Roo Bi yang masih di kantor, heran karena In Soo tidak menjawab panggilannya.
Gyeong Min tiba-tiba
datang, “Cheoje.”
“Hyeongbu.” Jawab Roo Bi.
“Kenapa kau belum
pulang?” tanya Gyeong Min.
“Aku bekerja, aku
mengikuti kontes proposal. Kau sendiri?”
“Ponselku tertinggal di
ruanganku dan aku melihat lampu masih menyala disini. Belakangan ini, aku
sering lupa. Kau sudah makan?”
“Geuromyeo.”
“Kau mau minum teh
denganku? Aku tahu kau suka kopi, tapi ini sudah malam. Minumlah, ini teh
dengan susu.”
Mereka lalu membahas Roo
Na. Lalu tiba-tiba, ponsel Roo Bi berdering.
Suara ambulance meraung-raung dijalanan. In Soo kritis! Denyut nadinya melemah dan nafasnya tidak stabil.
Gyeong Min menemani Roo
Bi ke rumah sakit! Dokter pun ingin bicara dengan wali In Soo.Roo Bi langsung
pergi mengikuti dokter.
Roo Na sendiri tengah
menikmati waktunya sambil mendengarkan musik. Volume nya yang keras membuat Roo
Na tidak mendengar deringan ponselnya.
Gyeong Min pun akhirnya
menghubungi Se Ra. Se Ra yang sedang olahraga, terkejut mendengar kabar tentang
In Soo.
Se Ra pun langsung ke kamar Roo Na. Roo Na sendiri tidak bisa mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Karena itulah, Se Ra menerobos masuk ke kamar Roo Na dan langsung mematikan musik yang sedang didengar Roo Na.
“Ulke, Na In Soo PD
ditusuk. Kondisinya kritis.” Ucap Se Ra.
Roo Na terkejut
mendengarnya. “Dimana dia sekarang?” tanya Roo Na.
Gyeong Min dan Roo Bi menunggui In Soo yang sedang menjalani operasi. Roo Bi nyaris pingsan, tapi untunglah ada Gyeong Min yang memeganginya. Roo Bi kalut, ia takut terjadi sesuatu pada In Soo.
“Bagaimana kalau terjadi
sesuatu padanya?”ucap Roo Bi berkaca-kaca, lalu menyenderkan kepalanya ke dada
Gyeong Min.
Gilja dan Chorim yang
baru dikabari Roo Bi pun langsung menyusul Roo Bi ke rumah sakit.
“Eonni, In Soo-ssi, In
Soo-ssi...” ucap Roo Bi sambil menangis.
“Tenanglah, kau harus
tenang saat ini.” Jawab Roo Na.
“Na oetteokhe??” tanya
Roo Bi.
“Menurutmu, dia
meninggal?” tanya Roo Na.
Roo Na tak sanggup lagi
menjawab.
Roo Bi : Marebwa!
Telepon terputus. Roo Na
langsung terduduk lemas. Tangisnya pecah.
“Kita pacaran, kita saling berjanji, akan mati
bersama di hari yang sama.”
“Maukah kau menikah denganku? Ayo menikah.”
Roo Bi menangis mengingat
semua kata-kata In Soo.
Gyeong Min datang, membawakan kopi untuk Roo Bi. Roo Bi ingin tahu apa yang dikatakan polisi. Gyeong Min berkata, polisi sudah memeriksa CCTV dan tidak menemukan hal aneh tapi laptop dan USB In Soo hilang.
“Kau tahu penyebabnya?”
tanya Gyeong Min.
“Entahlah.” Jawab Roo Bi.
Gilja dan Chorim datang.
Tangis Roo Bi pun kembali pecah.
Gyeong Min memberitahu Chorim, bahwa polisi masih menyelidik kasus In Soo dan si pelaku sangat teliti sampai tidak meninggalkan jejak.
Gyeong Min memberitahu Chorim, bahwa polisi masih menyelidik kasus In Soo dan si pelaku sangat teliti sampai tidak meninggalkan jejak.
Roo Bi takut In Soo tak
selamat. Gilja pun berusaha keras menenangkan Roo Bi.
In Soo masih dioperasi. Pendarahannya tidak berhenti dan tekanan darahnya menurun. Dokter pun melakukan CPR.
Roo Na menyesalkan
tindakan In Soo yang tidak mau mendengarnya.
“Aku sudah bilang padamu.
Aku menyuruhmu menyerah. Lupakan balas dendammu, menikahlah dengan Roo Bi dan
berbahagialah. Apa kau bertahan hanya untuk mati seperti ini? Tidak peduli
seberapa keras kau mencoba, kau tidak akan bisa mengalahkanku.” Ucap Roo Na.
“Aku sudah bilang, jangan
percaya pada cinta. Kenapa kau begitu bodoh? Kenapa kau membuatku menderita
seperti ini?” ucap Roo Na lagi.
Roo Na kemudian mengaku
bahwa ia mencintai In Soo.
Dan sekarang, Roo Na
berada di ruangan gelap itu lagi.
“Benar, aku mencintainya.
Pada awalnya, dia hanyalah seseorang yang kubutuhkan. Lalu aku jatuh cinta
tanpa menyadarinya.” Ucap Roo Na.
Tapi kemudian, Roo Na
meralat ucapannya.
“Tidak, aku tidak
mencintainya. Yang aku cintai hanyalah bakat dan latar belakang pendidikannya. Cinta
itu tidak ada. Aku tidak peduli dia hidup atau mati. Yang aku cintai adalah
hidupku, masa depanku,dan mimpiku. Apakah itu salah?” ucap Roo Na.
In Soo akhirnya dibawa keluar dari ruang operasi. Dokter menjelaskan, bahwa mereka harus menunggu dan melihat. Dokter bilang, In Soo terkena serangan jantung tapi operasinya berjalan dengan baik, namun In Soo bisa saja terkena serangan jantung lagi.
“Dokter bilang operasinya
berjalan baik. Jangan cemas. Kau baru saja bangun dari koma.” Ucap Chorim.
“Itu benar. In Soo orang
yang baik.” Jawab Gilja.
“Eomma, aku merasa
bersalah padanya. Apa yang harus kulakukan?” isak Roo Bi.
Sekarang, Roo Bi berjalan sendirian di lantai rumah sakit. Ia lalu duduk di ruang tunggu dan melihat foto-foto In Soo dengan Roo Na.
“Kau bilang, kau akan
melindungiku. Kau bilang, kau akan berada di sisiku sampai akhir. Kau tidak
boleh melakukan ini padaku. In Soo-ssi, ini tidak adil.” Ucap Roo Bi.
Tuan Bae dan nenek
terkejut mendengar kabar soal In Soo dari Gyeong Min. Nenek ingat In Soo adalah
pria yang sempat dijodohkannya dengan Se Ra.
Nyonya Park menanyakan
Roo Na. Gyeong Min bilang, Roo Na sudah pergi pagi-pagi sekali.
“Kudengar, adik Roo Bi
tunangan In Soo. Roo Bi pasti sangat cemas. Bersikap baiklah padanya.” Ucap
nenek pada Gyeong Min.
Roo Na sendiri menemui
Yeonho. Yeonho memberikan laptop dan USB In Soo pada Roo Na. Roo Na marah
karena orang suruhan Yeonho melukai In Soo. Yeonho membela diri, ia berkata
bahwa orang suruhannya tidak punya pilihan lain selain menusuk In Soo.
Roo Na lalu memberikan Yeonho sejumlah uang. Yeonho pun kesal Roo Na membayarnya tidak sesuai dengan perjanjian mereka. Roo Na bilang, itu karena Yeonho gagal menjalankan tugas darinya. Roo Na lalu menyuruh Yeonho turun dari mobilnya. Setelah Yeonho turun, mobil Roo Na langsung melesat pergi.
Yeonho pun kesal bukan
main.
0 Comments:
Post a Comment