The Princess Man Ep 7


Kim Jong Seo akhirnya kembali kembali ke istana atas perintah Raja Munjong. Kim Jong Seo pun datang dengan seragam pejabatnya. Putra Mahkota tersenyum melihat Kim Jong Seo. Kim Jong Seo berlutut, memberi hormat pada Putra Mahkota yang akan menggantikan posisi ayahnya sbg Raja.
 
“Selama Kim Jong Seo masih hidup, keluarga kerajaan dilarang ikut campur dalam urusan politik. Siapa yang berani melanggar, akan dieksekusi.” Ucap Kim Jong Seo lantang.

Wajah Pangeran Sooyang dan antek2nya langsung berubah. Pangeran Sooyang dan Kim Jong Seo saling menatap tajam. 

Pangeran Sooyang lalu pergi, meninggalkan lokasi itu. Sesampainya diluar, Pangeran Sooyang pun berkata akan membunuh Kim Jong Seo. Pangeran Sooyang tersenyum menyeringai, kemudian beranjak pergi.

Se Ryung masih di kuil. Ia kemudian menoleh ke belakang lantaran menyadari ada seseorang di belakangnya. Betapa kagetnya dia melihat siapa sosok yang berada di belakangnya. Seung Yoo! Seung Yoo menatap Se Ryung penuh kerinduan. Tanpa basa basi lagi, Seung Yoo berlari ke arah Se Ryung, kemudian memeluknya. Se Ryung memberontak, tapi Seung Yoo memeluknya semakin erat.
“Sudah kubilang untuk jangan menunjukkan wajahmu di hadapanku, tapi kenapa kau tidak mau pergi, bahkan dari kepalaku.” Ucap Seung Yoo.

Air mata Se Ryung mengalir. Se Ryung kemudian melepas pelukan Seung Yoo.
“Kenapa kau seperti ini lagi? Kau yang menyuruhku pergi. Di saat aku mencoba melupakanmu….”
“Aku tidak mau membohongi diriku lagi. Aku tidak mau berpura2 tidak mencintaimu lagi. Sekarang… aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dari hatiku. Aku tidak bisa menghentikan diriku lagi, karena itu aku datang. Bahkan, jika kau menolakku, aku tidak akan pergi.”

Air mata Se Ryung berjatuhan. Ia pun sedikit tersenyum. Seung Yoo kembali memeluknya. Kali ini, Se Ryung membalas pelukan Seung Yoo. Se Ryung menikmati sekali berada dalam pelukan hangat Seung Yoo.

Air mata Se Ryung terus mengalir. Seung Yoo menghapus air mata Se Ryung, kemudian bertanya nama Se Ryung. Se Ryung kebingungan harus menjawab apa. Seung Yoo pun bertanya apa Se Ryung punya alasan tidak bisa memberitahukan namanya? Se Ryung terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian, ia pun mengatakan namanya adalah Yeo Ri. Seung Yoo tanya lagi, apa Se Ryung tidak takut tinggal sendiri di kuil. Se Ryung menggeleng.  Seung Yoo tanya lagi, apa ia bisa tenang meninggalkan Se Ryung di kuil? Se Ryung mengangguk mengiyakan.
Seung Yoo kemudian berkata, ada banyak hal yg ingin dikatakannya pada Se Ryung, tapi karena sudah larut, ia memutuskan untuk pergi. Seung Yoo kembali mengusap wajah Se Ryung. Se Ryung terus memandangi Seung Yoo. Seung Yoo lalu beranjak pergi. Se Ryung memanggil Seung Yoo. Ia tanya, apa mereka bisa bertemu lagi. Seung Yoo tersenyum, lalu menjawab ia akan datang walau Se Ryung tak menginginkannya. Se Ryung tersenyum. Seung Yoo beranjak pergi.
Se Ryung terus menatap kepergian Seung Yoo. Rona bahagia terpancar di wajahnya. Se Ryung kemudian berbalik. Betapa kagetnya ia melihat siapa yang ada di belakangnya. Yeo Ri!!
“Nona… siapa dia?” tanya Yeo Ri.
“Apa? Kim Seung Yoo? Pernikahan Nona dengan Tuan Muda Shin sedang dibicarakan. Apa yang akan anda lakukan. Jika Pangeran dan Nyonya tahu… Nona, jika Nona terus bertemu dengannya, Nona akan mendapat masalah besar. Tolong, jangan lakukan ini lagi.” Ucap Yeo Ri.
“Yeo Ri-ya.” jawab Se Ryung.
“Ya.” ucap Yeo Ri.
“Dia bilang dia tidak akan menipu dirinya lagi.” Jawab Se Ryung.
“Apa?” tanya Yeo Ri.
“Aku tidak mau menipu diriku lagi.” Jawab Se Ryung.
“Nona.” Ucap Yeo Ri tak setuju.

Paginya, Kim Jong Seo dan Seung Yoo menemui Raja Danjong. Kasim mengumumkan kedatangan Kim Jong Seo dan Seung Yoo. Raja Danjong mengizinkan mereka masuk. Mereka pun masuk. Kim Jong Seo dan Seung Yoo memberi hormat pada Raja Danjong. Jong duduk disamping Raja Danjong. Raja Danjong berkata lega karena ada Kim Jong Seo dan Seung Yoo di sisinya.
Kim Jong Seo berkata, “Meskipun dia pernah bekerja di Jong Hak, tapi ini hal baru untuknya. Jika dia melakukan kesalahan, tolong tegur dia.”
Raja Danjong tersenyum.
“Kakak Ipar, dia teman baikmu kan?” tanya Raja Danjong.
“Ya, dia temanku. Dia seorang pria yang tidak memiliki kesalahan. Dia pasti akan melakukan yang terbaik untuk anda.” Jawab Jong.
“Anda terlalu tinggi menilai saya.” ucap Seung Yoo.
“Seandainya ayahku di sini, beliau pasti bahagia melihat ini.” jawab Raja Danjong.
“Yang Mulia…. Mendiang Raja pasti melindungi anda dari sana. Pelayan anda, Kim Jong Seo, akan mempertaruhkan nyawanya untuk mendukung anda.” Ucap Kim Jong Seo.
“Terima kasih banyak Perdana Menteri.” Jawab Raja Danjong.

Raja Danjong, Kim Jong Seo beserta pejabat lainnya berjalan keluar. Mereka bertemu dengan Pangeran Sooyang. Pangeran Sooyang memberi hormat. Raja Danjong heran, “Paman, kenapa kau ke sini?”
“Aku datang untuk memberi selamat.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Pangeran Sooyang, kenapa kau tidak menahan dirimu untuk berkunjung ke istana? Keluarga Kerajaan harus bisa menahan diri untuk berkunjung ke istana. Sehingga anda bisa menghindari tuduhan mengincar takhta Raja.” Ucap Kim Jong Seo.

“Jadi aku sebagai paman tidak boleh mencemaskan keponakanku sendiri?” tanya Pangeran Sooyang.
“Aku akan melakukan yang terbaik dibantu oleh Dewan Istana, jadi Paman tidak perlu mencemaskanku. Tugas Paman hanyalah melihatku.” Jawab Raja Danjong.
“Silahkan, Yang Mulia.” Ucap Kim Jong Seo.

Raja dan rombongannya pun pergi. Pangeran Sooyang menatap tajam kepergian mereka. Di barisan akhir, ada Seung Yoo. Seung Yoo dan Pangeran Sooyang saling bertatapan tajam. Seung Yoo pergi. Pangeran Sooyang tersenyum menyeringai. Senyuman itu tiba2 menghilang, dan berganti dengan tatapan tajam.
Pangeran Sooyang bertemu dengan para sekutunya. Ada Kwon Ram, Pangeran Onyeong, Han Myung Hoe. Kwon Ram geram Kim Jong Seo melarang Pangeran Sooyang mengunjungi Istana. Myung Hoe merasa ini masalah besar. Pangeran Onyeong bertanya apa maksud ucapan Myung Hoe. Myung Hoe bilang kalau Kim Jong Seo akan menyingkirkan orang2 yang mengancam posisi Raja Danjong. Kwon Ram bilang mereka tidak boleh diam saja menunggu kematian. Pangeran Sooyang pun bicara kalau perjamuan yang sudah mereka siapkan harus dilakukan lebih cepat. Pangeran Onyeong bertanya apa mereka perlu melibatkan Shin Suk Joo. Pangeran Sooyang berkata kalau Shin Suk Joo sudah berada di pihaknya, jadi mereka tidak perlu menyembunyikan rencana mereka dari Shin Suk Joo. Pangeran Onyeong pun berkata akhirnya tiba saatnya menggunakan mereka.
Shin Suk Joo jalan ke kantornya. Ia bertemu rombongan Perdana Menteri.
“Apa kau mau ke Jipheonjeon (Hall Of worthies)?” tanya Kim Jong Seo.
“Ya.” jawab Shin Suk Joo.
Para Menteri mengejeknya, “Orang yang yang kau dukung, yang dulu mempromosikanmu ke Seketariat Kerajaan, setelah semua itu, kupikir sekarang kau hanya bergantung pada seutas tali yang rapuh. Menjadi alat anggota keluarga kerajaan untuk merebut takhta kerajaan, bukankah itu sama saja seperti melemparkan kotoran ke wajahmu?”
Kim Jong Seo : Kau tetaplah menjadi sarjana yang terhormat.
Shin Suk Joo : Anda tidak perlu mengkhawatirkan masa depan saya.
Kim Jong Seo : Jaga jarakmu dengan Pangeran Sooyang. Ini peringatan terakhir jika kau masih menyayangi nyawamu.
Kim Jong Seo dan rombongannya pun beranjak pergi. Shin Suk Joo diam saja. Myun melihat itu dari jauh. Shin Suk Joo pergi dengan wajah menunduk. Myun kesal melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.
Seung Yoo, Myun dan Jong menemui Profesor Kepala.
“Apa yang membuat kalian kesini? Sudah lama sekali sejak terakhir aku melihat kalian bersama2.” Ucap Profesor Kepala.
“Maaf karena saya sudah membuat anda cemas.” Jawab Seung Yoo.
“Cemas? Aku sudah tahu kau akan kembali mengenakan seragam pemerintahan.” Ucap Profesor Kepala.
 
“Anda cemas tapi pura2 tidak cemas.” Ledek Jong.
“Tutup mulutmu Pangeran Pendamping. Tapi kenapa kau tidak pergi ke Jong Hak (Akademi Kerajaan)?” tanya Profesor Kepala.
“Inilah yang tidak aku suka menjadi Pangeran Pendamping. Mengikuti pelajaran di Jong Hak.” Jawab Jong.
Profesor Kepala lalu melirik Myun yg sedari tadi diam saja. “Kenapa wajahmu begitu serius?”
“Dia memang selalu seperti itu.” jawab Seung Yoo.
“Aku lega melihat kalian masih bersama2 seperti ini. Meski kalian sudah mengambil jalan berbeda, jagalah persahabatan kalian.” Ucap Profesor Kepala.
Seung Yoo dan Jong langsung mengiyakan. Namun Myun mengiyakan dengan ragu2.

Seung Yoo, Myun dan Jong jalan keluar. Seung Yoo pamit pergi duluan. Sambil menatap kepergian Seung Yoo, Jong berkata kalau ia merasa Seung Yoo akan pergi berkencan. Myun pun menatap kepergian Seung Yoo dengan wajah kesal.
Se Ryung senyum2 sambil bercermin.
Yeo Ri kesal melihatnya, “Kupikir anda tidak bisa senyum2 setelah apa yang anda lakukan. Apa yang mau anda lakukan? Anda berbohong pada Nyonya dengan mengatakan anda akan pergi berdoa beberapa hari di kuil. Yang paling heboh lagi, dia berpikir anda seorang pelayan.
“Aku akan mengatakan semuanya jika aku bertemu lagi dengannya.” Jawab Se Ryung.
Se Ryung pun beranjak pergi.
Yeo Ri teriak, “Yeo Ri itu nama saya. Jangan gunakan nama saya untuk berbohong.

Se Ryung menunggu Seung Yoo di jembatan. Begitu melihat Seung Yoo, senyum gadis itu pun mengembang. Seung Yoo berhenti melangkah saat melihat Se Ryung. Ia pun tersenyum lebar pada Se Ryung.
“Kupikir kau tidak datang.” Ucap Se Ryung.
“Aku sengaja membuatmu menunggu lama, jadi saat aku datang, kau akan gembira melihatku.” Jawab Seung Yoo.
Se Ryung cemberut.
“Aku ada pertemuan di istana. Aku sibuk sekali hari ini.” jawab Seung Yoo.
Se Ryung tersenyum malu2.
Seung Yoo tanya lagi, “Kenapa kau memilih tinggal di sini (kuil)?”
“Tempat ini… aku sering datang ke sini sebelumnya.” Jawab Se Ryung.
“Orang tuamu masih… hidup?” tanya Seung Yoo.
Se Ryung terdiam. Ia mengumpulkan keberaniannya untuk mengakui yang sebenarnya. Namun saat ia akan menjawab, Seung Yoo memotong kata2nya dengan berkata tidak seharusnya ia menanyakan pertanyaan itu pada Se Ryung. Ia berpikir Se Ryung yatim piatu. Ia juga mengomentari cara berpakaian Se Ryung yang mirip anggota keluarga bangsawan. Se Ryung meminta maaf. Seung Yoo pun menggoda Se Ryung dengan berkata sikap Se Ryung aneh. Se Ryung terlihat seperti orang lain, bukan orang yang dikenalnya. Orang yang menginjak punggung seorang pria untuk menaiki kuda. Se Ryung pun tersenyum mendengarnya.
Seung Yoo dan Se Ryung lalu duduk di dekat air terjung. Seung Yoo kipas2, kemudian mengipasi Se Ryung.
Seung Yoo heran, “Saat belajar waktu itu, kau menjawab dengan baik. Sepertinya kau banyak belajar?”
“Aku hanya mendengarkan Yang Mulia Putri.” Jawab Se Ryung.
“Kalau begitu kau sangat pintar.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung tertegun mendengarnya.
Seung Yoo kembali berkata, “Yang Mulia Putri.”
“Ya?” jawab Se Ryung.
“Jikgang Kim Seung Yoo, akan meneruskan pelajaran.” Jawab Seung Yoo.
Seung Yoo lalu mengeluarkan kuas di balik lengannya. Ia kemudian mencelupkan kuas ke dalam air, lalu mulai menulis di batu... Ha Ah Shim dan Wi Ni Shim.
Se Ryung : Hatiku sebagai ganti hatimu. Sekarang aku mengerti, betapa kita saling merindukan satu sama lain.
Seung Yoo tersenyum melihat Se Ryung. Se Ryung pun senyum melihat Seung Yoo. Se Ryung kemudian mengambil kuas Seung Yoo, mencelupkannya ke air dan mulai menulis… Moon Se Gan dan Jeong Shi Ha Mool. Jik Gyo Saeng Sa Sang Uh.
Seung Yoo : Tanyakan pada dunia alasannya, orang hidup atau mati bersama? Dan aku akan menjawab, jika mereka tanpa ragu berjanji akan bersama sampai mati, itu adalah cinta.

Seung Yoo jalan di atas jembatan. Se Ryung mengikuti di belakang. Tiba2, Seung Yoo berhenti melangkah, membuat Se Ryung juga berhenti melangkah. Seung Yoo berbalik dan menatap Se Ryung. Seung Yoo kemudian mengulurkan tangannya. Se Ryung tersenyum dan menyambut uluran tangan Seung Yoo. Mereka lalu berjalan bergandengan tangan.

Pangeran Sooyang dan Han Myung Hoe ada di hutan. Mereka menyamar sebagai pendeta. Myung Hoe bilang pakaian itu cocok untuk Pangeran Sooyang. Pangeran Sooyang tersenyum dan berkata ia juga merasa nyaman dengan pakaian itu. Mereka menemui 3 anak buah Myung Hoe. 



Myung Hoe membawa Pangeran Sooyang ke sebuah kamp latihan. Ia berkata, jika semua sudah terlatih, maka Pangeran Sooyang bisa memakai mereka kapanpun yang Pangeran Sooyang mau.

“Kenapa wajahmu begitu murung? Apa kau sedih berpisah denganku?” tanya Seung Yoo saat mengantar Se Ryung kembali ke kuil.
Se Ryung malu, “Jangan menggodaku.”
Seung Yoo tersenyum, kemudian berkata, “Hari ini ulang tahun Yang Mulia Putri. Aku akan mengawal Baginda Raja ke kediaman Yang Mulia Putri. Jika semua berjalan lancar, aku akan segera kembali.”

Se Ryung tersenyum. Seung Yoo lalu mengamati wajah Se Ryung. Se Ryung malu, kemudian merentangkan kipas Seung Yoo dan menutupi wajahnya. Seung Yoo pun terus berusaha agar bisa melihat wajah Se Ryung dan Se Ryung terus menutupi wajahnya dengan kipas.
“Berhenti menggodaku dan pergilah sekarang.” ucap Se Ryung.

Seung Yoo terus menatap Se Ryung. Se Ryung akhirnya menurunkan kipasnya dan terkejut melihat wajah Seung Yoo yang begitu dekat dengannya. Seung Yoo lalu…. mencium Se Ryung! Se Ryung kaget.

Seung Yoo lalu beranjak pergi. Se Ryung masih kaget. Seung Yoo berjalan mundur dan melambaikan kedua tangannya sambil tersenyum. Se Ryung pun bersorak, agar Seung Yoo hati2 dan lihat ke depan kalau jalan. Seung Yoo pun berbalik dan beranjak pergi. Se Ryung memandangi kepergian Seung Yoo sambil tersenyum dan memegangi bibirnya.

Pangeran Sooyang berkumpul dengan sekutu2nya. Myung Hoe memberikan sebuah buku. Buku yang berisikan nama2 yang harus mereka lenyapkan. Nama pertama, Kim Jong Seo. Nama kedua, Pangeran An Pyeong. Nama ketiga, Min Shin.
“Orang2 yang ada hubungannya dengan Kim Jong Seo, harus kita lenyapkan.” Ucap Myung Hoe.
“Apa mungkin melenyapkan mereka hanya dengan ratusan pasukan? Mereka adalah orang2 yang memiliki kekuasaan dan kekuatan serta bisa mengerahkan banyak pasukan. Jika tidak hati2, kita bisa dapat masalah.” Jawab Shin Suk Joo.
“Jika kita tidak bisa melenyapkan semuanya, maka orang yang harus kita singkirkan pertama kali adalah Kim Jong Seo.” Ucap Myung Hoe.
“Aku sendiri yang akan menemui Kim Jong Seo.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Siapa yang sangka Kim Jong Seo akan menemui ajalnya di kediamannya sendiri.” Ucap Myung Hoe lalu tertawa.

Se Ryung baru pulang dan masih memandangi kipas milik Seung Yoo.
Yeo Ri kesal, “Hanya dengan memandangi kipas seorang pria, Nona bisa tersenyum?”
Se Ryung lalu menyuruh Yeo Ri diam saat melihat Pangeran Sooyang dan antek2nya keluar dari dalam rumah.

Pangeran Sooyang bertanya, “Kau baru pulang dari kuil sekarang?”
“Ya, ayah.” Jawab Se Ryung.
Shin Suk Joo melihat kipas Se Ryung. Se Ryung pun cepat2 menyembunyikannya.

“Jika setelah melihat calon menantumu baru pulang tengah malam, kau akan membatalkan pernikahan, aku pasrah besan.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Jangan bicara begitu.” jawab Shin Suk Joo.

Se Ryung dan Yeo Ri masuk ke dalam. Se Ryung duduk dengan wajah resah. Yeo Ri merampas kipas Seung Yoo.
Se Ryung kaget, “Hei, apa yang kau lakukan?”
“Kipas ini masalah besar buat anda. Bagaimana anda bisa melakukan ini disaat anda bertemu dengan calon mertua anda?” jawab Yeo Ri.
“Berikan padaku.” Ucap Se Ryung berusaha merebut kipas itu.
“Bukankah Nona sudah berjanji akan memberitahunya hari ini? Status Nona, pelayan istana. Nama Nona, Yeo Ri. Berapa lama lagi Nona mau membohonginya?” tanya Yeo Ri.
“Aku juga inginnya begitu tapi setiap kali aku berdiri di depannya, aku tidak sanggup melakukannya.” Jawab Se Ryung.
“Tolong jangan temui Kim Seung Yoo lagi.” Pinta Yeo Ri.
“Jangan menyuruhku seperti itu dan kembalikan kipas itu padaku.” Jawab Se Ryung.

Se Ryung berusaha merebut kipas itu, tapi Yeo Ri malah menjatuhkannya. Tepat saat itu Pangeran Sooyang datang. Kipas itu ada di kaki Pangeran Sooyang! Pangeran Sooyang kaget,  “Kim Seung Yoo?”

“Kau sudah berjanji pada ayah untuk tidak menemuinya lagi kan? Kau melanggar janjimu pada ayah?” tanya Pangeran Sooyang.
“Maafkan aku.” jawab Se Ryung.
“Apa kau memberitahunya kalau kau adalah putriku?” tanya Pangeran Sooyang.
“Tidak. Dia berpikir aku pelayan yang kabur dari istana.” Jawab Se Ryung.
“Apa kau…. mencintainya?” tanya Pangeran Sooyang.
Se Ryung tertegun mendengar pertanyaan sang ayah.
“Apa dia juga mencintaimu?” tanya Pangeran Sooyang.
“Mungkin.” jawab Se Ryung.
“Se Ryung-ah. Kau akan segera menikah.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Apa pernikahan ini bisa dibatalkan?” tanya Se Ryung.
“Jadi kau tidak mau mematuhi kata2 ayahmu?” ucap Pangeran Sooyang.
“Tidak seperti itu.” jawab Se Ryung.
“Pernikahan ini tidak bisa dibatalkan. Jika kau memiliki pemikiran seperti itu, maka aku harus menyangkal putriku sendiri.” Ucap Pangeran Sooyang.
Se Ryung menghela napas.

Paginya, Seung Yoo sedang bersiap2 ke istana. Ia mengenakan seragamnya. Tiba2, ia teringat saat dirinya mencium Se Ryung. Ia pun senyum2 sendiri.
Di kamarnya, Se Ryung resah ingat kata2 sang ayah kalau pernikahannya tidak bisa dibatalkan. Se Ryung lalu membuka pintu kamarnya. Di depan kamar ada Yeo Ri. Yeo Ri bilang kalau Se Ryung tak boleh pergi kemana pun. Se Ryung terdiam. Yeo Ri berkata lagi, kalau ini adalah hari ultah Putri Kyung Hee. Biasanya Se Ryung yang datang ke sana untuk memberi ucapan selamat. Tapi kali ini, Se Jeong—adik Se Ryung—yang akan datang.
Se Ryung pun teringat kata2 Seung Yoo, “Besok ulang tahun Yang Mulia Putri, aku akan mengawal Baginda Raja ke kediaman Putri.”
“Yeo Ri-ya. Aku harus pergi. Aku akan segera kembali.” Ucap Se Ryung.
“Nona tidak boleh pergi kemana pun!” jawab Yeo Ri keras.
“Kenapa kalian berisik sekali?” Se Jeong muncul. “… apa kau melakukan kesalahan sehingga aku yang harus melakukan tugasmu? Apa hebatnya ulang tahun Putri? Sampai2 kita harus melakukan hal seperti ini.”
“Se Jeong-ah.” Jawab Se Ryung.

Se Ryung dan Se Jeong menemui ibunda mereka. Se Jeong berkata ingin pergi ke ulang tahun Putri Kyung Hee bersama sang kakak, karena ia melihat sang kakak bosan tinggal di rumah. Ia bahkan juga berjanji akan mengawasi sang kakak. Lady Yoon tanya apa Se Ryung sadar seberapa serius kesalahan yang sudah dilakukan Se Ryung? Se Ryung mengucap maaf. Se Jeong tanya ada apa. Lady Yoon bilang Se Jeong tidak perlu tahu. Ia lantas menyuruh kedua putrinya itu pergi ke kediaman Putri, mengucapkan salam, lalu kembali ke rumah dengan segera.
Se Jeong memberikan bungkusan pada kakaknya. Ternyata sang kakak pergi sendiri ke kediaman Putri. Se Ryung pun bilang akan segera kembali.

Putri Kyung Hee mendapat banyak hadiah dari penjuru Joseon. Tapi Putri nampak tidak senang. Putri pun bilang pada Eun Geum, yang paling penting adalah persiapan menyambut Raja. Eun Geum mengiyakan.

Jong menyelinap ke kamar Putri Kyung Hee. Ia pun kebingungan dimana harus meletakkan cincin hadiahnya untuk Putri Kyung Hee. Tiba2, Putri Kyung Hee masuk dan terkejut melihat Jong di kamarnya. Jong pun berdiri dan menyembunyikan cincin itu, sepasang cincin dari balik punggungnya.

“Beraninya kau masuk ke sini?” ucap Putri.
“Ini ulang tahun pertamamu sejak kita menikah… aku ingin memberikan hadiah untukmu.” Jawab Jong.
“Dengan menyelinap ke kamarku?” tanya Putri.

“Meskipun keluarga kami telah bangkrut, ibuku ingin memberikan ini untukmu.” Jawab Jong sambil menunjukkan sepasang cincin pemberian ibunya pada Putri.

Jong lalu meletakkan cincin itu di meja dan beranjak pergi. Putri mengambil cincin itu, lantas menyimpannya di laci. Putri menghela napas. Diluar, Jong kembali bertemu Se Ryung. Mereka saling memberi hormat. Se Ryung pergi ke kediaman Putri.

Se Ryung menyajikan makanan untuk Putri. Tapi Putri menanggapinya dengan dingin. Putri tanya apa Se Ryung membawa makanan itu karena berpikir di kediaman Putri tidak ada makanan. Se Ryung pun berkata ibunya yang menyiapkan itu dengan tulus. Se Ryung lalu melihat bunga yang diambilnya di dekat makam ibunda Putri Kyung Hee, dipajang Putri Kyung Hee. Senyum Se Ryung pun langsung mengembang. Putri mencicipi kue bawaan Se Ryung . Senyum Se Ryung pun semakin melebar.

Raja Danjong dan rombongan pergi meninggalkan istana, menuju kediaman Putri Kyung Hee. Seung Yoo ikut jalan di belakang. Rakyat memberi hormat, salah satunya adalah Myung Hoe.

Myung Hoe kembali ke kediaman Pangeran Sooyang. Myung Hoe berkata, kalau mau melakukan kudeta, harus dilakukan saat Raja Danjong tidak berada di istana. Menteri Onyeong membenarkan. Myung Hoe berkata lagi, setelah membunuh Kim Jong Seo, mereka hanya perlu mengepung kediaman Putri Kyung Hee. Setelah itu, akan sangat mudah mengendalikan Raja. Ia juga menambahkan akan membuat seolah2 itu adalah perintah Raja. Kwon Ram merasa itu rencana yang sempurna. Myung Hoe kembali berkata, mereka membutuhkan pejabat militer untuk membawa Raja Danjong pada Pangeran Sooyang. Pangeran Sooyang pun berkata mereka bisa memakai Myun.

Myun tiba di kediaman Putri. Jong menyambutnya dan bertanya apa yang membuat Myun datang. Myun tersenyum dan berkata kalau ia harus mengamankan lokasi di sekitar kediaman Putri Kyung Hee sebelum Raja Danjong tiba. 




Raja beserta rombongan pun tiba. Raja tersenyum pada Jong. Jong tanya kabar Raja.

Seung Yoo dan Myun saling menatap. Seung Yoo tersenyum tipis sedangkan Myun teringat penghinaan yang diberikan Kim Jong Seo dan pejabat lain pada ayahnya. Myun pun menatap tajam Seung Yoo.

Raja pun masuk. Jong menahan Myun dan Seung Yoo. Jong berkata kalau gadis itu ada di sini. Seung Yoo tanya siapa. Jong bilang, gadis yang disukai Myun, putri tertua Pangeran Sooyang. Seung Yoo tersenyum pada Myun dan berkata Myun pasti senang. Jong dan Seung Yoo pun beranjak masuk. Myun terlihat resah.

Se Ryung melihat Seung Yoo yang mengawal Raja bertemu Putri Kyung Hee. Ia lalu teringat kata2 Putri tentang Seung Yoo yang berada di pihak Raja. Menurut Putri, akan lebih baik jika Seung Yoo dan Se Ryung saling melupakan.
Myun berjaga di luar kediaman Putri. Ia lalu ingat kata Jong kalau Se Ryung ada di sana. Myun pun jalan masuk, mau menemui Se Ryung.

Se Ryung jalan keluar.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Seung Yoo membuat langkahnya terhenti.
Seung Yoo menghampiri Se Ryung.
“Kau seharusnya bilang padaku jika ingin datang ke sini. Apa kau mau pergi tanpa menemuiku?” ucap Seung Yoo.
Se Ryung tersenyum.
Seung Yoo juga senyum lalu tanya, “Apa kau ke sini untuk Yang Mulia Putri?”
“Ya.” Se Ryung membenarkan.
Lalu tiba2, Seung Yoo dipanggil. Seung Yoo pun berkata pada Se Ryung akan segera kembali. Saat mau pergi, Se Ryung menahan kepergian Seung Yoo dengan memegang lengan Seung Yoo. Seung Yoo kaget. Se Ryung  bilang dia tidak akan berada di kuil selama beberapa hari. Seung Yoo kaget. Se Ryung bilang ada urusan yang harus diselesaikannya. Seung Yoo tanya berapa lama. Se Ryung bilang dia akan mencari Seung Yoo setelah kembali.
Se Ryung pun mengulurkan kelingkingnya. Seung Yoo mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Se Ryung sebagai tanda janji mereka. Seung Yoo pun meminta Se Ryung jaga diri baik2. Se Ryung berkata dirinya akan baik2 saja. Seung Yoo menggenggam erat tangan Se Ryung. Terlihat sekali, keduanya berat untuk berpisah. Seung Yoo pun akhirnya beranjak pergi.

Myun menyaksikan adegan itu, dengan wajah terluka.

Lady Yoon memukul betis Se Jeong dengan rotan. Se Jeong protes. Lady Yoon marah karena Se Jeong sudah berjanji akan mengawasih Se Ryung, tapi mereka malah pulang sendiri2. Se Jeong menatap tajam Se Ryung, lalu keluar dari kamar. Se Ryung berdiri di depan ibunya. Tapi sang ibu tak memukulnya dan menyuruhnya duduk.

“Kau bertemu Kim Seung Yoo lagi? Apa melanggar perintah orang tuamu, membuatmu bahagia?” tanya Lady Yoon kecewa.


Se Ryung, “Maaf”
“Tidak perlu minta maaf. Lagipula kau tidak akan lagi bisa bersama dengan Kim Seung Yoo. Jika ada satu orang yang tidak bisa bersamamu di dunia ini, dia adalah Kim Seung Yoo.” Ucap Lady Yoon.
“Ibu.” Jawab Se Ryung.
“Dia adalah musuh ayahmu. Berani sekali kau jatuh cinta padanya. Apa kau sudah tidak waras?” tanya sang ibu.
“Apa maksud ibu?” tanya Se Ryung tak mengerti.
“Ayahnya, Kim Jong Seo, akan membunuh kita. Jika kau masih tidak peduli orang tua dan saudaramu sekarat, maka pergilah dan jadilah menantu Keluarga Kim.” Jawab sang ibu.
Se Ryung syok mendengarnya.
“Pelayan istana? Gadis yang menyamar sebagai Putri adalah seorang pelayan istana?” tanya Jong yang saat itu sedang minum2 bersama Seung Yoo dan Myun.
Seung Yoo mengiyakan.
“Jadi kau ingin menikahi gadis pelayan itu atau apa?” tanya Myun kesal.
“JIka dia pergi dari istana… apa bisa?” tanya Jong.
“Aku akan membuat rencana.” Jawab Seung Yoo.
“Meskipun kau memiliki pemikiran seperti itu, ayahmu yang mengendalikan istana dan Yang Mulia Raja. Apa kau pikir ayahmu akan menerima pelayan istana sebagai menantunya?” ucap Myun.
“Hey.. kau…” Jong tersinggung dengan ucapan Myun.
“Apa yang ingin kau katakana?” tanya Seung Yoo.
“Mempromosikan orang yang sudah diturunkan dari jabatannya ke posisi Juru Tulis Seketariat Kerajaan, bukankah itu pekerjaan ayahmu? Dengan dukungan kuat dari Perdana Menteri, bukankah tidak ada yang kau takuti di dunia ini.” jawab Myun.
Seung Yoo dan Jong kaget.
“Shin Myun, jaga mulutmu.” Ucap Seung Yoo.
Myun menatap tajam Seung Yoo.
Rekan Myun datang—gw masih belum tahu namanya—memberitahu Myun kalau Pangeran Sooyang ingin bertemu.
Seung Yoo kaget, “Jadi kau ada di pihak Pangeran Sooyang?”
“Kenapa? Apa tidak boleh?” tanya Myun.
“Kau! Kenapa jadi seperti ini!” tegur Jong.
Seung Yoo dan Myun saling bertatapan tajam. Myun kemudian berdiri dan beranjak pergi. Seung Yoo menenggak minumannya. Kelihatan sekali ia terpukul dengan kenyataan sahabatnya berpihak pada Pangeran Sooyang.
“Ayahnya, Kim Jong Seo, akan membunuh kita semua.” Ucap Lady Yoon.
“Jangan bermimpi! Ayahmu dan ayahnya adalah musuh yang tidak bisa hidup di bawah langit yang sama.” Ucap Putri Kyung Hee di hari pernikahannya.


Se Ryung menghela napas memikirkan kata2 ibunya dan Putri Kyung Hee. Lalu, Myun datang. Se Ryung pun masuk ke dalam. Namun langkahnya terhenti karena Myun bicara.
“Aku melihatmu hari ini. Sejak kapan…. sejak kapan kalian bertemu lagi?” tanya Myun.
“Jadi kau juga berada di kediaman Yang Mulia Putri?” tanya Se Ryung kaget.

“Apa kau tidak tahu kalau kau dan dia tidak boleh bertemu lagi?” jawab Seung Yoo.
“Siapa yang memutuskan begitu? Apakah manusia? Atau Tuhan?” tanya Se Ryung marah.
“Kau… dan aku akan segera menikah.” Jawab Myun.
“Aku sudah tahu itu.” ucap Se Ryung.
“Kau sudah tahu?” tanya Myun kecewa. “… lalu bagaimana bisa kau dan Kim Seung Yoo….?”
“Karena kau adalah teman guru, kukira kau bisa menjadi temanku. Tapi aku tidak pernah memikirkan Petugas Shin akan menjadi suamiku.” Jawab Se Ryung.
Se Ryung pun memberi hormat, lalu beranjak masuk ke dalam.
Myun terpukul.

Lalu terdengar suara Pangeran Sooyang, “Jadi kau sudah mengetahui semuanya?”
Pangeran Sooyang menuangkan minuman untuk Myun. Myun terus minum. Pangeran Sooyang akhirnya menghentikan Myun yang terus minum. Myun tampak terluka.
“Tidak akan ada yang berubah kalau kau terus begini. Kau pasti terluka. Bersaing dengan temanmu karena seorang wanita… ini jelas situasi yang tidak mengenakkan.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Bukan begitu. Dia adalah… kekasih temanku.” Jawab Myun.
“Bukan. Dia adalah wanita yang akan kau nikahi. Bukankah itu benar?” ucap Pangeran Sooyang.
Myun tertegun.

“Kita akan segera membunuh Kim Jong Seo.” Ucap Pangeran Sooyang.
Myun kaget.
“Saat Yang Mulia Raja mengunjungi kediaman Putri Kyung Hee, kita akan bergerak.” Ucap Pangeran Sooyang.
“A… apa maksud anda?” tanya Myun kaget.
“Jika kita tidak memenggal kepala Kim Jong Seo, keluargamu dan keluargaku akan mati di tangannya.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Tapi Seung Yoo…. adalah temanku.” Ucap Myun.
“Kau punya 3 alasan membunuhnya. Pertama, untuk menyelamatkan ayahmu. Kedua, melindungi wanitamu. Membuat temanmu pergi dengan tenang adalah alasan terakhir. Jika ayahnya mati dan dia lolos, bukankah hidupnya tidak akan tenang?” jawab Pangeran Sooyang.
Myun benar2 kaget.
“Apa kau bisa menghunuskan pedangmu pada Kim Seung Yoo?” tanya Pangeran Sooyang sambil memberikan sebilah pedang pada Myun.

Di rumahnya, Myun berlatih pedang. Ia lantas teringat saat Kim Jong Seo dan para menteri menghina ayahnya, juga saat memergoki pertemuan Seung Yoo dan Se Ryung di kediaman Putri Kyung Hee. Myun emosi. Dia mengayunkan pedangnya, hingga dirinya terjatuh. Myun lalu menancapkan pedangnya ke tanah, kemudian berdiri dan masuk ke rumahnya. Baru saja masuk rumah, ia disambut oleh sang ayah.
“Kehidupan dan kematian keluarga ini bergantung padamu. Ini pasti sangat sulit untukmu kan?” ucap Shin Suk Joo.
“Kenapa ayah melakukan ini?” tanya Myun.
“Aku memiliki keyakinan Joseon akan menjadi lebih baik dibawah kepemimpinan Pangeran Sooyang, maka aku, Shin Suk Joo, akan membuat Pangeran Sooyang menjadi raja negeri ini.” jawab Shin Suk Joo.
Myun semakin kaget.

Seung Yoo tiba di kediamannya. Ia juga resah memikirkan kata2 Myun tentang ayahnya yang tidak mungkin menerima gadis pelayan sebagai menantunya. Ia lalu melihat kakak dan ayahnya belum tidur. Ia pun memberi salam. Saat akan pergi ke kamarnya, sang ayah menyuruhnya masuk.
“Ayah akan mencarikanmu calon istri. Kenapa kau begitu kaget?” tanya Seung Kyu.
“Maafkan aku. Tapi pernikahan… aku belum siap.” Jawab Seung Yoo.
“Aku akan mencarikanmu calon istri dari keluarga bangsawan yang bersih dan jujur.” Ucap Kim Jong Seo.
“Sudah ada seseorang… yang mengisi hatiku.” Jawab Seung Yoo.
“Ah, kau ini…” ucap Seung Kyu kaget.
“Berasal dari keluarga mana dia?” tanya Kim Jong Seo.
“Dia bukan berasal dari keluarga bangsawan.” Jawab Seung Yoo.
“A,,, apa?” kaget Seung Kyu.
“Apa dia gisaeng?” tanya Kim Jong Seo.
“Bukan ayah.” Jawab Seung Yoo.
“Lalu?” tanya Kim Jong Seo.
“Ayah dia mabuk dan bicara ngawur.” Jawab Seung Kyu, kemudian mengajak Seung Yoo keluar.

Diluar, Seung Kyu memukul Seung Yoo.
“Saat kau dan Tuan Putri terlibat kekacauan, dan ayah mengundurkan diri, aku kecewa padamu! Jangan buat masalah lagi hanya karena seorang wanita. Jika… kau membuat masalah lagi gara2 wanita, aku tidak akan mengakuimu sebagai adik.” Ucap Seung Kyu lalu beranjak pergi.
Pangeran Sooyang lagi2 bertemu dengan Myung Hoe. Myung Hoe bilang satu2nya cara untuk membunuh Kim Jong Seo adalah menggunakan umpan. Jadi mereka harus menemukan alasan yang kuat agar Pangeran Sooyang bisa masuk ke kediaman Kim Jong Seo. Jika tidak punya alasan kuat, akan sulit menghabisi Kim Jong seo.
Dalam perjalanan pulang, Pangeran Sooyang teringat kata2 Myung Hoe kalau mereka harus menggunakan umpan untuk membunuh Kim Jong Seo. Ia juga teringat tentang putrinya yang begitu mencintai Seung Yoo.
(Akankah Pangeran Sooyang menjadikan Se Ryung sebagai umpan??)

Pangeran Sooyang pulang dan bertemu Se Ryung.
“Kudengar dari ibumu, kau bertemu Kim Seung Yoo lagi?” tanya Pangeran Sooyang.
“Maafkan aku.” jawab Se Ryung.
“Kau sudah tahu apa yang terjadi pada keluargamu, dan kau masih tidak bisa mengubah hatimu?” tanya Pangeran Sooyang.
“Apa hubungan keluarga kita dan keluarga Perdana Menteri Kim tidak bisa diperbaiki?” tanya Se Ryung.
“Sudah terlambat. Se Ryung-ah, aku cemas kau akan terluka.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Aku sudah mencoba menghapus namanya dari hatiku, tapi aku tidak bisa. Aku yakin, hubungan kita dan keluarga Perdana Menteri masih bisa diperbaiki. Walau harus menunggu bertahun2, aku akan menunggu dan menunggu.” Ucap Se Ryung.
“Kim Seung Yoo, apakah dia akan berpikiran sama jika dia tahu dirimu adalah putriku?” tanya Pangeran Sooyang.
“Aku percaya padanya. Dia sudah pernah menyelamatkan hidupku dengan mempertaruhkan nyawanya.” Jawab Se Ryung.
“Aku tahu. Perasaan kalian sangat dalam. Aku menyerah. Aku akan mengirimkan proposal pernikahan pada keluarga mereka.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Ayah.” Jawab Se Ryung kaget.

“Sampai aku berhasil membujuk Perdana Menteri, kau harus merahasiakan identitasmu sebagai putriku.” Ucap Pangeran Sooyang.
”Aku mengerti.” Jawab Se Ryung.
“Kim Seung Yoo, apa dia masih berpikir kau adalah pelayan istana?” tanya Pangeran Sooyang.
“Iya.” Jawab Se Ryung.
“Lalu dia memanggilmu?” tanya Pangeran Sooyang.
“Aku memakai nama Yeo Ri.” Jawab Se Ryung.
“Yeo Ri? Jadi kau menggunakan nama pelayanmu? Sekarang tidurlah.” Ucap Pangeran Sooyang.
Pangeran Sooyang pun pergi.

Se Ryung memanggil lagi, “Ayah.”
“Karena kau adalah ayahku, aku merasa sangat beruntung.” Ucap Se Ryung.
Pangeran Sooyang tertegun, lalu beranak pergi.
(Tuh kaaan bener Se Ryung mau dijadikan umpan).

Paginya Jong menghadap Raja Danjong sebelum pergi ke Jong Hak. Raja menanyakan kabar Putri. Jong bilang putri kelelahan karena ulang tahunnya. Raja cemas, apa Putri sakit? Jong bilang Putri hanya kehabisan energy. Raja pun berniat mengunjungi kediaman Putri untuk mengecek kondisi Putri.
Pangeran Sooyang teringat kata2 Se Ryung semalam.
“Karena kau adalah ayahku, aku merasa beruntung.”
Pangeran Sooyang menguatkan tekadnya untuk tetap menjalankan rencananya. Im Woon—pengawalnya—masuk dan memberitahukan kalau Raja meninggalkan istana hari itu. Pangeran Sooyang pun teringat kalau mereka bisa mulai menjalankan misi mereka ketika Raja meninggalkan istana.

Se Ryung menyulam sambil senyam senyum. Tiba2, tangan Se Ryung tertusuk jarum. Darahnya menetes ke kain sulamannya. Yeo Ri bukannya mencemaskan Se Ryung, malah berkata itu akibatnya jika menyulam tapi pikiran tidak focus. Se Ryung pun berkata kalau ia menyulam itu untuk Seung Yoo. Ia pun berniat meminta kain baru pada ibunya.

Pangeran Sooyang bicara serius dengan istrinya. Ia berkata akan pergi ke kediaman Kim Jong Seo setelah matahari terbenam. Lady Yoon mencemaskan keselamatan Pangeran Sooyang. Pangeran Sooyang menenangkan Lady Yoon dengan berkata kalau dia akan baik2 saja, kemudian meminta Lady Yoon menjaga rumah dan anak2 mereka. Lady Yoon lalu tanya rencana Pangeran Sooyang terhadap Seung Yoo. Pangeran Sooyang berkata juga akan membunuh anak2 Kim Jong Seo. Lady Yoon mencemaskan Se Ryung. Pangeran Sooyang pun berkata, itulah alasan kenapa Seung Yoo harus dibunuh. Se Ryung tidak akan mencintai orang yang sudah mati. Demi putrinya, ia akan membunuh Seung Yoo.
Diluar, Se Ryung mendengarnya dan syok! Pangeran Sooyang terkejut mendengar ada suara orang diluar.
BERSAMBUNG….

0 Comments:

Post a Comment