Jin Eon dan
Hyun Woo berjalan menuju apartemen Seol Ri. Setibanya di sana, mereka tak
langsung masuk. Mereka berdiri di luar dan Jin Eon menelpon Seol Ri. Hae Gang
keluar dari apartemen Seol Ri. Hyun Woo pun terkejut melihat Hae Gang. Dengan
terbata2, ia memberitahu Jin Eon ada Hae Gang di sana. Hae Gang sendiri marah2.
Ia kesal dengan perlakuan Seol Ri tadi. Jin Eon pun hanya diam menatap Hae
Gang.
Hae Gang
berbalik dan terkejut melihat Jin Eon. Hyun Woo bahkan sampai menjatuhkan
plasticnya saking terkejut melihat Hae Gang. Hae Gang pun berlari, memungut
buah2an yang dijatuhkan Hyun Woo dan mengembalikan buah itu pada Hyun Woo. Hyun
Woo sendiri masih tertegun.
“Kau bukan
Hae Gang?” tanya Hyun Woo terbata2.
Hae Gang pun
mengiyakan.
“Kau benar2
mirip dengannya.” Ucap Hyun Woo.
Jin Eon lalu
mengajak Hyun Woo masuk. Tapi Hae Gang mengajak Jin Eon bicara. Kamera pun
berpindah pada Seol Ri yang merasa tidak enak pada Baek Seok karena sudah
memarahi Hae Gang. Seol Ri berkata akan minta maaf lagi pada Hae Gang.
“Kau tahu
kan bagaimana diriku saat aku pergi? Aku tidak tahu hal2 yang lain, tapi
seseorang melihat foto kami, aku masih tidak nyaman dan sangat sensitive.” Ucap
Seol Ri.
“Aku
mengerti, tapi kau harus minta maaf pada Yong Gi. Aku akan membiarkanmu kali
ini, tapi lain kali aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Yong Gi.”
Jawab Baek Seok.
Seol Ri pun
mengangguk. Seol Ri kemudian menanyakan masa lalu Yong Gi.
“Kau bilang
dia cinta pertamamu, tapi kau berpisah dengannya di bangku SMA. Tidak ada
catatan kecelakaan dan dia berlumuran darah. Jika itu bukan kecelakaan, bagaimana?
Kau tidak takut?” ucap Seol Ri.
“Aku tidak
takut.” Jawab Baek Seok.
“Bagaimana
kalau dia sudah menikah? Bisa saja kan dia memiliki suami dan anak? Bisa saja
dia orang yang sangat kejam.” Ucap Seol Ri.
“Dia tidak
memiliki suami, apalagi anak.” Jawab Baek Seok.
Baek Seok
lalu teringat percakapannya dengan Mi Ae. Mereka bertemu di sebuah kafe. Mi Ae
memberitahu Baek Seok kalau pria yang akan menikah dengan Yong Gi mati bunuh
diri karena sebuah skandal. Mi Ae juga bilang Yong Gi dibully tanpa henti setelah
ketahuan sebagai pengungkap masalah.
“Dia
dikucilkan di tempat kerja dan pengkhianat perusahaan. Seorang pengungkap
masalah tidak lebih baik dari seekor anjing. Setiap hari seperti di neraka
baginya. Tapi dia masih bertahan. Dia bilang padaku, dia bertahan demi anaknya.
Tapi melihat bagaimana dia menghilang, meninggalkan semuanya…”
Baek Seok
terkejut mengetahui Yong Gi sudah punya anak. Ia salah paham, mengira anak yang
hadir di mimpi Hae Gang adalah anak Hae Gang. Baek Seok lalu menanyakan keluarga
Yong Gi. Ia mengaku sudah mendatangi alamat yang tertulis di identitas Yong Gi,
namun rumah itu sudah diruntuhkan.
“Aku juga
sudah pergi ke sana, tapi neneknya sudah meninggal dan rumahnya hancur begitu
saja tanpa ada yang tahu penyebabnya. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada
Yong Gi Eonni. Seharusnya dia masih hidup, kan?” ucap Mi Ae.
“Bukan hanya
hidup, dia memiliki semuanya dan hidup bahagia.” Jawab Baek Seok.
“Kau bilang
kau teman sekelasnya? Kenapa kau mencarinya?” tanya Mi Ae.
“Karena aku
mencintainya.” Jawab Baek Seok yang membuat Mi Ae kaget.
Flashback
end…
Suara Seol
Ri membuyarkan lamunan Baek Seok. Seol Ri bertanya seperti apa masa lalu Yong
Gi sehingga Baek Seok berusaha menutupinya. Baek Seok pun berkata dia mencintai
Yong Gi jadi dia akan melindungi Yong Gi. Seol Ri kaget mendengar kata2 Baek
Seok. Baek Seok lalu meminta Seol Ri merahasiakan percakapan mereka.
Tiba2,
sebuah bel berbunyi. Seol Ri bergegas membukakan pintu. Hyun Woo pun langsung
masuk ke dalam begitu pintu dibuka. Baek Seok memperkenalkan dirinya sebagai
kakak Seol Ri. Hyun Woo pun ingat Baek Seok adalah pria yang dipukulnya di
rumah sakit waktu itu. Awalnya, Baek Seok tidak mengingat Hyun Woo, namun tak
lama kemudian ia ingat dan mereka menjadi akrab. Hyun Woo mengajak Baek Seok
minum bersama. Baek Seok menolak dengan alasan seseorang menunggunya.
“Panggil
temanmu dan kita akan minum bersama.” Suruh Hyun Woo.
“Apa kau
datang sendirian? Dimana Sunbae?” tanya Seol Ri.
“Dia ada di
bawah. Dia bertemu seseorang yang dikenalnya.” Jawab Hyun Woo.
Hae Gang
mengganti uang Jin Eon yang dicuri Baek Ji. Ia juga meminta maaf atas
kesalahpahaman yang terjadi pada mereka. Jin Eon pun menerima uang pemberian
Hae Gang. Ia berharap mereka tidak akan bertemu lagi setelah itu. Jin Eon pun
berbalik, hendak pergi. Namun langkahnya langsung terhenti saat mendengar
dering ponsel Hae Gang. Ia terkejut. Tak lama, ponsel Jin Eon juga berdering.
Hae Gang terkejut mendengar dering ponsel Jin Eon.
Jin Eon
mendekati Hae Gang dan terus menatap Hae Gang. Hae Gang ingin menjawab
teleponnya, namun Jin Eon merampas ponsel Hae Gang. Hae Gang semakin terkejut.
Sementara itu, Baek Seok heran karena Hae Gang tidak menjawab ponselnya. Dan Seol Ri cemas Jin Eon tidak menjawab ponselnya.
Sementara itu, Baek Seok heran karena Hae Gang tidak menjawab ponselnya. Dan Seol Ri cemas Jin Eon tidak menjawab ponselnya.
Hae Gang mengambil
ponselnya dari tangan Jin Eon dan bergegas lari ke mobilnya. Jin Eon membisu
menatap Hae Gang dengan mata berkaca2. Hae Gang menatap Jin Eon dan merasakan
perasaan yang aneh di hatinya. Jin Eon
terus menatap Hae Gang. Sementara di apartemen, Seol Ri semakin cemas karena
tidak bisa menghubungi Jin Eon.
Seol Ri
akhirnya berlari menyusul Jin Eon. Ia cemas Jin Eon bertemu Hae Gang. Bersamaan
dengan itu, Jin Eon masuk ke mobil Hae Gang. Hae Gang pun terkejut dibuatnya.
“Bunyi
ponselmu, apa itu cuma kebetulan? Ingatan yang kumiliki, apa itu hanya sebuah
ilusi? Tangisanmu, ketertarikanku padamu, kau mau bilang semua itu hanya
kebetulan?” tanya Jin Eon.
Sementara
yang ditanya sedang serius menatap pasangan selingkuh di depan mereka.
“Kenapa kau
melakukan ini?” tanya Jin Eon lagi.
“Tolong
diamlah… si brengsek itu..” ucap Hae Gang.
Pasangan
selingkuh itu pun akhirnya pergi. Hae Gang langsung menjalankan mobilnya
mengikuti si pasangan selingkuh. Begitu Hae Gang pergi, Seol Ri tiba di luar.
Ia cemas karena tidak menemukan Jin Eon.
“Apa ini?
Apa yang kau lakukan? Kemana kita akan pergi? Apa yang kau lakukan!” ucap Jin
Eon panic pada Hae Gang.
“Tidak
bisakah kau diam!” teriak Hae Gang.
Jin Eon lalu
meminta Hae Gang menyetir dengan pelan. Tapi Hae Gang malah semakin mempercepat
laju mobilnya. Jin Eon pun panic. Mereka akhirya berhenti di lampu merah. Si
pasangan selingkuh tidak sadar mereka diikuti seseorang.
“Katakan
padaku. Setidaknya kau harus memberitahuku kemana kita akan pergi.” Protes Jin
Eon.
“Tolonglah!
Aku juga tidak tahu, aku harus kesana untuk mengetahuinya.” Jawab Hae Gang.
“Apa kau
akan tetap melakukan yang kau inginkan!” teriak Jin Eon.
“Apa aku
menyuruhmu masuk ke mobilku? Kau sendiri yang melakukannya, jadi berhentilah
bicara agar aku bisa focus menyetir.” Jawab Hae Gang.
“Apa
alasanmu mengikuti mobil itu?” tanya Jin Eon.
“Si brengsek
itu… ia mengambil semua uang dan menyebabkan kebangkrutan dan itu sudah setahun
sejak ia lari tanpa membayar gaji karyawannya. Dia bilang dia tidak punya uang,
tapi dia menghabiskan uangnya seperti dia menggunakan air. Dia membeli pakaian,
perhiasan dan jam tangan untuk pacarnya. Dia jahat dan cabul! Dia harusnya
pergi ke neraka. Aku ingin memberitahu istrinya, tapi aku tidak tega menyakiti
hati istrinya jadi aku diam saja. Apa itu masuk akal menipu seorang istri yang
manis dan cantik. Dia jatuh cinta pada gadis yang usianya 10 tahun lebih muda
dari darinya. Bukankah itu memalukan?” jawab Hae Gang panjang lebar.
Gadis yang
usianya 10 tahun lebih muda. Perkataan Hae Gang ini membuat Jin Eon terdiam.
Diamnya Jin Eon membuat Hae Gang bertanya apa cuma dirinya yang berpikir hal
itu memalukan. Jin Eon pun mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan lampu
hijau sudah menyala.
Sekarang…
Hae Gang dan Jin Eon ada di sebuah gudang terpencil. Hae Gang mengeluarkan
alarm merah dari tasnya dan meminta Jin Eon membunyikan alarm itu jika dia
tidak kembali dalam 15 menit.
“Kau mau
bilang kau ingin masuk ke dalam sendirian!” teriak Jin Eon.
“Pelankan
suaramu.” Jawab Hae Gang.
Hae Gang
lalu bertanya haruskah mereka masuk bersama?
“Kenapa
harus aku? Jelaskan.” Jawab Jin Eon.
“Kalau
begitu tetap disini dan jangan kemana2.” Ucap Hae Gang.
“Kenapa kau
tidak menghubungi polisi?” tanya Jin Eon.
“Kau tidak
tahu, semua uang yang ditemukan di tempat perjudian akan disita di tempat
kejadian? Tidak peduli apa yang diperlukan, aku harus membuatnya membayar hari
ini.” Jawab Hae Gang.
Hae Gang pun
beranjak pergi. Namun baru beberapa langkah, Hae Gang dibuat panic karena
deringan ponsel Jin Eon. Jin Eon pun langsung mematikan ponselnya.
Sementara
itu, Seol Ri kecewa Jin Eon tidak menjawab teleponnya. Seol Ri lalu mengirimi
Jin Eon pesan.
[Hyun Woo
bilang kau bertemu seseorang di bawah. Apa sekarang kau sedang bersamanya] –
Seol Ri.
[Benar, kami
sedang bersama. Aku akan menjelaskan detailnya nanti] – Jin Eon.
Seol Ri pun
langsung kesal mengetahui Jin Eon dan Hae Gang sedang bersama. Saking kesalnya,
ia sampai membanting ponselnya. Ckckckck… Nih cewek emang gengges banget ya,
ngejar2 cowok ampe segitunya, udah tau cowoknya gk cinta ama dia… sementara
itu, Baek Seok menunggu Hae Gang di luar.
Hae Gang
merekam aktivitas perjudian yang terjadi di dalam. Jin Eon menatap Hae Gang
dari kejauhan. Setelah menimbang2, Jin Eon akhirnya memutuskan menyusul Hae
Gang.
Hae Gang
masuk ke dalam dan membuat kaget komplotan judi itu. Hae Gang mengaku dirinya
bukan polisi atau pun reporter jadi komplotan judi itu bisa tenang. Hae Gang
juga bilang dia akan pergi setelah mendapatkan uang dari Presdir Lee.
“Aku
berharap kalian tidak akan terluka dengan membuatku menembakkan pistol gas ini
dan membuat meja judi kalian berantakan.” Ancam Hae Gang.
Hae Gang pun
menyalakan alat setrumnya, membuat komplotan judi itu takut. Presdir Lee marah.
Hae Gang juga mengancam akan menjebloskan mereka ke dalam penjara jika mereka
tidak mau bekerja sama. Presdir Lee tidak takut dan mendekati Hae Gang. Hae
Gang langsung menodongkan alat setrumnya. Presdir Lee sama sekali tidak takut.
Ia menyuruh Hae Gang menyetrumnya. Hae Gang kemudian menyebutkan nominal yang
harus dibayar Presdir Lee.
Presdir Lee
lalu menyuruh komplotannya mengeroyok Hae Gang. Hae Gang langsung menyalakan
alat setrumnya membuat komplotan judi itu takut. Hae Gang pun mengaku sudah
mengirimkan foto mereka ke pengacaranya. Ia juga mengancam akan mengirim foto
perselingkuhan Presdir Lee ke istri Presdir Lee jika Presdir Lee tidak
memberikan uangnya.
“Apa? Foto
perselingkuhan apa?” ucap Presdir Lee lalu mendorong Hae Gang.
Begitu Hae
Gang jatuh, komplotan Presdir Lee langsung mengeroyok Hae Gang. Tepat saat itu,
Jin Eon membunyikan alarmnya. Komplotan judi itu panic dan bergegas pergi.
Sedangkan Presdir Lee dan Hae Gang memperebutkan uang2 itu. Presdir Lee marah
dan mau menampar Hae Gang. Tepat saat itu, Jin Eon datang dan memukul Presdir
Lee. Hae Gang bengong melihatnya.
“Apa yang
kau lakukan! Cepat pergi!” teriak Jin Eon.
Presdir Lee
memukul Jin Eon. Hae Gang pun mengambil alat setrumnya dan menyetrum Presdir
Lee. Presdir Lee pun terkapar. Hae Gang terkejut melihat luka di kening Jin
Eon.
Jin Eon
keluar dari gedung dengan wajah kesal. Hae Gang yang berjalan di belakang Jin
Eon pun hanya bisa diam saja sambil menatap Jin Eon dengan pandangan bersalah.
Hae Gang lantas membuka kunci mobilnya. Jin Eon merebut kunci mobil Hae Gang.
Hae Gang terkejut, tapi diam saja. Di mobil, Hae Gang memberikan plester pada
Jin Eon, tapi Jin Eon yang masih kesal tidak mau menerimanya.
Hae Gang dan
Jin Eon kembali ke apartemen Seol Ri. Hae Gang sudah tertidur. Kepalanya
menyender ke kaca mobil. Jin Eon tertegun melihat Hae Gang tidur. Baek Seok
masih menunggu Hae Gang. Saat Hae Gang kembali, ia tertegun melihat pria yang
bersama Hae Gang. Jin Eon membenarkan posisi tidur Hae Gang. Baek Seok teringat
kata2 Seol Ri.
“Yong Gi
Eonni pergi dengan Sunbae. Karena Sunbae bersamanya, jadi jangan cemas.”
Baek Seok
pun mendekati mobil Hae Gang. Jin Eon memejamkan matanya. Baek Seok menatap Jin
Eon. Jin Eon pun menoleh ke samping dan terkejut melihat Baek Seok. Keduanya
lalu teringat mereka pernah bertemu di kantor polisi. Jin Eon lantas turun dari
mobil Hae Gang dan menghampiri Baek Seok.
“Aku
kakaknya Seol Ri, Choi Jin Eon. Namaku Baek Seok.” Ucap Baek Seok sambil
menatap tajam Jin Eon.
“Aku Choi
Jin Eon.” Jawab Jin Eon sambil menatap tajam Baek Seok.
Seol Ri
sedang menyiapkan obat2an untuk mengobati luka Jin Eon. Sementara Jin Eon ada
di dapur, mengambil minuman. Seol Ri berkata Jin Eon sudah melakukan hal yang
benar.
“Kakakku
tidak akan memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi pada Yong Gi Eonni. Mereka
berdua benar2 terlihat seperti pasangan yang sudah menikah. Mereka sudah hidup
bersama selama 4 tahun. Mereka cinta pertama masing2, jadi mereka lebih saling
mencintai.” Ucap Seol Ri.
Mendengar
omongan Seol Ri, Jin Eon pun kesal. Saking kesalnya, ia sampai meremuk kaleng
minumannya. Jin Eon lantas beranjak pergi. Tapi Seol Ri menahannya. Seol Ri
ingin membersihkan luka Jin Eon terlebih dulu. Jin Eon menolak dan mengaku bisa
melakukannya sendiri. Tapi Seol Ri tetap kekeuh mau membersihkan luka Jin Eon.
Jin Eon pun menuruti permintaan Seol Ri pada akhirnya.
“Kakakku
adalah orang yang baik, menyenangkan dan perhatian. Kau akan bersikap baik
dengan kakakku kan?” tanya Seol Ri sambil membersihkan luka Jin Eon.
Jin Eon diam
saja. Seol Ri pun meminta Jin Eon juga bersikap baik pada Hae Gang. Jin Eon
diam saja dan teringat saat Hae Gang menyetrum Presdir Lee. Ia juga teringat
dengan bunyi ponsel Hae Gang. Seol Ri meletakkan plester di luka Jin Eon. Jin
Eon menatap Seol Ri sambil terus memikirkan Hae Gang. Seol Ri pun kesal, ia
tahu apa yang ada di pikiran Jin Eon.
Hae Gang
tidak bisa tidur. Ia terlihat gelisah. Berkali2 ia merubah posisi tidurnya.
Tiba2, terdengar suara Baek Seok. Baek Seok yang duduk di depan kamar Hae Gang,
mengajak Hae Gang menikah. Baek Seok berkata tidak peduli siapa Hae Gang. Meski
Hae Gang sudah menikah, meski Hae Gang memiliki suami, bahkan meski Hae Gang
memiliki anak, ia tidak peduli. Hae Gang sendiri diam saja. Baek Seok masih
terus memohon pada Hae Gang.
Keesokan
harinya… Nyonya Hong membawakan segelas juice untuk Presdir Choi. Nyonya Hong
lalu membicarakan Jin Eon yang mulai bekerja di perusahaan. Ia cemas orang2 di
perusahaan akan menentang semua yang dilakukan oleh Jin Eon. Presdir Choi
menyuruh Nyonya Hong mengambil tongkatnya.
“Apa yang
harus dilakukan? Karena kau seperti ini, anakmu tidak dihormati di hari
pertamanya bekerja.” Ucap Nyonya Hong.
Presdir Choi
diam saja. Nyonya Hong terus mengoceh. Ia heran dengan sikap Presdir Choi yang
memberikan posisi tinggi pada Tae Seok. Nyonya Hong yakin ada yang terjadi.
Presdir Choi marah. Ia memukulkan tongkatnya ke meja dan menyuruh Nyonya Hong
mengambil koran. Nyonya Hong pun keluar dari ruangan Presdir Choi dengan wajah
kesal.
Nyonya Hong
pergi ke dapur sambil mengomel. Ia merasa hidupnya seperti manekin.
“Kami sudah
hidup bersama selama 35 tahun tapi kami tidak pernah saling bicara. Aku tidak
ingat kapan terakhir kali kami bicara.” Ucap Nyonya Hong.
Jin Ri pun
meledek Nyonya Hong. Ia berkata pembicaraan hanya milik istri pertama. Nyonya
Hong terlihat seperti istri kedua. Nyonya Hong pun kesal. Jin Ri berkata lagi.
Jin Ri bilang jika Nyonya Hong datang dengan tangan kosong, merampas hidup
seseorang dan begitu menikmati hidup, itu belum cukup. Jin Ri juga bilang tidak
ada akhir untuk orang yang serakah.
“Jaga
mulutmu!” ucap Nyonya Hong kesal.
“Baiklah,
aku akan menjaga mulutku. Kau juga harus menjaga mulutmu dengan baik.” Jawab
Jin Ri.
Jin Ri lalu
menanyakan soal Seol Ri. Apa Nyonya Hong sudah minta maaf pada Seol Ri.
“Masih
belum, tapi apa aku benar2 memanggilnya Hae Gang?”
“Jika aku
yang mengatakannya, kau akan mengira aku berbohong. Jadi tanyakan saja pada Jin
Eon atau ayah.”
“Ini gila,
aku benar2 gila. Bagaimana bisa aku mengatakannya?”
“Kang Seol
Ri terlihat seperti sedang menelan kotoran. Dalam kasus ini, aku rasa kau dan
menantumu tidak akan akur setelah mereka menikah. Hubunganmu dengannya sudah
hancur karena kau menyebutnya Hae Gang.”
Jin Ri pun
beranjak pergi. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ocehan Nyonya Hong.
Nyonya Hong bertanya2, apa yang harus ia lakukan. Nyonya Hong lalu teringat
kalau dia harus memberi Presdir Choi teh hijau. Jin Ri pun terkejut karena
Nyonya Hong baru saja memberikan teh hijau pada ayahnya.
“Apakah dia
benar2 mengalami demensia?” batin Jin Ri.
Pelayan pun
datang memberitahu kalau Nyonya Hong sudah membuat teh hijau. Nyonya Hong pun
kaget. Jin Ri malah meledek Nyonya Hong. Ia mengatakan Nyonya Hong sudah
semakin tua. Ia lalu berkata Nyonya Hong tidak perlu cemas karena semua orang
juga terkadang suka lupa. Nyonya Hong pun tersenyum lega. Jin Ri lalu memeluk
Nyonya Hong, membuat Nyonya Hong merasa aneh dengan sikap Jin Ri yang tiba2
memeluknya.
Tae Seok
sedang berolahraga di kamarnya. Pikirannya terus tertuju pada seorang pria yang
dirawat di rumah sakit. Pria itu menderita patah tulang pada kakinya. Pria itu
adalah salah satu korban pudoxin. Jin Ri masuk ke kamarnya. Ia heran melihat
suaminya yang berlari begitu kencang.
“Apa karena
Jin Eon? Kau takut Jin Eon mengancam posisimu? Kekhawatiranmu cukup beralasan
karena Jin Eon tiba2 meminta posisi di departemen bisnis, bukan penelitian.”
Ucap Jin Ri.
“Apa kau
tidak bisa menutup mulutmu?” jawab Tae Seok kesal.
Jin Ri pun
kembali berolahrga. Ia bergelantungan di udara dan menyuruh Tae Seok
menggunakan Hae Gang untuk membuat Jin Eon goyang. Jin Ri berkata akan bagus
untuk mereka jika berhasil menggoyangkan Jin Eon. Tae Seok turun dari alat
treadmill nya dan mengangkat mini barbell.
“Jika kau
ingin olahraga, olahraga saja.” Jawab Tae Seok.
Tae Seok
lalu menoleh ke Jin Ri dan terkejut. Ia berkata Jin Ri membuatnya takut dengan
bergelantungan begitu. Jin Ri lalu berkata dia sedang melakukan yoga. Tae Seok
lalu menoyor2 kepala istrinya. Sang istri pun mendelik kesal. Tae Seok juga
berkata haruskah meletakkan mini barbell itu di bahu Jin Ri.
Tae Seok
sudah berada di ruangannya. Produser Kim pun masuk dan menemui Tae Seok.
Produser Kim bertanya apa mereka harus membuat perayaan untuk Jin Eon yang
sudah mulai bekerja hari itu. Tae Seok dengan sinisnya berkata kalau Jin Eon
bukan Presiden Korea, jadi mereka tidak perlu membuat perayaan.
“Dia adalah
anak Presdir. Jika kita tidak melakukan apapun, akan muncul kesalahpahaman
denganmu.” Ucap Produser Kim.
Tapi Tae
Seok tidak peduli. Ia kekeuh tidak mau membuat perayaan menyambut Jin Eon.
Tae Seok
meninggalkan ruangannya dan terkejut melihat para karyawan membungkuk pada Jin
Eon. Jin Eon juga terkejut dan langsung meminta penjelasan Manajer Byeon. Manajer
Byeon pun mengaku tidak tahu menahu soal itu. Tak lama, Presdir Choi datang
menghampiri Jin Eon. Tae Seok terkejut dan kesal menatap mereka. Presdir Choi
lalu mengajak Jin Eon ke ruangannya. Tae Seok pun terpaksa ikut membungkuk.
Presdir Choi dan Tae Seok saling melemparkan tatapan tajam.
Mi Ae dan
yang lain sedang bergosip tentang Presdir Choi yang muncul tiba2. Manajer Byeon
yakin Presdir Choi datang untuk mendukung Jin Eon. Manajer Byeon juga yakin akan
ada perang antara Jin Eon dan Tae Seok. Mereka pun berhenti bergosip saat Jin Eon
datang.
“Tidak perlu
begitu, santai saja.” tegur Jin Eon saat mereka membungkukkan badan padanya.
Manajer
Byeon pun berkata itu sudah tugas mereka.
Jin Eon lalu menanyakan apa Tae Seok keluar. Manajer Byeon pun
mengiyakan. Jin Eon lalu masuk ke ruangan Tae Seok. Ia meletakkan berkasnya di
meja Tae Seok. Saat itulah ia melihat sesuatu di meja Tae Seok. Ia melihat
berkas di meja Tae Seok.
Tak lama
kemudian, Tae Seok datang. Jin Eon langsung menutupi berkas yang dibacanya agar
Tae Seok tidak curiga. Jin Eon lalu memberikan berkasnya pada Tae Seok. Setelah
itu, ia keluar dari ruangan Tae Seok. Begitu Jin Eon pergi, Tae Seok langsung
melihat berkasnya yang tadi dibaca Jin Eon. Ia menarik napas lega karena
mengira Jin Eon tidak melihat berkasnya itu. Tae Seok lantas menyembunyikan
berkasnya di laci.
Jin Eon yang
sudah kembali ke ruangannya memikirkan soal berkas Tae Seok tadi. Berkas Tae
Seok tadi tentang efek samping Pudoxin.
Di
kantornya, Baek Seok terkejut ketika seorang pria melaporkan tentang Pudoxin.
Pria itu mengaku tidak ada satu pun pengacara yang mau menangani kasusnya. Tak
lama, Hae Gang datang. Pria itu bilang salah satu pasien yang dirawat di rumah
sakit tempatnya dirawat menyuruhnya menemui Baek Seok. Hae Gang pun ikut
bicara. Ia bertanya apa pria itu menderita patah tulang setelah mengkonsumsi
Pudoxin. Pria itu mengiyakan. Pria itu juga berkata dirinya menjadi cacat dan
hidupnya hancur.
“Jika
kata2mu benar, itu artinya akan sangat berbahaya bagi siapapun yang
mengkonsumsi Pudoxin. “ ucap Hae Gang.
“Kau akan
mengambil kasus ini kan?” tanya pria itu.
Baek Seok
menolak dan menyuruh pria itu mencari pengacara lain. Hae Gang pun terkejut.
Sementara
itu, Gyu Seok mengirimkan email pada Yong Gi. Gyu Seok berkata dia harus
melakukan beberapa pemeriksaan pada Woo Joo untuk memastikan penyakit Woo Joo.
Tepat saat itu, Tae Seok datang. Tae Seok melihat berkas2 Woo Joo. Ia pun
terkejut membaca nama Woo Joo.
Tae Seok lalu
menyuruh adiknya itu berhenti meneliti penyakit langka. Menurutnya itu hanya
akan menyia2akn kemampuan yang dimiliki Gyu Seok. Gyu Seok pun berkata ia
melakukannya karena tidak ada satu pun yang melakukannya. Tae Seok lalu
menyuruh Gyu Seok menemui Jin Eon jika ada waktu. Gyu Seok menanyakan alasan
kenapa ia harus menemui Jin Eon. Tae Seok pun kesal karena Gyu Seok selalu
menanyakan alasan dan alasan. Tae Seok lalu berkata karena Gyu Seok tidak punya
teman. Tae Seok lalu beranjak pergi.
Baek Seok
memberitahu Hae Gang jika Cheon Nyeon Farmasi adalah perusahaan milik ayah
tunangan Seol Ri. Hae Gang pun terkejut. Baek Seok mengajak Hae Gang
mengenalkan pria itu pada pengacara lain. Hae Gang pun bertanya apa yang akan
terjadi pada pria bernama Moon Tae Joo itu jika tidak ada satu pun pengacara
yang mau menerima kasusnya. Apakah mereka akan mengabaikannya. Baek Seok pun
mengangguk. Hae Gang mengerti dan kembali ke mejanya untuk memeriksa file yang
lain.
“Baek Jo
memberitahuku kalau Seol Ri pergi ke Amerika karena dia jatuh cinta pada pria
yang tidak seharusnya ia cintai. Apa dia mencintai pria yang sudah menikah?”
tanya Hae Gang.
Baek Seok
mengangguk.
“Sudah
kuduga. Tapi kenapa dia melakukannya? Kenapa harus pria yang sudah menikah dari
sekian banyak pria?” ucap Hae Gang.
Hae Gang
lalu beranjak pergi. Sementara itu, Nyonya Kim sedang menyelidiki Yong Gi.
Pemilik panti asuhan berkata Yong Gi anak yang menyenangkan. Dia memiliki wajah
yang cantik juga hati yang baik. Si pemilik panti juga menunjukkan buku tahunan
Yong Gi.
“Dia bilang
bahwa dia harus mematuhi nama yang diberikan orang tuanya jadi dia selalu
berusaha untuk memiliki keberanian. Dia sangat dekat dengan ketua kelas kami.
Kita mungkin bisa mengetahui informasinya jika kita menanyakannya pada ketua kelas
kami.” Ucap si pemilik panti.
Si pemilik
panti pun berjanji akan membantu Nyonya Kim. Nyonya Kim mengangguk dan
berterima kasih.
Tuan Baek
ada di rumah Nyonya Kim. Ia melihat2 buku tahunan Yong Gi. Nyonya Kim pun
datang dan menutup buku tahunan itu. Tuan Baek mengatakan sesuatu, tapi Nyonya
Kim masih bersikap dingin pada Tuan Baek.
Seol Ri
pergi ke rumah Tuan Baek. Namun ia tak langsung masuk. Ia berdiri di depan
rumah sambil menatap rumah itu penuh arti. Baek Jo yang baru pulang sekolah
terkejut melihat Seol Ri. Tangisnya keluar dan ia pun langsung memeluk Seol Ri.
Seol Ri meminta maaf pada Baek Jo. Baek Jo berkata kalau ia sangat merindukan
Seol Ri.
Seol Ri pun
masuk ke dalam dan melihat2 rumahnya. Baek Jo memberikan Seol Ri segelas juice.
Seol Ri lalu terdiam saat Baek Jo menyebut nama Yong Gi. Seol Ri lalu bertanya
saat pertama kali Yong Gi datang ke rumah mereka. Baek Jo pun bilang Hae Gang
seperti putri es.
“Dia tidak
menyukai kami dan tidak pernah menjawab saat kami bertanya. Dia hanya membaca
buku2 milik Oppa.” Ucap Baek Jo.
“Buku
seperti apa?” tanya Seol Ri.
“Buku
Pengacara. Dia mampu menghafalnya hanya dengan sekali baca. Dia sangat pintar.
Dia bahkan lebih pintar dari Oppa. Sekarang, Yong Gi Eonni sangat baik. Dia
sangat menyayangi kami.” Jawab Baek Jo.
Seol Ri pun
terkejut.
“Tapi dia
banyak terluka. Dia menangis setiap malam dalam tidurnya.” Ucap Baek Jo lagi.
Seol Ri pun
teringat kata2 terakhir Hae Gang padanya.
“Kau pikir
ini sudah berakhir? Kau pikir kau sudah menang? Ini belum berakhir. Kau harus
menjaganya dengan baik. Jangan sampai kau kecurian seperti aku kecurian. Orang
yang mencuri itu buruk, tapi orang yang membiarkannya kecurian lebih buruk.
Bukan begitu?” ucap Hae Gang.
Seol Ri pun
masuk ke kamar Hae Gang. Ia memeriksa semua barang2 Hae Gang. Tapi tak
menemukan apapun. Saat ia sedang membuka lemari Hae Gang, Hae Gang datang. Seol
Ri pun buru2 menutup lemari Hae Gang.
“Kenapa kau
menyentuh barang2ku tanpa permisi?” sindir Hae Gang.
“Maafkan
aku. Aku hanya teringat masa laluku. Dulu ini adalah ruanganku.” Jawab Seol Ri.
Hae Gang
lalu mengajak Seol Ri bicara. Hae Gang bertanya kenapa Seol Ri membawa begitu
banyak hadiah. Seol Ri berkata dia juga membelikan hadiah untuk Hae Gang. Seol
Ri membelikan Hae Gang dua pasang sepatu. Ia beralasan sengaja membeli dua
karena tidak tahu ukuran kaki Hae Gang. Hae Gang pun langsung memakainya. Ia
tersenyum senang. Seol Ri meneliti wajah Hae Gang. Ia merasa wanita yang ada di
hadapannya adalah Hae Gang.
Di
ruangannya, Jin Eon mencari tahu tentang Pudoxin dan Hae Gang di internet. Tapi
ia tak menemukan apapun.
Baek Seok
dan Seol Ri duduk2 di halaman depan rumah.
“Apa kau
bahagia?” tanya Baek Seok.
“Aku
bahagia. Aku harus bahagia. Aku akan bahagia.” Jawab Seol Ri.
“Kenapa kau
tidak bahagia? Bukankah kau yang memilih jalan ini? Kau bilang kau
mencintainya. Kau bilang jika kau memilikinya, semua akan baik2 saja.” Tanya
Baek Seok.
“Itu karena
dia tidak mencintaiku. Bagi dirinya, aku adalah juniornya. Junior yang dia
perhatikan. Dia benar2 baik padaku. Dia peduli padaku, tapi dia tidak
mencintaiku. Dia tidak melihatku sebagai wanita. Baginya hanya ada satu wanita,
mantan istrinya.” Jawab Seol Ri.
Tepat saat
itu, Hae Gang datang membawakan minuman.
“Lalu kenapa
dia menceraikannya?” tanya Baek Seok.
Pertanyaan
Baek Seok membuat langkah Hae Gang terhenti.
“,,,
istrinya tidak menginginkan hal itu tapi dia bersikeras menceraikannya.” Ucap
Baek Seok.
“Putri
mereka meninggal karena istrinya.” Jawab Seol Ri.
Baek Seok
dan Hae Gang pun sama2 terkejut.
Seol Ri lalu
membujuk Baek Seok untuk menikahi Hae Gang. Baek Seok berkata Hae Gang
membutuhkan waktu. Tapi Seol Ri memaksa. Seol Ri bilang Baek Seok tidak boleh
menunggu lagi. Ia harus segera menikahi Hae Gang. Hae Gang pun menatap Seol Ri
dengan heran.
Ckckckkc…
dasar penyihir.
Sementara
itu, Jin Eon datang ke rumahnya yang ia tempati bersama Hae Gang dulu.
Ingatannya pun melayang ke masa lalu, dimana ia masih hidup bahagia dengan Hae
Gang.
Flashback…
“Yeobo!”
teriak Hae Gang sembari keluar dari dalam rumah menyambut Jin Eon yang baru
saja pulang. Jin Eon yang berdiri di depan rumah meminta Hae Gang memanggilnya
yeobo lagi. Hae Gang pun memanggil Jin Eon yeobo. Jin Eon tersenyum dan
memandangi wajah Hae Gang. Ia lalu memuji kecantikan Hae Gang. Hae Gang tersenyum dan mendekati Jin Eon.
“Aku
mencintaimu. Kau tahu kan?” tanya Jin Eon.
Hae Gang
mengangguk.
“Aku akan
mencintaimu lebih dalam lagi dan lebih dari yang kau bayangkan.” Ucap Jin Eon.
“Aku tahu.
Aku tahu itu dengan baik. Jadi cepatlah masuk ke dalam, yeobo.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon
lantas mencium bibir Hae Gang. Hae Gang kaget. Jin Eon lalu memegang wajah Hae
Gang dan mereka pun kembali berciuman.
Flashback
end…
Nyonya Kim
sedang mengelap foto Hae Gang. Nyonya Kim lalu terkejut melihat sosok Jin Eon
di depan rumah.
Hae Gang
sedang melihat penjualan Pudoxin di internet sambil melahap jagung. Baek Seok
membaca sebuah majalan sambil tidur dan makan jagung. Baek Seok meminta Hae
Gang berhenti mencari tahu soal Pudoxin. Hae Gang pun menatap Baek Seok. Ia
lalu menyuruh Baek Seok duduk dan makan. Tapi Baek Seok tetap tiduran sambil
makan. Hae Gang yang kesal akhirnya menarik tubuh Baek Seok agar Baek Seok
bangun. Namun tiba2, Baek Seok menarik Hae Gang ke dalam pelukannya.
“Tetaplah
seperti ini. Jangan katakan apapun. Jangan pikirkan apapun. Dengan begini,
jantungmu akan berdegup kencang. Seperti jantungku yang berdegup kencang sampai
aku merasa akan gila. Jantungmu akan berdegup kencang.” Ucap Baek Seok.
Hae Gang pun
tertegun mendengarnya. Sementara itu, Jin Eon keluar dari rumahnya dengan wajah
sedih. Entah apa yang sudah terjadi di dalam.
0 Comments:
Post a Comment