Roo Na tidak bisa menjawab saat Gyeong Min menanyakan janjinya saat memberi cincin itu padanya. Roo Na beralasan, tidak bisa mengatakannya karena itu akan membuatnya malu.
Tak ingin ditanya-tanya lagi, Roo Na pun menyudahi
pembicaraan dengan mengajak Gyeong Min makan.
Gyeong Min merasa aneh. Ia bertanya-tanya, apa yang terjadi
pada Roo Bi nya.
Sementara itu, Roo Na sibuk memikirkan janji yang dikatakan
Gyeong Min pada Roo Bi.
“Saranghae? Ania, itu terlalu sederhana. Aku akan
memberikanmu yang lebih baik lagi? Itu tidak mungkin. Geudae, aku akan bilang
saja ingatanku hilang karena kecelakaan itu.” Ucap Roo Na, lalu menghela nafas.
Di restoran, Dongpal langsung membantu Gilja membawa
belanjaan begitu Gilja dan Soyeong pulang. Melihat Gilja mengeluhkan
punggungnya yang sakit, Soyeong pun
melarang Gilja mengangkat beban berat lagi.
Soyeong kemudian menawarkan Gilja secangkir kopi. Lalu,
Dongpal menanyakan Chorim yang sedang pergi liburan.
Dongpal juga menanyakan pakaian yang dikenakan Chorim saat
pergi.
“Kenapa kau bertanya?” tanya Soyeong.
“Aku hanya penasaran.” Jawab Dongpal.
“Rasanya sepi tidak ada Chorim disini.” Ucap Gilja.
“Bukankah bagus tidak ada dia disini? Dia selalu
merecokiku.” Jawab Dongpal.
“Oppa, jangan bohong. Kau bertanya padaku, apa yang dia
pakai.” Timpal Soyeong.
“Itu....” Dongpal langsung salting. Bingung harus bersikap
apa, Dongpal pun mengalihkan pembicaraan dengan melarang Gilja mengizinkan
Chorim pergi dengan laki-laki. Lalu, Gilja berkata kalau Chorim pergi dengan
teman sekelasnya.
Dongpal kemudian mengatakan soal Chorim yang dipeluk ‘beberapa’ pria semalam. Lalu, Dongpal membuat alasan, ia bilang itulah sebabnya ia bertanya pada Soyeong apa yang dipakai Chorim.
“Tapi apa yang kau lakukan di depan apartemen kami?” tanya
Soyeong, bikin Dongpal terdiam lagi.
Dongpal pun selamat karena pengunjung tiba-tiba datang
sehingga ia tidak perlu mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Soyeong.
Roo Bi tampak sibuk menata outfit para model. Saat tengah menata outfit2 itu, tanpa sengaja ia melihat baju bayi yang tergantung diantara outfit para model. Ia terdiam dan teringat pembicaraannya dengan In Soo semalam.
“Apa aku benar-benar
hamil? Apa ini anakku? Apa ini anak kita?” tanyanya.
Tangisnya pun kembali keluar. Kemudian, ponselnya berbunyi.
Telepon dari Roo Na yang menyuruhnya datang ke pantry.
Begitu Roo Bi datang, Roo Na langsung menyuruh Roo Bi ke
salon. Roo Na bilang, wajah Roo Bi miliknya juga. Roo Na beralasan, tidak mau orang-orang
beranggapan bahwa adiknya tidak mengurus diri.
Roo Na lalu membuka tasnya dan melihat cincin pertunangan
Roo Bi dan In Soo. Alih-alih mengembalikannya, ia malah mengeluarkan sebuah
amplop dan memberikan amplop itu pada Roo Bi.
“Aku tidak butuh ini.” Tolak Roo Bi.
“Ini dari kakakmu, jadi terima saja.” Jawab Roo Na.
“Tapi aku benar-benar tidak membutuhkannya. Kami bahkan
belum menetapkan tanggalnya. Aku sudah bilang pada In Soo, kami akan
melakukannya perlahan-lahan.” Ucap Roo Bi.
“Wae? Kau tidak mau menikah dengannya?” tanya Roo Na.
“Ingatanku masih belum kembali. Tidak benar jika aku menikah dengan kondisi
seperti ini.” Jawab Roo Bi.
“Akan lebih baik jika kau tidak ingat. Bukankah sudah
kubilang, kau bukan orang baik.” Ucap Roo Na, membuat Roo Bi terdiam.
“Wae? Kau tersinggung dengan ucapanku?” tanya Roo Na.
“Eonni, apa aku pernah mengatakan sesuatu padamu, sesuatu
yang tidak pernah kukatakan pada orang lain?” tanya Roo Bi.
“Apa aku.... aku, pernah hamil?” tanya Roo Bi. Sontak
pertanyaan Roo Bi, membuat Roo Na kaget. Tapi Roo Na bilang, Roo Bi tidak
pernah hamil.
“Jeongmal-ya?” tanya Roo Bi.
“Kita di tempat kerja.” Ucap Roo Na.
“Klinik di Chuncheon mengatakan, aku datang denganmu untuk
aborsi. “ jawab Roo Bi.
“Benar, aku pergi denganmu untuk aborsi. Tapi itu masa lalu. Jangan katakan pada orang lain.” Ucap Roo Na.
Roo Na lalu memaksa Roo Bi mengambil uangnya. Roo Bi menolaknya dengan tegas. Roo Bi juga menegaskan bahwa ia tidak akan menikah sampai ingatannya kembali.
Setelah Roo Bi pergi,
Roo Na dihubungi Produser Oh.
Lalu, Roo Na dan Produser Oh bertemu di kafe. Begitu memasuki kafe, mata pengunjung langsung tertuju padanya. Roo Na senang dan langsung menebar senyumnya.
Produser Oh ingin memperkenalkan dirinya, tapi Roo Na yang
memang sudah mengenal Produser Oh, langsung menyela.
“Aku tahu siapa kau. Kau terkenal di TV kabel Chuncheon
sebagai produser berbakat. Kau memproduseri ‘My Hometown’ dan sekarang kau
bekerja di K Network.” Ucap Roo Na.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Produser Oh kaget.
“Aku juga dari Chuncheon.” Jawab Roo Na.
Roo Na lalu to the point, ia bilang jika Produser Oh ingin
bekerja sama dengannya, maka Produser Oh perlu melakukan penelitian dasar
terlebih dahulu.
“Kau memang luar biasa. Aku tahu, tapi yang lebih penting
adalah program yang ingin kuhasilkan. Aku menolak program lainnya demi program
ini. Ini akan menjadi cerita tentang kehidupan sehari-hari anda. Kami akan
menyorotmu sepanjang waktu. Jadi ini semacam dokumenter.” Jawab Produser Oh.
“Aku tidak tahu apa aku bisa melakukannya.” Ucap Roo Na.
“Kau tahu kan, kau itu bintang baru? Kau harus memanfaatkan
momentum ini. Pemirsa ingin tahu apa yang ada di belakang wajah selebriti.
Pendidikanmu, kecantikanmu, suami tampan yang seorang pewaris JM, talk show dan
karirmu yang sukses. Aku jamin program ini akan mendapat rating tinggi.” Jawab
Produser Oh.
Roo Na pun tertarik, “Kapan kita mulai syuting?” tanyanya.
Mereka lalu bicara di sebuah ruangan. Produser Oh tidak menyangka, Roo Na banyak berubah. Roo Bi lantas meminta maaf karena tidak bisa mengingat Produser Oh.
“Kau sudah menikah?” tanya Produser Oh.
“Belum.” Jawab Roo Bi.
“Tapi kau dan In Soo belum putus, kan?” tanya Produser Oh.
“Belum.” Jawab Roo Bi.
“Jagalah In Soo dengan baik, dia hampir bunuh diri
karenamu.” Ucap Produser Oh.
Roo Bi pun terkejut. Produser Oh pun menyesal telah membahas
itu. Ia pikir, Roo Na tahu soal itu.
“Katakan padaku, kenapa dia mencoba bunuh diri?” tanya Roo
Bi.
“Itu setelah kecelakaanmu. Kau sedang koma. Mereka bilang,
kau di ambang kematian. Itu pasti memukulnya. Dia mencintaimu daripada dirinya
sendiri.” Jawab Produser Oh.
Sepanjang perjalanan, Roo Bi tak bisa berhenti memikirkan
perkataan Produser Oh tentang In Soo yang pernah mencoba bunuh diri karena nya.
“Aku tidak tahu cerita lengkapnya, aku merasa buruk. Tapi
kenapa rumah sakit mengatakan, aku tidak hamil? Apa akhirnya, aku melakukan
aborsi? Tapi kenapa? In Soo dan aku saling mencintai, lalu kenapa aku membunuh
anakku?” Roo Bi bertanya-tanya.
Roo Bi lalu menghubungi In Soo.
“Na-ya, jigeum oediyeo?” tanya Roo Bi. (Ini aku, kau dimana
sekarang?)
In Soo membukakan pintu apartemennya untuk Roo Bi. Begitu datang, Roo Bi langsung menanyakan alasannya aborsi. Roo Bi mengaku, kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan.
“Bagaimana aku bisa tahu apa yang kau pikirkan dan apa yang
kau rasakan?” jawab In Soo.
“Aku pasti hamil sampai tanggal 16 Agustus. Tapi pada 19
Agustus, hari kecelakaan itu, aku sudah tidak hamil. Apa aku sudah melakukan
aborsi? Dimana? Klinik mana? Tidak ada catatan soal itu. Aku mencari
kemana-mana.” Ucap Roo Bi.
“In Soo-ssi, apa kau mengatakan, kau tidak akan menikah
denganku? Atau aku yang mengatakannya?” tanya Roo Bi.
In Soo yang bingung pun memeluk Roo Bi sejenak. Setelah itu,
ia melepaskan pelukannya dan menatap Roo Bi. Ia meminta Roo Bi berhenti
memikirkan hal itu.
“Tapi aku harus tahu.” Jawab Roo Bi.
“Kau akan tahu setelah waktunya tiba. Tapi sampai ingatanmu
kembali, tidak bisakah kau tenang dan menikmati hubungan kita?” ucap In Soo.
“Kenapa kau tidak mau memberitahuku?” tanya Roo Bi.
In Soo pun berkilah, kalau ia tidak mengetahui semuanya
tentang Roo Na.
“Roo Na-ssi.” Ucap In Soo sambil memegangi wajah Roo Bi.
“Mianhae, aku orang yang buruk. Seperti yang kau katakan,
aku akan tahu jika sudah waktunya. Aku akan menunggu sampai hari itu tiba.”
Jawab Roo Bi.
In Soo pun memeluk Roo Bi.
“Mianhae-yo, Jeong Roo Bi-ssi. Aku tidak tahu kalau aku akan
memiliki perasaan ini. Aku tidak tahu kalau aku akan jatuh cinta padamu.” Ucap
In Soo dalam hati.
0 Comments:
Post a Comment