The Princess Man Ep 16

The Princess Man Eps 16


Onyeong yang dalam kondisi mabuk dilepas oleh Sooyang cs di halaman gibang.
Onyeong : Aigo, Raja. Sang Raja sendiri yang melepas aku.
Kwon Ram : Raja. Ya dia benar2 seorang Raja.
Shin Sook Joo : Kembali lah dengan selamat. Masih banyak yang harus kau lihat dan nikmati.
Sooyang : Kau sudah bekerja dengan keras.
Onyeong : Yang Mulia, tidurlah dengan nyenyak. Besok aku akan menemuimu.
Onyeong pun pulang. Seung Yoo menyusup ke Kediaman Onyeong. Onyeong tiba di rumah. Ia mulai berganti baju. Lalu tiba2, Seong Yoo muncul di belakang Onyeong. Onyeong kaget saat seseorang mengarahkan pedang ke lehernya.
Seung Yoo : Aku datang untuk membunuhmu, Pangeran Onyeong.
Onyeong teriak, “Siapa kau!”

Seung Yoo pun membuka topengnya. Onyeong kaget, “Kim Seung Yoo.”
Seung Yoo : Nama itu… sudah tidak ada lagi!
Seung Yoo pun menebas Onyeong. Onyeong tewas bersimbah darah.
Sementara itu, Sooyang dan Myung Hoe masih berdiri di halaman gibang.
Sooyang : Hari ini benar2 hari yang bagus.
Myung Hoe : Mulai saat ini, tidak akan ada lagi yang menentangmu.
Sooyang menatap Myung Hoe. Dan keduanya pun sama2 tersenyum bahagia.

Seung Yoo menuliskan nama Dae Ho di baju Onyeong, dengan darah Onyeong. Dae Ho, artinya Harimau Besar, julukan untuk Kim Jong Seo.
Seung Yoo pun kembali menutup wajahnya dan pergi.

Sooyang tiba di rumah dan disambut gembira oleh Lady Yoon dan Se Jeong. Sedangkan Soong tidak terlalu gembira, tapi menahan dirinya.
Lady Yoon : Selamat untukmu, Yang Mulia. Saya dengar Yang Mulia Raja memutuskan turun takhta dan memberikannya pada anda.
Sooyang : Karena aku belum memutuskan untuk menerima pengangkatan diriku sebagai Raja, kuharap kalian tidak bertindak gegabah.
Se Jeong : Ayah, berhenti lah membuat saya gelisah dan cepat lah terima pengangkatan dirimu sebagai Raja. Bagaimana kalau nanti Yang Mulia menarik keputusannya?
Lady Yoon menegur Se Jeong, “Se Jeong.”
Sooyang tersenyum lalu menatap Soong, “Soong-ah, sebenarnya aku ingin menjauhkanmu dari penderitaan sbg Keluarga Raja.”
Soong : Aku mengerti.

Sooyang : Terima kasih, tapi dimana kakakmu?
Lady Yoon : Dia sedang sakit kepala dan aku menyuruhnya istirahat.
Sooyang mengerti dan mengajak mereka semua masuk.

Di kamarnya, Se Ryung duduk diam dan merenung. Yeo Ri disampingnya, berkata  kalau Sooyang akan segera menjadi Raja, tapi kenapa Se Ryung tidak gembira. Se Ryung diam saja dan teringat kata2 Putri Kyung Hee. Flashback—Saat Putri Kyung Hee bilang membutuhkan Seung Yoo bukan untuk masalah sepele seperti cinta tapi untuk melindunginya dan Putra Mahkota dari rencana jahat Sooyang. Waktu itu Se Ryung tidak percaya dan merasa Putri sudah keterlaluan karena menuduh ayahnya yang tidak. Putri pun berkata seluruh dunia sudah tau, kecuali ia dan Se Ryung—Flashback end.
Se Ryung menghela napas, lalu teringat kata2 Seung Yoo. Flashback—Seung Yoo bilang kalau Se Ryung tidak tahu wajah Sooyang yang sebenarnya. Menggunakan pengasingan sbg alasan untuk menyingkirkan semua musuhnya sekaligus—Flashback end.
Se Ryung stress dan menyembunyikan wajahnya ke pangkuannya.
Seung Yoo kembali ke gibang. Seok Joo sudah menunggunya.
Seok Joo : Kau baru pulang?
 
Seung Yoo diam saja dan menyembunyikan pipinya yang terkena percikan darah Onyeong.
Seok Joo : Jangan datang dan pergi sesuka hatimu. Kecuali kalau kau benar2 mau pergi.
Seung Yoo : Aku mengerti
Seok Joo pun beranjak pergi.
Di kamarnya, Seung Yoo membersihkan pedangnya yang masih berlumuran darah Onyeong.
Tengah malam, Jae Beon menggedor2 pintu gerbang Kediaman Sooyang dan teriak, “Buka pintu!”

Se Ryung terbangun dan penasaran ada apa. Lady Yoon terbangun dan segera membangunkan suaminya.

Sooyang menemui Jae Beon, “Ada apa?”
“Petugas Shin menyuruhku ke sini. Dia memintaku menyampaikan berita buruk ini.” jawab Jae Beon.
“Berita buruk?” tanya Sooyang.
“Pangeran Onyeong diserang pembunuh dan dia tewas.” Jawab Jae Beon.
“Apa? Siapa pelakunya?” Sooyang syok.
“Kami belum mengetahuinya. Tapi ada tulisan darah di baju Pangeran Onyeong. Tulisannya, Dae Ho.” Jawab Jae Beon.
Sooyang kaget. Yeo Ri diam2 mendengarkan percakapan Jae Beon dan Sooyang.
“Dae Ho? Kau yakin?” tanya Se Ryung pada Yeo Ri.
“Ada tulisan darah di baju Pangeran Onyeong. Tulisan, Dae Ho. Tapi Nona, apa artinya Dae Ho? Pangeran Sooyang terlihat kaget sekali.” Jawab Yeo Ri.
Se Ryung teringat ancaman Seung Yoo.
“Hidupku tidak penting, selama aku bisa membunuh semua keluargamu.”
Se Ryung kaget, “Itu dia.”
“Apa?” tanya Yeo Ri bingung.

Paginya, Sooyang mendatangi Kediaman Onyeong yang dijaga ketat oleh Petugas Hanseong. Orang2 berkerumun di depan Kediaman Onyeong. Sooyang mendengar kasak kusu dari masyarakat ttg Kim Jong Seo yang bangkit dari kematian sbg hantu untuk balas dendam. Sooyang tidak suka mendengarnya.
Myun datang dan memberi hormat. Sooyang jalan masuk menghiraukan Myun.

Di sana, sudah ada Shin Sook Joo, Kwon Ram dan Myung Hoe. Melihat tulisan Dae Ho di baju Onyeong, Sooyang terpukul dan marah.

“Ini benar2 aneh. Pangeran Onyeong meninggal dengan tulisan Dae Ho di bajunya.” Ucap Kwon Ram.
“Pelaku sengaja menggunakan nama Dae Ho untuk mengancam anda, Tuanku.” Ucap Shin Sook Joo.
“Atau bisa jadi ini adalah sebuah peringatan.” Ucap Myung Hoe.
“Apa tidak ada petunjuk yang lain?” tanya Sooyang.
“Sejauh ini, yang kami tahu dia adalah ahli pedang yang hebat.” Jawab Myun.
“Pelakunya pasti orang yang menculik Nona Se Ryung.” Ucap Myung Hoe.
“Myun, kau harus menjaga keselamatan Pangeran Sooyang.” Ucap Shin Sook Joo.
“Baik.” Jawab Myun.
“Bukan hanya aku, tapi juga keselamatan kalian semua.” Ucap Sooyang.
“Sebaiknya anda cepat naik takhta dan masuk ke istana.” Usul Shin Sook Joo.

Danjong bertekad turun takhta. Diluar, Profesor Lee dan rekan2nya serta para pejabat lainnya memprotes tindakan Danjong. Kemudian, Sooyang dan rombongannya datang.

Profesor Lee marah, “Menyebut Pangeran Geum Sung dan Pangeran Pendamping sbg pengkhianat dan merebut takhta, apa kau tidak takut pembalasan dari Tuhan!”
Kwon Ram marah, “Jaga bicaramu!”

Profesor Lee bicara pada Shin Sook Joo, “Apa anda masih ingat apa yang anda katakana pada saya saat anda mempercayakan Myun pada saya? Bukankah kau memintaku mengajarkan ttg kesetiakan sebelum pelajaran yang lainnya?”
Sooyang menatap Profesor Lee dengan kesal, lalu beranjak pergi tanpa mengatakan apa2. Shin Sook Joo menatap tajam mata Profesor Lee.

Sooyang menghadap Danjong. Ia berkata tidak akan meracuni Geum Sung dan Jong sesuai permintaan Danjong, namun sebagai gantinya Geum Sung akan diasingkan ke Pulai Sang Young dan Jong akan tetap hidup dengan Putri Kyung Hee. Danjong meminta Geum Sung dibiarkan hidup setelah pengasingan. Sooyang janji selama Geum Sung diam, ia tidak akan melakukan apapun pada Geum Sung.

Danjong lalu menyuruh Kasim membawakan stempel kerajaan. Kasim terkejut dan tidak mau, tapi Danjong memaksa. Mau tidak mau Kasim pun keluar mengambil stempel. Danjong keluar ruangan duluan, dan Sooyang menatap takhta dengan penuh minat.
Para Kasim membawa stempel kerajaan dengan penuh air mata.
Di depan orang2 yg masih setia padanya, Danjong menyerahkan stempel kerajaan pada Sooyang. Ia berpesan agar Sooyang menjadi Raja yang baik dan bijaksana. Profesor Lee masih berusaha mengubah keputusan Danjong. Kini stempel kerajaan ada di tangan Sooyang. 



Antek2 Sooyang terlihat puas dan gembira sedang orang2 yg mendukung Danjong menangis.

“Ayah kalian akhirnya naik takhta.” Ucap Lady Yoon pada ketiga anaknya.
Se Jeong tampak gembira. Namun Soong dan Se Ryung terlihat murung.
“Mulai sekarang, kalian adalah Pangeran dan Putri negeri ini. Akan ada upacara penobatan jadi kumohon jaga sikap kalian.” Ucap Lady Yoon.
Soong dan Se Jeong mengiyakan, tapi Se Ryung diam saja.
“Kenapa kau diam saja?” tanya Lady Yoon.
Se Ryung pun menjawab pertanyaan ibunya dengan beranjak pergi. Lady Yoon tampak kesal.
Soong mengejar Se Ryung.

“Noonim, wajahmu pucat sekali. Apa ini karena lukamu yang belum sembuh?” tanya Soong.
“Soong-ah, apa kau senang menjadi Putra Mahkota?” tanya Se Ryung.
“Aku tidak seberani dirimu, Noonim. Aku hanya bisa bertindak sesuai keinginan ayah. Tapi kalau aku mendapat kesempatan, aku tidak akan menjadi seperti ayah.” jawab Soong.
Se Ryung menghela napas.
Se Ryung kembali ke kamarnya. Ia teringat kata2 ibunya kalau ia dan dua saudaranya akan jadi Pangeran dan Putri negeri ini. Ia pun terduduk lemas.

Terjadi keributan di Bing Ok Gwan. Seung Yoo mencengkram kerah baju salah satu pelanggan. Chohi, Muyeong dan Soaeng membujuk Seung Yoo menghentikan aksinya. Tapi Seung Yoo malah mengarahkan pedangnya ke leher pria itu dan meminta pria itu mengulangi katanya. Pria itu pun akhirnya bicara kalau mereka punya Raja baru yaitu Pangeran Sooyang.
Seung Yoo murka dan beranjak pergi. Chohi mengejar tapi ditahan Seok Joo. Seok Joo lah yang akhirnya mengejar Seung Yoo.
“Kau mau kemana?” tanya Seok Joo pada Seung Yoo.
Tapi Seung Yoo diam saja. Seok Joo pun menghalangi jalan Seung Yoo.
“Aku tanya kau mau kemana!” tanya Seok Joo.
“Minggir!” bentak Seung Yoo.
Seung Yoo bahkan mengarahkan pedangnya ke leher Seok Joo dan berkata akan membunuh siapa saja yg menghalangi jalannya. Seok Joo dengan gampangnya menjatuhkan pedang Seung Yoo.
Seok Joo : Tatapanmu bagus. Dengan tatapan sebagus itu, bagaimana mungkin kau mati dengan sia2. Dia adalah orang yang sanggup membunuh saudaranya sendiri dan mencuri takhta dari keponakannya. Dengan pedang ini dan kemarahanmu, kau pikir kau bisa melawannya? Hari ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Dengarkan kata2ku.
Seok Joo pun mengajak Seung Yoo minum2.
Seok Joo : Seorang pria yang ingin membunuh Raja negeri ini… aku menyelamatkan pria yang menakutkan. Apa balas dendam sangat berarti bagimu? Jika benar, hidupmu akan sangat tidak berarti. Tidak ada kegembiraan, tidak ada kesedihan. Apa artinya hidup seperti itu?
Seung Yoo : Aku akan membunuh Sooyang, jadi aku bisa mati.
Seok Joo : Kau hidup untuk mati. Kau, kenapa tidak lari saja dengan wanita itu?
Seung Yoo terkejut dan menatap Seok Joo.
Seok Joo : Jika adalah Raja, maka putrinya akan menjadi Putri Raja. Putri Raja adalah posisi yang terlalu tinggi dan jauh untuk orang seperti kita. Jadi bawalah dia pergi selagi masih bisa diraih. Seperti waktu itu. Kemanapun kau pergi, lupakan dendammu dan hidup normal lah dengan wanita itu.
Seok Joo menguap, lalu berkata, “Lupakan segalanya dan hiduplah.”
Seok Joo pun tidur. Seung Yoo mengulangi kata2 Seok Joo, “Lupakan segalanya dan hidup.. Ini seperti mimpi.”
Seung Yoo pun tidur. Seung Yoo lalu membuka mata dan teringat kata2 Seok Joo tentang Se Ryung yang akan jadi Putri Raja. 



Seung Yoo bangun dan duduk, lalu teringat pertemuan pertamanya dengan Se Ryung. Saat itu Se Ryung menyamar sebagai Putri Raja.
Seung Yoo pun keluar. Seok Joo melihat Seung Yoo keluar.


Hari sudah pagi. Seung Yoo berlatih pedang diluar. Wajah Shin Sook Joo terbayang2 di benaknya. Mungkinkah Shin Sook Joo target Seung Yoo berikutnya? 

Tanpa diketahui Seung Yoo, Seok Joo mengawasinya.
Lady Yoon membantu suaminya berpakaian. Dan, ia pun menangis.
Sooyang : Istriku
Lady Yoon : Ini adalah tangis kebahagiaan. Hari dimana Tuanku naik takhta akhirnya tiba. Setelah hari ini, Tuan akan terbebas dari jubah ini dan akan mengenakan jubah Raja.
Sooyang tersenyum. Lady Yoon lalu memberi hormat dan memohon agar Sooyang menjadi salah satu penguasa terbesar Joseon.
“Nona keluarlah. Kalau anda seperti ini, anda akan menghadapi kemarahan Nyonya.” Ucap Yeo Ri.
Se Ryung pun keluar. Wajahnya terlihat dingin.
“Benar, ini yang seharusnya Nona lalukan. Suka atau tidak suka, dia tetap ayah Nona.” Ucap Yeo Ri.

Sooyang keluar. Ia tersenyum lebar melihat Myun dan pasukannya. Se Ryung tampak dingin. Soong pun begitu. Se Jeong tersenyum gembira.
Sooyang : Memasuki istana dengan menantuku sebagai pengawal, apa ada yang lebih baik dari ini?
Lady Yoon pun meminta Myun menjaga Sooyang dengan ketat.
Sooyang lalu menghampiri ketiga anaknya.
Sooyang ke Soong : Demi dirimu, ayahmu sudah melangkah sejauh ini.
Sooyang lalu berkata pada tiga anaknya, “Akan ada upacara penobatan. Bersiaplah sebelum masuk istana.”
“Ya, ayah.” jawab Se Jeong gembira.
Sooyang ke Soong : Kau akan menjadi Putra Mahkota. Kau harus menunjukkan kemampuanmu untuk posisi itu.
“Saya akan berusaha lebih keras mempelajari keahlian literature dan militer saya.” jawab Soong.
“Bagus.” Ucap Sooyang.

“Apa ayah puas?” tanya Se Ryung saat sang ayah melewatinya.
Semua terkejut. Se Ryung menatap tajam ayahnya.
“Setelah merampas takhta dari keponakan ayah yang masih muda, saya tanya apa ayah puas!”
“Se Ryung-ah.” Tegur Lady Yoon.
“Perkataan Tuan Putri kalau ayah mengincar takhta ternyata memang benar. Dan akhirnya, ayah, kau merampas takhta dan menyingkirkan saudaramu sendiri ke pengasingan. Berhenti menggunakan anak2mu sebagai alasan kau melakukan hal itu. Sebenarnya ini adalah keserakahan dan keinginan ayah meminta darah dari orang tidak bersalah.” Ucap Se Ryung lagi.
“Noonim.” Tegur Soong.
“Jika kau salah paham pada ayahmu, apa yang bisa kulakukan? Waktu yang akan memulihkan hubungan ayah dan anak yang sempat hancur.” Jawab Sooyang.
“Saya sudah dengar tentang Harimau Besar. Jika Tuan Kim Jong Seo masih hidup, apa ayah masih berani mengincar takhta?” tanya Se Ryung.

“Tutup mulutmu! Jangan pancing kemarahan ayahmu dan bersiaplah untuk upacara penobatan.” Jawab Sooyang.
“Saya tidak akan menerima mahkota sebagai Putri.” Ucap Se Ryung.
“Apa kau sudah gila?” tanya Lady Yoon.
“Aku tidak akan menerima mahkota sebagai Putri.” Ucap Se Ryung.

Myun tidak tahan lagi dan akhirnya menarik Se Ryung pergi.
“Lepaskan aku!” bentak Se Ryung sambil menghempaskan tangan Myun.
“Putri negeri ini hanya satu, Putri Kyung Hee!” teriak Se Ryung.
Myun pun menarik Se Ryung pergi. Semua syok.
“Bukankah sudah kubilang untuk tidak menyentuhku!” ucap Se Ryung, lalu menghempaskan tangan Myun.
“Jangan keras kepala lagi! Dengan menolak penobatan, apa kau pikir ini akan menghentikanmu menjadi Putri? Saat Pangeran naik takhta, tidak peduli dimana kau berada, kau akan tetap dipanggil Putri dan diperlakukan sebagai Putri. Jadi hentikan penolakan ini dan masuk ke istana. Tidak peduli seberapa besar keinginanmu melarikan diri, kau sudah ditakdirkan menjadi Putri dan aku menjadi Pangeran Pendamping.” Ucap Myun dengan sorot mata tajam.

“Siapa yang bilang kau akan menjadi Pangeran Pendamping? Kau masih percaya aku akan menikahimu? Jika kau ingin hidup bersama mayat, silahkan saja.” Jawab Se Ryung.
Myun menatap tajam Se Ryung. Ia pun akhirnya pergi. Se Ryung menatap tajam kepergian Myun.

Putri dan Jong ada di depan Istana. Lalu terdengar seruan, Yang Mulia datang!
Putri dan Jong menatap tajam Sooyang.
Sooyang menyindir, “Apa kalian datang untuk menjemput Raja yang turun takhta?”
“Ya.” jawab Jong.
“Dia pasti akan sangat kesepian begitu tiba di Istana Changdeok. Kalian harus sering mengunjunginya.” Ucap Sooyang.
Sooyang jalan masuk.
“Selamat.” Ucap Putri sambil menatap tajam Sooyang.
Sooyang berbalik dan menatap Putri.
“Anda mendapatkan posisi ini dengan menumpahkan banyak darah. Saya harap itu bisa digunakan dengan tulus untuk menjaga rakyat sebagai ganti darah yang sudah tercurah.” Ucap Putri.
“Terima kasih.” Jawab Sooyang dingin, lalu pergi.
Setelah Sooyang pergi, Putri pun menangis. Jong menguatkan istrinya. Ia minta istrinya menyambut Danjong dengan gembira.






Para Kasim dan dayang menangis. Danjong bersiap meninggalkan istana. Ia teringat saat2 terakhirnya bersama sang ayah, juga ingat kata2 Kim Jong Seo. Kim Jong Seo bersumpah akan melindungi Danjong sampai mati.



Sooyang mengenakan jubah kerajaan dibantu para dayang. Wajah Sooyang terlihat puas, sementara itu Kasim menatapnya aneh.

Danjong mulai meninggalkan istana. Para Kasim dan dayang menangis. Dan Sooyang memasuki istana diantar oleh antek2nya.

 Putri memegang tangan adiknya. Kesedihan tampak di wajahnya, juga di wajah Jong. Namun mereka berusaha tegar demi Danjong.
 

Sooyang menatap takhta dengan wajah puas. Ada flashback—saat orang2 Sooyang membantai Kim Jong Seo, Menteri Shin, Pangeran Anpyung. Sooyang duduk di takhta. Kasim menatapnya dengan pandangan tidak suka. Satu per satu antek2nya, serta para menteri yang mendukungnya masuk dan menghadapnya.
“Saya adalah orang yang penuh dengan kekurangan. Tapi saya dipercayakan dan diberikan tugas besar oleh Raja terdahulu. Saya akan membagi kebahagiaan dengan masyarakat.” Ucap Sooyang.
“Tanpa kalian semua, aku tidak mungkin ada di sini.” Ucap Sooyang saat mengadakan perjamuan dengan antek2nya.
“Apa yang anda katakan benar. Tapi tanpa pemimpin yang hebat, bagaimana bisa mendapatkan pengikut yg hebat?” jawab Myung Hoe.
“Tapi kita masih harus berhati2 pada orang2 yang akan menentang Yang Mulia di istana.” Ucap Shin Sook Joo.
“Bum Ong, kau selalu bersikap waspada.” Jawab Sooyang.
“Ini baru awal. Anda harus menunjukkan pada dunia bahwa anda adalah Raja yang tepat menduduki takhta. Dan anda juga harus membuktikan bahwa anda bisa membawa kedamaian seperti era Raja Sejong.” Ucap Shin Sook Joo.
“Aku mengerti. Tapi setidaknya, hari ini, berikan aku sedikit waktu. Jalan yang kita lalui sangat sulit, jadi tidak ada salahnya minum sedikut arak bersama teman baik.” Jawab Sooyang.
“Saya minta maaf.” Ucap Shin Sook Joo.
“Seandainya Pangeran Onyeong ada di sini, dia pasti sangat bahagia.” Jawab Sooyang.
“Aku membunuh banyak orang untuk sampai pada posisi ini. Aku bertanya2 pada diriku sendiri, ratusan kali, bahkan ribuan kali, kenapa aku begitu menginginkan posisi ini? Apakah posisi ini bisa membuat darah mendidih?” ucap Sooyang.
“Apa anda sudah menemukan jawabannya?” tanya Shin Sook Joo.
Sooyang tersenyum dan menggeleng.
“Benar2 bodoh. Kenapa kita harus mencari jawaban untuk pertanyaan yang tidak ada jawabannya?” ucap Myung Hoe.
“Ayo, kita minum. Lupakan dulu masalah rumit seperti ini.” ucap Kwon Ram.
 


“Soaeng, apa besok kau ada waktu?” tanya No Geol.
“Apa maksudmu? Pekerjaanku ini, libur di pagi hari dan bekerja pada malam hari.” Jawab Soaeng.
“Besok siang ayo kita ke pasar. Aku ingin membelikan tusuk konde untukmu.” Ucap No Geol sambil membelai wajah Soaeng.
“Benarkah? Aku sangat berterima kasih.” Jawab Soaeng sambil menyingkirkan tangan No Geol dari wajahnya.
“Ayo kita ke pasar, membeli tusuk konde dan kita rapikan rambutmu di tempat tidur.” Ucap No Geol.

Soaeng marah dan menendang No Geol, tepat di bagian kelemahannya. No Geol kesakitan setengah mati.
“Kau pikir aku wanita gampangan karena profesiku sebagai seorang gisaeng?” ucap Soaeng kesal.
No Geol dan Soaeng lalu melihat kedatangan Chil Goo dan anak buahnya.
No Geol mengeluh, “Kenapa harus sekarang? Bagaimana caranya aku lari.”
Soaeng pun mau lari, tapi langkahnya terhenti. Ia pun menatap No Geol dan berkata, “Apa yang kau lakukan disitu? Ayo cepatlah.”



Soaeng menarik No Geol ke dalam. Setibanya di dalam, No Geol langsung mencari Seok Joo. Seok Joo yg tiduran di kamar terbangun saat diberitahu No Geol ttg kedatangan anak buah Chil Goo. Seok Joo pun langsung keluar, tapi No Geol? Dia malah mengunci diri di kamar.

Seok Joo dan Muyeong menghampiri anak buah Chil Goo. Muyeong bahkan menghunus pedangnya. Lalu tanpa disangka2, anak buah Chil Goo berlutut dan memohon Seok Joo mengampuni mereka. 


Mereka bahkan juga mau Seok Joo menjadi bos mereka lagi. Seok Joo kaget, lalu menatap Chohi. Chohi tersenyum geli.
Chil Goo ngamuk, “Apa? Mereka kembali ke tempat Seok Joo! Aku sudah digigit. Aku digigit sekawanan anjing. Aku digigit. Anjing2 kotor itu!”
Ia lalu tanya ke bawahannya, “Hei, orang yang mencariku waktu itu, mereka dari Kantor Hanseong kan? Mereka mencari orang yang menentang Pangeran Sooyang.”
Chil Goo lalu tertawa, “Aku, Gong Chil Goo, harus memberikan informasi yang berharga.”
Jae Beon melapor pada Myun ttg pria yang mendatangi Kediaman Onyeong dan mencari keluarga Kim Jong Seo. Myun terkejut, lalu tanya ciri2 orangnya. Jae Beon bilang pria itu seperti orang gila. Myun minta Jae Beon pergi. Ia lalu teringat tulisan Dae Ho yang ada di baju Onyeong. Dan tiba2 saja, ia menyadari sesuatu dan beranjak pergi.
Seung Yoo mengintai Shin Sook Joo. Ia melihat Shin Sook Joo yg pulang dikawal oleh 4 Petugas Hanseong. Shin Sook Joo pun kaget saat ada orang yang melompat dari atas dan menghalangi jalannya.
“Siapa kau! Berani2nya kau menghalangi jalanku!” ucap Shin Sook Joo.
Seung Yoo mencabut pedangnya. Shin Sook Joo memberi perintah membunuh Seung Yoo. Tapi Seung Yoo, berhasil membunuh 4 Petugas Hanseong itu dengan mudah. Melihat itu, nyali 4 tukang tandi Shin Sook Joo pun ciut. Mereka langsung lari menyelamatkan diri.


Seung Yoo mengarahkan pedangnya ke leher Shin Sook Joo. Saat dia hendak menebas leher Shin Sook Joo, Myun datang dan menangkis pedang Seung Yoo. Myun datang bersama pasukannya. Myun pun memberi perintah pasukannya untuk mengamankan ayahnya.
“Apa kau juga orang yang menculik tunanganku?” tanya Myun.


Keduanya pun langsung berkelahi. Myun berhasil melukai wajah Seung Yoo, membuat topeng Seung Yoo sedikit tertarik ke bawah. Tapi itu tak menggentarkan Seung Yoo. Ia kembali menyerang Myun dan berhasil melukai tangan Myun. Myun terjatuh. Seung Yoo mengarahkan pedang ke Myun.
Tepat saat itu, pasukan Myun datang. Myun menyuruh pasukannya menerangi wajah Seung Yoo. Seung Yoo langsung menutupi wajahnya dan lari. Pasukan Myun pun mengejarnya.


“Dia terluka karena mencoba melindungi ayahnya. Aku yakin dia adalah orang yang melukai Pangeran Onyeong. Kudengar, ada tulisan Dae Ho di baju Pangeran Onyeong yang ditulis dengan darah. Ini bukan ulahmu kan?” ucap Profesor Lee ke Jong.
“Bukan.” Jawab Jong.
“Bagus. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika aku kehilanganmu juga.” ucap Profesor Lee.
“Guru…” ucap Jong, lalu teringat kata2nya pada Seung Yoo ttg musuh yang tidak terlihat pasti sangat menakutkan. Jong pun menyadari Seung Yoo lah pelakunya.
“Dae Ho, siapa yang melakukannya? Pangeran Geum Sung sudah dikirim ke pengasingan, siapa lagi yang menenang Pangeran Sooyang?” ucap Profesor Lee.
“Guru, orang itu… kurasa aku tahu pelakunya.” Jawab Jong.
“Siapa?” tanya Profesor Lee.
“Orang itu….” dan kata2 Jong pun terhenti karena mendengar suara diluar.
“Guru, tunggu sebentar.” Ucap Jong lalu pergi keluar.


Seung Yoo memanggil Jong. Jong menghampiri Seung Yoo. Jong melihat luka Seung Yoo dan tanya darimana asal luka itu.
“Bukan apa2.” Jawab Seung Yoo sambil menyembunyikan lukanya.
“Apa maksudmu bukan apa2? Apa kau yang melakukan semua ini pada Pangeran Onyeong dan Myun?” tanya Jong.
Seung Yoo diam saja.
“Seung Yoo-ah, apa yang kukatakan waktu itu karena aku sedang emosi. Lupakan balas dendam. Aku tidak mau melihatmu dalam bahaya lagi. Kau, sudah begitu banyak mengalami bahaya.” Ucap Jong.


Profesor Lee nongol di belakang Seung Yoo. Betapa kagetnya ia saat melihat Seung Yoo, yang dikiranya sudah mati, kini ada di hadapannya. Seung Yoo juga kaget melihat Profesor Lee. Profesor Lee mendekati Seung Yoo perlahan. Seung Yoo diam saja dan menatap Profesor Lee penuh haru. Profesor Lee menyentuh luka di pipi Seung Yoo.
“Kau berdarah. Kau benar2 masih hidup? Seung Yoo, ini kau. Kau hidup.” ucap Profesor Lee berkaca2.
“Guru.” Jawab Seung Yoo juga berkaca2.
“Jangan menangis. Kau membuatku hatiku sedih. Jangan menangis.” Ucap Profesor Lee.
Tangis Profesor Lee pecah. Begitu pula Seung Yoo. Keduanya berpelukan. Jong juga menangis.


Profesor Lee dan Seung Yoo bicara di dalam. Profesor Lee sedih, “Bagaimana bisa wajah ceriamu berubah menjadi seperti ini? Bagaimana bisa kau membunuh seseorang. Tolong hentikan lah.”
“Aku tidak bisa.” Jawab Seung Yoo.
“Aku tidak mau melihatmu hancur. Ayahmu, juga pasti merasakan hal yang sama denganku. Melihatmu seperti ini aku jadi merasa bersalah. Jika kami para tetua menghentikan Sooyang, kau tidak akan mengalami hal seperti ini. Meski sudah terlambat, tapi gurumu ini akan berjuang.” Ucap Profesor Lee.
“Aku pasti akan membunuhnya.” Jawab Seung Yoo.
“Seung Yoo-ya.” ucap Profesor Lee.
Seung Yoo pun berdiri, memberi hormat lalu beranjak pergi. Profesor Lee menatap kepergian Seung Yoo dengan tatapan sedih.


“Jadi kali ini giliran Bum Ong?” tanya Sooyang.
Myun membenarkan.
“Kau sudah menemukan siapa dia?” tanya Sooyang.
“Belum ada petunjuk.” Jawab Myun.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus segera membawa keluargaku masuk ke istana.” Ucap Sooyang.
“Saya akan memberitahu mereka.” Jawab Myun.
“Kau harus secepatnya menemukan siapa orang yang berpura2 menjadi Dae Ho.” Ucap Sooyang.
“Ya.” ucap Myun.
“Pulanglah sekarang. Jaga dirimu dan istirahatlah.” Jawab Sooyang.


“Apa kau benar2 tidak mau mendengarkan kata2 ibumu? Aku kan sudah bilang upacara penobatan dilakukan besok. Kita harus memilih perabotan. Kenapa kau tidak mau mendengarkanku?! Cepat keluar agar pelayan bisa mengemasi barang2mu!” ucap Lady Yoon.
“Bukankah sudah kubilang, aku tidak akan mengambil bagian dalam penobatan ini.” jawab Se Ryung.
“Jika kau tetap keras kepala, kau akan diseret ke istana. Aku tidak akan membiarkan Yang Mulia Raja menjadi bahan pembicaraan orang2 karena putrinya yang tidak patuh.” Ucap Lady Yoon.
“Yang Mulia? Ibu memanggilnya Yang Mulia?” tanya Se Ryung tidak percaya.
“Sekarang dia pemimpin negeri ini. Tentu saja aku harus memanggilnya Yang Mulia.” Jawab Lady Yoon.
“Tidak peduli apa yang ibu lakukan, aku tidak akan masuk ke istana.” Ucap Se Ryung.
“Kau akan masuk?” jawab Lady Yoon.
Se Ryung menatap tajam Lady Yoon.
“Kenapa? Sama seperti saat kau mencoba menyelamatkan Kim Seung Yoo, apa kau mau memotong lehermu lagi? Kalau kau melakukannya, kau akan melihat pedang di leher ibumu.” Ucap Lady Yoon.
Se Ryung pun berdiri, “Ibu.”
“Besan kita hampir terbunuh. Dan Petugas Shin terluka karena melindungi ayahnya. Kalau kau bertemu dengannya, bersikap baiklah. Demi mencari penculikmu, ia pergi memeriksa ke Dermaga Mapo. Tapi sekarang ia terluka karena pertempurannya dengan pembunuh itu.” ucap Lady Yoon.

Setelah Lady Yoon pergi, Se Ryung pun gelisah memikirkan Seung Yoo.
Saat Sooyang dan keluarganya bersiap pergi ke istana, Yeo Ri datang memberitahukan ttg kepergian Se Ryung. Lady Yoon kaget. Yeo Ri memberikan surat yang ditinggalkan Se Ryung. Lady Yoon membaca surat dari Se Ryung.
Aku akan segera kembali.

Lady Yoon pun pusing dengan tingkah Se Ryung.
Myun membuka perban di lengannya. Ia lalu mencoba menerka2 siapa pelakunya. Dan sepertinya ia mulai menyadari sesuatu.


Jae Beon lalu datang memberitahukan kedatangan Chil Goo.

Chil Goo : Bukankah kau memintaku memberi informasi siapa orang2 yang di Dermaga Mapo yang menentang Pangeran Sooyang? Ada yang selamat dari kapal yang membawa tahanan ke Pulau Kang Hwa.
Myun pun mulai menyadari sesuatu.
Se Ryung bertanya pada orang2 dimana Dermaga Mapo. Saat itulah ia melihat Myun dan Pasukan Hanseong lain. Ia pun bergegas sembunyi.


Dari jendela, Seok Joo melihat kedatangan Myun dan Pasukan Hanseong lainnya. Ia pun segera membangunkan No Geol. No Geol dan Seok Joo pergi ke kamar Seung Yoo. Seok Joo kesal karena Seung Yoo menghilang lagi. Seok Joo pun menyuruh No Geol mencari Seung Yoo.

Seung Yoo sedang menunggu pedang baru di toko pandai besi.
Chil Goo teriak2, “Kakak! Ah, bukan. Tuan! Anjingmu datang untuk menggigit pemiliknya. Cepatlah keluar!”
“Dasar brengsek!” gerutu Seok Joo.

No Geol lari2 di pasar mencari Seung Yoo. Ia papasan dengan Seung Yoo, tapi sayang ia tak melihat Seung Yoo. Justru Seung Yoo yang melihatnya, Seung Yoo tidak memanggil No Geol dan jalan pergi.

Myun dan Jae Beon memeriksa ke dalam. Tiba2, ia mendengar seruan, Tangkap! Myun dan Jae Beon pun bergegas keluar. Tampak Seok Joo yang berlari di atap. Myun dan pasukannya pun langsung mengejar Seok Joo.


Seung Yoo jalan tanpa curiga sedikit pun. Dan langkahnya pun terhenti melihat Seok Joo dikejar2 Chil Goo, Myun dan Pasukan Hanseong.


Tepat saat Myun menoleh ke arah Seung Yoo, seseorang menarik Seung Yoo masuk ke dalam kain2 yg sedang dijemur. Jadi Myun hanya melihat kain2 itu. Orang yang menarik Seung Yoo adalah Se Ryung. Se Ryung menatap Seung Yoo penuh arti. Seung Yoo kaget melihat Se Ryung.
BERSAMBUNG………..

0 Comments:

Post a Comment