Se Ryung syok mendengar rencana orang tuanya. Pangeran Sooyang merasa ada seseorang diluar yang menguping pembicarannya. Ia pun keluar untuk memeriksa. Tidak ada siapa2. Se Ryung bersembunyi. Namun saputangannya jatuh. Pangeran Sooyang tidak melihat saputangan Se Ryung yg jatuh di kakinya. Lady Yoon lalu keluar, dan tanya ada apa. Pangeran Sooyang berkata tidak ada apa2 dan mengajak Lady Yoon ke dalam.
Tubuh Se Ryung bergetar
hebat. Setelah orang tuanya masuk, Se Ryung mengambil saputangannya dan buru2
kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Se Ryung jatuh terduduk. Ia tak
menyangka orang tuanya merencakan hal sekeji itu. Yeo Ri datang, memberitahu
Pangeran Sooyang akan pergi. Se Ryung diam saja. Air matanya menetes.
Yeo Ri cemas, Nona, ada
apa? Kenapa anda seperti ini?
Se Ryung : Ayah, tidak,
bagaimana bisa ayah…. guru…!
Yeo Ri : Nona.
Se Ryung : Tidak. Tidak
boleh terjadi.
Yeo Ri : Nona, saya bilang
Pangeran akan pergi.
Yeo Ri lalu membawa Se
Ryung keluar. Pangeran Sooyang pamit dengan
keluarganya. Semua mengatakan selamat jalan. Kecuali Se Ryung. Ia diam
saja dan menggenggam roknya. Saat sang ayah melewatinya, dengan gemetaran ia
bertanya, ayah, kau mau pergi kemana?
Pangeran Sooyang menatap Se
Ryung, kemudian tersenyum. “Kau pasti cemas sepanjang malam ini. Hari ini,
ayahmu akan menyelesaikan semuanya.”
Pangeran Sooyang lalu
menepuk bahu Se Ryung dan jalan pergi.
Se Ryung jatuh. Yeo Ri
langsung memegangi Se Ryung. Wajah Se Ryung pucat sekali.
“Ada yang tidak beres
dengan Se Ryung.” Ucap Pangeran Sooyang pada Lady Yoon begitu mereka tiba di
luar.
“Apa?” tanya Lady Yoon.
“Awasi dia. Jangan sampai
dia keluar rumah dan menghancurkan semuanya.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Aku mengerti.” Ucap Lady
Yoon.
Yeo Ri cemas, “Nona mau
kemana? Jika Nona seperti ini, Nona bisa pingsan.”
“Menyingkirlah dariku.”
Jawab Se Ryung.
“Nona tidak boleh pergi.”
Ucap Yeo Ri sambil merentangkan kedua tangannya, menghalangi Se Ryung pergi.
“Aku harus pergi. Aku harus
memberitahunya.” Jawab Se Ryung.
Se Ryung pun pergi, tapi
langkahnya tertahan oleh sang ibu. Sambil menatap tajam Se Ryung, Lady Yoon
tanya apa yang mau dikatakan Se Ryung pada Seung Yoo. Se Ryung diam. Lady Yoon
kemudian memerintahkan pelayan membawa Se Ryung ke kamar. Se Ryung teriak,
“Ibu! Ibu!”
Se Ryung dibawa ke kamar.
Lady Yoon masuk ke kamar putrinya.
“Ini perintah ayahmu,
jangan membantah.” Ucap Lady Yoon.
“Kenapa aku tidak boleh
keluar rumah?” tanya Se Ryung.
“Dan kenapa kau memaksa mau
pergi?” tanya Lady Yoon balik.
“Apa ayah benar2 akan
membunuh Perdana Menteri Kim Jong Seo dan keluarganya?” ucap Se Ryung.
Lady Yoon menghela nafas,
kemudian masuk ke kamar Se Ryung dan menutup pintunya.
“Dengarkan baik2. Jika kau
pergi menemui Kim Seung Yoo dan memberitahu semuanya, rencana ayahmu akan
gagal. Demi menyelamatkan Kim Seung Yoo, apa kau akan membiarkan orang tua dan
saudaramu mati?” jawab Lady Yoon.
“Kenapa ayah harus
melakukan hal mengerikan ini? Apa dosa keluarga itu?” tanya Se Ryung dengan
mata berkaca2.
“Jaga mulutmu! Ini bukan
masalah dosa atau tidak. Masalah ini tidak akan selesai sampai salah satu pihak
mati.” Ucap Lady Yoon.
Air mata Se Ryung menetes.
Lady Yoon keluar dari kamar Se Ryung.
Kim Jong Seo mendapat
laporan dari Kepala Pengawal Raja kalau Raja Danjong akan mengunjungi Putri
Kyung Hee.
Kim Jong Seo membujuk Raja
Danjong agar tidak pergi. Raja Danjong bersikeras mau pergi karena ia mendengar
kabar kakaknya sakit. Kim Jong Seo terus membujuk Raja untuk tidak pergi,
karena takut menimbulkan rumor Raja Danjong bergantung pada sang kakak. Raja
tetap ingin pergi. Ia berjanji akan pergi satu hari saja. Setelah yakin sang
kakak baik2 saja, ia akan kembali ke Istana. Kim Jong Seo mengalah dan menyuruh
Kepala Pengawal menyiapkan pengamanan.
Seung Yoo di kamarnya, terlihat
resah. Ia kemudian beranjak pergi.
Myun merenungkan kata2
ayahnya.
“Hidup dan mati keluarga kita bergantung
padamu.”
Kemudian, Jae Beon muncul
memberitahu Myun ttg Raja Danjong yang meninggalkan Istana dan menuju kediaman
Putri Kyung Hee hari ini.
Myun ingat kata2 Pangeran
Sooyang, kalau rencana mereka akan dimulai pada saat Raja Danjong berkunjung ke
kediaman Putri Kyung Hee.
Seung Yoo datang berkunjung
ke kantor Hanseong. Jae Beon menemui Seung Yoo. Seung Yoo berkata ingin bertemu
Myun. Jae Beon mengatakan Myun sedang tugas diluar. Seung Yoo terlihat kecewa.
Ia lalu menitipkan pesan bahwa dirinya akan menjadi pendamping Myun saat Myun
menikahi putri Pangeran Sooyang. Jae Beon janji akan menyampaikannya pada Myun.
Seung Yoo pun pulang. Jae Beon menatap Myun penuh arti.
Saat mau pulang, Seung Yoo
berpapasan dengan seorang gisaeng. Seung Yoo heran ada gisaeng ke kantor Myun.
Myun berlatih pedang. Jae
Beon lalu datang dan menyampaikan pesan Seung Yoo. Myun tertegun. Gisaeng itu
menghampiri Myun.
“Saya Mae Hyang dari Chung
Poong Kwan.”
“Ada apa?” tanya Myun.
“Anda diminta datang ke
Chung Poong Kwan oleh Tuanku Han Hyung Hoe. Semua sudah berkumpul di sana.”
Semua menunggu kedatangan
Myun dengan resah. Kwon Ram cemas Myun akan membocorkan rencana mereka pada
Seung Yoo. Onyeong berkata seharusnya Shin Suk Joo tidak percaya begitu saja
pada Myun. Shin Suk Joo berkata kalau Myun tidak akan melakukan itu. Tak lama
kemudian, pelayan mengumumkan kedatangan Myun.
“Kepala Pengawal adalah
orang Kim Jong Seo, setelah Pangeran Sooyang berhasil membunuh Kim Jong Seo,
kami akan memberitahumu. Petugas Shin, tugasmu adalah mengawasi kediaman Yang
Mulia Putri.” Ucap Myung Hoe.
Myun diam saja. Shin Suk
Joo menegur, “Kenapa kau diam saja?”
“Aku… akan melakukannya.”
Jawab Myun dengan sorot mata tajam.
Seung Yoo duduk di dekat
air terjun. Ia teringat kata2 Se Ryung. Se Ryung bilang kalau selama beberapa
hari dia tidak ada di kuil. Seung Yoo kemudian teringat saat2 dirinya bersama
Se Ryung.
Se Ryung mondar mandir di
kamarnya dengan perasaan nyesek. Beberapa kali ia memukul2 dadanya. Yeo Ri
datang membawa makanan. Ia membujuk Se Ryung untuk makan, karena Se Ryung belum
makan dari pagi. Se Ryung meminta bantuan Yeo Ri agar bisa keluar dari rumah.
Yeo Ri menolak.
Se Ryung menangis,
“Kumohon. Pikirkanlah kau akan menyelamatkan nyawa dua orang.”
“Apa yang akan Nona lakukan
jika bertemu dengannya? Aku mendengar dari Nyonya. Kim Seung Yoo… akan segera
mati.” Ucap Yeo Ri.
“Tidak. Kenapa dia harus
mati? Dia tidak boleh mati. Aku akan menghentikannya.” Jawab Se Ryung.
“Sadarlah, Nona. Apa anda
mampu menghentikan Pangeran? Lupakanlah Tuan Muda Kim.” Ucap Yeo Ri.
Yeo Ri lalu berusaha
melepaskan diri dari pegangan Se Ryung. Se Ryung teriak memanggil2 Yeo Ri. Yeo
Ri keluar dan mengunci kembali pintu kamar Se Ryung. Se Ryung tampak putus asa.
Myun keluar dari Chung
Poong Kwan bersama Jae Beon.
“Jae Beon, malam ini akan
ada pemberontakan. Salah satu pihak akan menumpahkan darah. Dan aku sudah
memihak salah satunya. Kalau kau tidak ingin ikut denganku, aku bisa
membebastugaskanmu malam ini.” ucap Myun.
“Aku akan mengikutimu.”
Jawab Jae Beon.
“Segera kumpulkan orang,
kita akan berangkat ke kediaman Putri.” Ucap Myun.
“Baik.” Jawab Jae Beon,
lalu pergi.
“Kakak tampak sehat. Apa
Kakak Ipar berbohong padaku?” tanya Raja.
“Mana berani saya
membohongi Yang Mulia. Putri memang sakit seperti ayam lemah, tapi dengan
kedatangan Yang Mulia, dia langsung sembuh.” Jawab Jong.
“Ayam lemah?” Putri heran,
lalu berkata, “Aku hanya sakit kepala, tapi begitu Yang Mulia datang, sakitku
langsung hilang.”
“Itu melegakan. Aku tidak
akan bisa jika kakak sakit juga.” jawab Raja Danjong.
“Yang Mulia, bagaimana
kalau Yang Mulia segera menikah dan mengangkat seorang ratu. Seorang pria
dikatakan pria sejati jika sudah menikah.” Ucap Jong.
“Tolong jaga kata2mu.”
Tegur Putri.
“Kakak Ipar selalu kena
marah kakak, tapi masih saja membujukku menikah.” Ucap Raja Danjong.
“Dia tidak marah. Kata2nya
terdengar seperti nyanyian burung.” Jawab Jong.
Putri Kyung Hee pun
tersenyum.
Myun dan Jae Beon akhirnya
tiba di kediaman Putri. Jae Beon berkata, di setiap pintu dijaga ketat oleh
tentara. Kepala Pengawal datang. Myun dan Jae Beon memberi hormat pada Kepala
Pengawal. Kepala Pengawal berkata kenapa Myun baru datang.
Jong datang, “Kenapa kau
jaga di dalam? Kau seharusnya jaga diluar.”
Dan Jae Beon pun keluar.
Jong tanya, “Apa kau sudah
bertemu Seung Yoo.”
Myun : Belum.
“Kenapa kau seperti ini?
Temui dia dan bicaralah.” Jawab Jong.
Myun diam saja.
Jong berkata lagi, “Setelah
kehilangan orang tua, mereka lah keluargaku sekarang.”
“Siapa?” tanya Myun.
“Maksudku, Yang Mulia Raja
dan Putri. Aku berharap bisa seperti ini setiap hari. Mereka tertawa lepas dan
sangat bahagia.” Jawab Jong.
Myun pun menatap Jong
dengan perasaan bersalah. Kemudian, Myun beranjak pergi.
Jong heran, “Myun-ah.”
Seung Yoo baru tiba di
rumah dan langsung dihampiri Seung Kyu dan Lady Ryu.
“Kau tidak pergi bekerja
dan malah mencari wanita itu, benar kan?” tanya Seung Kyu.
“Aku mengambil libur hari
ini.” jawab Seung Yoo.
“Pernikahanmu sudah diatur.
Kami sudah menemukan yang cocok. Jadi jaga sikapmu.” Ucap Seung Kyu.
“Tidak peduli dari kalangan
mana dia berasal, aku akan menikahinya.” Jawab Seung Yoo.
“Apa katamu? Kau menentang
ayahmu hanya untuk gadis yang bukan berasal dari kalangan bangsawan?” tanya
Seung Kyu.
“Jaga bicaramu kakak!”
bentak Seung Yoo.
“Apa?” Seung Kyu malah,
lalu mencengkram kerah baju Seung Yoo.
Lady Ryu kaget. Seung Yoo
teriak, “Lepaskan aku!”
“Apa yang kalian lakukan?
Ayah akan tiba sebentar lagi.” Ucap Lady Ryu.
Seung Kyu pun melepaskan
cengkaramannya.
“Jangan temui wanita itu
lagi.” Pinta Seung Kyu.
Seung Yoo tidak peduli dan
pergi ke kamarnya.
“Adik Ipar.” Panggil Lady
Ryu.
Se Ryung masih dikurung di
kamarnya. Ia berpikir keras mencari ide gimana supaya ia bisa lari keluar. Ia
kemudian melirik makan siangnya dan tiba2 saja ia mendapat ide. Yeo Ri menunggu
diluar.
Tiba2 terdengar suara pecahan mangkuk. Yeo Ri dan beberapa pelayan langsung berdiri di depan kamar Se Ryung. Yeo Ri masuk ke dalam dan kaget menemukan mangkuk2 yang pecah dan jendela yang terbuka lebar.
Tiba2 terdengar suara pecahan mangkuk. Yeo Ri dan beberapa pelayan langsung berdiri di depan kamar Se Ryung. Yeo Ri masuk ke dalam dan kaget menemukan mangkuk2 yang pecah dan jendela yang terbuka lebar.
Yeo Ri bergegas keluar, dan
memerintahkan beberapa pelayan mencari Se Ryung.
Se Ryung ternyata masih ada
di kamarnya. Ia keluar dari balik sekat dan mengendap2 keluar dari kamarnya.
Semua orang sibuk mencari
Se Ryung. Se Ryung kemudian melompati tembok dengan bertumpu pada sebuah guci.
Meskipun berhasil melompat, sepatu Se Ryung terlepas dan mata kakinya terkilir.
Se Ryung bergegas bangun dan melarikan diri.
Seung Yoo di kamarnya,
melamun memikirkan Se Ryung. Kemudian, ia melihat bayangan seorang anak kecil
di balik pintu.Ia pun pura2 membaca buku. Ah Kang membuka pintu dan melihat
pamannya membaca buku. Ah Kang lalu berdehem. Seung Yoo pun tersenyum lebar
menatap gadis kecil itu dan merentangkan kedua tangannya. Ah Kang pun berlari
ke dalam pelukan pamannya.
“Apa paman dimarahi
ayahku”? tanya Ah Kang.
“Tidak. Kami hanya tidak
sependapat.” Jawab Seung Yoo.
“Tidak sependapat?” tanya Ah
Kang.
“Ada beberapa hal yang
tidak lancar untukku. Aku merindukan seseorang tapi tidak bisa menemuinya.”
Jawab Seung Yoo.
“Bukankah orang yang kau
rindukan adalah…. aku?” tanya Ah Kang sambil senyum lebar.
Seung Yoo tersenyum geli,
lalu mencubit pipi Ah Kang.
Se Ryung berhasil menemukan
kediaman Kim Jong Seo setelah bertanya pada seorang wanita. Seung Kyu keluar
dari rumahnya dan mendekati Se Ryung.
“Apa ini kediaman Perdana
Menteri Kim Jong Seo?” tanya Se Ryung.
Seung Kyu heran, “Ada apa
kau mencarinya?”
“Apa Tuan Muda Kim ada di
rumah?” tanya Se Ryung.
“Maksudmu Seung Yoo? Kenapa
kau mencarinya?” tanya Seung Kyu balik.
“Aku di sini untuk
menyampaikan sebuah pesan.” Jawab Se Ryung.
“Bagaimana kau bisa
mengenalnya?” tanya Seung Ryu.
Pembicaraan mereka pun
terhenti karena Kim Jong Seo pulang. Seung Kyu menghampiri ayahnya. Se Ryung
berbalik dan mendekati Kim Jong Seo.
Se Ryung : Apa anda Perdana
Menteri Kim Jong Seo?
“Benar. Siapa kau?” tanya
Kim Jong Seo.
“Dia mencari Seung Yoo.”
jawab Seung Kyu.
“Bagaimana kau bisa
mengenal Seung Yoo?” tanya Kim Jong Seo.
“Saya… berhutang budi pada
Tuan Kim.” Jawab Se Ryung.
Kim Jong Seo lalu melihat
Se Ryung yang hanya memakai sebelah sepatu.
“Lalu ada apa kau
mencariku?” tanya Kim Jong Seo.
“Ada yang ingin saya
katakan pada anda.” Jawab Se Ryung.
“Seung Kyu, carikan sepatu
untuknya. Sambut tamu dengan pantas.” Suruh Kim Jong Seo.
Seung Kyu pun masuk untuk
melaksanakan perintah ayahnya. Kim Jong Seo masuk ke dalam. Se Ryung menatap
Kim Jong Seo dengan penuh keyakinan.
Di dalam, Ah Kang dan Seung
Yoo menyambut kepulangan Kim Jong Seo.
“Ada apa diluar?” tanya
Seung Yoo.
“Kita kedatangan tamu.”
Jawab Kim Jong Seo.
Ah Kang berlari keluar. Se
Ryung memakai sepatu barunya. Ah Kang tertegun melihat Se Ryung. Se Ryung
tersenyum pada Ah Kang. Ah Kang pun membalas senyum Se Ryung. Saat mau masuk,
tiba2 Yeo Ri datang bersama beberapa pelayan. Pelayan2 itu membawa Se Ryung
masuk ke dalam tandu.
“Maaf. Nona kami sedang
sakit.” Ucap Yeo Ri pada pelayan keluarga Kim.
Se Ryung pun dibawa pergi.
Di dalam tandu, Se Ryung teriak meminta dilepaskan. Seung Yoo keluar dan
melihat tandu yang membawa Se Ryung jalan menjauh. Ah Kang menunjuk ke tandu Se
Ryung dan berkata kalau kakak itu dibawa pergi. Se Ryung membuka jendela tandu.
Ia melihat Seung Yoo.
“Guru!” teriak Se Ryung,
namun Yeo Ri lagi2 menghalangi Se Ryung.
Yeo Ri menutup kaca tandu. Se Ryung panik.
Yeo Ri menutup kaca tandu. Se Ryung panik.
“Apa yang terjadi pada
wanita itu?” tanya Kim Jong Seo pada Seung Kyu.
“Sepertinya wanita itu
gila. Pelayannya berkata seperti itu.” jawab Seung Kyu.
Tapi Kim Jong Seo tidak
merasa seperti itu. Ia ingat tatapan Se Ryung saat Se Ryung berkata berhutang
budi pada Seung Yoo.
Se Ryung dibawa menghadap
Lady Yoon. Lady Yoon menampar Se Ryung.
“Kau bahkan menemui Kim
Jong Seo….? Katakan apa saja yang sudah kau katakan padanya. Apa kau
menceritakan rencana ayahmu?” tanya Lady Yoon.
“Tidak.” Jawab Se Ryung.
“LALU?!” bentak Lady Yoon.
“Aku hanya ingin mencegah
pertemuan malam ini.” jawab Se Ryung sambil nangis.
“Apa kau pikir kau bisa
menyelamatkan Kim Seung Yoo dengan mencegah pertemuan ayahmu dengan Kim Jong
Seo? Kenapa kau jadi childish begini? Apa kau tidak tahu kelakuanmu bisa
membunuh keluarga kita? Kau sudah dibutakan oleh cinta sehingga tidak lagi
memikirkan orang tua dan adik2mu!” ucap Lady Yoon.
Lady Yoon lalu memberikan
kode pada pelayan. Dan pelayan pun menarik Se Ryung. Se Ryung teriak memanggil
ibunya, tapi sang ibu tidak peduli. Se Ryung dikurung gudang!
Se Ryung teriak, “Ibu!”
Dari celah2 pintu, Lady
Yoon menatap Se Ryung.
“Ibu, tolong selamatkan
dia! Dia tidak bersalah!” teriak Se Ryung.
Tapi Lady Yoon tidak peduli
dan beranjak pergi. Se Ryung terduduk lemas.
Malam pun tiba… Myung Hoe
dan Im Woon menemui 3 anak buah Myung Hoe. Myung Hoe tanya apa orang2 dari
gunung sudah siap. Salah satu dari anak buahnya meminta Myung Hoe jangan cemas.
Myung Hoe tanya lagi apa senjata di tandu Pangeran Sooyang sudah siap. Salah
satu anak buahnya lalu menunjukkan pedang yang ditaruh di bawah tempat duduk
Pangeran Sooyang. Myung Hoe lalu memberikan rantai pada Im Woon.
Pangeran Sooyang dan
antek2nya bertemu lagi untuk membahas rencana mereka.
Onyeong cemas, “Kita akan
masung sarang harimau hanya dengan 8 orang. Tidak bisa kah kita menambah
pasukan dan menyelesaikan ini sekaligus?”
Myung Hoe : Jika kita
melakukan itu, tidak ada jaminan Kim Jong Seo mati. Bisa saja Kim Jong Seo
meloloskan diri di tengah2 kekacauan.
Kwon Ram : Meskipun Kim
Jong Seo mati, bagaimana dengan keselamatan Pangeran Sooyang?
Myung Hoe : Setelah
Pangeran Sooyang masuk ke dalam rumah, orang2 dari gunung akan siap.
Pangeran Sooyang : Aku
sudah tahu resikonya. Apapun yang terjadi, aku akan tetap melakukannya. Aku
sudah menyiapkannya. Aku akan berpura2 mengalah pada Kim Jong Seo.
Seung Kyu memberikan surat
pada ayahnya. Surat dari Pangeran Sooyang!!
Isinya….
Ini sangat mengkhawatirkan. Seung Yoo
memiliki hubungan dengan seorang dayang istana. Seorang Petugas di Sekretariat
Kerajaan punya hubungan dengan dayang istana. Dia harusnya dihukum mati. Aku
akan datang malam ini.
Kim Jong Seo kaget. Seung
Kyu penasaran apa isi surat itu. Kim Jong Seo memberitahu Pangeran Sooyang akan
datang malam ini. Seung Kyu kaget. Dan ia lebih kaget lagi setelah membaca isi
surat itu. Seung Yoo lalu datang. Kim Jong Seo keluar menemui Seung Yoo.
“Dia bukan dari kalangan
bangsawan, juga bukan seorang gisaeng.” Ucap Kim Jong Seo.
“Ayah, kumohon temuilah dia
sekali saja.” Jawab Seung Yoo.
“Apa identitas gadis itu?
Kau bilang dia bukan gadis bangsawan, juga bukan gisaeng. Apa dia seorang
dayang istana?” tanya Kim Jong Seo.
“Bagaimana ayah bisa…”
Seung Yoo kaget.
“Jadi benar dia seorang
dayang istana?” tanya Kim Jong Seo.
“Itu benar. Tapi dia sudah
keluar dari istana.” Jawab Seung Yoo.
“Bahkan jika kau mencintai
gadis itu dan aku merestui kalian berdua, masyarakat tidak akan tinggal diam.”
Ucap Kim Jong Seo.
“Aku tidak peduli omongan
orang. Aku akan menunggu sampai ayah memberi restu.” Jawab Seung Yoo.
“Karena wanita itu hidupmu
dalam bahaya. Apa kau bisa menanggung itu?” tanya Kim Jong Seo.
“Karena saya mencintai
wanita itu, bagaimana saya bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita lain?”
jawab Seung Yoo.
“Aku mengerti. Untuk kali
ini tinggal lah di rumah. Dan jaga sikapmu.” Pinta Kim Jong Seo.
“Baik, ayah.” jawab Seung
Yoo.
Pangeran Sooyang akhirnya
pergi ke kediaman Kim Jong Seo bersama Im Woon dan 4 anak buah Myung Hoe yg
menyamar sbg tukang tandu.
Se Ryung sibuk memikirkan cara agar bisa menemui Seung Yoo. Tiba2, ia mendapat ide. Ia lalu merobek roknya, melukai jarinya dan menuliskan pesan dengan darahnya pada sobekan roknya.
Yeo Ri datang membawa makanan. Se Ryung memberikan kain itu pada Yeo Ri. Yeo Ri kaget melihat bibir Se Ryung yang berdarah dan melihat tulisan di kain itu ditulis dengan darah.
“Darah…? Bukankah ini
darah?” tanya Yeo Ri kaget.
“Setelah malam ini, aku
tidak akan memiliki masa depan bersamanya. Itu tidak apa2. Meskipun aku tidak
bisa melihatnya lagi. Aku hanya berharap dia tetap hidup.” jawab Se Ryung
dengan berkaca2.
“Nona.” Ucap Yeo Ri.
“Aku hanya punya kau.
Berikan itu padanya.” Jawab Se Ryung.
Yeo Ri pun iba. Ia
mengangguk, kemudian beranjak pergi.
Pangeran Sooyang dan anak
buahnya masih di perjalanan. Semetara itu, Seung Kyu membagi tugas pada para
pengawal untuk menjaga setiap sudut Kediaman Kim.
Yeo Ri akhirnya tiba di
depan Kediaman Kim. Ia memberikan pesan itu pada seorang pengawal.
Seung Yoo heran banyak
pengawal di rumahnya. Ia bertemu kakaknya dan tanya apa yang terjadi?
“Pangeran Sooyang akan
datang.” Ucap Seung Kyu.
“Pangeran Sooyang?” tanya
Seung Yoo kaget.
“Hanya itu yang perlu kau
tahu. Masuk lah ke kamarmu.” Jawab Seung Kyu.
Pengawal tadi memberikan
kain itu pada Seung Yoo. Ia berkata seorang gadis yang memberikan kain itu.
Seung Yoo tanya ciri2 gadis itu. Pengawal itu bilang seperti pelayan. Seung Yoo
tanya kemana gadis itu pergi. Pengawal menjawab karena langit gelap, jadi ia
tak tahu. Seung Yoo mengerti, kemudian membuka kain itu dan membaca pesannya.
Kuil Seung Bup. Yeo Ri.
Itulah isi pesan Se Ryung.
Seung Yoo kaget menyadari pesan itu ditulis dengan darah.
Seung Yoo pun bergegas
pergi dan memacu kudanya dengan cepat. Nyaris saja ia berpapasan dengan
Pangeran Sooyang. Pangeran Sooyang tiba di Kediaman Kim. Seung Kyu keluar dan
memberi salam. Pangeran Sooyang berkata ingin bertemu Kim Jong Seo.
Seung Kyu memeriksa dengan teliti orang2 yg dibawa Pangeran Sooyang. Setelah yakin tidak ada masalah, Seung Kyu mempersilahkan Pangeran Sooyang masuk. Sayang, Seung Kyu tak melihat senjata yang disembunyikan Im Woon di lengan baju.
Seung Kyu memeriksa dengan teliti orang2 yg dibawa Pangeran Sooyang. Setelah yakin tidak ada masalah, Seung Kyu mempersilahkan Pangeran Sooyang masuk. Sayang, Seung Kyu tak melihat senjata yang disembunyikan Im Woon di lengan baju.
“Bagaimana caranya kau tahu
gadis yang ditemui anakku adalah seorang dayang istana?” tanya Kim Jong Seo.
Pangeran Sooyang menghela
napas, lalu berkata, “Kalau saja dulu kau menerima lamaranku, maka kau dan aku,
juga anak2 kita, sudah hidup bahagia. Dan kita juga tidak perlu mencemaskan
urusan negara.”
“Seandainya anda tidak
memiliki keinginan itu, bukan tidak
mungkin anda dan saya bisa bersatu.” Jawab Kim Jong Seo.
Pangeran Sooyang tertawa,
kemudian berkata, “Ini Pangeran Sooyang yang akan segera menjadi Raja. Apa kau
pikir itu keinginan yang sia?”
“Raja dipilih oleh langit,
bukan manusia.” Jawab Kim Jong Seo.
“Raja yang sesungguhnya
adalah seseorang yang mampu menduduki takhta.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Jika Pangeran menginginkan
takhta, anda akan menumpahkan darah banyak orang, dan pada akhirnya anda akan
ketakutan oleh dendam dari keluarga yang dibunuh,dan ini akan menyebabkan lebih
banyak darah yang tumpah.” Jawab Kim Jong Seo.
“Hari ini aku tidak datang
sebagai Pangeran Sooyang.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Apa yang kau rencanakan
sebenarnya? Jika kau berencana memakai anakku untuk kejahatanmu, itu sama saja
kau menggali kuburanmu sendiri.” Jawab Kim Jong Seo.
“Aku bodoh karena pernah
berpikir membunuh Kim Seung Yoo. Tapi itu masa lalu. Alasanku mengunjungimu
malam ini tidak lain karena putriku yang sempurna itu.” ucap Pangeran Sooyang.
“Apa maksudmu?” tanya Kim
Jong Seo.
“Apa kau tahu identitas
dayang istana yang dilindungi mati2an oleh anakmu? Aku juga… kaget saat
mengetahuinya.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Siapa gadis itu?” tanya
Kim Jong Seo.
“Gadis itu tidak lain tidak
bukan adalah putriku sendiri.” Jawab Pangeran Sooyang.
Kim Jong Seo kaget.
Se Ryung menangis sambil
memandangi bulan purnama.
“Kau pikir aku akan percaya
dengan ceritamu?” tanya Kim Jong Seo.
“Memang sulit untuk
dipercaya. Tapi inilah yang terjadi. Kim Seung Yoo mengira putriku, Se Ryung,
dayang istana yang bernama Yeo Ri. Kenapa kau tidak memastikannya sendiri?”
tanya Pangeran Sooyang.
Kim Jong Seo teriak,
menyuruh Seung Kyu memanggil Seung Yoo. Seung Kyu mengiyakan, lalu pergi.
Sebelum pergi, Seung Kyu dan Im Woon saling menatap tajam.
Sementara itu, Seung Yoo
masih di jalan menuju kuil.
“Aku membaca surat yang
dikirimkan Seung Yoo untuk putriku, perasaan mereka sangat dalam.” Ucap
Pangeran Sooyang.
“Surat apa?” tanya Kim Jong
Seo.
“Penuh dengan isi hati Kim
Seung Yoo. Apa kau ingin memastikan tulisan putramu?” jawab Pangeran Sooyang.
4 anak buah Myung Hoe,
hendak beraksi. Mereka mengeluarkan pedang dari bawah tempat duduk tandu
Pangeran Sooyang. Namun mendengar suara Seung Kyu, mereka kembali
menyembunyikan pedang itu. Seung Kyu kesal tahu dari pengawal ttg kepergian
Seung Yoo.
Pedang itu belum masuk ke
bawah tempat duduk dengan sempurna. Saat anak buah Myung Hoe ingin
memasukkannya, Seung Kyu menatap mereka dengan pandangan curiga. Seung Kyu pun
mendekati mereka.
“Tunjukkan surat itu
padaku.” Pinta Kim Jong Seo.
“Woon, bawakan surat itu ke
sini.” Ucap Pangeran Sooyang.
Seung Kyu terkejut saat
melihat pedang di bawah tempat duduk Pangeran Sooyang. Anak buah Myung Hoe
mengambil pedang itu dan melukai lengan Seung Kyu. Seung Kyu sadar ini tipu
muslihat Pangeran Sooyang. Ia pun bergegas ke kamar ayahnya sambil berteriak,
menyuruh sang ayah bersembunyi.
“Tunjukkan surat itu.”
suruh Pangeran Sooyang.
Lalu terdengar teriakan
Seung Kyu, “AYAH! SEMBUNYI!”
Im Woon dan Pangeran
Sooyang kaget. Im Woon lalu mengeluarkan rantai dari balik lengannya dan
memukul kepala Kim Jong Seo. Kim Jong Seo ambruk dengan luka di kepala.
Darahnya muncrat mengenai Pangeran Sooyang. Seung Kyu masuk ke kamar sang ayah
dan bergegas membawa ayahnya keluar. Namun saat sampai di pintu, Im Woon
memukul kepala Seung Kyu dengan rantai itu. Seung Kyu dan Kim Jong Seo terjatuh
ke bawah. Seung Kyu tewas!
Seung Yoo tiba di kuil. Ia
membuka salah satu kamar. Ternyata itu kamar dua biksu kecil. Seung Yoo
menanyakan Yeo Ri pada biksu itu. Biksu itu bingung, siapa Yeo Ri? Seung Yoo
juga bingung.
Pangeran Sooyang beranjak
keluar. Myung Hoe menyambutnya. Ia menyuruh Pangeran Sooyang bergegas ke
kediaman Putri Kyung Hee dan melapor pada Raja atas pengkhianatan yg dilakukan
Kim Jong Seo.Pangeran Sooyang menanyakan Seung Yoo. Myung Hoe bilang Kim Jong
Seo sudah mati, tidak ada yg bisa dilakukan Seung Yoo. Myung Hoe menyuruh
Pangeran Sooyang pergi. Pangeran Sooyang pun pergi dengan kudanya.
Myung Hoe memanggil anak
buahnya. Ia menyuruh anak buahnya mencari Seung Yoo dan kembali membawa kepala
Seung Yoo.
Dalam perjalanan pulang,
Seung Yoo memikirkan Yeo Ri. Ia lalu terperangah melihat beberapa pasukan
penunggang kuda dari kediamannya. Seung Yoo pun langsung memacu kudanya menuju
rumahnya.
Seung Yoo sampai di
rumahnya. Ia terkejut saat salah satu pengawalnya memberitahu mereka masuk
jebakan Sooyang. Seung Yoo mencabut pedangnya, kemudian masuk ke dalam. Anak
buah Myung Hoe melihatnya. Seung Yoo pun syok melihat yang terjadi. Tampak Lady
Ryu dan Ah Kang menangisi Seung Kyu dan Kim Jong Seo.
“Kakak.” Panggil Seung Yoo.
Saat melihat sang ayah,
Seung Yoo histeris, “AYAH!!!”
Air mata Seung Yoo
mengalir. Di tempat penyekapannya, Se Ryung terkejut. Ia seperti merasakan
sesuatu telah terjadi pada Seung Yoo.
BERSAMBUNG…………………
0 Comments:
Post a Comment