The Princess Man Ep 24 (Last Ep)


“Bagaimana kau bisa sampai ke sini?” tanya Seung Yoo bingung.
“Itu tidak penting. Petugas Shin ingin menggunakanku sebagai umpan untuk memancingmu keluar, Guru. Jangan tertipu oleh trik apapun yang mereka mainkan.” Jawab Se Ryung.
“Hanya untuk mengatakan ini, kau datang ke sini?” tanya Seung Yoo berkaca2.
Se Ryung mengangguk.
“Saat kau ke sini, apa ada orang yang mengikutimu?” tanya Seung Yoo.
“Aku benar2 minta maaf. Karena aku harus mengendarai kuda, anak buah orang itu memergokiku.” Jawab Se Ryung.
“Aku mengerti. Kita harus ke perkemahan sekarang dan memberitahukan ini pada orang2 di sana.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung mengangguk.
Myun marah2 dan menyuruh Jae Beon mengumpulkan pasukan untuk menyisir hutan itu.
Jae Beon tidak setuju. “Ini terlalu ceroboh. Masuk ke markas musuh di tengah malam seperti ini, terlalu berbahaya.”
“Apa kau tidak mau mematuhi perintahku?” tanya Myun kesal.
Jae Beon pun tak bisa berbuat apa2 selain menuruti perintah Myun.

Seung Yoo membawa Se Ryung menemui yang lainnya. Wajah Chohi, Muyeong dan Soaeng tampak kesal. Soaeng bahkan menyindir kalau Se Ryung tergila2 pada seorang pria.Muyeong tidak sependapat. Ia memuji keberanian Se Ryung. Lalu, Shi Ae dan pasukannya datang.
“Siapa wanita ini?” tanya Shi Ae.
“Dia istri saya.” jawab Seung Yoo.
Semua kaget. Heung Soo memasang wajah tidak suka. Shi Ae lalu menyuruh Seung Yoo masuk ke dalam. Seung Yoo meminta Se Ryung menunggu sebentar karena mereka harus mendiskusikan sesuatu. Se Ryung nurut. Seung Yoo minta Muyeong menjaga Se Ryung.
“Jadi mereka berencana menggunakan istrimu untuk membuatmu keluar?” tanya Shi Ae.
“Ya. Shin Myun dan pasukannya akan segera tiba di sini.” Jawab Seung Yoo.
“Kita harus memberi peringatan pada pasukan lain.” Ucap Shi Ae.
“Terlalu berisiko mengumpulkan pasukan di tengah malam begini. Itu hanya akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyerang kita.” jawab Seung Yoo.
“Jadi maksudmu kita harus bertempur dengan pasukan yang ada di perkemahan ini saja?” tanya Seok Joo.
Seung Yoo hanya menjawab dengan senyuman.
Pasukan Shi Ae sudah siap untuk bertempur. Seung Yoo menghampiri Se Ryung sebentar. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia beranjak pergi. Se Ryung melepaskan kepergian Seung Yoo dengan senyuman.
Seung Yoo dan pasukan pemanah sembunyi di semak2.
“Sebelum aku memberi perintah, jangan melakukan apapun.” Ucap Seung Yoo.
Myun dan pasukannya mulai mendekat. Mereka akhirnya menemukan perkemahan Seung Yoo cs.
Seok Joo dan No Geol duduk di depan api unggun. No Geol kepengen pipis. Seok Joo diam saja dan menghela napas. No Geol lalu melihat kedatangan Myun. Ia panic. Seok Joo pun mengajak No Geol pergi.
“Kecuali wanita, bunuh mereka semua!” perintah Myun.
Pasukan pun mulai menyerbu ke dalam tenda. Tapi mereka keluar lagi dengan wajah bingung. Myun melihat api unggun. Jae Beon sadar itu jebakan.
Seung Yoo memberi perintah menembak. Ratusan anak panah pun melesat ke arah pasukan Myun. Myun dan Jae Beon kaget. 

Pertempuran pun dimulai. Seung Yoo berhasil membunuh banyak pasukan Myun. Begitu pula Myun. Jae Beon mengajak Myun mundur. Myun awalnya tidak setuju, tapi Jae Beon memaksa dengan berkata jika terus seperti ini, pasukan mereka bisa habis. Dengan wajah kesal Myun pun berteriak untuk mundur.
  

Myun dan pasukannya bergegas pergi, tapi langkah mereka dihadang oleh pasukan yg lain. Myun dan pasukannya yang masih tersisa mati2an menghadapi mereka. Seung Yoo melihat ada kesempatan untuk menyerang Myun. Maka, ia pun melemparkan pedangnya ke arah Myun. Jae Beon yang melihat itu pun menjadikan dirinya tameng untuk melindungi Myun. Pedang Seung Yoo menembus tubuh Jae Beon.
Myun syok, Jae Beon!
“Tuan, cepat pergi.” Pinta Jae Beon.
Setelah mengatakan itu, Jae Beon pun meninggal dunia.

Heung Soo minta Seung Yoo menarik pasukan. Seung Yoo cs pun kembali ke perkemahan. Myun syok atas kematian Jae Beon. Para wanita sudah menunggu kedatangan Seung Yoo cs. Keduanya pun saling tersenyum tipis. Seung Yoo mengajak Se Ryung masuk.
“Tempat ini sudah tidak aman. Mereka pasti akan datang dengan pasukan yang lebih banyak.” ucap Shi Ae.
“Pertama, kita harus memindahkan markas.” Jawab Heung Soo.
“Bukankah tanah yang bisa kita gunakan hanya ini?” tanya Seung Yoo.
“Perang besar seperti ini pasti akan terjadi lagi.” Jawab Shi Ae.
“Perang ini tidak bisa dihindari lagi.” Ucap Seung Yoo.
Para wanita sibuk mengobati para prajurit yang terluka. Seung Yoo datang dan melihat Se Ryung tanpa bicara sedikit pun. Se Ryung menyadari kedatangan Seung Yoo. Ia langsung menghampiri Seung Yoo dan melihat tangan Seung Yoo yang terluka. Seung Yoo baru sadar tangannya luka.
Se Ryung mengobati luka Seung Yoo di dalam.
“Jadi selama ini kau tinggal di Kediaman Myun?” tanya Seung Yoo.
“Dia tidak berani melakukan apapun padaku.” Jawab Se Ryung.
“Aku tidak tahu kau tinggal di sana. Aku selalu percaya kau akan hidup dengan baik.” Ucap Seung Yoo.
“Berpikir kalau suatu hari kau akan datang menjemputku, ini bukanlah sesuatu yang berat untuk ditahan.” Jawab Se Ryung.
Se Ryung lalu mengamati noda darah yang ada wajah Seung Yoo.
“Darah yang ada di tubuhku, apa kau tidak suka?” tanya Seung Yoo.
Se Ryung menggeleng, lalu berdiri dan menarik Seung Yoo ke dalam pelukannya.
“Setiap pertempuran… saat aku kembali dengan tubuh penuh darah segar, aku sendiri… apa aku manusia… atau monster… aku tidak yakin.” Ucap Seung Yoo.
“Bagiku, kau adalah orang yang kurindukan.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo lalu berdiri dan membelai wajah Se Ryung.
“Aku akan keluar sekarang. Aku akan tidur di tenda. Kau tidur lah di sini.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung mengangguk. Setelah Seung Yoo pergi, Se Ryung menekan dadanya lagi.
Myun menguburkan mayat Jae Beon di tengah hutan. Ia menatap mayat Jae Beon dengan pandangan kosong. Saat prajurit mulai menabur tanah, Myun menyuruh mereka berhenti.
“Aku bahkan belum mengucapkan terima kasih padamu. Kau yang selalu mendukung cara berpikirku yang bodoh. Melindungi aku yang tidak berguna ini. Aku benar2 berterimakasih.” Ucap Myun.
Myun menangis lalu menyuruh prajurit mengubur Jae Beon.
“Apa yang terjadi pada Petugas Shin?” tanya Sooyang.
“Seharusnya saat ini dia sudah berhasil menangkap Kim Seung Yoo.” jawab Kwon Ram.
“Tapi kenapa belum ada kabar? Atau jangan2 dia masih menganggap Kim Seung Yoo temannya.” Ucap Sooyang.
“Itu tidak mungkin.” bantah Shin Sook Joo.
“Sebagai ayahnya, tentu saja kau mengatakan itu. Jika Petugas Shin memutuskan bergabung dengan Kim Seung Yoo, apa yang harus kulakukan?” ucap Sooyang.
Shin Sook Joo kaget, Yang Mulia.
“Aku hanya bercanda. Petugas Shin tidak akan meninggalkanmu di sini, di dekatku dan mengkhianatiku.” Jawab Sooyang sambil tertawa.
Shin Sook Joo dan Kwon Ram diam saja. Tawa Sooyang lebih mirip sebuah ancaman.

Seung Yoo mengecek para penjaga. Ia lalu bertemu Se Ryung. Keduanya saling melempar senyum.
Keduanya lalu duduk di dekat sungai.
“Duduk di sini rasanya sangat damai.” Ucap Se Ryung.
“Aku kadang2 duduk di sini.” Jawab Seung Yoo.
“Apa kau merasa lelah?” tanya Se Ryung.
“Kalau aku merasa lelah atau merindukan seseorang, aku akan datang ke sini.” Jawab Seung Yoo.
Se Ryung tersenyum tipis.
“Akan ada pertempuran besar hari ini. Seluruh Hamgil-do akan jadi medan pertempuran. Jadi tolong kembali ke Kuil Seung Bup dan tunggu aku di sana.” Ucap Seung Yoo.
“Aku tidak akan kemana2.” Jawab Se Ryung.



“Membiarkanmu pergi lebih sulit daripada mati. Tapi membiarkanmu tetap tinggal di tempat berbahaya seperti ini, aku tidak akan bisa pergi bertempur.” Ucap Seung Yoo.


“Kumohon kembalilah hidup2. Kembalilah ke sisiku hidup2.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo pun tersenyum dan mengangguk.
Myung Hoe menunjukkan sebuah surat pada Myun.
“Ini adalah surat rahasia Yang Mulia. Yang Mulia sangat marah karena kau belum juga berhasil menangkap Kim Seung Yoo. Pada pertempuran kali ini, kau harus berhasil membunuh Kim Seung Yoo. Hanya dengan cara ini, kau bisa mendapatkan kembali kepercayaan Yang Mulia.” Ucap Myung Hoe.
“Aku akan melakukannya.” Jawab Myun.
Seung Yoo dan Se Ryung jalan sambil bergandengan tangan. Yang lain juga sudah bersiap2 untuk berangkat. Soaeng bilang tidak mau pergi. No Geol justru berkata sebaliknya, membuat ia mendapatkan pukulan dari Seok Joo. Seok Joo lalu menatap Chohi.
“Jangan pergi ke Bing Ok Gwan. Bersembunyi lah di tempat yang aman.” Ucap Seok Joo.
“Jika kau berani mati, aku tidak akan memaafkanmu.” Jawab Chohi.
Seok Joo tersenyum dan menggenggam tangan Chohi. Chohi balas menggenggam tangan Seok Joo.
“Kali ini kita tidak akan terpisah lagi.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung tersenyum dan memeluk Seung Yoo.
“Cepatlah pergi.” Terdengar suara Seok Joo.
Seung Yoo cs lagi membahas lokasi penyergapan. Tiba2, seorang prajurit datang dan memberitahu kalau pasukan dari Hamheung sudah mulai bergerak. Shi Ae tanya berapa banyak jumlahnya. Prajurit itu berkata sepertinya untuk penyerangan penuh.

Myun sudah bersiap dengan pasukannya. Myun menatap ke langit, dan memejamkan matanya. Ia mulai terlihat lelah dengan pertarungan itu.
Sementara itu, Seung Yoo dan pasukannya juga sudah menunggu kedatangan Myun.
Dan Myung Hoe bersama pasukannya menunggu di semak2.
“Mereka adalah pemberontak! Jangan biarkan satu pun dari mereka hidup!” teriak Myun.
“Mereka adalah anjing Sooyang! Kita akan membunuh mereka semua dan menuju ibukota!” balas Seung Yoo.
Perang pun dimulai. Myung Hoe memberi kode pada pasukan pemanahnya. Sepertinya mereka bersiap menembakkan panah.
Seung Yoo membunuh banyak prajurit Myun. Begitupula dengan Myun. Dan akhirnya keduanya kini berhadapan.
“Kau…. brengsek, hari ini kau akan mati di tanganku.” Ucap Myun.
“Apa kau tidak merasa malu pada Jong?” balas Seung Yoo.
Keduanya lalu bertempur dengan sengit. Myun hampir berhasil menjatuhkan Seung Yoo, namun Seung Yoo memeluk pinggang Myun dan mendorongnya. Tapi Myun berhasil mendorong Seung Yoo hingga Seung Yoo jatuh terguling2. Kini, mereka saling adu kekuatan pedang.
“Kita tidak boleh melepaskan kesempatan ini. Tembakkan panah ke arah Kim Seung Yoo.” ucap Myung Hoe.
“Tapi, Petugas Shin ada di sana.” Jawab sang kapten.
“Kita tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Cepat tembak!” suruh Myung Hoe.
Akhirnya kapten memberi perintah pasukannya untuk menembah.
Seung Yoo dan Myun masih bertarung. Myun pun tertembak panah di punggungnya. Tak tanggung2, 3 anak panah! Seung Yoo kaget. Myun juga. Seok Joo dan No Geol pun juga kaget. Seung Yoo lari menarik Myun untuk bersembunyi.
“Mereka orang2nya Sooyang kan? Kenapa mereka menembakkan panah ke arahmu!” teriak Seung Yoo.
“Kau, dasar brengsek… kenapa kau menyelamatkanku?” tanya Myun.
Lalu Seung Yoo kena anak panah di lengannya.
“Ayo pergi.” Ucap Seung Yoo.
Myun menolak dan teringat saat2 dirinya masih bersahabat dengan Seung Yoo dan Jong.
“Kalian selalu… menjadikanku bahan tertawaan. Aku akan pergi menemui Jong dulu. Pergilah!” ucap Myun.
Myun lalu mendorong tubuh Seung Yoo, kemudian berdiri. Seketika anak panah menghujam tubuhnya. Myun jatuh terduduk dalam kondisi tidak bernyawa. Seung Yoo menutup mata Myun.
“Lupakan semuanya, Shin Myun. Dan pergilah.” Ucap Seung Yoo.
Seung Yoo lalu berdiri, mencabut pedangnya dan berjalan menghampiri musuh dengan wajah murka. Shi Ae dan pasukannya teriak, SERANG! Seung Yoo pun maju menyerang musuh.
Peperangan selesai. Pihak Seung Yoo menang. Shi Ae senang sekali. Seung Yoo yakin Sooyang akan mengirimkan pasukan lebih banyak lagi. Shi Ae meminta Seung Yoo memimpin pasukan. Seung Yoo menolak dan berencana menyerang Sooyang di ibukota karena seluruh pasukan Sooyang sedang focus di Hamgil-do.
Shi Ae setuju. Ia menyuruh Seung Yoo berangkat duluan. Dan setelah mendapatkan pesan dari Seung Yoo, ia akan mengirimkan pasukannya diam2.
Sooyang marah, kenapa tidak juga berhasil menekan kekuatan para pemberontak! Apa aku harus melihat Kim Seung Yoo dan Lee Shi Ae sampai kemari? Bahkan sampai kematiannya, Petugas Shin tidak berhasil menyelesaikan misinya.
Kwon Ram membela Myun, “Petugas Shin sebagai anggota militer sudah melakukan yang terbaik.”
“Itu suatu kehormatan baginya mati di medan perang!” teriak Sooyang.
Shin Sook Joo diam saja.
“Kau pasti bersedih. Pergilah.” Ucap Sooyang sambil menatap Shin Sook Joo dengan pandangan tidak suka.
Diluar, Shin Sook Joo terlihat sedih dan marah sekali.
Se Ryung, Soaeng, Chohi dan Muyeong tiba di ibukota. Mereka berpisah. Chohi, Muyeong dan Soaeng berencana kembali ke Bing Ok Gwan.
Se Ryung tiba di kuil. Ia melihat Putri Kyung Hee sedang berdoa. Putri menoleh dan terkejut melihat Se Ryung.
Eun Geum membawa Mi Soo ke halaman kuil. Putri tanya, “Jadi kau akan bertemu Kim Seung Yoo disini?”
Se Ryung membenarkan. Putri pun berkata kalau Se Ryung bisa tinggal dengannya di kuil.
“Petugas Shin… sudah meninggal.” Ucap Putri.
Se Ryung kaget.
“Meski dia orang yang pantas untuk dibenci, tapi dia tetap sahabat suamiku. Aku merasa kasihan padanya.” Ucap Putri.
“Dia… karena aku, banyak terluka.” Jawab Se Ryung.
“Itu bukan sesuatu yang bisa kau kendalikan. Jadi jangan terlalu dipikirkan.” Ucap Putri.
Tiba2, Se Ryung merasa mual. Putri tanya apa apa. Se Ryung bilang ia terganggung dengan bau dupa. Putri curiga kalau Se Ryung hamil.
Se Ryung duduk di kamarnya dan membelai perutnya. Rona bahagia terpancar di wajahnya.
Seung Yoo, Seok Joo dan No Geol sedang mengamati kondisi istana.

Sooyang mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia melihat Danjong menatapnya dengan berurai air mata. Tangis Danjong mengenai punggung tangan Soooyang.
Sooyang terbangun. Dan ia melihat bekas tetesan air mata Danjong yang memerah di punggung tangannya. Ratu ikut bangun. Ia mencemaskan kesehatan suaminya dan mengajak sang suami pergi berdoa ke kuil.



Paginya, Seung Yoo dapat laporan dari anak buah Shi Ae, kalau Shi Ae, tertangkap!


Seung Yoo kaget, apa maksudmu?
Seok Joo juga kaget, apa yang terjadi?
“Ada pengkhianat dalam kelompok kami. Gunung tempat kami bersembunyi diserbu. Saat tertangkap, dia menyuruh saya mengatakan ini pada anda… dia tidak mampu menyelesaikan bagiannya. Dia berharap anda berhasil.” Jawab pria itu.
Diluar, No Geol mendengar ttg Sooyang yang akan pergi berdoa ke Kuil Seung Bup.
No Geol langsung melapor ke Seung Yoo, “Hyungnim, Raja meninggalkan istana. Kudengar dia akan berdoa ke Kuil Seung Bup.”
“Sooyang meninggalkan istana. Ini kesempatan kita.” jawab Seok Joo.
“Aku akan pergi ke Kuil Seung Bup untuk bertemu Sooyang. Kalian bersembunyi lah di tempat yang aman.” Ucap Seung Yoo.
“Apa maksud perkataanmu?” tanya No Geol.
“Daripada mati bersamaku, aku punya permintaan penting lain. Istriku juga ada di Kuil Seung Bup.” Jawab Seung Yoo.
“Apa?” tanya Seok Joo kaget.
“Jika aku ke sana, aku atau Sooyang… pasti mati. Takdir wanita itu benar2 tidak beruntung. Aku percayakan istriku padamu. Jangan biarkan dia sendirian. Tolong jaga dia.” jawab Seung Yoo.
“Apa kau benar2 ingin pergi sendiri?” tanya Seok Joo.
“Aku… selalu merasa lelah. Roh mereka yang penasaran ada di pundakku. Dan sekarang… aku ingin meletakkan beban itu. Tidak ada yang bisa menggantikan tempatku. Pertempuran ini hanya milikku.” Jawab Seung Yoo.
“Baiklah. Pergi dan lakukan keinginanmu. Tapi kita harus bertemu lagi.” Ucap Seok Joo.
Rombongan Sooyang tiba di Seung Bup.
Putri Kyung Hee sedang menggendong Mi Soo.
“Cuaca hari ini… sehangat senyuman ayahmu.” ucap Putri.
Eun Geum lalu datang, “Yang Mulia. Raja dan Ratu telah tiba.”
Putri kaget, lalu menyerahkan Mi Soo pada Eun Geum dan lari mencari Se Ryung.
Sooyang dan rombongan bertemu Eun Geum. 

Ia menatap Mi Soo dengan pandangan tidak suka.
“Ayahku datang?” tanya Se Ryung kaget.
“Tetaplah di sini dan jangan keluar. Para ibu akan tau kalau kau hamil hanya dengan mendengar cara bernafasmu. Jika ia melihatmu, akan timbul masalah besar.” Jawab Putri.
Tapi terlambat. Sooyang dan rombongan sudah mendengarnya.
“Siapa yang hamil?” tanya Ratu, lalu mengerti dan melirik suaminya dengan cemas.
“Anak itu… anak siapa itu? Jangan bilang… itu anak Kim Seung Yoo.” ucap Sooyang.
“Orang itu sudah menjadi suami saya.” jawab Se Ryung dingin.
“Suami?” tanya Sooyang kaget.
Lalu sambil menatap tajam Se Ryung, ia menyuruh pengawal mengurung Se Ryung. Ratu syok.
Sooyang duduk di kuil. Ia menyalahkan langit. “Apa kau masih tidak puas setelah mengambil Putra Mahkota? Bagaimana bisa kau membiarkan putriku mengandung anak dari putra Kim Jong Seo.”
Ia lalu memanggil Im Woon dan berkata ingin minum arak.
“Apa Kim Seung Yoo tahu masalah ini?” tanya Ratu.
“Dia masih belum tahu.” jawab Se Ryung.
“Jatuh cinta dengan anggota keluarga musuh, itu sudah salah. Tapi sekarang, ada anak….?” Ucap Ratu putus asa.
“Anak ini tidak ada hubungannya dengan dendam masa lalu.” jawab Se Ryung.
“Apa kau pikir kau dan Kim Seung Yoo akan punya masa depan. Kau jelas2 tahu ini tragedy, tapi kau bersikeras melanjutkannya. “ ucap Ratu.
“Takdir anak ini, tidak ada seorang pun yang berhak menentukannya. Hak untuk memilih ada di tangan anak ini.” jawab Se Ryung.
Ratu hanya bisa menghela napas.
Seung Yoo menyelinap ke kuil. Ia berhasil membunuh satu per satu para pengawal dan menyamar sbg pengawal istana.
Seung Yoo masuk ke ruang tempat Sooyang berdoa. Ia melihat Sooyang dan teringat Jong, gurunya dan juga ayahnya yang mati di tangan Sooyang. Perlahan2 ia mendekati Sooyang. Sooyang mendengar suara langkah.
“Apa itu kau Im Woon?” tanya Sooyang.
Seung Yoo pun mengarahkan pedangnya ke leher Sooyang. Sooyang kaget melihat Seung Yoo, tapi ia tetap bersikap tenang.
Se Ryung tidur disamping Mi Soo. Tiba2 ia terbangun dan merasa resah.
“Apa kau benar2 tidak peduli? Jika kau membunuhku, Se Ryung akan sangat menderita.” Ucap Sooyang.
Lalu Im Woon dan penjaga masuk.
“Lalu apa bedanya kau dan aku? Aku sudah menodai tanganku dengan darah banyak orang demi duduk di takhta. Kau juga membunuh banyak orang demi balas dendammu.” Ucap Sooyang.
“Tutup mulutmu. Untuk memenuhi tanggung jawab, aku sudah sampai sejauh ini.” jawab Seung Yoo.
“Jadi kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan masalah ini?” tanya Sooyang sambil tertawa meremehkan.
“Tidak masalah jika aku kalah, atau gagal, menganggap kegagalan sebagai pelajaran, orang lain akan menentangmu lagi. Jika orang itu mati, orang lain pasti akan muncul lagi.” Ucap Seung Yoo.
“Apa?” tanya Sooyang.
“Sepanjang hidupmu… ditakdirkan dengan kesakitan dan kelelahan. Kau tidak akan pernah menyesali hari saat kau duduk di takhta bernoda darah itu. Kau akan sangat ingin merobek jantungmu sendiri. Matamu akan mengeluarkan darah.” Jawab Seung Yoo.
“Kau benar2 brengsek.” Ucap Sooyang.
“Setelah kau mati, berlututlah pada mereka yang sudah kau bunuh dengan kejam.” Jawab Seung Yoo.

Seung Yoo pun mengayunkan pedangnya, siap menebas leher Sooyang.
Sooyang teriak, Se Ryung sedang mengandung anakmu. Kim Seung Yoo, itu anakmu.
“Jangan bicara omong kosong.” Jawab Seung Yoo.
Seung Yoo pun hendak menebas Sooyang tapi Im Woon berhasil menjatuhkan pedangnya. Penjaga langsung menangkap Seung Yoo. Sooyang tersenyum penuh kemenangan. Seung Yoo diseret keluar.
Im Woon mengayunkan pedang dan memukul kepala Seung Yoo. Perlahan2, penglihatan Seung Yoo berkurang.
Sooyang : Apa kau bersedia memohon padaku untuk mengampuni nyawamu? Sebagai putra Kim Jong Seo, selama kau memohon ampun dan mengakuiku sebagai Raja, aku akan mengizinkanmu pergi jauh bersama Se Ryung.

Seung Yoo meludahi Sooyang.
Sooyang kesal, bunuh dia sekarang!
Im Woon siap mengayunkan pedang dan membunuh Seung Yoo.
Se Ryung datang, Jangan! Im Woon pun berhenti. Se Ryung langsung memeluk Seung Yoo dan menatap jam ayahnya.
“Kenapa kau tidak membunuhku dulu!” ucap Se Ryung marah.
Se Ryung menangis melihat kondisi Seung Yoo.
Ratu dan Putri keluar.
“Bagaimana… bagaimana bisa kau mengambil nyawa orang di sini?” tanya Ratu.
“Apa kau tidak tahu kondisi tubuh Se Ryung?” tanya Putri.
“Saat fajar tiba, aku akan membunuh orang ini. Kurung dia di Penjara Hanseong.” Jawab Sooyang.
Im Woon menarik Sooyang dan dua pengawal menarik Seung Yoo.
Seung Yoo dijebloskan ke penjara. Ia lalu teringat kata2 Sooyang kalau Se Ryung sedang mengandung anaknya.
Seung Yoo lalu membayangkan kehidupan bahagianya bersama Se Ryung dan putri mereka.
“Kau harus memikirkan cara menyelamatkan Kim Seung Yoo. Ayahmu sangat marah. Jika terus seperti ini, sesuatu bisa terjadi padamu juga. Pergi dan minta maaflah padanya. Yang Mulia adalah penguasa Joseon. Pergi dan bujuk Kim Seung Yoo untuk menggigit lidahnya. Dengan begini, kalian bertiga bisa hidup.” bujuk Ratu.
“Aku tidak bisa melakukannya.” Jawab Se Ryung putus asa.
“Se Ryung-ah.” Bujuk Ratu.
“Kau harus memikirkan anak yang ada di rahimmu. Sekarang kau tidak hidup sendiri.” Ucap Putri.




“Lupakan harga diri dan ketidakadilan. Pergi dan bujuk dia untuk tetap berada di sisimu.” Ucap Ratu.
“Setidaknya biarkan anakmu melihat ayahnya.” Bujuk Putri dengan mata berkaca2.
Tangis Se Ryung pun pecah. Putri dan Ratu sedih melihat kondisi Se Ryung.
Se Ryung ditemani ibunya pergi ke penjara hanseong. Se Ryung terpukul melihat kondisi Seung Yoo.
Atas perintah Ratu, Se Ryung bisa masuk ke sel Seung Yoo. Se Ryung meletakkan kepala Seung Yoo ke pangkuannya. Seung Yoo tersadar. Se Ryung menangis. Seung Yoo tersenyum dan meminta Se Ryung untuk tidak menangis.
“Aku tidak akan menangis. Lupakan semuanya dan pergi jauh, jauh sekali. Aku tidak akan memimpikan hal yang berlebihan. Kau berada diantara aku dan ayahku. Aku sudah membuatmu hidup dalam penderitaan. Jalan yang terakhir ini, aku akan melakukannya sesuai keinginanmu.” Ucap Se Ryung.
“Setelah aku mati, aku akan menemui Jong dan ayahku. Aku akan bilang pada mereka kalau ada seorang wanita yang mencintaiku lebih dari mencintai dirinya sendiri.”
Tangis Se Ryung pecah. Seung Yoo menyentuh perut Se Ryung.
“Kenapa… kenapa kau tidak mengatakannya padaku?” batin Seung Yoo.
“Apa kau sudah tahu?” batin Se Ryung.
Seung Yoo lalu menyentuh wajah Se Ryung.
“Di kehidupan selanjutnya, tidak peduli apapun yang terjadi, pastikan kalau kau mengenaliku.” Ucap Seung Yoo.
Setelah mengatakan itu, tangan Seung Yoo terjatuh. Seung Yoo tidak bergerak lagi. Se Ryung menangis, Guru. Guru.
Se Ryung lalu meletakkan kepalanya ke dada Seung Yoo.
“Ayo kita pergi bersama.” Ucap Se Ryung.
Beberapa bulan kemudian…..
Seok Joo, No Geol, Soaeng, Chohi dan Muyeong ada di depan sebuah kuburan besar. No Geol menuangkan arak ke cawan yang dipegang Seok Joo. Seok Joo berdiri dan menuangkan arak itu ke kuburan.
“Orang kejam, kalian berdua terbaring seperti ini, apa kalian bahagia?” ucap Seok Joo.
“Karena mereka pergi bersama2, di hari dan waktu yang sama, mereka pasti bahagia.” Jawab Chohi.
“Kakak, karena kau aku dan Soaeng bisa menikah.” Ucap No Geol, sambil menggenggam tangan Soaeng.
“Orabeoni, kau dan Eonni semoga bahagia.” Ucap Soaeng.
“Aku tidak percaya kalau kalian sudah tidak ada dunia ini.” ucap Muyeong.
Sooyang sudah tua. Ratu masuk dan tanya apa Sooyang masih mengalami kesulitan tidur. Sooyang mengangguk. 
Ratu mengusulkan Sooyang pergi ke pemandian air panas. Sooyang berkata kalau seluruh tubuhnya gatal dan ia tidak dapat menahannya. Ratu mengajak Sooyang pergi diam2 dan ia akan menemani Sooyang. Sooyang setuju.
Di perjalanan, Sooyang dan rombongan bertemu Seung Yoo yang berjalan dengan menggandeng gadis kecil. Gadis itu berwajah sangat manis. Sooyang meminta pengawal berhenti. Ratu membuka jendela tandu untuk melihat apa yang terjadi diluar.
Seung Yoo berjalan melewati Sooyang tanpa sadar ada Sooyang di sana.
Ternyata, Seung Yoo berjalan dengan bantuan tongkat. Seung Yoo buta!
Flashback…
Saat Seung Yoo kehilangan kesadaran, Ratu meminta Im Woon mengecek napas Seung Yoo. Im Woon pun memberi kode kalau Seung Yoo masih hidup.
“Kalian berdua… mulai sekarang kalian adalah orang yang sudah mati. Pergilah yang jauh. Dan juga… jangan pernah muncul lagi di depan ayahmu.” ucap Ratu.
Ratu memerintah Im Woon membawa keluar keduanya. Seung Yoo masih belum sadarkan diri. Se Ryung berbaring sambil memeluk Seung Yoo. Keduanya berpura2 sebagai mayat.
Ratu kemudian menemui Sooyang.
“Apa anda puas sekarang? Se Ryung bunuh diri. Saya mengubur mereka dengan tangan saya sendiri, jadi… jangan lakukan apapun pada makam mereka.” Ucap Ratu.
Sooyang sangat terpukul.
Seung Yoo pulang ke rumahnya. Yeo Ri membantu Seung Yoo duduk. Gadis kecil itu berlari ke dalam. Tak lama, ia keluar bersama Se Ryung. Se Ryung duduk disamping Seung Yoo dan memijat lengan Seung Yoo. Si gadis kecil protes.
“Mulai lagi. Ayah dan ibu mengabaikanku.” Protes gadis itu.
Seung Yoo dan Se Ryung tertawa geli.
“Bukankah nona masih memikili saya.” ucap Yeo Ri, lalu mengajak gadis kecil itu masuk.
Dari kejauhan Sooyang melihat kebahagiaan Se Ryung dan Seung Yoo. Matanya pun berkaca2.
Ratu kemudian menghampiri Sooyang.
“Apa ini perbuatan Ratuku?” tanya Sooyang.
Ratu mengangguk. Sooyang menarik napas lega dan menggenggam tangan Ratu. Keduanya pun pergi.
Sooyang dan Ratu lalu menoleh ke belakang dan tersenyum melihat kebahagiaan Seung Yoo dan Se Ryung.
Seung Yoo dan Se Ryung jalan2 ke padang rumput. Se Ryung tanya apa Seung Yoo menyesal sudah melepaskan semuanya.
“Meskipun aku kehilangan penglihatanku, aku mendapatkan hatiku. Meskipun aku tidak bisa balas dendam, aku justru mendapatkanmu.” Jawab Seung Yoo.
Yeo Ri dan nona kecil itu membaca puisi di kipas Seung Yoo.
“Apa sebenarnya cinta itu, aku tanya pada dunia.” Ucap si gadis kecil.
Seung Yoo dan Se Ryung berkuda.
“Aku akan menjawabnya begini. Jika tanpa ragu, kita bisa berjanji untuk bersama sampau maut memisahkan kita, itu cinta.” Ucap Seung Yoo dan Se Ryung.
Keduanya tersenyum bahagia.
TAMAT!!

0 Comments:

Post a Comment