Eun Ji memberi ucapan selamat untuk Roo Bi yang akan segera menikah dengan In Soo. Roo Na langsung tertawa mendengarnya, lalu ia berkata bahwa Eun Ji tak berhak mengucapkan selamat pada Roo Bi karena Yeonho sudah menyusahkan In Soo.
Eun Ji tersinggung mendengarnya. Ia langsung bilang
bahwa Roo Na lah yang membuat Yeonho seperti itu.
Sontak, Roo Na kaget dengan kata-kata Eun Ji. Eun Ji
yang kesal, beranjak pergi.
“Eun Ji-ya!” panggil Roo Na seraya menyusul Eun Ji
keluar.
“Apa maksudmu seseorang menyuruh pacarmu melakukan
sesuatu. Apa dia mengatakan sesuatu padamu?” tanya Roo Na.
“Apa yang kau bicarakan?” jawab Eun Ji, entah dia
tahu atau pura-pura tidak tahu.
“Kau sebaiknya menonton saja.” Ucap Roo Na.
“Untuk apa? Karena kau selebritis sekaraang dan
status sosialmu tinggi, jadi aku harus hati-hati?” jawab Eun Ji.
“Jaga mulutmu.” Ucap Roo Na, lalu beranjak pergi.
“Si perebut itu...” dengus Eun Ji kesal.
Roo Na kembali ke ruang ganti. Begitu Roo Na kembali, Roo Bi langsung meminta cincin pertunangannya. Roo Bi berkata, Gyeong Min yang memberitahunya kalau cincinnya ada di Roo Na.
“Kau bertemu Gyeong Min?” tanya Roo Na.
“Di lorong.” Jawab Roo Bi.
“Mianhae, aku lupa membawa cincinmu. Akan
kukembalikan besok.” Ucap Roo Na.
Kemudian, ponsel Roo Na berdering. Telepon dari
Produser Oh yang mengabarkan bahwa mereka terpaksa mulai syuting besok. Roo Na
terkejut.
Nyonya Park heran Tuan Bae pulang lebih awal. Tuan
Bae berkata, bahwa ia sengaja pulang lebih awal karena merindukan Nyonya Park.
Nyonya Park langsung tertawa geli. Lalu nenek muncul dan bertanya, apa Tuan Bae
tidak merindukannya.
“Eomma, kau dirumah?” jawab Tuan Bae.
“Bagaimana bisa kalian masih romantis di usia kalian
sekarang?” ucap nenek, menggoda keduanya.
“Eomma, sekarang aku membawakanmu banyak hadiah.”
Jawab Tuan Bae.
Nenek langsung antusias mendengar kata ‘hadiah’.
Tuan Bae lalu mengeluarkan isi goodie bag yang dibawanya.
“Apa semua ini?” tanya Nyonya Park sambil melihat
beberapa perhiasan dan aksesoris. Ya, hadiah yang dibawa Tuan Bae adalah
perhiasan dan aksesoris.
“Semua ini untuk kalian. Presdir Lee yang bekerja
sama denganku di Chuncheon, berbisnis perhiasan. Dia bilang, ada banyak sisa
sampel jadi aku membawanya untuk kalian.” Jawab Tuan Bae.
Lalu, Geum Hee keluar dan mereka pun juga memberikan Geum Hee perhiasan itu. Sontak, Geum Hee senang. Ia langsung mengambil beberapa perhiasan dan membawa ke kamarnya.
Roo Na pulang. Nyonya Park senang karena Roo Na juga
pulang lebih awal. Roo Na kemudian berkata, bahwa ia ingin mengatakan sesuatu.
Di kamarnya, Geum Hee sedang mencoba perhiasan itu
sambil mematut dirinya di kaca.
Lalu tiba2, dia mendengar suara Tuan Bae yang marah.
Ya, Tuan Bae marah! Dia bahkan menyebut Roo Na egois karena membuat keputusan sendiri tanpa memberitahu mereka.
“Aku tidak membuat keputusan itu sendiri. Gyeong Min
sudah menyetujuinya. Kumohon, abonim. Ini adalah momen penting untuk diriku dan
juga perusahaan. Program ini akan menentukan apakah kita dapat naik ke level
berikutnya atau tidak.” Jawab Roo Na.
“Aku tidak peduli!” ucap Tuan Bae.
“Tapi aku peduli. Memang apa salahnya jika mereka
meliput keluarga kita? Mereka bisa melihat betapa sederhana dan hematnya ibu
dan nenek. Ini bisa membentuk citra kita di publik.” Jawab Roo Na.
“Kami melakukan itu bukan untuk pamer! Tidak ada
alasan bagi kami untuk tampil di TV. Karirmu ya karirmu! Dan keluarga kami
adalah keluarga kami!” ucap nenek.
“Apa kau malu karena aku yang menjadi menantumu?”
tanya Roo Na.
“Roo Bi-ya!” tegur Nyonya Park.
“Aku ingin melakukannya dengan baik. Aku juga bagian
keluarga ini. Tidak bisakah keluarga ini membantuku? Ini hanya sebentar. Mereka
hanya akan menyorot kita makan dan mengajukan beberapa pertanyaan.” Ucap Roo
Na.
“Roo Bi-ya, ayah mertuamu dan nenek mengatakan
tidak. Aku mengerti apa maksudmuu tapi kau tidak bisa melakukan sesuatu yang
tidak mereka setujui.” Jawab Nyonya Park.
“Aku bagian dari keluarga ini. Jika Se Ra yang
meminta, kau pasti akan membantunya dengan senang hati.” Ucap Roo Na.
“Roo Bi-ya!” tegur Nyonya Park.
“Aku akan tetap melakukannya meski tanpa persetujuan
kalian. Besok, kru film akan datang.” Ucap Roo Na.
Tuan Bae pun syok. Tepat saat itu, Gyeong Min dan Se Ra pulang. Dan... PLAAAK! Tuan Bae menampar Gyeong Min.
Sontak, Se Ra dan Gyeong Min yang tidak tahu apa-apa
syok. Nenek pun menyuruh Gyeong Min dan Se Ra ke kamarnya.
Sementara, Roo Bi melenggang menuju kamarnya.
Geum Hee keluar dan memberitahu Se Ra apa yang
terjadi.
“Memfilm-kan keluarga kami. Siapa kau sampai berani
memutuskan hal itu! Aku belum pernah melihat ayahku marah seperti itu. Orang
tuaku belum pernah memukul Gyeong Min sepanjang hidupnya. Apa kau tahu,
bagaimana syok nya kami melihat dia ditampar?”
Tapi Roo Na malah menyuruh Se Ra keluar dari
kamarnya. Se Ra tambah syok.
“Apa hebatnya keluarga ini? Jika kita terkenal,
perusahaan bisa melakukan penjualan yang lebih tinggi. Apa buruknya? Bisnis
membayar untuk mengiklankan diri mereka sendiri. Publisitas akan lebih baik
untuk keluarga ini.” Ucap Roo Na.
“Setiap keluarga memiliki aturan masing-masing.
Keluarga kami membenci sorotan. Kami membantu orang lain bukan untuk
publisitas. Apa kau tidak tahu, 5% gaji kami, kami sisihkan untuk dana
beasiswa? Pernahkah kami mengatakan itu pada pers?” jawab Se Ra.
“Itu hanya untuk mendapatkan keringanan pajak.” Ucap
Roo Na.
Se Ra pun tambah syok.
Di kamar, nenek memberitahu Gyeong Min apa yang
terjadi. Gyeong Min pun meminta maaf atas kelakuan istrinya.
“Kau tahu kan keluarga kita membenci sorotan. Kita
memiliki permintaan wawancara selama bertahun-tahun, tapi pernahkah ayahmu
mengatakan iya? Apa bagusnya jika kita menjadi konsumsi publik? Jadi jangan
marah pada ayahmu.” Ucap nenek.
“Haruskah kau pergi sejauh ini?” tanya Gyeong Min.
“Aku tidak melakukan kesalahan. Kenapa mereka tidak
mau jadi terkenal? Apa yang mereka cemaskan? Apa mereka takut, aku akan mencuri
uang mereka jika aku populer?” ucap Roo Na.
“Roo Bi-ya!”
“Bujuk lah mereka. Jika aku melakukan ini, semua
orang di Korea akan mengetahui siapa diriku. Ini adalah kesempatan yang baik.
Tidak ada yang tidak bisa kulakukan. Aku bahkan bisa masuk ke dalam dunia
politik. Itu bisa membantumu dan perusahaan. Kau bahkan bisa menjadi legislator
atau presiden. Aku hanya mencoba yang terbaik untuk mewujudkan mimpiku. Tapi mereka menghalangi jalanku. ” Ucap Roo
Na.
"Mimpi egois hanyalah keserakahan. Kau tidak
tahu? Kau berpikir, dengan melakukan ini, akan membuatmu semakin dekat dengan
mimpimu? Kau salah. Yang penting adalah memenangkan hati mereka. Caramu
mengejar mimpi adalah dengan mengasingkan orang lain dan menginjak-nginjak
mereka. Kenapa kau tidak percaya bahwa kejujurann akan memenangkan hati
seseorang?" jawab Gyeong Min.
Gyeong Min lalu menyuruh Roo Na minta maaf pada
orang tuanya.
Tapi Roo Na kekeuh dengan pendiriannya. Ia bahkan
menyuruh Gyeong Min membujuk Tuan Bae dan Nyonya Park.
Gyeong Min kecewa dan langsung pergi meninggalkan
Roo Na.
Gyeong Min minta maaf pada orang tuanya. Sang ayah pun berkata, bahwa Roo Bi bukanlah gadis yang sama seperti gadis yang mereka kenal dulu.
Lalu, Roo Na datang dan meminta maaf pada Tuan Bae.
Roo Na berjanji, akan membatalkan semuanya.
Tuan Bae yang sudah tidak punya tenaga lagi untuk
berdebat pun menyuruh Gyeong Min dan Roo Na kembali ke kamar.
Di depan kamar mereka, Roo Na meminta maaf pada Gyeong Min. Ia berusaha menjelaskan, tapi Gyeong Min yang terlanjur kecewa tidak mau mendengar penjelasan Roo Na.
Chorim masuk ke kamar Gilja dan melihat Gilja sedang menghitung simpanan mereka. Chorim mengerti Gilja mencemaskan biaya pernikahan Roo Bi.
“Tapi aku bahagia
Roo Na akan menikah. Dia sudah cukup menderita.” Ucap Gilja.
Gilja pun menyesal
karena sudah terlalu keras pada Roo Na. Gilja berkata, seandainya dia tahu Roo
Na akan semanis itu, dia tidak akan terlalu keras pada Roo Na.
Chorim bersyukur
kecelakaan itu sudah mengubah Roo Na menjadi manusia baik.
“Apa kau sudah
menemukan tempat baru untuk Roo Na?” tanya Chorim.
“Roo Na bilang, dia
akan pindah ke studio In Soo. Setelah mereka punya anak, mereka akan pindah ke
tempat yang lebih besar.” Jawab Gilja.
“Itu menyedihkan.
Roo Bi tinggal di rumah mewah, sedangkan Roo Na tinggal di kotak sepatu.” Ucap
Chorim.
“Meskipun tinggal di
kotak sepatu, kebahagiaan mereka yang terpenting.” Jawab Gilja.
Soyeong sedang
memijit kaki Chorim. Soyeong pun minta Chorim memijit kakinya juga, tapi Chorim
menolak.Soyeong langsung cemberut.
Kemudian, Gilja dan Roo Bi datang. Dan Chorim langsung menanyakan barang-barang yang mereka beli. Gilja berkata, barang2 itu akan langsung diantarkan ke rumah.
“Chef No, apa kita
masih memiliki ayam!” tanya Gilja.
“Kau belum makan?”
tanya Dongpal sembari keluar dari dapur.
“Aku mengajaknya
makan tapi dia lebih tertarik makan disini.” Jawab Roo Bi.
“Kau tidak bosan
makan ayam terus? Kau tidak pernah makan diluar.” Ucap Chorim.
“Aku menyukai ayam,
oke?” jawab Gilja. Lalu mereka semua tertawa dan In Soo pun datang.
“Calon pengantin
selalu saja terlihat lebih tampan.” Puji Dongpal.
“Dia memang tampan.
Tidak seperti orang yang kukenal.” Jawab Chorim.
“Maksudmu aku?”
tanya Dongpal.
“Aku tidak
mengatakan apapun.” Jawab Chorim.
“Kau tidak sibuk
belakangan ini?” tanya Gilja.
“Tidak, tapi hatiku
selalu berpacu. Aku tidak sabar menunggu pernikahan. Aku takut Roo Na akan
berubah pikiran lagi.” Jawab In Soo.
“Kau harus berhati2,
Na PD. Jika kau tidak bersikap baik denganku, aku akan menyuruh Roo Na menikah
dengan orang lain.” Ucap Chorim.
Setelah itu, In Soo
dan Roo Bi berjalan-jalan di taman. Mereka bergandengan tangan dan In Soo
meminta maaf karena tidak bisa membelikan sebuah rumah untuk Roo Bi.
“Jangan menyesal.
Siapa yang peduli dimana kita tinggal.” Jawab Roo Bi.
Roo Bi kemudian bertanya, apa yang In Soo sukai darinya. In Soo berkata, tidak butuh alasan baginya menyukai orang yang baik seperti Roo Bi.
“Kau pergi ke
Selatan untuk syuting. Saat itu di musim dingin. Gigiku gemeletuk menahan
dingin. Aku terlalu sibuk bekerja, tapi kemudian kau memberiku sepasang
pantyhose. Kau bilang, pantyhose memang untuk wanita tapi itu bisa
menghangatkan tubuhku."
"Jadi kau jatuh
cinta padaku karena pantyhose?"
"Pria macam apa
yang tidak akan jatuh hati pada wanita yang baik? Langit di musim dingin
dipenuhi bintang, dan di kamera kau menatapku balik dengan pipi kemerahan seperti
apel yang sudah matang. Pada momen itu, kau menjadi gadis tercantik di dunia.
Tapi aku sudah melupakan Jeong Roo Na yang dulu. Aku jatuh cinta pada Jeong Roo
Na yang sekarang. Bukan karena wajah Jeong Roo Na yang terlihat di kamera.”
Ucap In Soo.
“Mereka bilang, aku
orang yang jahat. Aku tidak ingin percaya tapi seseorang yang kukenal
mengatakan seperti itu.” Jawab Roo Bi.
“Kau tidak seperti
itu lagi. Kau lebih hangat, ramah dan perhatian dari siapapun yang kukenal.”
Ucap In Soo.
“Jeong Roo Bi, jika
memorimu kembali, akankah kau memaafkanku? Tolong maafkan aku.” Kata In Soo
dalam hati.
Keesokan harinya, Roo Bi menemui Gyeong Min di kantor. Tapi saat melihat Gyeong Min, ia lagi-lagi mendapat penglihatan soal Gyeong Min. Roo Bi pun terdiam.
“Apa yang kau
pikirkan?” tanya Gyeong Min.
“Bau kopinya sangat
enak.” Jawab Roo Bi.
Gyeong Min pun
langsung menyajikan kopi untuk Roo Bi.
“Persiapan
pernikahanmu berjalan baik?” tanya Gyeong Min.
Roo Bi mengangguk.
“Ibumu pasti sangat
sibuk sekarang.” Ucap Gyeong Min.
“Aku benar2 menyukai
wangi kopinya.” Ucap Roo Bi.
“Sudah kubilang
padamu, kan? Kalau kau datang ke sini, aku akan menjadi barista pribadimu.”
Jawab Gyeong Min.
Roo Bi lalu memberikan undangan pernikahannya. Mereka mengobrol sebentar, lalu tanpa sengaja, Gyeong Min melihat Roo Bi tidak memakai cincin pertunangan.
“Eonni belum
mengembalikannya, dia bilang dia lupa.” Jawab Roo Bi.
“Ini tidak benar,
cincin itu sangat berarti.” Ucap Gyeong Min.
“Terima kasih atas
kopinya.” Jawab Roo Bi.
“Apa kau bisa makan
malam denganku besok?” tanya Gyeong Min.
“Wae?” tanya Roo Bi.
“Apa maksudnya wae?
Jika kakak iparmu yang meminta, kau seharusnya mengatakan iya.” Jawab Gyeong
Min.
Lalu, Roo Bi
beranjak pergi. Gyeong Min melihat syal Roo Bi yang tertinggal di meja, ia mau
mengembalikannya tapi Roo Bi keburu pergi.
Di lorong, Roo Bi bertemu Roo Na. Roo Na marah saat Roo Bi bilang, sudah memberikan undangan pernikahannya pada Gyeong Min.
“Aku tidak bisa
menghubungimu.” Ucap Roo Bi.
“Maka kau harusnya
menunggu.” Jawab Roo Na.
“Apa salahnya jika
aku menemui Gyeong Min? Apa ada alasan kenapa aku tidak boleh menemuinya?”
tanya Roo Bi.
Roo Na tidak bisa
menjawab. Lalu, Roo Bi meminta Roo Na mengembalikan cincin pertunangannya.
Setelah itu, Roo Bi beranjak pergi dan Roo Na membuang cincin Roo Bi ke tempat
sampah. Tanpa ia sadari, Gyeong Min melihatnya membuang cincin itu.
Setelah Roo Na
pergi, Gyeong Min mengambil cincin itu. Ia heran, kenapa Roo Na membuang cincin
itu.
Sekarang, Roo Na
sudah berada di kamarnya. Ia sedang berbicara dengan Direktur Kim di telepon.
Gyeong Min kemudian pulang. Selesai bicara dengan Direktur Kim, Roo Na langsung memberitahu Gyeong Min kalau Direktur Kim mengajak mereka makan malam bersama besok. Roo Na juga bilang, ada Majelis Min Jongcheol juga di sana.
“Apa bagusnya makan
malam dengan mereka? Aku ada janji makan malam besok.” Ucap Gyeong Min.
Roo Na terus
membujuk Gyeong Min. Ia bahkan protes karena Gyeong Min tidak punya ambisi.
Gyeong Min sontak kaget dengan kata-kata Roo Na.
Kesal karena Gyeong
Min terus menolaknya, Roo Na pun pergi ke kamar mandi.
Gyeong Min menatap
cincin pertunangan Roo Bi dan In Soo. Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada
Roo Bi nya.
Keesokan harinya, Se
Ra memanggil Roo Bi ke ruangannya. Begitu Roo Bi datang, Se Ra langsung memberi
Roo Bi hadiah pernikahan.
Roo Bi terkejut Se
Ra memberinya hadiah gaun pengantin. Se Ra berkata, dia sendiri yang mendesain
gaun itu saat dirinya berada di luar negeri.
Se Ra juga mengaku,
bahwa ia tidak tahu bagaimana perasaan Roo Na saat mendapatkan hadiah itu dari
nya tapi karena Roo Na juga bagian dari keluarganya, jadi ia pikir tak masalah
jika ia memberi gaun pengantin sebagai hadiah.
“Sebenarnya aku
ingin menjadi desainer terkenal, tapi ayahku membuatku terperangkap disini. Kau
tahu, profesorku bahkan memuji desain gaunku ini.” Ucap Se Ra.
“Aku menyukainya, In
Soo juga pasti akan menyukainya.” Jawab Roo Na.
Roo Na masuk ke ruang ganti dan mendapati Roo Bi sedang mematut diri di kaca dengan gaun pengantin itu.
“Eonni, bukankah ini
cantik? Direktur Bae Se Ra yang memberikannya sebagai hadiah.” Ucap Roo Bi.
“Direktur Bae Se
Ra?” tanya Roo Na kaget.
0 Comments:
Post a Comment