya
seperti ini, aku tidak akan bisa pergi bertempur.” Ucap Seung Yoo.
“Kumohon kembalilah
hidup2. Kembalilah ke sisiku hidup2.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo pun tersenyum
dan mengangguk.
Myung Hoe menunjukkan
sebuah surat pada Myun.
“Ini adalah surat rahasia
Yang Mulia. Yang Mulia sangat marah karena kau belum juga berhasil menangkap
Kim Seung Yoo. Pada pertempuran kali ini, kau harus berhasil membunuh Kim Seung
Yoo. Hanya dengan cara ini, kau bisa mendapatkan kembali kepercayaan Yang
Mulia.” Ucap Myung Hoe.
“Aku akan melakukannya.”
Jawab Myun.
Seung Yoo dan Se Ryung
jalan sambil bergandengan tangan. Yang lain juga sudah bersiap2 untuk
berangkat. Soaeng bilang tidak mau pergi. No Geol justru berkata sebaliknya,
membuat ia mendapatkan pukulan dari Seok Joo. Seok Joo lalu menatap Chohi.
“Jangan pergi ke Bing Ok
Gwan. Bersembunyi lah di tempat yang aman.” Ucap Seok Joo.
“Jika kau berani mati,
aku tidak akan memaafkanmu.” Jawab Chohi.
Seok Joo tersenyum dan
menggenggam tangan Chohi. Chohi balas menggenggam tangan Seok Joo.
“Kali ini kita tidak akan
terpisah lagi.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung tersenyum dan
memeluk Seung Yoo.
“Cepatlah pergi.”
Terdengar suara Seok Joo.
Seung Yoo cs lagi
membahas lokasi penyergapan. Tiba2, seorang prajurit datang dan memberitahu
kalau pasukan dari Hamheung sudah mulai bergerak. Shi Ae tanya berapa banyak
jumlahnya. Prajurit itu berkata sepertinya untuk penyerangan penuh.
Myun sudah bersiap dengan
pasukannya. Myun menatap ke langit, dan memejamkan matanya. Ia mulai terlihat
lelah dengan pertarungan itu.
Sementara itu, Seung Yoo
dan pasukannya juga sudah menunggu kedatangan Myun.
Dan Myung Hoe bersama
pasukannya menunggu di semak2.
“Mereka adalah
pemberontak! Jangan biarkan satu pun dari mereka hidup!” teriak Myun.
“Mereka adalah anjing
Sooyang! Kita akan membunuh mereka semua dan menuju ibukota!” balas Seung Yoo.
Perang pun dimulai. Myung
Hoe memberi kode pada pasukan pemanahnya. Sepertinya mereka bersiap menembakkan
panah.
Seung Yoo membunuh banyak
prajurit Myun. Begitupula dengan Myun. Dan akhirnya keduanya kini berhadapan.
“Kau…. brengsek, hari ini
kau akan mati di tanganku.” Ucap Myun.
“Apa kau tidak merasa
malu pada Jong?” balas Seung Yoo.
Keduanya lalu bertempur
dengan sengit. Myun hampir berhasil menjatuhkan Seung Yoo, namun Seung Yoo
memeluk pinggang Myun dan mendorongnya. Tapi Myun berhasil mendorong Seung Yoo
hingga Seung Yoo jatuh terguling2. Kini, mereka saling adu kekuatan pedang.
“Kita tidak boleh
melepaskan kesempatan ini. Tembakkan panah ke arah Kim Seung Yoo.” ucap Myung
Hoe.
“Tapi, Petugas Shin ada
di sana.” Jawab sang kapten.
“Kita tidak boleh
melewatkan kesempatan ini. Cepat tembak!” suruh Myung Hoe.
Akhirnya kapten memberi
perintah pasukannya untuk menembah.
Seung Yoo dan Myun masih
bertarung. Myun pun tertembak panah di punggungnya. Tak tanggung2, 3 anak
panah! Seung Yoo kaget. Myun juga. Seok Joo dan No Geol pun juga kaget. Seung
Yoo lari menarik Myun untuk bersembunyi.
“Mereka orang2nya Sooyang
kan? Kenapa mereka menembakkan panah ke arahmu!” teriak Seung Yoo.
“Kau, dasar brengsek… kenapa
kau menyelamatkanku?” tanya Myun.
Lalu Seung Yoo kena anak
panah di lengannya.
“Ayo pergi.” Ucap Seung
Yoo.
Myun menolak dan teringat
saat2 dirinya masih bersahabat dengan Seung Yoo dan Jong.
“Kalian selalu…
menjadikanku bahan tertawaan. Aku akan pergi menemui Jong dulu. Pergilah!” ucap
Myun.
Myun lalu mendorong tubuh
Seung Yoo, kemudian berdiri. Seketika anak panah menghujam tubuhnya. Myun jatuh
terduduk dalam kondisi tidak bernyawa. Seung Yoo menutup mata Myun.
“Lupakan semuanya, Shin
Myun. Dan pergilah.” Ucap Seung Yoo.
Seung Yoo lalu berdiri,
mencabut pedangnya dan berjalan menghampiri musuh dengan wajah murka. Shi Ae
dan pasukannya teriak, SERANG! Seung Yoo pun maju menyerang musuh.
Peperangan selesai. Pihak
Seung Yoo menang. Shi Ae senang sekali. Seung Yoo yakin Sooyang akan
mengirimkan pasukan lebih banyak lagi. Shi Ae meminta Seung Yoo memimpin
pasukan. Seung Yoo menolak dan berencana menyerang Sooyang di ibukota karena
seluruh pasukan Sooyang sedang focus di Hamgil-do.
Shi Ae setuju. Ia
menyuruh Seung Yoo berangkat duluan. Dan setelah mendapatkan pesan dari Seung
Yoo, ia akan mengirimkan pasukannya diam2.
Sooyang marah, kenapa
tidak juga berhasil menekan kekuatan para pemberontak! Apa aku harus melihat
Kim Seung Yoo dan Lee Shi Ae sampai kemari? Bahkan sampai kematiannya, Petugas
Shin tidak berhasil menyelesaikan misinya.
Kwon Ram membela Myun, “Petugas
Shin sebagai anggota militer sudah melakukan yang terbaik.”
“Itu suatu kehormatan
baginya mati di medan perang!” teriak Sooyang.
Shin Sook Joo diam saja.
“Kau pasti bersedih.
Pergilah.” Ucap Sooyang sambil menatap Shin Sook Joo dengan pandangan tidak
suka.
Diluar, Shin Sook Joo
terlihat sedih dan marah sekali.
Se Ryung, Soaeng, Chohi
dan Muyeong tiba di ibukota. Mereka berpisah. Chohi, Muyeong dan Soaeng
berencana kembali ke Bing Ok Gwan.
Se Ryung tiba di kuil. Ia
melihat Putri Kyung Hee sedang berdoa. Putri menoleh dan terkejut melihat Se
Ryung.
Eun Geum membawa Mi Soo
ke halaman kuil. Putri tanya, “Jadi kau akan bertemu Kim Seung Yoo disini?”
Se Ryung membenarkan.
Putri pun berkata kalau Se Ryung bisa tinggal dengannya di kuil.
“Petugas Shin… sudah
meninggal.” Ucap Putri.
Se Ryung kaget.
“Meski dia orang yang
pantas untuk dibenci, tapi dia tetap sahabat suamiku. Aku merasa kasihan
padanya.” Ucap Putri.
“Dia… karena aku, banyak
terluka.” Jawab Se Ryung.
“Itu bukan sesuatu yang
bisa kau kendalikan. Jadi jangan terlalu dipikirkan.” Ucap Putri.
Tiba2, Se Ryung merasa
mual. Putri tanya apa apa. Se Ryung bilang ia terganggung dengan bau dupa. Putri
curiga kalau Se Ryung hamil.
Se Ryung duduk di
kamarnya dan membelai perutnya. Rona bahagia terpancar di wajahnya.
Seung Yoo, Seok Joo dan
No Geol sedang mengamati kondisi istana.
Sooyang mimpi buruk.
Dalam mimpinya, ia melihat Danjong menatapnya dengan berurai air mata. Tangis
Danjong mengenai punggung tangan Soooyang.
Sooyang terbangun. Dan ia
melihat bekas tetesan air mata Danjong yang memerah di punggung tangannya.
Ratu ikut bangun. Ia mencemaskan kesehatan suaminya dan mengajak sang suami
pergi berdoa ke kuil.
Paginya, Seung Yoo dapat
laporan dari anak buah Shi Ae, kalau Shi Ae, tertangkap!
Seung Yoo kaget, apa
maksudmu?
Seok Joo juga kaget, apa
yang terjadi?
“Ada pengkhianat dalam
kelompok kami. Gunung tempat kami bersembunyi diserbu. Saat tertangkap, dia menyuruh
saya mengatakan ini pada anda… dia tidak mampu menyelesaikan bagiannya. Dia
berharap anda berhasil.” Jawab pria itu.
Diluar, No Geol mendengar
ttg Sooyang yang akan pergi berdoa ke Kuil Seung Bup.
No Geol langsung melapor
ke Seung Yoo, “Hyungnim, Raja meninggalkan istana. Kudengar dia akan berdoa ke
Kuil Seung Bup.”
“Sooyang meninggalkan
istana. Ini kesempatan kita.” jawab Seok Joo.
“Aku akan pergi ke Kuil
Seung Bup untuk bertemu Sooyang. Kalian bersembunyi lah di tempat yang aman.”
Ucap Seung Yoo.
“Apa maksud perkataanmu?”
tanya No Geol.
“Daripada mati bersamaku,
aku punya permintaan penting lain. Istriku juga ada di Kuil Seung Bup.” Jawab
Seung Yoo.
“Apa?” tanya Seok Joo
kaget.
“Jika aku ke sana, aku
atau Sooyang… pasti mati. Takdir wanita itu benar2 tidak beruntung. Aku
percayakan istriku padamu. Jangan biarkan dia sendirian. Tolong jaga dia.”
jawab Seung Yoo.
“Apa kau benar2 ingin
pergi sendiri?” tanya Seok Joo.
“Aku… selalu merasa
lelah. Roh mereka yang penasaran ada di pundakku. Dan sekarang… aku ingin
meletakkan beban itu. Tidak ada yang bisa menggantikan tempatku. Pertempuran
ini hanya milikku.” Jawab Seung Yoo.
“Baiklah. Pergi dan
lakukan keinginanmu. Tapi kita harus bertemu lagi.” Ucap Seok Joo.
Rombongan Sooyang tiba di
Seung Bup.
Putri Kyung Hee sedang
menggendong Mi Soo.
“Cuaca hari ini… sehangat
senyuman ayahmu.” ucap Putri.
Eun Geum lalu datang,
“Yang Mulia. Raja dan Ratu telah tiba.”
Putri kaget, lalu
menyerahkan Mi Soo pada Eun Geum dan lari mencari Se Ryung.
Sooyang dan rombongan
bertemu Eun Geum.
Ia menatap Mi Soo dengan pandangan tidak suka.
“Ayahku datang?” tanya Se
Ryung kaget.
“Tetaplah di sini dan
jangan keluar. Para ibu akan tau kalau kau hamil hanya dengan mendengar cara
bernafasmu. Jika ia melihatmu, akan timbul masalah besar.” Jawab Putri.
Tapi terlambat. Sooyang
dan rombongan sudah mendengarnya.
“Siapa yang hamil?” tanya
Ratu, lalu mengerti dan melirik suaminya dengan cemas.
“Anak itu… anak siapa
itu? Jangan bilang… itu anak Kim Seung Yoo.” ucap Sooyang.
“Orang itu sudah menjadi
suami saya.” jawab Se Ryung dingin.
“Suami?” tanya Sooyang
kaget.
Lalu sambil menatap tajam
Se Ryung, ia menyuruh pengawal mengurung Se Ryung. Ratu syok.
Sooyang duduk di kuil. Ia
menyalahkan langit. “Apa kau masih tidak puas setelah mengambil Putra Mahkota?
Bagaimana bisa kau membiarkan putriku mengandung anak dari putra Kim Jong Seo.”
Ia lalu memanggil Im Woon
dan berkata ingin minum arak.
“Apa Kim Seung Yoo tahu
masalah ini?” tanya Ratu.
“Dia masih belum tahu.”
jawab Se Ryung.
“Jatuh cinta dengan
anggota keluarga musuh, itu sudah salah. Tapi sekarang, ada anak….?” Ucap Ratu
putus asa.
“Anak ini tidak ada
hubungannya dengan dendam masa lalu.” jawab Se Ryung.
“Apa kau pikir kau dan
Kim Seung Yoo akan punya masa depan. Kau jelas2 tahu ini tragedy, tapi kau
bersikeras melanjutkannya. “ ucap Ratu.
“Takdir anak ini, tidak
ada seorang pun yang berhak menentukannya. Hak untuk memilih ada di tangan anak
ini.” jawab Se Ryung.
Ratu hanya bisa menghela
napas.
Seung Yoo menyelinap ke
kuil. Ia berhasil membunuh satu per satu para pengawal dan menyamar sbg
pengawal istana.
Seung Yoo masuk ke ruang
tempat Sooyang berdoa. Ia melihat Sooyang dan teringat Jong, gurunya dan juga
ayahnya yang mati di tangan Sooyang. Perlahan2 ia mendekati Sooyang. Sooyang
mendengar suara langkah.
“Apa itu kau Im Woon?”
tanya Sooyang.
Seung Yoo pun mengarahkan
pedangnya ke leher Sooyang. Sooyang kaget melihat Seung Yoo, tapi ia tetap
bersikap tenang.
Se Ryung tidur disamping
Mi Soo. Tiba2 ia terbangun dan merasa resah.
“Apa kau benar2 tidak
peduli? Jika kau membunuhku, Se Ryung akan sangat menderita.” Ucap Sooyang.
Lalu Im Woon dan penjaga
masuk.
“Lalu apa bedanya kau dan
aku? Aku sudah menodai tanganku dengan darah banyak orang demi duduk di takhta.
Kau juga membunuh banyak orang demi balas dendammu.” Ucap Sooyang.
“Tutup mulutmu. Untuk
memenuhi tanggung jawab, aku sudah sampai sejauh ini.” jawab Seung Yoo.
“Jadi kau pikir kau bisa
mengalahkanku hanya dengan masalah ini?” tanya Sooyang sambil tertawa
meremehkan.
“Tidak masalah jika aku
kalah, atau gagal, menganggap kegagalan sebagai pelajaran, orang lain akan
menentangmu lagi. Jika orang itu mati, orang lain pasti akan muncul lagi.” Ucap
Seung Yoo.
“Apa?” tanya Sooyang.
“Sepanjang hidupmu…
ditakdirkan dengan kesakitan dan kelelahan. Kau tidak akan pernah menyesali
hari saat kau duduk di takhta bernoda darah itu. Kau akan sangat ingin merobek
jantungmu sendiri. Matamu akan mengeluarkan darah.” Jawab Seung Yoo.
“Kau benar2 brengsek.”
Ucap Sooyang.
“Setelah kau mati,
berlututlah pada mereka yang sudah kau bunuh dengan kejam.” Jawab Seung Yoo.
Seung Yoo pun mengayunkan
pedangnya, siap menebas leher Sooyang.
Sooyang teriak, Se Ryung
sedang mengandung anakmu. Kim Seung Yoo, itu anakmu.
“Jangan bicara omong
kosong.” Jawab Seung Yoo.
Seung Yoo pun hendak
menebas Sooyang tapi Im Woon berhasil menjatuhkan pedangnya. Penjaga langsung
menangkap Seung Yoo. Sooyang tersenyum penuh kemenangan. Seung Yoo diseret
keluar.
Im Woon mengayunkan
pedang dan memukul kepala Seung Yoo. Perlahan2, penglihatan Seung Yoo
berkurang.
Sooyang : Apa kau
bersedia memohon padaku untuk mengampuni nyawamu? Sebagai putra Kim Jong Seo,
selama kau memohon ampun dan mengakuiku sebagai Raja, aku akan mengizinkanmu
pergi jauh bersama Se Ryung.
Seung Yoo meludahi
Sooyang.
Sooyang kesal, bunuh dia
sekarang!
Im Woon siap mengayunkan
pedang dan membunuh Seung Yoo.
Se Ryung datang, Jangan!
Im Woon pun berhenti. Se Ryung langsung memeluk Seung Yoo dan menatap jam
ayahnya.
“Kenapa kau tidak
membunuhku dulu!” ucap Se Ryung marah.
Se Ryung menangis melihat
kondisi Seung Yoo.
Ratu dan Putri keluar.
“Bagaimana… bagaimana
bisa kau mengambil nyawa orang di sini?” tanya Ratu.
“Apa kau tidak tahu
kondisi tubuh Se Ryung?” tanya Putri.
“Saat fajar tiba, aku
akan membunuh orang ini. Kurung dia di Penjara Hanseong.” Jawab Sooyang.
Im Woon menarik Sooyang
dan dua pengawal menarik Seung Yoo.
Seung Yoo dijebloskan ke
penjara. Ia lalu teringat kata2 Sooyang kalau Se Ryung sedang mengandung anaknya.
Seung Yoo lalu
membayangkan kehidupan bahagianya bersama Se Ryung dan putri mereka.
“Kau harus memikirkan
cara menyelamatkan Kim Seung Yoo. Ayahmu sangat marah. Jika terus seperti ini,
sesuatu bisa terjadi padamu juga. Pergi dan minta maaflah padanya. Yang Mulia
adalah penguasa Joseon. Pergi dan bujuk Kim Seung Yoo untuk menggigit lidahnya.
Dengan begini, kalian bertiga bisa hidup.” bujuk Ratu.
“Aku tidak bisa
melakukannya.” Jawab Se Ryung putus asa.
“Se Ryung-ah.” Bujuk
Ratu.
“Kau harus memikirkan
anak yang ada di rahimmu. Sekarang kau tidak hidup sendiri.” Ucap Putri.
“Lupakan harga diri dan
ketidakadilan. Pergi dan bujuk dia untuk tetap berada di sisimu.” Ucap Ratu.
“Setidaknya biarkan
anakmu melihat ayahnya.” Bujuk Putri dengan mata berkaca2.
Tangis Se Ryung pun
pecah. Putri dan Ratu sedih melihat kondisi Se Ryung.
Se Ryung ditemani ibunya
pergi ke penjara hanseong. Se Ryung terpukul melihat kondisi Seung Yoo.
Atas perintah Ratu, Se
Ryung bisa masuk ke sel Seung Yoo. Se Ryung meletakkan kepala Seung Yoo ke
pangkuannya. Seung Yoo tersadar. Se Ryung menangis. Seung Yoo tersenyum dan
meminta Se Ryung untuk tidak menangis.
“Aku tidak akan menangis.
Lupakan semuanya dan pergi jauh, jauh sekali. Aku tidak akan memimpikan hal
yang berlebihan. Kau berada diantara aku dan ayahku. Aku sudah membuatmu hidup
dalam penderitaan. Jalan yang terakhir ini, aku akan melakukannya sesuai
keinginanmu.” Ucap Se Ryung.
“Setelah aku mati, aku
akan menemui Jong dan ayahku. Aku akan bilang pada mereka kalau ada seorang
wanita yang mencintaiku lebih dari mencintai dirinya sendiri.”
Tangis Se Ryung pecah.
Seung Yoo menyentuh perut Se Ryung.
“Kenapa… kenapa kau tidak
mengatakannya padaku?” batin Seung Yoo.
“Apa kau sudah tahu?”
batin Se Ryung.
Seung Yoo lalu menyentuh
wajah Se Ryung.
“Di kehidupan
selanjutnya, tidak peduli apapun yang terjadi, pastikan kalau kau mengenaliku.”
Ucap Seung Yoo.
Setelah mengatakan itu,
tangan Seung Yoo terjatuh. Seung Yoo tidak bergerak lagi. Se Ryung menangis,
Guru. Guru.
Se Ryung lalu meletakkan
kepalanya ke dada Seung Yoo.
“Ayo kita pergi bersama.”
Ucap Se Ryung.
Beberapa bulan
kemudian…..
Seok Joo, No Geol,
Soaeng, Chohi dan Muyeong ada di depan sebuah kuburan besar. No Geol menuangkan
arak ke cawan yang dipegang Seok Joo. Seok Joo berdiri dan menuangkan arak itu
ke kuburan.
“Orang kejam, kalian berdua
terbaring seperti ini, apa kalian bahagia?” ucap Seok Joo.
“Karena mereka pergi
bersama2, di hari dan waktu yang sama, mereka pasti bahagia.” Jawab Chohi.
“Kakak, karena kau aku
dan Soaeng bisa menikah.” Ucap No Geol, sambil menggenggam tangan Soaeng.
“Orabeoni, kau dan Eonni
semoga bahagia.” Ucap Soaeng.
“Aku tidak percaya kalau
kalian sudah tidak ada dunia ini.” ucap Muyeong.
Sooyang sudah tua. Ratu
masuk dan tanya apa Sooyang masih mengalami kesulitan tidur. Sooyang
mengangguk.
Ratu mengusulkan Sooyang pergi ke pemandian air panas. Sooyang
berkata kalau seluruh tubuhnya gatal dan ia tidak dapat menahannya. Ratu
mengajak Sooyang pergi diam2 dan ia akan menemani Sooyang. Sooyang setuju.
Di perjalanan, Sooyang
dan rombongan bertemu Seung Yoo yang berjalan dengan menggandeng gadis kecil.
Gadis itu berwajah sangat manis. Sooyang meminta pengawal berhenti. Ratu
membuka jendela tandu untuk melihat apa yang terjadi diluar.
Seung Yoo berjalan
melewati Sooyang tanpa sadar ada Sooyang di sana.
Ternyata, Seung Yoo
berjalan dengan bantuan tongkat. Seung Yoo buta!
Flashback…
Saat Seung Yoo kehilangan
kesadaran, Ratu meminta Im Woon mengecek napas Seung Yoo. Im Woon pun memberi
kode kalau Seung Yoo masih hidup.
“Kalian berdua… mulai
sekarang kalian adalah orang yang sudah mati. Pergilah yang jauh. Dan juga…
jangan pernah muncul lagi di depan ayahmu.” ucap Ratu.
Ratu memerintah Im Woon
membawa keluar keduanya. Seung Yoo masih belum sadarkan diri. Se Ryung
berbaring sambil memeluk Seung Yoo. Keduanya berpura2 sebagai mayat.
Ratu kemudian menemui
Sooyang.
“Apa anda puas sekarang?
Se Ryung bunuh diri. Saya mengubur mereka dengan tangan saya sendiri, jadi…
jangan lakukan apapun pada makam mereka.” Ucap Ratu.
Sooyang sangat terpukul.
Seung Yoo pulang ke
rumahnya. Yeo Ri membantu Seung Yoo duduk. Gadis kecil itu berlari ke dalam.
Tak lama, ia keluar bersama Se Ryung. Se Ryung duduk disamping Seung Yoo dan
memijat lengan Seung Yoo. Si gadis kecil protes.
“Mulai lagi. Ayah dan ibu
mengabaikanku.” Protes gadis itu.
Seung Yoo dan Se Ryung
tertawa geli.
“Bukankah nona masih
memikili saya.” ucap Yeo Ri, lalu mengajak gadis kecil itu masuk.
Dari kejauhan Sooyang
melihat kebahagiaan Se Ryung dan Seung Yoo. Matanya pun berkaca2.
Ratu kemudian menghampiri
Sooyang.
“Apa ini perbuatan
Ratuku?” tanya Sooyang.
Ratu mengangguk. Sooyang
menarik napas lega dan menggenggam tangan Ratu. Keduanya pun pergi.
Sooyang dan Ratu lalu
menoleh ke belakang dan tersenyum melihat kebahagiaan Seung Yoo dan Se Ryung.
Seung Yoo dan Se Ryung
jalan2 ke padang rumput. Se Ryung tanya apa Seung Yoo menyesal sudah melepaskan
semuanya.
“Meskipun aku kehilangan
penglihatanku, aku mendapatkan hatiku. Meskipun aku tidak bisa balas dendam,
aku justru mendapatkanmu.” Jawab Seung Yoo.
Yeo Ri dan nona kecil itu
membaca puisi di kipas Seung Yoo.
“Apa sebenarnya cinta
itu, aku tanya pada dunia.” Ucap si gadis kecil.
Seung Yoo dan Se Ryung
berkuda.
“Aku akan menjawabnya
begini. Jika tanpa ragu, kita bisa berjanji untuk bersama sampau maut
memisahkan kita, itu cinta.” Ucap Seung Yoo dan Se Ryung.
Keduanya tersenyum
bahagia.
TAMAT!!
0 Comments:
Post a Comment