Seung Yoo berdiri di depan kediaman Sooyang. Tangannya mengepal, menahan rasa marah. Seung Yoo lalu sembunyi karena ada orang yang datang. Yang datang, Myun dan Se Ryung.
“Dia menyuruhku
menyampaikan rasa terima kasihnya padamu.” Ucap Se Ryung.
“Kalau dia tahu siapa
aku, dia pasti akan memakiku.” Jawab Myun.
“Aku minta maaf atas
kesalahpahaman yg terjadi. Seharusnya kau bilang dari awal….” Ucap Se Ryung.
“Apa kau akan
percaya kalau aku mengatakannya dari awal? Kau menuduhku membawa mereka ke
suatu tempat untuk dibunuh. Seburuk itu kah aku di matamu, Nona? Seorang pria
berdarah dingin yang sanggup membunuh temannya sendiri. Bukankah begitu?” jawab
Myun.
“Sebaiknya kau
pulang.” Ucap Se Ryung, lalu berbalik dan siap masuk.
“Berapa lama lagi!”
teriak Myun, membuat Se Ryung terkejut.
“Sampai kapan aku
harus menunggu sampai kau melihatku?” tanya Myun.
“Pergilah.” Jawab Se
Ryung, kemudian beranjak masuk.
Myun mendekati Se
Ryung, dan menarik paksa Se Ryung ke dalam pelukannya. Se Ryung berontak. Tapi
Myun mengencangkan pelukannya. Seung Yoo dari balik pohon kaget melihatnya.
Seung Yoo pun akhirnya pergi. Tepat setelah kepergian Seung Yoo, Se Ryung
menarik dirinya dari pelukan Myun.
“Meskipun kita akan
menikah, bagaimana bisa kau bersikap buruk seperti ini? Jangan pernah berharap
untuk mendapatkan hatiku.” Ucap Se Ryung dingin, lalu berbalik.
“Sisa hidupmu akan
kau habiskan denganku. Perlahan2 aku akan mendapatkan hatimu.” Jawab Myun, lalu
pergi.
Se Ryung menatap
kepergian Myun dengan perasaan marah dan terluka.
Di jalan, Seung Yoo
teringat kata2 Jong ttg Myun yg akan menikah dgn putri Sooyang. Sementara Se
Ryung teringat kata2 Myun tadi kalau hidupnya akan ia habiskan dgn Myun. Se
Ryung menghela napas. Lalu, Yeo Ri datang memberitahu Se Ryung kalau Pangeran
Sooyang sudah menunggu Se Ryung sejak tadi.
“Apa kau yang
membantu keluarga Kim Jong Seo melarikan diri? Bagaimana bisa kau melakukan hal
seberani itu? Apa kau tidak tahu itu melanggar hukum?” tanya Sooyang.
“Membuat para wanita
malang itu bekerja sbg budak di kediaman orang yang sudah membunuh keluarga
mereka, apa itu hukum negeri ini? Seharusnya kita tidak mematuhi hukum sekejam
itu.” jawab Se Ryung.
“Apa kau mencoba
berdiskusi masalah politik denganku sekarang?” tanya Sooyang.
“Ini bukan masalah
politik, saya hanya bicara ttg hal yang benar.” Jawab Se Ryung.
Pangeran Sooyang
menghela napas. Selama beberapa saat ia tak bisa menjawab perkataan Se Ryung.
Sooyang lalu berkata kalau nanti Se Ryung akan mengerti apa yang ia lakukan
demi kebaikan keluarga mereka.
Dengan dingin Se
Ryung berkata, “Jika salah saat ini, bagaimana bisa menjadi benar di masa
mendatang?”
“Kata2 dinginmu
benar2 melukai hati ayahmu. Sebagai kepala keluarga, jika aku tidak bisa
memenangkan hati anakku, bagaimana aku bisa menjadi ayah yg baik?” ucap
Sooyang.
Se Ryung diam saja.
Tak tampak penyesalan di wajahnya setelah mengatakan hal itu pada sang ayah.
Sang ayah lalu bangkit dan keluar dari kamarnya.
Sooyang berjalan
keluar, lalu berdiri di depan kamar putrinya dan menatap kamar putrinya. Ia
benar2 terpukul dengan sikap Se Ryung.
Langkah Seung Yoo
tiba di tempat dimana kepala ayah dan kakaknya digantung. Seung Yoo lalu
mendekati seorang pedagang dan bertanya apa yang terjadi pada kepala2 yg digantung
di sana. Si pedagang berkata tidak ada yg berani mengubur kepala2 itu karena
itu kepala2 penjahat. Ia juga bilang kalau kepala2 itu dilempar ke hutan
belantara dan menjadi santapan binatang buas. Seung Yoo terpukul mendengarnya.
Seung Yoo jalan keluar.
Hatinya benar2 hancur. Tiba2, ada suara anak perempuan memanggil paman. Seung
Yoo menoleh dan melihat seorang anak perempuan berlari menyambut pamannya dan
mereka masuk ke dalam rumah. Seung Yoo pun ingat saat Ah Kang melakukan hal
yang sama.
Seok Joo masuk ke
kamar Seung Yoo. Ia resah karena tak mendapati Seung Yoo di sana. No Geol yg
ikut ke kamar Seung Yoo, berkata Seung Yoo tak tahu terima kasih karena pergi
begitu saja. Seok Joo cemas, takut kalau terjadi sesuatu pada Seung Yoo.
Di luar, Muyeong
sedang merayu para pria. Tapi pria itu tidak tertarik. Muyeong pun berkaca dan
bertanya apa ada yg aneh dengan riasannya. Muyeong lalu terkejut melihat
sesuatu di cermin. Ia berbalik dan menjatuhkan cerminnya. Beberapa org preman
mendekati Muyeong.
“Apa kabar pria
cantik?” tanya salah satu preman.
Muyeong ketakutan.
“Hey, lihatlah
bagaimana dia ketakutan seperti wanita.” Preman itu menertawakan Muyeong.
“Jadi Jo Seok Joo
sudah kembali hidup2? Dimana dia? Apa dia bersembunyi di bawah rokmu?” tanya
preman itu.
Muyeong mengeluarkan
pisaunya dan mengarahkannya pada mereka. Mereka tersenyum geli lalu menunjukkan
pedang mereka. Muyeong pun lari ketakutan.
Di dalam, Chohi
sedang mencampur air dengan anggur. Seok Joo heran, kenapa kau mencampurnya?
Chohi bilang orang mabuk tidak akan bisa membedakan rasa air dan anggur, aku
tidak peduli mereka akan mengutukku. Uang yang harus disetor pada Gong Chil Goo…
jumlahnya tak sedikit.
Mu Yeong lalu
datang, “Eonni, anak buah Gong Chil Goo datang dan mencari Orabeoni.”
Seok Joo mau keluar,
tapi ditahan Chohi.
“Jangan kemana2. Aku
tidak akan membiarkan tempat ini rusak lagi.” Ucap Chohi.
Chohi keluar,
diikuti Muyeong. Tampak anak buah Chil Goo sedang mengacak2 isi tempat Chohi.
Chohi teriak, “Apa
yang kalian lakukan?!”
“Chihi Noonim,
kudengar Seok Joo dan anjing2nya bersembunyi di sini. Chil Goo Hyung marah
sekali.” Jawab preman itu.
“Omong kosong apa
ini? Kenapa kalian mencari Seok Joo di sini? Jangan ganggu bisnisku dan
pergilah sekarang!” ucap Chohi.
Preman itu lalu
menarik Soaeng dan mengarahkan pedangnya ke leher Soaeng.
“Jo Seok Joo,
keluarlah! Jgn sembunyi seperti pengecut!” teriaknya.
Seung Yoo pulang dan
jalan di tengah kekacauan itu. Preman itu tanya, Dimana Seok Joo? Aku belum
pernah melihatmu di sini. Apa kau salah satu orang nya Seok Joo?
Seung Yoo diam saja dan
jalan pergi, tapi preman itu kemudian mengarahkan pedang ke leher Seung Yoo.
Chohi mulai cemas. Dengan kecepatan kilat, Seung Yoo merebut pedang itu dan
melumpuhkan preman itu satu per satu. Saat mau melumpuhkan si kepala preman,
Seok Joo keluar dan mencegah Seung Yoo. Kepala preman lari ketakutan. Seok Joo
cemas menatap Seung Yoo.
“Jika kau membunuh
banyak orang, apa kau pikir kemarahanmu bisa lenyap? Orang seperti apa kau ini?”
tanya Seok Joo.
“Kau punya nama?”
tanya Chohi.
“Tidak. Aku tidak
punya nama.” Jawab Seung Yoo.
“Kenapa kau kembali?”
tanya Seok Joo.
“Aku tidak punya
tujuan.” Jawab Seung Yoo.
Chohi tersenyum,
lalu berkata, “Aku suka keterusteranganmu. Kau boleh tinggal di sini, tapi
jangan berpikir kau akan makan dan minum dengan gratis. Kau terlihat seperti
pendekar pedang yang tangguh. Kalau kau ingin makan, mulai besok kau bisa
bekerja melindungi gadis2 kami.”
“Apa kau gila? Kau
ingin dia menggunakan pedangnya terus?” tanya Seok Joo.
“Kalau tidak mau,
pergilah.” Jawab Chohi.
“Aku harus melakukan
sesuatu siang hari.” Ucap Seung Yoo.
“Tidur siang hari,
menjual senyuman di malam hari. Ini lah yang kami lakukan. Apapun yang terjadi,
kau tidak boleh menghunus pedangmu. Pekerjaanmu adalah menjaga Bing Ok Gwan dan
para gisaeng.” Jawab Chohi.
Seung Yoo pun
beranjak keluar. Sesampainya diluar, No Geol merangkul Seung Yoo dan berkata
kalau ia tak punya tujuan dan ingin tinggal dengan Seung Yoo. Seung Yoo diam
saja. Soaeng berkata karena Seung Yoo sudah menyelamatkannya, maka Seung Yoo
adalah miliknya. Seung Yoo diam saja dan jalan pergi. No Geol mengeluhkan sikap
dingin Seung Yoo.
Chil Goo ngamuk. Ia
memukuli anak buahnya habis2an. Anak buahnya minta ampun, tapi Chil Goo tidak
peduli dan terus memukuli anak buahnya. Chil Goo marah karena anak buahnya
tidak berhasil membawa Seok Joo. Anak buahnya pun melapor ttg seseorang (Seung
Yoo) yang dibawa Seok Joo yang menghajar mereka membabi buta. Chil Goo pun
penasaran siapa orang yang dibawa Seok Joo.
Seung Yoo masuk
kamarnya dan ingat kata2 Se Ryung.
“Namaku Lee Se
Ryung. Kembali lah hidup2 untuk membunuhku. Aku akan menunggu hari itu, hari
dimana aku akan mati di tangan Guru.”
Se Ryung di kamarnya
juga teringat kata2 sang ayah.
“Kelak kau akan
mengerti aku melakukan ini demi kebaikan keluarga kita.” ucap Sooyang.
Ia juga ingat
ancaman Seung Yoo.
“Dengan tanganku
sendiri… aku akan membunuhmu dan juga ayahmu.”
Ia juga ingat kata2
Lady Ryu ttg berita tenggelamnya kapal yang membawa para tahanan ke Pulau Gang
Hwa dan tidak ada satu pun penumpang yang selamat.
Seok Joo ke kamar
Seung Yoo dan melihat Seung Yoo dengan cemas.
Paginya, Se Ryung
menghadap ibunya.
“Pernikahanmu
ditunda, tapi ayahmu tidak bisa menundanya terlalu lama. Sebagai ibumu, aku
berharap kau bisa menenangkan hatimu dan menjadi istri yang baik yang mendukung
suaminya. Sekarang, temui lah Tuan Putri dan sampaikan penundaan jadwal
pernikahan.”
“Ya.” jawab Se Ryung
tanpa semangat.
Pangeran Geum Sung
menemui Putri dan Jong.
“Tanggal pernikahan
sudah ditetapkan. Kita harus menjalankan rencana kita pada acara besar seperti
ini.” ucap Geum Sung.
“Haruskah kita
memanfaatkan pernikahan ini?” tanya Jong.
“Kita bahkan tidak
diizinkan memasuki istana. Kesempatan tidak akan datang dua kali.” Jawab Geum
Sung.
“Bantuanmu sangat
diperlukan.” Ucap Geum Sung lagi.
“Bantuanku?” tanya
Jong.
“Bukankah Shin Myun
memintamu menjadi Hu Haengnya? Kudengar kau dan Shin Myun adalah teman baik.” Jawab
Geum Sung.
“Ya tapi aku sudah
menolaknya.” Ucap Jong.
“Kau harus menjadi
Hu Haeng-nya.” Jawab Geum Sung.
“Apa maksudmu?”
tanya Jong.
Geum Sung tidak
menjawab, tapi menyuruh dayang membuka pintu. Begitu pintu dibuka, tampaklah 3
orang pria berseragam pelayan duduk di lantai.
“Saat kau menjadi Hu
Haeng-nya, bawalah mereka.” Ucap Geum Sung.
“Mereka….?” Tanya Jong
yang mulai mengerti.
“Mereka adalah
anggota Chong Tong Wi yang menyamar sbg pengawalku.” Jawab Geum Sung.
Jong kaget, lalu
saling bertukar pandang dengan Putri.
Se Ryung dan Yeo Ri
yang mau ke kediaman Putri, bertemu Geum Sung. Geum Sung dengan dingin
mengucapkan selamat untuk pernikahan Se Ryung dan Myun. Se Ryung diam saja.
Geum Sung menatap tajam Se Ryung. Se Ryung lalu membungkuk memberi hormat dan
jalan pergi.
Geum Sung menyuruh
dua tentara-nya mengawasi kediaman Sooyang. Sedangkan tentara yg satunya
mengawasi Gibang Chong Pung Gwan. Sementara itu ia mau menemui Park Hong Su,
pemimpin Chong Tong Wi.
Se Ryung menemui
Putri. Putri teringat kata2 Geum Sung kalau mereka akan melakukan pemberontakan
di hari pernikahan Se Ryung. Se Ryung memberitahu kalau tanggal pernikahannya
sudah ditetapkan. Putri berkata kalau ia dan Se Ryung sekarang mirip karena
mereka sama2 harus menikah dgn orang yang tidak mereka cintai. Putri lalu
bilang ada sesuatu yg ingin ia berikan pada Se Ryung.
Putri mengambil
sebuah kantong dari dalam laci dan meletakkannya di meja.
“Beberapa waktu
lalu, Jikgang Kim memberikan cincin ini untukku. Tapi cincin ini sebenarnya
untukmu. Aku tidak bisa menyimpannya lebih lama lagi. Ini aku berikan padamu,
sebagai hadiah terakhirku.” Ucap Putri.
Putri dan Se Ryung
sama2 berkaca2. Se Ryung mengambil kantong itu dengan tangan gemetar. Air
matanya pun menetes.
Di jalan, Se Ryung
membuka kantong itu dan mengeluarkan isinya. Sepasang cincin garakji. Se Ryung
pun langsung mengenakan cincin itu di jarinya.
“Aku tahu ini bukan
keputusan yg mudah.” Ucap Putri pada Jong.
“Jangan bilang kau
ingin memutuskan hubunganmu dengan Nona Se Ryung?” tanya Jong sambil berbalik
dan menatap Putri.
“Aku harus bisa
menghapusnya.” Jawab Putri.
“Aku… tidak bisa
melakukannya. Seung Yoo meninggal dgn cara tragis. Aku tidak bisa membiarkan
Myun….”
“Jika aku bisa
melindungi Yang Mulia, aku siap mengorbankan nyawaku. Kau harus bisa.”
Salah satu anak buah
Geum Sung, menuju ke suatu tempat.
Eun Geum menemui
Myun.
“Apa yang membuatmu
datang ke sini?” tanya Myun.
“Saya datang untuk
menyampaikan pesan dari Pangeran Pendamping. Pangeran Pendamping setuju menjadi
Hu Haeng anda.” Jawab Eun Geum.
“Benarkah begitu?”
“Benar.”
Myun pun tersenyum
lebar.
Salah satu anak buah
Geum Sung ternyata tidak setia. Ia menemui Myung Hoe dan memberitahukan rencana
pemberontakan yang akan dilakukan pada saat pernikahan Se Ryung. Myung Hoe
tertawa puas. Ia lalu memberikan anak buah Geum Sung uang dalam jumlah banyak.
Myung Hoe menemui
Sooyang. Sooyang kaget, Pernikahan Se Ryung?
“Benar. Orang yang
menjadi Hu Haeng Petugas Shin, akan membunuh anda.” Jawab Myung Hoe.
“Jadi ini rencana
Geum Sung.” Ucap Sooyang.
“Tuan Putri dan Pangeran
Pendamping juga ikut terlibat. Apa rencana anda? Ini adalah kesempatan emas
untuk menyapu habis mereka.” Jawab Myung Hoe.
“Biarkan saja dulu.”
Ucap Sooyang.
“Aku cemas
pernikahan Nona Se Ryung akan menumpahkan banyak darah.” Jawab Myung Hoe.
“Tahan siapapun tamu
yang ingin menghancurkan hari bahagia itu.” ucap Sooyang.
Lalu, Shin Sook Joo
datang. Sooyang pun meminta Myung Hoe merahasiakan hal itu dari Shin Sook Joo.
Chohi memperingatkan
No Geol dan Seung Yoo, Ingat. Kalian tidak boleh menghunus pedang itu.
“Apa ini? Para
pemabuk menghunus pedang seperti memegang sumpit, dan kau mau kami berdiri diam
dan terluka karena pedang?” jawab No Geol.
“Kalian pikir ini
pekerjaan mudah. Saat kalian menghunus pedang di sini, saat itu pula bisnis ini
berakhir.” Ucap Chohi.
No Geol kesal. Chohi
lalu menatap tajam Seung Yoo dan memperingatkannya, Dengarkan aku. Tidak peduli
itu pisau atau sendok yang mengancammu, kau tidak boleh bertindak tanpa
perintahku. Mengerti? Seung Yoo mengangguk.
Chohi dan Seok Joo
duduk bersama. Mereka memperhatikan Seung Yoo yang diam mematung. Seok Joo
bilang kalau apa yang dilakukan Chohi sia2 saja. Chohi merasa dirinya benar.
Seok Joo berkata lagi kalau Seung Yoo memiliki dendam yang begitu besar. Chohi
lalu menyuruh Seok Joo bersembunyi dari Chil Goo. Tapi Seok Joo menolak.
Malam harinya, No
Geol dan Seung Yoo mulai bekerja sbg bodyguard. Di meja, para bangsawan lagi
senang2 dgn para gisaeng. Salah satu bangsawan ingin memeluk Soaeng, tapi
Soaeng menolak. Soaeng lalu memperhatikan Seung Yoo. Bangsawan itu kesal,
kemudian memanggil dan menyuruh Seung Yoo menuangkan minuman ke gelasnya. Seung
Yoo diam saja.
Chohi : Dia baru di
sini dan ini kali pertama dia bekerja, jadi mohon dimengerti.
“Kalau begitu
baiklah, aku yang akan menuangkan minum untuknya.” Jawab bangsawan itu.
Bangsawan itu
mendekati Seung Yoo dan memberikan Seung Yoo minum. Tapi Seung Yoo diam saja.
Bangsawan itu marah dan menyiramkan air ke wajah Seung Yoo. Seung Yoo tetap diam.
Teman bangsawan itu marah dan ikut melempar Seung Yoo dengan cawan. Tapi Seung
Yoo masih diam. Bangsawan itu semakin marah, kemudian mencabut pisaunya dan
melemparkannya ke arah Seung Yoo. Pisau itu menancap di tiang yang hanya
beberapa senti dari kepala Seung Yoo. Semua syok melihatnya. Namun Seung Yoo
masih diam.
Bangsawan itu pun
murka. Dia mencabut pisaunya dan mengacung2kannya pada Seung Yoo. Chohi pun
mulai cemas. Seung Yoo yg sudah habis kesabaran akhirnya merebut pisau itu dan
membuat pria itu jatuh dengan hidung berdarah. Semua kaget, tapi Soaeng dan
Muyeong terpesona melihatnya.
Pria itu marah, Kau
tidak tahu siapa aku? Aku tidak akan membiarkanmu!
Ia pun pergi bersama
teman2nya.
Shin Shuk Joo
menemui Myun.
“Tanggal
pernikahanmu dengan putri Pangeran Sooyang sudah ditetapkan. Apa kau masih
merasa tidak enak?” tanya Shin Shuk Joo.
“Tidak lagi. Ayah,
kenapa kau sangat tertarik dengan pernikahan ini?” tanya Myun.
“Apa pendapatmu
tentang Pangeran Sooyang?” tanya Shin Shuk Joo.
Myun diam saja.
“Pangeran Sooyang
tidak takut menumpahkan banyak darah. Ia akan menjadi monarki yang kuat kalau
ia menjalankan negeri ini. Tapi, selama transisi ini, ia tak segan2
menyingkirkan siapapun penghalangnya. Kau harus menunjukkan kesetiaanmu pada
Pangeran Sooyang.” ucap Shin Shuk Joo.
Seung Yoo pergi ke
kantor Myun. Ia tanya pada penjaga apa yang terjadi pada wanita dan anak2 yg
ditangkap selama pemberontakan. Penjaga yg heran untuk apa Seung Yoo menanyakan
itu. Seung Yoo bilang ada wanita yang dikenalnya. Penjaga pun bilang kalau
mereka dikirim sebagai budak ke rumah pejabat yg berjasa.
Seung Yoo lalu
disuruh pergi karena Myun keluar. Myun dan ayahnya keluar. Seung Yoo menutupi
wajahnya dan melihat Myun. Shin Shuk Joo pergi. Setelah sang ayah pergi, Myun
masuk begitu saja tanpa melihat Seung Yoo. Seung Yoo mendengar pembicaraan
penjaga ttg pernikahan Myun dengan Se Ryung. Ia pun teringat saat Myun memeluk
Se Ryung dengan paksa. Ia kesal, kemudian beranjak pergi.
Seung Yoo pergi ke
rumah salah satu pejabat. Ia tanya pada pelayan wanita yg kebetulan keluar dar
rumah itu.
“Apa ada anggota
keluarga para pemberontak yg tinggal di sini?”
“Kenapa kau tanya
itu? Itu aku. Bekerja di kediaman orang yang membunuh suamiku secara brutal,
aku bahkan tidak bisa hidup atau mati.”
“Apa kau tahu dimana
anggota keluarga Kim Jong Seo?”
Seung Yoo lalu
dibawa ke kediaman Onyeong. Seorang pelayan wanita lalu menemui Seung Yoo.
Betapa kagetnya Seung Yoo saat pelayan itu bilang Lady Ryu dan Ah Kang bunuh
diri dengan cara menenggelamkan diri ke sungai. Seung Yoo tidak percaya. Wanita
itu menyuruh Seung Yoo pergi, lalu masuk ke dalam. Seung Yoo yang tidak percaya
lalu menggedor2 pintu kediaman Onyeong.
Beberapa pelayan
Onyeong keluar, lalu melemparkan Seung Yoo ke tanah dan memukulinya. Tepat saat
itu, Onyeong pulang. Ia turun dari tandu dan tanya ada apa. Seung Yoo langsung
menutupi wajahnya. Onyeong pun percaya saat pelayannya berkata Seung Yoo adalah
orang gila. Onyeong pun masuk ke kediamannya tanpa melihat Seung Yoo.
Seung Yoo berjalan
dengan gontai. Ia lalu duduk di pinggir jalan dan menangis.
“Ada hubungan apa
antara Seok Joo Hyung dengan Gong Chil Goo?” tanya No Geol pada Muyeong.
“Sebenarnya Gong
Chil Goo adalah tangan kanan Orabeoni.” Jawab Muyeong.
“Lalu bagaimana bisa
berakhir seperti ini?” tanya No Geol yg terpesona pada Muyeong.
“Seperti anjing yang
mengigit tuannya.” Jawab Muyeong.
“Tapi aku rasa Seok
Joo Hyung bukanlah org yg mudah dikalahkan.” Ucap No Geol.
“Untuk mengalahkan
Seok Joo Orabeoni, Gong Chil Goo harus memancingnya dengan menculik Chohi
Eonnie.” Jawab Muyeong.
“Benar2 rendahan.
Memancing musuh dengan menyandera wanita yg dicintai.” Ucap No Geol.
Seung Yoo pulang dan
mendengarkan percakapan Muyeong dan No Geol. Soaeng datang dan merangkul Seung
Yoo. Tapi Seung Yoo tak peduli dan beranjak masuk ke kamarnya.
Di kamarnya, Seung
Yoo teringat kata2 pelayan Onyeong ttg Lady Ryu dan Ah Kang yg mati bunuh diri.
Seung Yoo lalu
mengambil pedang dan berlatih pedang diluar. Flashback—Saat Sooyang yg baru
pulang disambut hangat oleh keluarganya. Saat Se Ryung membungkuk memberi
hormat pada Sooyang—flashback end.
Seung Yoo terus berlatih pedang. Ia lalu
ingat pengkhianatan Myun.
Juga ingat kisah cintanya dengan Se Ryung dan ingat
saat Se Ryung mengakui identitasnya.
Seung Yoo lalu
mengguyur badannya dengan air dingin.
Soaeng masuk ke
kamar Seung Yoo dan mengajaknya makan. Tapi Seung Yoo tak ada di kamarnya.
Se Ryung memandangi
cincin garakji-nya dengan penuh cinta. Yeo Ri meminta Se Ryung melupakan Seung
Yoo.
Myun menemui Jong.
“Kupikir kau tidak
mau (menjadi Hu Haeng).” Ucap Myun.
“Aku terpaksa
melakukannya, karena orang itu yang sudah terkubur dalam hatiku. Dia kekasih
orang itu kan? Apa kau benar2 tidak peduli?” jawab Jong.
“Aku akan melindungi
wanita itu untuk membayar dosa2ku.” Ucap Myun.
Jong lalu mengantar
Myun keluar dengan wajah sedih. Setelah Myun pergi, Putri menghampiri Jong dan
tanya apa Jong berubah pikiran. Jong menghela napas lalu berkata, “Aku sangat
sedih karena teman2ku. Orang itu, orang ini dan aku. Kenapa bisa berakhir
begini, tapi aku akan melindungi Yang Mulia dan Tuan Putri. Jadi jangan cemas.”
Seung Yoo mengawasi
kediaman Seung Yoo. Se Ryung lalu keluar. Seung Yoo mau mengikuti Se Ryung tapi
gak jadi karena Myun yang tiba2 muncul.
Myun ingin bertemu
Se Ryung, tapi Yeo Ri berkata kalau Se Ryung pergi berdoa ke kuil. Yeo Ri lalu
melirik bungkusan di tangan Myun. Ia pun tanya apa Myun ingin memberikan itu
pada Se Ryung. Myun tidak menjawab dan menanyakan kuil tempat Se Ryung berdoa.
Se Ryung berhenti di
depan gibang dan mengenang pertemuannya dengan Seung Yoo. Dari kejauhan, Seung
Yoo mengamati Se Ryung. Se Ryung lalu beranjak pergi. Seung Yoo mengikutinya.
Myun sudah tiba di
kuil. Ia melihat hadiahnya untuk Se Ryung. Binyeo/tusuk konde yg ingin ia
berikan pada Se Ryung.
Se Ryung jalan
menuju kuil. Seung Yoo mengikutinya. Ia mengeluarkan tali dari balik bajunya
dan bersiap menjerat Se Ryung. Tapi tiba2, terdengar suara Myun. Seung Yoo
sembunyi lagi.
“Kenapa kau di
sini?” tanya Se Ryung heran.
“Aku memberikan ini
untukmu. Ini memang kecil, tapi mewakili isi hatiku. Ambil dan lihatlah.” Jawab
Myun.
Se Ryung mengambil
hadiah dari Myun dan melihat isinya. Se Ryung lalu berkata kalau ia mau berdoa
dulu.
Se Ryung meletakkan
cincinnya di atas tumpukan batu, lalu berdoa….
“Aku akan memikirkan
tempat ini sebagai tempat kau berdoa. Kumohon, istirahat lah dengan tenang.”
Ucap Se Ryung.
Dari balik pohon,
Seung Yoo mengamati Se Ryung. Se Ryung lalu pergi. Setelah Se Ryung pergi,
Seung Yoo mendekati tumpukan batu itu dan mengambil cincinnya. Ia pun terkejut
melihat cincin itu. Ya, cincin itu dulu ia beli di pasar bersama Jong. Jong pun
menggoda Seung Yoo saat itu.
Se Ryung jalan
keluar dari kuil. Tiba2, ia teringat saat Seung Yoo memeluknya di kuil itu. Ia
pun berbalik dan kembali ke tumpukan batu itu.
Betapa kagetnya ia saat tak
menemukan cincinnya di sana. Ia pun mencari2 cincinnya.
Saat Se Ryung sedang
mencari2 cincinnya, Seung Yoo melihatnya. Seung Yoo pun berbalik tepat sebelum
Se Ryung melihatnya. Se Ryung melihat Seung Yoo.
“Aku tidak tahu
siapa kau, tapi jika kau yang mengambil cincinku, tolong kembalikan. Cincin itu
sangat berharga bagiku.” Ucap Se Ryung.
Seung Yoo beranjak
pergi. Se Ryung menyusulnya.
“Cincin itu satu2nya
peninggalan dari orang yang kucintai. Cincin itu lebih berharga dari nyawaku,
jadi tolong kembalikan.” Pinta Se Ryung.
Seung Yoo berhenti
melangkah. Dendam dan cinta terlihat jelas di wajahnya. Seung Yoo pun akhirnya
pergi. Se Ryung menghela napas. Ia kemudian menunduk dan tanpa sengaja melihat
pecahan cincinnya. Ia pun kaget, kemudian memungut pecahan cincinnya.
Se Ryung jalan
pulang dengan Myun. Tanpa mereka sadari, Seung Yoo mengawasi mereka dari
kejauhan.
Seung Yoo kembali ke
gibang. Seok Joo dan Chohi menegurnya karena datang terlambat. Tapi Seung Yoo
tak peduli dan pergi begitu saja ke kamarnya. Di kamarnya, ia minum2.
Paginya, Kediaman
Sooyang mulai disibukkan dengan persiapan upacara pernikahan.
Se Ryung memberi
hormat pada ayah dan ibunya, disaksikan oleh kedua adiknya.
“Akhirnya hari ini
putri tertua kita akan menikah. Sejak kau dilahirkan, aku sudah memikirkan hari
ini lebih dari ratusan kali. Sebagai ayah, perasaanku campur aduk. Tolong,
hiduplah dengan bahagia setelah pergi dari sisi ayahmu.” Ucap Sooyang.
“Ya.” jawab Se Ryung
dingin.
“Noonim, kuharap kau
bahagia dengan pernikahanmu.” Ucap Soong cemas.
Jong tengah bersiap2
menjemput Myun. Putri meminta Jong jaga diri. Jong heran, apa kau
mencemaskanku? Putri bilang kalau yang ia cemaskan adalah Danjong dan meminta
Jong jangan salah paham. Jong lalu, memeluk Putri! Putri kaget. Ia ingin marah,
tapi tidak bisa.
“Tidak terhitung
berapa kali aku membayangkan bisa memelukmu. Apapun yang terjadi, aku akan
kembali hidup2 dan memelukmu sekali lagi.” Ucap Jong.
Putri tersentuh. Ia
bahkan meneteskan air matanya.
“Ketika pengantin
wanita masuk, semua mata akan tertuju padanya, saat itulah kalian harus
menyerah orang yang berada di dekat Sooyang Hyungnim. Jika kita membunuh orang
yang berada di dekat Sooyang Hyungnim duluan, maka semua akan lancar.
Mengerti.” Ucap Geum Sung memberikan arahan pada ketiga anak buahnya, tanpa
tahu salah satu dari anak buahnya berkhianat.
Jong menemui Geum Sung. Ia minta pada Geum
Sung untuk mengampuni Myun jika rencana pemberontakan mereka berhasil. Geum
Sung kesal. Jong bilang ia tak akan ikut dalam rencana itu kalau Myun tidak
diampuni. Geum Sung menghela napas, dan mengalah.
Jong yang dalam
perjalanan ke tempat Myun, teringat saat Myun menjemputnya saat dia mau menikah
dulu dengan Putri. Jong akhirnya sampai di Kediaman Myun. Myun merasa senang
dengan kehadiran Jong. Mereka pun berangkat ke Kediaman Sooyang. Myun terlihat
bahagia, dan Jong sikapnya dingin.
Anak buah Myung Hoe
menyamar menjadi pelayan.
Myung Hoe berkata
sudah punya rencana untuk menangkap basah Geum Sung. Sooyang pun minta Myung
Hoe memastikan kalau keluarganya tidak terluka sedikit pun.
Anak buah Myung Hoe
sedang berpura2 menjadi pelayan. Seung Yoo datang dan berjalan di belakang
mereka. Kedua anak buah Myung Hoe tidak sadar dengan kehadiran Seung Yoo. Seung
Yoo menyamar sbg pelayan.
“Apa kau masih
menyalahkan ibumu?” tanya Lady Yoon pada Se Ryung.
Se Ryung menggeleng.
“Se Ryung, hapus dia
dari hatimu. Hanya ada Petugas Shin di matamu. Mengikutinya dan jadi
bayangannya. Apa kau mengerti?” ucap Lady Yoon.
Nasihat ini pun
mengingatkan Se Ryung pada Seung Yoo. Saat itu Se Ryung menyamar sbg Putri dan
Seung Yoo mengajarnya. Tiga Kepatuhan mengajarkan kita, kalau wanita hanyalah
bayangan pria. Saat itu, Se Ryung merasa kesal. Sekarang, Se Rung menangis
mengingat itu.
Se Ryung mulai
bersiap2. Beberapa pelayan membantunya memakai baju pengantin. Wajah Se Ryung
terlihat sedih. Saat sedang didandani Yeo Ri, air matanya jatuh.
“Aku ingin menjadi
bayangannya dan dia menjadi bayanganku.” Ucap Se Ryung.
“Nona.” Jawab Yeo Ri
berkaca2.
Pangeran Geum Sung
tiba di Kediaman Sooyang. Bersamaan dengan itu, Myun juga tiba.
“Selamat kakak.
Kulihat kau senang sekali hari ini.” ucap Geum Sung.
“Aku mengucapkan
terima kasih karena kau memberikan hadiah padaku. Karena ini hari bahagia,
kuharap kau mendukungku untuk kelancaran acara ini.” jawab Sooyang.
“Baik.” Ucap Geum
Sung.
Se Ryung sekarang
duduk sendirian di kamarnya. Ia teringat kenangan manisnya bersama Seung Yoo di
dekat air terjun. Tiba2, seseorang muncul dengan seutas tali di belakang Se
Ryung. Orang itu, Seung Yoo. Se Ryung yg sadar ada orang di belakangnya,
mencoba melihat ke belakang. Tapi sebelum sempat Se Ryung melihat, Seung Yoo
menutup mulut Se Ryung dengan tali. Kaki Se Ryung menendang meja rias.
BERSAMBUNG
0 Comments:
Post a Comment