Entah sengaja atau tidak, saat akan mengembalikan cincin itu pada Roo Bi, Roo Na menjatuhkannya.Cincin itu menggelinding entah kemana. Bukannya membantu Roo Bi mencari cincin itu, Roo Na malah pergi dengan alasan akan segera tampil.
“Eonni! Eonni!” Roo Bi mencoba memanggil Roo Na, tapi Roo Na tak
peduli dan terus berjalan.
Roo Na heran sendiri dengan perasaannya. Ia tak mengerti, kenapa
dirinya merasa hampa dan kecewa. Roo Na bertanya-tanya, apa mungkin dia
benar-benar jatuh cinta pada In Soo. Tapi sedetik kemudian, ia menyangkal
perasaannya dan meyakinkan dirinya kalau In Soo hanyalah seseorang yang dia
butuhkan.
Roo Na masuk ke toilet dan menatap pantulan dirinya di cermin.
“Ada apa, Jeong Roo Na? Kau cemburu? Tapi kenapa? Kau punya
segalanya. Kau memiliki semua yang dimiliki Roo Bi. Dan setelah In Soo menikahi
Roo Bi, dia tidak akan lagi mengganggumu. Kau punya semua yang kau inginkan. Geuraeseo wae?”tanyanya dalam hati.
Roo Na lalu berusaha fokus. “Fokus Jeong Roo Na, jalanmu masih
panjang.”
Roo Bi masih belum menemukan cincinnya. In Soo lalu datang. Semula, ia
enggan mengaku pada In Soo bahwa ia menghilangkan cincin itu. Ia takut In Soo
marah, tapi akhirnya ia jujur pada In Soo bahwa cincin itu hilang.
“Na oetteokhe-yo?” tanya Roo Bi, lalu kembali mencari cincin itu.Roo
Bi juga bilang, bahwa cincin itu sangat berharga.
Tapi In Soo melarangnya mencari lagi. In Soo berkata, tidak ada yang
lebih berharga selain Roo Bi. Roo Bi tersenyum.
“Besok kau libur, kan? Bisakah kau datang di pagi hari? Aku ingin
menjemputmu, tapi sepertinya aku akan terjaga sepanjang malam karena pekerjaan
ini.” Ucap In Soo.
“Tidak masalah.” Jawab Roo Bi.
In Soo lalu beranjak pergi. Setelah In Soo pergi, seseorang memanggil
Roo Bi dan Roo Bi pun bergegas menghampiri orang itu.
Begitu Roo Bi pergi, Roo Na datang lagi untuk melihat Roo Bi.Namun hanya sebentar, tapi saat ia hendak pergi, matanya tanpa sengaja melihat cincin itu.
Nenek lagi maskeran dibantu Geum Hee. Geum Hee meletakkan potongan
mentimun di wajah nenek.Geum Hee bilang, jika nenek rutin melakukannya selama 2
bulan, kulit nenek akan lebih bercahaya.
“Kau tidak tahu berapa umurku sekarang?” tanya nenek.
“Samonim, jujurlah dan dengarkan kata hatimu.Wanita tetaplah wanita
sampai dia mati.”jawab Geum Hee.
Geum Hee lalu bercanda, mengatakan lubang hidung nenek terlihat
besar. Nenek marah.
Lalu, seorang pria menghubungi Geum Hee. Pria itu hanya bilang,
merindukan Geum Hee, lalu memutus panggilannya.
Di dapur, Roo Na sibuk membuat sandwich. Tak lama kemudian, Gilja, Chorim dan Soyeong pulang. Mereka terkejut melihat Roo Na yang pulang lebih awal. Roo Na bilang, besok hari liburnya jadi ia dan In Soo akan pergi piknik dan ia membuatkan sandwich untuk In Soo.
“Jadi kapan kau akan bertemu orang tuanya?” tanya Gilja.
“Eomma, aku sudah mengatakannya pada In Soo, bahwa kami harus
memikirkan hal ini kembali.” Jawab Roo Bi.
“A... apa maksudmu? Kau tidak mau menikah dengannya?” tanya Gilja
kaget.
“Wae geuraesseo, Eonni? Kenapa kau tidak mau menikah? Dia sudah
menunggumu begitu lama.” Ucap Soyeong.
“Bukannya aku tidak mau menikah dengannya, tapi kami tidak punya
tabungan.Jadi kami harus bekerja keras dan...”
“Uang bukan masalah! Kau bisa mengajukan pinjaman dan bekerja keras
untuk melunasinya.” Jawab Chorim.
“Geurae, Roo Na-ya. Jangan cemaskan soal uang.” Ucap Gilja.
“Sebenarnya, alasanku tidak mau menikah, karena kondisiku. Aku belum pulih sepenuhnya. Aku tidak tahu apapun tentang masa laluku dan diriku.Aku tidak tahu bagaimana aku di sekolah, seperti apa kepribadianku dan siapa teman-temanku.Dengan buta berjalan ke altar....”
“Buta? Jangan konyol. Kami sudah memberitahumu semuanya!Bahwa kau...
kau... kau si pembuat masalah dan benar-benar buruk di sekolah. Jadi
menikahlah.” Jawab Chorim.
“Lakukan demi In Soo. Dia sangat setia kepadamu.” Ucap Gilja.
Lalu, Roo Na kembali bicara di ruangan gelap itu.
“Dul da (keduanya). Bukankah itu aneh. Aku menginginkan keduanya.Aku
menginginkan Na In Soo, juga Bae Gyeong Min. Aku tidak bisa memilih. Jadi aku
menginginkan kedua cincin itu. Yang satu cincin takdir, sedangkan yang satunya
cincin ambisi.Orang-orang mengatakan, selama mereka memiliki ini dan itu,
mereka akan bahagia. Mereka mengatakan, mereka akan memiliki dunia. Jadi jangan
menghukumku. Semua manusia itu, serakah.”
Roo Bi sudah berada di depan apartemen In Soo. In Soo kemudian menelpon, memberitahu Roo Bi bahwa ia akan sedikit terlambat karena harus menggantikan tugas rekannya yang sedang ditimpa musibah. In Soo berjanji, akan langsung pulang begitu kerjaannya selesai dan meminta Roo Bi menunggu di apartemennya.
Sembari menunggu, Roo Bi membersihkan apartemen In Soo. Saat bersih-bersih itulah, ia menemukan sebuah kotak merah yang berisi sobekan-sobekan foto Roo Na. Tak hanya itu, di sana ia juga menemukan setelan baju bayi dan foto hasil USG.
“16 Juli 2012.” Ucap Roo Bi membaca tanggal yang tertera di foto
hasil USG. Ia sadar, foto itu diambil sebelum insiden kecelakaannya.
Setelah menemukan itu, Roo Bi langsung pergi dari apartemen In Soo.
“Ini aneh. Kenapa dia merobek foto-fotoku. Dan hasil USG itu...”
Roo Bi juga mendapat informasi soal Roo Na yang pergi ke klinik
kandungan pada tanggal 16 Juli 2012.Sontak, semua itu semakin membuatnya
bingung.
Di sela-sela pekerjaannya, In Soo menghubungi Roo Bi, tapi tidak
dijawab.
Saat itu, Roo Bi berada di klinik kandungan yang pernah di datangi Roo Na. Ia pun terkejut mendengar penjelasan dokter soal aborsi Roo Na.
“Aku mungkin mengerikan, tapi bagaimana bisa aku ingin membunuh
anakku sendiri.” Ucapnya syok.
Roo Bi menyusuri sepanjang jalan dengan wajah syok. Ia yakin, ada
kesalahan.
Sekarang, Roo Bi menemui dokter yang merawatnya saat ia dan Roo Na kecelakaan. Roo Bi menanyakan soal kegugurannya.
“Bagaimana kau bisa kegugurann kalau kau tidak hamil.” Jawab dokter.
“Tapi dokter kandunganku bilang, aku hamil.” Ucap Roo Bi.
“Bukan dirimu, tapi...” seketika dokter terdiam dan tidak jadi
melanjutkan kata-katanya. Sepertinya ia mulai curiga kalau sosok di hadapannya
adalah Roo Bi yang asli. Dokter Kim menegaskan sekali lagi, kalau Roo Bi tidak
hamil.
Roo Bi ingin mengecek ke rumah sakit lain, membuat Dokter Kim agak
tersinggung. Roo Bi beralasan, itu karena salah satu dokternya mengatakan ia
hamil. Dokter Kim pun mempersilahkan Roo Bi mengecek ke rumah sakit lain.
Dan sekali lagi, Dokter Kim menegaskan bahwa Roo Bi tidak hamil.
Sekarang, Roo Bi duduk di sebuah kafe sambil menatap foto hasil USG
Roo Na.
“Aku aku melakukannya? Apa In Soo tahu? Tidak, dia mungkin tidak tahu
tapi kenapa dia memiliki foto ini. Wae? Kunjungan pertama tanggal 16 Juli, yang
kedua tanggal 27 Juli. Aku pergi ke klinik berbeda pada 1, 7 dan 16 Agustus.
Kecelakaan itu terjadi 19 Agustus. Berarti aku masih hamil sampai tanggal 16
Agustus dan aku sudah tidak hamil pada 19 Agustus. Apa yang terjadi selama 3
hari itu?” batinnya.
In Soo yang baru tiba di apartemennya terkejut melihat kotak merahnya
tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka. Dia langsung paham dan mencari
foto hasil USG itu dan tidak bisa menemukannya.
Menyadari apa yang terjadi, In Soo langsung menghubungi Roo Bi.
Setelah itu, ia menyusul Roo Bi ke kafe.
Begitu In Soo datang, Roo Bi menunjukkan sobekan foto Roo Na. In Soo
pun membuat alasan, bahwa ia hanya ingin menghapus kenangannya bersama Roo Na
sebelum kecelakaan dan ingin membuka lembaran yang baru dengan ‘Roo Na.’
Setelah itu, Roo Bi menunjukkan foto hasil USG. In Soo pun berbohong, ia bilang itu hanya propertinya saja.
“Geojitmal sirheoyo (jangan bohong). Aku pergi ke Chuncheon hari ini.
Apa aku benar-benar hamil? Apa itu benar-benar anakku?”
In Soo pun mengangguk. Pecahlah tangis Roo Bi. Ia merasa semuanya
tidak masuk akal.
Roo Bi lalu pergi. In Soo menyusul Roo Bi.
Roo Bi terduduk lemas di lantai apartemen In Soo. Untuk menenangkan
Roo Bi, In Soo pun memberikan Roo Bi segelas air, tapi Roo Bi tidak
menyentuhnya.
“Aku tidak tahu, aku orang yang sangat mengerikan. Mereka bilang, aku
orang yang mengerikan tapi aku tidak tahu aku semengerikan itu.” Ucap Roo Bi.
“Itu tidak benar.” Jawab In Soo.
“Aku harus bagaimana? Bagaimana aku bisa menghadapi dunia? Aku sosok
yang mengerikan.” Ucap Roo Bi.
“Kenapa kau tidak meninggalkanku, In Soo-ssi? Kau seharusnya pergi
dariku. Kenapa kau bertahan dengan orang yang mengerikan? Mianhaeyo. Mianhae.”
Ucap Roo Bi.
“Roo Na-ssi.”
“Mianhae.”ucap Roo Bi.
Bersambung ke part 2......
Bersambung ke part 2......
0 Comments:
Post a Comment