Ah Ran sudah tersadar dari pingsannya. Ia terlihat syok. Hyun Woo mengajak Ah Ran bermalam di resort ayahnya. Ia berkata mereka tidak mungkin kembali ke Seoul dengan kondisi seperti itu.
Hyun Woo mendekati Ah Ran yang duduk dengan wajah pucat di lantai. Ia pun berkata akan mencuci pakaian Ah Ran. Ah Ran masih terlihat syok karena jatuh dari kuda tadi. Hyun Woo lantas memberikan Ah Ran segelas susu hangat. Hyun Woo juga menyuruh Ah Ran tidur siang.
"Kau pasti lapar kan? Tidak ada restoran di dekat sini, jadi aku berpikir untuk membuat pasta. Tapi bumbunya tidak banyak, jadi aku tidak tahu apa rasanya akan enak." ucap Hyun Woo lagi.
"Tidak perlu." jawab Ah Ran.
Hyun Woo lalu menggenggam erat tangan Ah Ran.
"Kau bisa mengalami cedera serius karena terjatuh dari kuda. Untung saja ada aku yang menangkapmu. Tapi kau pasti syok." ucap Hyun Woo.
Ah Ran pun mengucapkan terima kasih karena Hyun Woo sudah menyelamatkannya. Hyun Woo pun berkata untuk wanita secantik Ah Ran, pria mana yang tidak akan menyelamatkan Ah Ran. Bahkan jika pria itu diinjak2 sampai mati oleh kuda, pria itu akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan Ah Ran. Ah Ran tertegun mendengar kata2 Hyun Woo. Hyun Woo lalu beranjak pergi.
Ah Ran menyusul Hyun Woo ke dapur. Ia pun membeku melihat Hyun Woo memasak pasta sambil menyanyi. Ingatannya pun langsung melayang ke masa lalunya dengan Hyun Woo. Nyanyian yang ia dengar sama persis dengan nyanyian Hyun Woo dulu.
Flashback....
Hyun Woo sedang memasak cheonggukjang sambil menyanyi. Ah Ran pun datang dan memeluk Hyun Woo dari belakang. Hyun Woo berkata dirinya sedang membuat cheonggukjang. Ah Ran terkejut, cheonggukjang?
"Kita akan makan pasta malam ini." ucap Ah Ran.
"Dibandingkan dengan pasta, chenggukjang jauh lebih enak." jawab Hyun Woo.
Flashback end...
Mata Ah Ran tampak berkaca2 teringat kenangannya dengan Hyun Woo. Lamunan Ah Ran pun buyar karena Hyun Woo menegurnya. Hyun Woo menyuruh Ah Ran segera duduk di meja makan.
"Kapan kau membuat semua ini?" tanya Ah Ran.
"Bukankah sudah pernah kubilang sebelumnya. Saat aku mengambil gelar MBA ku, aku memenuhi syarat sebagai koki." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo lantas menyuapi Ah Ran pasta. Awalnya Ah Ran menolak dan berkata bisa makan sendiri. Tapi Hyun Woo memaksa. Ah Ran pun menerima suapan Hyun Woo. Tiba2, ponsel Ah Ran berdering. Telepon dari Joo Seung. Semula Ah Ran tidak mau menjawabnya, namun Hyun Woo yang menyuruh Ah Ran menjawab telepon Joo Seung.
"Aku sangat sibuk sekarang. Aku akan menelponmu lagi nanti." ucap Ah Ran pada Joo Seung.
Ah Ran pun mematikan teleponnya. Hyun Woo bertanya, kenapa kau berbohong? Kenapa kau tidak bilang kau sedang bersama investor? Apa itu pacarmu?
Ah Ran diam saja. Hyun Woo pun berkata lagi, seorang wanita yang sudah memiliki kekasih tidak memiliki pesona.
"Dia bukan pacarku. Dia hanya seseorang yang kukenal." jawab Ah Ran.
Sementara itu Joo Seung yang berada di ruangannya terlihat kesal. Tak lama kemudian, Jae Hee masuk ke ruangan Joo Seung. Jae Hee pamit pulang. Saat Jae Hee hendak pergi, Joo Seung pun menghentikan langkah Jae Hee.
"Kudengar kemarin kau datang ke rumah Shin Hyun Woo. Apa itu benar?" tanya Joo Seung.
"Itu benar. Aku menerima pesan aneh, jadi kupikir aku harus memberitahu mereka." jawab Jae Hee.
"Lain kali kalau ada sesuatu yang terjadi, kau harus memberitahuku lebih dulu. Jangan lupa, kau adalah karyawanku." ucap Joo Seung.
"Aku mengerti maksudmu. Aku minta maaf jika membuat dirimu tidak nyaman." jawab Jae Hee.
Sementara itu Ah Ran sudah tertidur pulas di atas sofa. Ponsel Ah Ran pun berdering. Telepon dari Joo Seung. Hyun Woo pun menjawabnya. Joo Seung terkejut karena yang menjawab teleponnya adalah seorang pria.
"Siapa kau?" tanya Joo Seung.
"Aku partner bisnisnya. Aku tidak tega membangunkannya karena dirinya terlihat sangat lelah." jawab Hyun Woo.
"Ada dimana kalian?" tanya Joo Seung.
"Jika kau berkendera menuju bukit, kau akan menemukan arena pacuan kuda. Ada sebuah resort tak jauh dari sana." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo lantas menyuruh Ah Ran pindah ke kamar. Joo Seung yang mendengar hal itu pun langsung pergi menyusul Ah Ran. Dan Hyun Woo mematikan ponsel Ah Ran.
Dalam perjalanan, Joo Seung mencoba menghubungi Ah Ran. Kekesalannya pun semakin bertambah karena ponsel Ah Ran tidak bisa dihubungi.
Hyun Woo menatap Ah Ran yang tertidur pulas dengan wajah marah. Lalu perlahan2, Hyun Woo pun mendekatkan wajahnya ke wajah Ah Ran.
Joo Seung tiba di resort Hyun Woo. Ia langsung masuk ke dalam mencari Ah Ran. Tanpa ia sadari Hyun Woo sudah bersiap pergi dengan mobilnya. Hyun Woo melihat sekilas ke arah Joo Seung dengan wajah marah.
Setibanya di dalam, Joo Seung langsung celingak celinguk mencari Ah Ran. Namun yang ia temukan adalah lukisan wajah Ah Ran. Emosi Joo Seung pun meledak. Ia langsung merobek2 lukisan itu. Emosinya pun semakin bertambah saat menemukan sebuah piyama dan selimut di atas sofa.
Joo Seung lantas menerobos masuk ke sebuah kamar. Ia pun terkejut melihat Ah Ran yang terlelap di ranjang. Dengan wajah marah ia menyuruh Ah Ran bangun. Namun karena Ah Ran tak kunjung bangun, ia pun membangunkan Ah Ran dengan paksa. Ah Ran pun kaget melihat Joo Seung.
"Kenapa kau berbohong padaku!" tanya Joo Seung marah.
Joo Seung lantas mau menampar Ah Ran. Tangannya sudah terangkat, namun entah kenapa ia tak jadi menampar Ah Ran. Mata Ah Ran langsung berkaca2. Ah Ran pun mengatakan kalau Joo Seung salah paham.
"Salah paham? Apa kau pikir kau bisa membohongiku seperti kau membohongi Shin Hyun Woo? Katakan padaku apa yang terjadi!"
"Aku pergi ke arena berkuda dengan seorang investor. Dan aku menderita cedera kecil. Dia hanya berusaha menolongku."
"Lalu kenapa kau berbohong!"
"Aku tidak mengatakannya padamu karena aku takut kau akan marah padaku!"
Wajah Ah Ran lalu berubah cemas. Ia bertanya apa Joo Seung bersikap kasar pada investornya?
"Kau takut aku bersikap kasar padanya? Sebenarnya ada hubungan apa kalian berdua!"
"Ini hanyalah bisnis! Setelah semuanya selesai, kita bisa mendapatkan uang. Kenapa kau menghancurkanya!"
Ah Ran pun bangkit dari kasur dan mau keluar kamar. Tapi Joo Seung menahannya.
"Mulai sekarang kau adalah milikku! Jika kau berpikir bisa membohongikuu dan melakukan sesuatu di belakangku, kau salah!" ucap Joo Seung.
Ah Ran tertegun mendengar kata2 Joo Seung. Joo Seung lantas mengajak Ah Ran pergi.
Jae Hee duduk sendirian di tengah lapangan. Ia mau menelpon Hyun Woo, tapi ragu2. Ia lantas bangkit dan berlari mengitari lapangan. Matanya tampak berkaca2. Lelah berlari, Jae Hee pun menjatuhkan tubuhnya di tengah2 lapangan.
"Ahjussi, ketika kau masih koma, aku berdoa supaya kau cepat sadar. Sekarang, aku merindukan saat2 itu. Saat kita berdua berada di resort." ucap Jae Hee.
Jae Hee pun menangis.
Sementara itu orang yang dirindukan Jae Hee sedang berbicara di telepon dengan Ah Ran. Hyun Woo baru saja tiba di apartemennya.
"Aku tidak tega membangunkanmu karena kau terlihat lelah, jadi aku langsung pergi." ucap Hyun Woo.
"Apa kau yang menjawab teleponku?" tanya Ah Ran.
"Sepertinya dia kekasihmu, jadi aku memberitahunya posisi kita. Aku sudah bilang kan aku benci hal2 yang rumit. Jika nanti kekasihmu mengawasi kita saat kita sedang bekerja bersama, aku mungin akan berpikir dua kali untuk bekerja sama denganmu." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo pun masuk ke rumahnya. Namun langkahnya seketika terhenti saat melihat Jae Hee yang berdiri di depan rumahnya. Jae Hee sendiri sudah mau pergi. Namun saat ia melihat Hyun Woo di depannya, senyumnya pun langsung mengembang. Mereka pun pergi ke sebuah taman.
"Sudah berapa lama kau di rumahku?" tanya Hyun Woo.
"Baru saja. Aku habis dari rumah temanku, jadi kuputuskan untuk mampir." jawab Jae Hee sembari tersenyum.
"Kau tahu kan Joo Ah Ran sedang mengawasi kita? Sampai mereka yakin diriku sudah tiada, kita harus berhari2." ucap Hyun Woo.
Senyum di wajah Jae Hee pun langsung lenyap.
"Aku minta maaf. Aku tidak berpikir sampai ke sana. Lain kali, aku tidak akan datang lagi ke rumahmu." ucap Jae Hee.
"Jae Hee, aku tahu kau kasihan padaku. Tapi itu hanya rasa simpati. Jangan berpikir terlalu dalam." jawab Hyun Woo.
"Siapa bilang itu simpati? Menjadi marah karena dirimu, mencemaskan dirimu, begadang karena dirimu, apa semua itu tidak berarti apa2? Jika ini bukan cinta, lalu apa itu cinta?" ucap Jae Hee.
"Itu bukan cinta." jawab Hyun Woo.
"Aku mencintaimu." ucap Jae Hee.
"Aku tidak bisa menerima perasaanmu sekarang. Bahkan meskipun kau orang yang penting di dalam hatiku, kau bukan kekasihku. Ada banyak hal yang harus kulakukan. Agar aku bisa hidup tenang, aku tidak akan mencintai siapapun lagi. Hatiku sudah membeku." jawab Hyun Woo.
Tangis Jae Hee pun pecah.
"Ahjussi, kau bodoh! Kenapa menutup hatimu hanya karena istrimu? Apa balas dendam akan membuat hidupmu bahagia!"
"Akan lebih baik jika aku tidak tahu apa itu kebahagiaan. Aku tidak peduli dengan hidupku selama aku bisa menghukum mereka yang mendorongku ke tepi jurang."
Jae Hee lantas menggenggam erat tangan Hyun Woo.
"Izinkan aku menghapus air matamu. Izinkan aku menyembuhkan lukamu. Aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Jika kau terluka, datanglah padaku."
"Aku tidak mau menyeretmu ke dalam masalahku!"
"Jangan mencari2 alasan! Aku ingin mengarungi badai denganmu Ahjussi. Kenapa kau malah mendorongku! Apakah aku tidak berarti apa2 untukmu!"
Jae Hee pun ingin pergi, namun Hyun Woo langsung memeluknya dari belakang.
"Aku takut kau terluka karena diriku. Aku takut melihatmu kecewa karena balas dendamku. Aku selalu ingin melindungimu." batin Hyun Woo berkaca2.
Hyun Woo lalu beranjak pergi. Jae Hee menangis menatap kepergian Hyun Woo.
"Ahjussi, kau juga mencintai diriku kan? Lalu kenapa kau lari? Kalau kau mencintaiku, kenapa kau merasa menyesal?" tanya Jae Hee.
Ah Ran bersama Joo Seung di apartemen Joo Seung. Joo Seung berkata tidak ingin bertengkar dengan siapapun karena Ah Ran. Ia juga bertanya kenapa Ah Ran terlihat ragu disaat tujuan mereka sudah hampir tercapai.
"Berikan aku sedikit waktu. Aku akan mengurusnya." jawab Ah Ran.
Ponsel Ah Ran lalu berdering. Telepon dari Hyun Ji.
"Eonni, dimana dirimu? ini sudah jam dua pagi kenapa kau belum pulang?" tanya Hyun Ji.
"Aku akan segera kembali. Kau jangan cemas dan jangan menungguku." jawab Ah Ran.
Usai bicara dengan Hyun Ji, Ah Ran pun kesal. Ia kesal ditanya2i Hyun Ji. Joo Seung kemudian memeluk Ah Ran. Ia melarang Ah Ran pergi. Ah Ran pun berkata dia harus segera pulang. Joo Seung pun kembali memeluk Ah Ran.
"Ayo kita buat keputusannya sekarang." ucap Joo Seung.
Keesokan harinya... Hyun Min menanyakan Ah Ran pada Hyun Ji. Hyun Ji terkejut mendengarnya. Ia pun curiga kalau Ah Ran tidak pulang semalaman.
"Kakakmu akan benar2 sibuk nantinya. Jadi jangan membuatnya cemas tentang masalah keluarga." ucap Presdir Shin.
Presdir Shin lantas menyuruh Hyun Ji membawakan makanan dan beberapa pakaian ganti untuk Ah Ran. Ah Ran pun mengangguk. Hyun Min kemudian menanyakan sang ibu.
"Kenapa kau menanyakan tentang ibumu? Dia pergi melihat Hyun Woo. Anaknya yang sudah meninggal lebih penting dibandingkan dengan suaminya yang masih hidup." jawab Presdir Shin kesal.
Sementara itu Ah Ran yang berada di kamar Joo Seung tengah bersiap2. Beberapa menit kemudian, Joo Seung pun datang membawakan pakaian Ah Ran. Ah Ran mendekati Joo Seung.
"Kau sudah tidak marah lagi kan? Bersabarlah sedikit lagi." pinta Ah Ran.
Ah Ran lantas kembali ke tokonya. Ia pun terkejut melihat beberapa orang polisi di tokonya. Polisi itu memberitahu Ah Ran tentang Jung Sang Mo yang tewas bunuh diri. Ah Ran pun terkejut.
"Kami menemukan banyak fotomu di rumahnya. Dan kau adalah orang terakhir yang dihubunginya. Ada hubungan apa diantara kalian?"
"Orang itu adalah penguntit. Dia bekerja paruh waktu denganku sebagai desainer. Dia terus mengikutiku kemana pun aku pergi. Aku benar2 takut."
"Kapan terakhir kali kau melihatnya?"
"Mungkin sekitar sebulan yang lalu. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Tapi baru2 ini dia menghubungiku beberapa kali. Tapi kami tidak pernah bertemu."
"Jung Sang Mo meninggal sekitar jam satu siang kemarin. Apa yang anda lakukan kemudian?"
"Aku bertemu dengan partner bisnisku. Setelah itu, kami pergi berkuda."
Tangan Ah Ran bergetar hebat. Untuk menenangkan dirinya, ia menggenggam tasnya erat2.
"Tidak peduli apapun, kami berpikir Jung Sang Mo bunuh diri karena dirimu."
Tepat saat itu, Hyun Ji datang. Hyun Ji terkejut melihat polisi2 itu. Begitu polisi itu pergi, Ah Ran pun berlari ke tangga darurat. Ia tidak menyadari kehadiran Hyun Ji. Hyun Ji lantas mengikuti Ah Ran. Ah Ran terlihat panik dan hendak menghubungi seseorang. Namun belum sempat ia memencet nomornya, ia dikejutkan dengan kehadiran Hyun Ji.
"Eonni, kenapa polisi2 itu datang? Siapa yang bunuh diri karena dirimu?" tanya Hyun Ji.
"Itu bukan apa2. Hanya seorang pelanggan yang mati karena kecelakaan. Tapi kenapa kau datang ke sini sepagi ini?"
"Eonni, kau bekerja semalaman jadi aku datang membawakanmu pakaian ganti dan makanan. Tapi kenapa pakaianmu berbeda? Apa semalam kau tidak berada di kantor?"
"Aku pulang ke rumah pagi2 sekali untuk mengganti pakaianku. Lalu aku kembali ke sini."
"Kau pulang ke rumah? Aku bahkan tidak tahu."
"Tidak apa2 Kau sudah melakukannya dengan baik. Terima kasih ya. Aku akan menikmati makanannya."
Ah Ran pun beranjak pergi. Namun Hyun Ji tampak mencurigai Ah Ran.
Nyonya Jo datang lagi ke villanya yang sudah rusak terbakar.
"Hyun Woo-ya, ibu tidak tahu kenapa ibu terus datang kesini. Ibu merasa kau seperti menelpon ibu setiap malam. Hanya sekali. Katakan yang sejujurnya. Hal menakutkan apa yang terjadi malam itu?" ucap Nyonya Jo.
Nyonya Jo lantas berjalan masuk ke dalam. Lalu tanpa sengaja kakinya menginjak sebuah handle pintu. Ia pun mengambil handle pintu yang sudah terbakar itu.
"Kenapa ini terkunci? Saat aku pergi keluar, aku jelas2 membiarkan jendela terbuka." ucap Nyonya Jo seraya berpikir.
Sementara itu Ah Ran sedang menenangkan dirinya di sebuah kafe. Ia tak sendiri, melainkan bersama Joo Seung. Joo Seung terkejut saat Ah Ran mengatakan tentang Jung Sang Mo yang mati bunuh diri.
"Aku takut. Jika polisi melakukan penyelidikan, mereka akan mengetahui aku menyuruh orang untuk mencuri notebook dan desainnya. Apa yang harus kulakukan?" ucap Ah Ran cemas.
Joo Seung marah, itulah kenapa aku menyuruhmu menyelesaikan urusanmu!
"Aku harus berhasil mendapatkan Soul! Orang2 itu masih makan dan hidup dengan baik!" ucap Ah Ran.
"Bagaimana dengan keluarga Jung Sang Mo?" tanya Joo Seung.
"Aku tidak tahu. Yang aku dengar kakak dan adiknya tinggal di luar negeri." jawab Ah Ran.
"Dia tidak menghubungi orang lain selain dirimu?" tanya Joo Seung.
"Tidak. Hanya polisi yang datang. Aku bilang pada polisi kalau dia sangat tergila2 padaku." jawab Ah Ran.
"Itu bagus. Sekarang kau pulanglah dan buang semua hadiah dan desain yang diberikannya padamu. Kau tidak boleh meninggalkan bukti." ucap Joo Seung.
"Tapi desain itu..."
"Untuk saat ini desain itu sudah tidak ada gunanya. Buang semuanya. Jangan meninggalkan barang bukti. Hancurkan semuanya."
Joo Seung keluar dari kafe dengan wajah marah. Ia kembali ke mobilnya. Saat hendak menyalakan mesin mobilnya, sebuah ponsel berbunyi. Tapi itu bukan ponselnya, melainkan ponsel milik Ah Ran yang tertinggal di mobilnya. Wajah Joo Seung pun langsung berubah kesal karena si penelpon adalah Jae Sung.
"Aku minta maaf tapi Joo Ah Ran tidak bisa menjawab teleponmu sekarang." ucap Joo Seung.
"Tolong katakan padanya tentang pasokan barang untuk perusahaanku." jawab Hyun Woo.
"Biar aku yang menjawab. Kami tidak akan memasok barang untukmu." ucap Joo Seung, lalu menutup teleponnya
Tak lama, Ah Ran masuk ke mobil dan menyuruh Joo Seung mengantarnya pulang. Joo Seung pun memberitahu Ah Ran tentang telepon Jae Sung. Ia berkata sudah menolak tawaran Jae Sung. Ah Ran kaget, apa!
"Kuberitahu padamu. Jika ekormu terlalu panjang, kau bisa tertangkap. Burung yang bertengger di pohon terlalu lama akan ditembak oleh panah." jawab Joo Seung sambil menatap tajam Ah Ran.
"Bukankah sudah kubilang aku yang akan mengurusnya! Aku memintamu memberiku waktu! Kenapa kau menghancurkan bisnisku!" ucap Ah Ran.
Ah Ran lalu mengancam Joo Seung.
"Jika kau menjadi penghalang bagiku untuk balas dendam, aku akan menyingkirkanmu juga."
Ah Ran lalu merebut ponselnya dari tangan Joo Seung dan turun dari mobil Joo Seung dengan wajah marah. Joo Seung pun marah dan memukul setir mobilnya.
Hyun Woo tersenyum sinis usai bicara dengan Joo Seung tadi.
"Joo Ah Ran, sepertinya kau akan mengalami kesulitan dalam cinta dan karirmu. Aku akan menunggumu. Tiidak akan lama sampai kau berlari ke arahku." ucap Hyun Woo dengan sorot mata yang tajam.
Yeon Jae kembali ke tokonya. Hyun Min sudah menunggunya sejak tadi di dalam. Begitu Yeon Jae masuk ke toko, Hyun Min langsung menyalakan petasan ke arah Yeon Jae. Yeon Jae pun kaget.
"Cepat tiup lilin ini sebelum mereka meleleh." ucap Hyun Min membuat Yeon Jae semakin bingung.
Tak hanya itu, Hyun Min juga memberikan hadiah untuk Yeon Jae.
"Hari ini hari ulang tahun mu kan?" tanya Hyun Min.
Yeon Jae pun heran, siapa yang bilang hari ini aku berulang tahun?
"Apa aku bodoh? Itu kau, Yeon Jae. Kau sengaja menjatuhkan notebook mu agar aku melihatnya. Kau membuat lingkaran besar pada tanggal 11 November dan menulis kata ulang tahun dalam huruf besar. Bahkan orang buta pun bisa melihatnya." ucap Hyun Min.
"Hari ini aku tidak berulang tahun."
"Bukan hari ini?"
Yeon Jae pun mengangguk.
"Lalu kenapa kau menulis kata ulang tahun?"
"Aku tidak menulis itu hari ulang tahunku. Ulang tahunku masih 4 bulan lagi."
Hyun Min pun terkejut dan merasa malu. Sedangkan Yeon Jae terlihat senang mendapat hadiah dari Hyun Min. Yeon Jae pun langsung mencoba hadiah pemberian Hyun Min itu.Yeon Jae terlihat cantik dengan baju pemberian Hyun Min. Hyun Min bahkan juga memuji Yeon Jae. Tapi Yeon Jae merasa tidak nyaman dengan baju itu. Yeon Jae berkata kancingnya suka terlepas setiap kali ia menarik nafas. Yeon Jae lalu meminta Hyun Min mengabulkan keinginannya yang lain.
Yeon Jae mengajak Hyun Min ke sebuah taman bermain. Mereka mencoba semua wahana ekstrim. Hyun Min terlihat panik ketika wahana2 itu mulai berputar. Berbeda dengan Yeon Jae yang justru terlihat senang. Hyun Min bahkan sempat terlihat lemas saat mencoba salah satu wahana itu. Selesai mencoba wahana2 itu, mereka bermain ice skating. Hyun Min pun langsung memeluk Yeon Jae ketika Yeon Jae akan jatuh.
Joo Seung baru saja tiba di rumah sakitnya. Begitu mobilnya berhenti, Hyun Ji langsung masuk ke mobilnya. Hyun Ji mengajak Joo Seung makan siang. Ia berkata ada sesuatu yang mau ia bicarakan dengan Joo Seung.
"Aku tidak bisa. Ada ada janji dengan pasienku hari ini. Kalau kau mau mengatakan sesuatu katakan disini." jawab Joo Seung.
"Aku merasa ada yang tidak beres dengan kakak ipar." ucap Hyun Ji.
Joo Seung pun langsung menatap Hyun Ji.
"Bahkan ada polisi yang datang mencarinya. Aku tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu yang tidak beres." ucap Hyun Ji lagi.
"Kenapa kau jadi sensitif begini? Jika pandanganmu terhadap seseorang sudah buruk, maka semuanya akan terlihat buruk." jawab Joo Seung.
"Kemana dia pergi semalam? Dia menukar bajunya sebelum datang ke kantor." ucap Hyun Ji.
"Mungkin dia menginap di rumah temannya. Sudahlah jangan ganggu kakak iparmu. Aku akan mengantarkanmu pulang." jawab Joo Seung.
Hyun Ji tiba di rumahnya diantar Joo Seung. Sebelum masuk ke rumah, Hyun Ji bertanya apa besok Joo Seung sudah ada waktu. Hyun Ji ingin mengajak Joo Seung nonton pertunjukan musik. Sebuah taksi tiba2 berhenti di depan kediaman Shin. Nyonya Jo turun dari dalam taksi. Melihat Nyonya Jo, Joo Seung langsung menerima ajakan Hyun Ji. Nyonya Jo pun terkejut mendengarnya.
Di kamarnya, Ah Ran sibuk mengemasi barang2 pemberian Jung Sang Mo. Namun ia bimbang saat harus membuang konsep desain Jung Sang Mo. Pada akhirnya, Ah Ran tidak jadi membuang konsep desain itu.
Ah Ran lantas turun ke bawah dan bertemu Presdir Shin. Presdir Shin memberitahu Ah Ran kalau ia sudah menemukan tiga perusahaan yang mau bekerja sama dengan mereka. Presdir Shin menyuruh Ah Ran mengirimkan desain mereka. Ah Ran pun langsung tersenyum senang dan berterima kasih pada Presdir Shin.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Ah Ran. Pesan dari Jae Sung.
[Apa akhirnya kau memilih menyerah karena kekasihmu]
Ah Ran pun menghela napas membaca pesan Jae Sung. Hyun Ji dan Nyonya Jo masuk ke rumah. Presdir Shin menyuruh mereka menelpon Joo Seung. Mendengar nama Joo Seung, wajah Nyonya Jo pun langsung berubah kesal. Hyun Ji menyapa Ah Ran.
"Eonni, kau di rumah?" sapa Hyun Ji.
"Aku pulang untuk mengambil sesuatu." jawab Ah Ran.
Nyonya Jo mengajak Ah Ran bicara. Mereka bicara berdua di dapur. Nyonya Jo menyuruh Ah Ran meminta Jae Hee untuk memeriksa tekanan darah Presdir Shin. Ah Ran jelas menolak. Tapi Nyonya Jo tetap menginginkan Jae Hee yang memeriksa tekanan darah Presdir Shin. Ah Ran pun jadi pusing.
Ah Ran berlari ke gedung Robins. Setibanya di ruangan Hyun Woo, ia terkejut melihat Hyun Woo sedang berbicara dengan direktur perusahaan lain. Begitu pria itu pergi, Ah Ran langsung marah2 pada Hyun Woo.
"Presdir Ahn, beginikah caramu memperlakukan orang?" protes Ah Ran sambil menatap tajam Hyun Woo.
"Aku ini pengusaha! Aku akan mencari penawaran terbaik." jawab Hyun Woo juga sambil menatap tajam Ah Ran.
"Apa kau bercanda? Kita sudah sepakat kan kemarin, lalu sekarang tanpa alasan kau memberikan semuanya pada Soo Rin Furniture? Tidak peduli seberapa besar atau kecilnya suatu perusahaan, mereka harus tetap memiliki etika bisnis!" ucap Ah Ran.
"Bukankah sudah kukatakan dengan jelas, aku tidak suka terganggu oleh hal2 yang lain. Aku tidak mau membuang2 energiku untuk kehidupan cintamu." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo lantas mengusir Ah Ran. Ah Ran pun syok.
Jae Hee sedang memeriksa sesuatu dengan Joo Seung. Joo Seung menyuruh Jae Hee mengeceknya dengan hati2. Tiba2 Ah Ran menerobos masuk ke ruangan Joo Seung dengan wajah marah. Ah Ran pun menyuruh Jae Hee keluar. Setelah Jae Hee keluar dari ruangan Joo Seung, Ah Ran langsung marah2 pada Joo Seung.
"Apa kau tahu berapa nilai kontrak yang sudah kau hancurkan!"
"Apa kau lupa dimana dirimu sekarang berada? Jung Sang Mo bunuh diri dan Hyun Woo kemungkinan masih hidup. Keluarganya mungkin akan mencurigai kita dan menusuk kita dari belakang."
"Katakan sejujurnya. Apa alasanmu menghancurkan kontrak itu! Karena kau cemburu?"
"Aku penasaran kenapa kau begitu menginginkan kontrak ini!"
"Orang yang seharusnya mati adalah Shin Woo Sub, bukan Shin Hyun Woo! Selama Shin Woo Sub masih hidup, pembalasan dendamku belum selesai. Orang yang membunuh orang tuaku adalah Shin Woo Sub!"
"Pelankan suaramu. Suster Yoon ada di luar."
Ah Ran lantas mendekati Joo Seung. Ia meminta Joo Seung mempercayainya. Ia juga berkata itu adalah kesempatan yang baik untuk membuka masa lalu Presdir Shin.
"Investor itu, aku merasakan perasaan yang tidak enak."
"Itu tidak masuk akal. Kau melihatku menikah dengan Shin Hyun Woo, tapi kau malah cemburu dengan pria yang sama sekali tidak pernah kau temui."
Ah Ran pun memegang wajah Joo Seung.
"Percayalah padaku. Aku tidak akan mengkhianatimu." ucap Ah Ran.
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Lakukan secepatnya." pinta Joo Seung.
Ah Ran pun mengangguk. Sementara itu di rumah, Nyonya Jo menunjukkan handle jendela itu pada Hyun Min dan Hyun Ji. Nyonya Jo berkata dirinya meninggalkan jendela dalam keadaan terbuka.
"Ada lebih dari satu jendela di villa. Mungkin itu dari jendela yang lain." ucap Hyun Ji.
"Hyun Min, tolong kau selidiki hal ini. Perasaanku tidak enak. Tidak ada satu pun bukti yang menyatakan kalau kakakmu sudah meninggal." pinta Nyonya Jo.
"Ibu benar. Mereka bilang itu kebocoran gas tapi sulit dipercaya seseorang bisa menghilang begitu saja. Ditambah lagi, jarak kamar kakak dan dapur cukup jauh." jawab Hyun Min.
"Suster Yoon juga memberikan foto yang aneh. Ekspresi kakak seperti seseorang yang sudah sadar." ucap Hyun Ji.
"Jangan katakan apapun pada ayah kalian. Tidak peduli apa yang terjadi, kita harus menemukan bukti penyebab terjadinya kebakaran." jawab Nyonya Jo.
"Besok aku akan pergi ke villa. Aku akan minta mereka memulai penyelidikan lagi." ucap Hyun Min.
Tepat saat itu, Ah Ran pulang. Ia pun terkejut mendengar kata2 Hyun Min.
Keesokan harinya... Hyun Woo dan Joo Seung sedang bermain tennis. Usai bermain tennis, mereka pergi ke bar. Hyun Woo menanyakan usia Joo Seung. Karena usia Joo Seung lebih muda darinya, ia pun berkata kalau dirinya adalah kakak Joo Seung.
"Bolehkah aku menganggapmu sebagai adikku? Aku merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya. Apa kau juga merasakan hal yang sama?" ucap Hyun Woo.
"Mungkin saja." jawab Joo Seung.
Hyun Min pergi ke kantor polisi. Polisi berkata juga merasa aneh karena tidak menemukan jejak Hyun Woo. Hyun Min pun terkejut saat polisi berkata menemukan silikon dan wig.
"Kami curiga kalau kebakaran itu sudah direncanakan dan kakakmu mungkin saja masih hidup."
Polisi pun memberitahu kalau ia sudah memberitahukan hal itu pada Ah Ran. Polisi juga berkata kalau Ah Ran ingin menutup kasus ini. Hyun Min pun terkejut. Hyun Min lantas meminta polisi melanjutkan kembali penyelidikan.
Penyelidikan pun kembali dimulai. Hyun Min mengawasi jalannya penyelidikan. Tak lama kemudian, Kepala Polisi pun datang menemui Hyun Min. Ia menunjukan dua buah gigi yang berhasil ditemukannya.
"Hasilnya akan segera keluar. Jika ini terbukti gigi milik Shin Hyun Woo, berarti sudah jelas dia meninggal." ucap Kepala Polisi.
Hyun Min pun kecewa. Seorang polisi lalu datang menunjukkan alat penyadap yang ia temukan. Hyun Min kaget melihat alat penyadap itu. Ia pun mulai mencurigai sesuatu.
Ah Ran baru saja tiba di toko. Ia pun terkejut saat seketarisnya memberitahu kalau perusahaan yang akan bekerjasama dengan mereka menolak memproduksi produk mereka karena Soo Rin Furniture akan memproduksi dalam jumlah besar. Ah Ran pun langsung menghubungi kantor Jae Sung.
Ah Ran menemui Hyun Woo yang sedang latihan menembak. Ah Ran meminta ganti rugi pada Hyun Woo. Hyun Woo jelas menolak. Hyun Woo berkata mereka tidak pernah menandatangani kontrak apapun.
"Kenapa kau seperti ini! Kau tahu kan Soul Furniture sudah siap memulai proses produksi." ucap Ah Ran.
"Seharusnya kau tidak menyeret masalah cintamu ke dalam bisnis kita. Aku minta maaf. Semuanya sudah terlambat." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo lantas beranjak pergi. Namun Ah Ran mengatakan sesuatu yang membuat langkahnya terhenti. Ah Ran mengajaknya minum anggur. Hyun Woo pun tersenyum sinis.
Hyun Woo dan Ah Ran pergi minum anggur. Ah Ran pun membujuk Hyun Woo untuk memberinya kesempatan. Hyun Woo tetap menolak. Hyun Woo berkata ia sudah terlanjur menandatangani kontrak dengan perusahaan lain.
"Tapi jika kau bersedia membayar kompensasi karena pelanggaran kontrak, aku akan mempertimbangkannya." ucap Hyun Woo.
Ah Ran pun setuju membayar kompesansi. Hyun Woo pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. Ia setuju bekerja sama dengan Ah Ran. Mereka pun berjabat tangan. Namun tiba2, Hyun Woo menarik Ah Ran hingga wajah mereka pun jadi berdekatan. Ah Ran tentu saja kaget.
"Melihatmu dirimu... penampilanmu, ambisimu dan caramu dalam mengambil keputusan membuat diriku tertarik padamu. Aku penasaran dengan pesonamu yang lain." ucap Hyun Woo.
Ah Ran pun tersenyum dan mengajak Hyun Woo minum wine lagi. Tapi Hyun Woo menolaknya. Hyun Woo khawatir dirinya akan mabuk jika minum wine lagi. Ah Ran pun terus memperhatikan Hyun Woo. Ya, Ah Ran mulai tertarik pada Hyun Woo.
Presdir Shin terkejut saat Hyun Min memberitahu bahwa polisi menemukan gigi Hyun Woo. Presdir Shin pun marah saat Hyun Min mengatakan kalau gigi itu milik Hyun Woo meski hasilnya belum keluar.
"Kenapa kau masih pergi ke sana dan mencari tahu! Apa kau menjadi lebih nyaman setelah menemukan gigi itu! Apa yang coba kau buktikan?"
Sementara Nyonya Jo langsung lemas seketika.
"Tapi ada yang aneh. Mereka menemukan alat penyadap saat melakukan penyelidikan." ucap Hyun Min.
Nyonya Jo kaget, alat penyadap?
"Masih ada hal lain yang tidak kita ketahui. Belum lama ini, mereka menemukan silikon dan wig. Hanya kakak ipar yang tahu dan aku tidak tahu kenapa dia menghentikan penyelidikan ini." ucap Hyun Min lagi.
"Kenapa dia menghentikan penyelidikannya? Kakak ipar, semakin aku memikirkannya dia semakin mencurigakan." jawab Hyun Ji.
"Alat penyadap? Siapa yang meletakkan alat penyadap di sana? Mengapa seseorang yang tidak dapat berbicara dan hanya bisa berbaring perlu diawasi?" tanya Presdir Shin heran.
"Mungkinkah kakak ipar yang menaruhnya? Apa dia tidak ingin Oppa bangun?" ucap Hyun Ji.
"Tidak ada bukti kalau kakak iparmu melakukannya. Jangan sembarangan menuduh orang." jawab Nyonya Jo.
"Aku akan menemui Suster Yoon. Dia pasti tahu dengan baik kondisi Hyung." ucap Hyun Min.
Hyun Min pergi menemui Jae Hee. Jae Hee pun terkejut saat Hyun Min memberitahu tentang alat penyadap itu. Hyun Min lantas meminta Jae Hee memberitahunya apa yang terjadi resort. Jae Hee pun tidak tahu harus menjawab apa.
"Alat penyadap, silikon dan wig. Kenapa barang2 itu bisa ada di resort? Jika kau mengetahui sesuatu tolong beritahu aku." ucap Hyun Min.
"Sebenarnya....."
"Mungkinkah Hyung sempat tersadar sebentar? Melihat foto itu, warnanya, sebelum dan sesudahnya terlihat sangat berbeda."
Jae Hee terlihat bingung harus mengatakan apa. Namun pada akhirnya ia memilih tidak mengatakan yang sebenarnya pada Hyun Min. Ia berkata foto itu mungkin terlihat berbeda bagi Hyun Min, tapi bagi dirinya foto itu terlihat sama saja.
Hyun Min lalu bertanya apa ada sikap aneh yang ditunjukkan Ah Ran saat berada di resort? Apa Ah Ran memperlakukan kakaknya dengan baik?
"Maafkan aku, aku tidak bisa membantumu." ucap Jae Hee menyesal.
"Aku mengerti. Tapi kalau kau mengingat sesuatu, cepat hubungi aku." pinta Hyun Min.
Jae Hee langsung memberitahu Hyun Woo soal alat penyadap itu. Hyun Woo pun yakin kalau selama ini percakapan mereka diam2 didengar oleh Ah Ran dan Joo Seung.
"Hal kulakukan ketika aku bangun dan rencanaku.... mereka sudah mengetahuinya." ucap Hyun Woo.
"Itulah kenapa mereka memutuskan membakar villa." sambung Jae Hee.
"Dan mereka tidak percaya diriku sudah meninggal karena mereka tahu diriku sudah pulih. Ditambah lagi mereka tau kau lah yang membantuku. Apa yang harus kulakukan?" ucap Hyun Woo.
"Tinggalkan diriku. Aku sudah memikirkan apa yang harus dilakukan." jawab Jae Hee.
Ah Ran yang sedang sibuk mendesain dikejutkan dengan kedatangan Jae Hee. Jae Hee berkata ia datang karena mau mengatakan sesuatu pada Ah Ran. Ah Ran pun mempersilahkan Jae Hee duduk.
"Aku bertanya2 apakah aku harus mengatakan ini padamu atau tidak. Tapi aku rasa kau harus tahu soal ini. Adiknya Shin Hyun Woo datang menemuiku."
Ah Ran pun terkejut, Hyun Min?
"Dia bertanya bagaimana sikapmu pada kakaknya. Hari ini mereka datang ke resort. Aku rasa mereka menemukan alat penyadap." ucap Jae Hee.
Ah Ran semakin kaget, apa!
"Aku rasa mereka sedang mencurigaimu. Aku berpikir mereka curiga kalau Shin Hyun Woo sudah sadar tapi kau menutupinya dari mereka." ucap Jae Hee.
Ah Ran pun terpancing, lalu apa yang kau katakan! Apa kau memberitahu mereka!
"Kenapa aku harus melakukan itu? Aku hanya mengatakan tidak terjadi apa2. Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya padamu kalau aku berada di pihakmu."
Ah Ran pun langsung pucat. Melihat wajah pucat Ah Ran, Jae Hee pun berkata semua sudah selesai karena polisi menemukan gigi Hyun Woo.
"Kau bilang apa? Mereka menemukan gigi Shin Hyun Woo?" tanya Ah Ran kaget.
Ah Ran lantas tersenyum senang.
Ah Ran pulang ke rumah. Setibanya di rumah, ia langsung disidang oleh keluarga Hyun Woo. Hyun Min bertanya apa Ah Ran benar2 menginginkan kesembuhan kakaknya. Ah Ran pun langsung berpura2 sedih. Ia berkata sengaja memasang alat penyadap untuk mengawasi Jae Hee.
"Jadi maksudmu kau memasang alat penyadap untuk mengawasi Suster Yoon?" tanya Presdir Shin.
"Ayah, bagaimana kau bisa tahu tentang alat penyadap itu?"
"Hari ini kami menemukan alat penyadap itu. Kami semua sangat terkejut." jawab Nyonya Jo.
"Aku minta maaf. Seharusnya aku mengatakannya pada kalian sejak awal." ucap Ah Ran.
"Lalu apa kau menemukan hal yang aneh tentang Suster Yoon?" tanya Hyun Ji.
"Aku tidak menemukan apa2. Dia hanya melakukan hal yang konyol kadang2. Tapi tidak ada yang luar biasa." jawab Ah Ran.
"Lalu kenapa kau menghentikan penyelidikan?" tanya Hyun Min.
"Itu karena ibu. Ibu terus2an menyalahkan dirinya. Bukankah sangat kejam kalau kita terus berusaha mengumpulkan semua bukti!" jawab Ah Ran.
"Kalian berhentilah melakukan hal2 aneh dan membuat masalah! Hyun Woo sudah meninggal!" ucap Presdir Shin kesal.
Seorang wanita berkacamata hitam baru saja menginjakkan kakinya di Seoul. Dari bandara, ia langsung pergi ke kediaman Jung Sang Mo. Dua orang polisi tampak menemani wanita itu. Wanita itu pun melepaskan kacamata hitamnya dan bertanya alasan Jung Sang Mo bunuh diri.
"Berdasarkan penyelidikan kami, itu disebabkan oleh wanita yang dia cintai. Dia wanita yang sudah menikah dan presdir sebuah perusahaan mebel. Adikmu bekerja sebagai desainer di tokonya."
"Maksudmu Sang Mo kami bekerja karena uang?"
"Hal itu dibenarkan oleh karyawan Soul."
Wanita pun kaget, Soul Furniture?
Ah Ran sedang berduaan dengan Joo Seung. Ah Ran terlihat senang karena rencana mereka berjalan seperti yang di harapkan. Namun Joo Seung terlihat gelisah, membuat Ah Ran jadi kesal.
"Aku bukan Hyun Woo. Hyun Woo tahu caranya membuat orang lain tertawa dan merasa nyaman. Aku tidak bisa mencintaimu dengan cara dia mencintaimu." ucap Joo Seung.
Ponsel Joo Seung pun berbunyi. Telepon dari Hyun Ji, membuat Joo Seung kesal. Awalnya Joo Seung tidak mau menjawabnya, tapi akhirnya ia tetap menjawabnya.
"Oppa kau dimana?" tanya Hyun Ji.
"Ada seminar yang harus aku hadiri. Aku minta maaf karena tidak bisa pergi denganmu besok." jawab Joo Seung.
Tanpa mereka sadari, Hyun Ji ada di bawah. Hyun Ji pun menanyakan apartemen Joo Seung pada satpam yang bertugas dan menyuruh satpam itu memberikan bunga yang dibawanya pada Joo Seung.
"Dia ada di atas dengan istrinya." ucap satpam yang membuat Hyun Ji kaget.
Joo Seung mau mencium Ah Ran, tapi Ah Ran yang masih kesal menolaknya. Ah Ran kesal lantaran telepon dari Hyun Ji tadi. Joo Seung pun tersenyum melihat ekspresi Ah Ran. Joo Seung lalu mencium Ah Ran.
Tanpa mereka sadari Hyun Ji sudah berdiri di depan pintu apartemen Joo Seung.
Joo Seung lalu menggendong Ah Ran ke kamar. Tepat saat itu, bel pun berbunyi. Ah Ran pun terhenyak mengetahui siapa yang datang. Sementara itu diluar, Hyun Ji terus berteriak2. Hyun Ji memaksa Joo Seung membuka pintu. Joo Seung terlihat kesal.
"Apa yang harus kita lakukan? Mobilku ada di parkiran. Bagaimana kalau dia melihatnya?" tanya Ah Ran panik.
Dengan wajah kesal, Joo Seung pun pergi keluar. Hyun Ji memaksa masuk ke dalam. Ia ingin bertemu dengan wanita itu. Tapi Joo Seung menghalanginya. Joo Seung lantas membawa Hyun Ji ke atap gedung.
"Aku tidak punya kewajiban melaporkan kehidupan pribadiku padamu. Sebelum ibumu menelponku, sebaiknya kau pulang!"
"Sebaiknya aku menelpon ayah dan ibu!"
"Kau pikir karena aku anak seketaris ayahmu, kau bisa mengambil hatiku sesukamu? Kau tidak akan bisa!"
"Oppa, aku benar2 tidak tahu. Kenapa kau memperlakukanku seperti ini! Kau jangan takut. Aku tidak akan membiarkan hatimu terluka. Oppa, jangan lakukan apapun! Biar aku yang mengurus semuanya!"
Hyun Ji pun beranjak pergi. Joo Seung menyusul Hyun Ji. Bersamaan dengan itu, Ah Ran keluar dari apartemen Joo Seung. Ia kesal karena pintu lift tidak kunjung terbuka. Ah Ran lalu berbalik hendak turun dari tangga darurat. Tepat saat itu, Hyun Ji datang.
"Eonni, apa yang kau lakukan disini?" tanya Hyun Ji kaget.
"Ibu yang memintaku, jadi aku secepatnya datang ke sini." jawab Ah Ran.
Ah Ran pun mengajak Hyun Ji pulang. Ah Ran juga meminta maaf pada Joo Seung dan berkata hal itu tidak akan terjadi lagi. Namun Hyun Ji menghempaskan tangan Ah Ran. Hyun Ji berkata ia bisa pulang sendiri. Begitu Hyun Ji pergi, Ah Ran langsung terduduk lemas.
Wanita itu sedang memeriksa barang2 Jung Sang Mo. Ia menemukan surat2 yang ditulis adiknya untuk Ah Ran. Wanita itu lantas membuka buku harian Sang Mo. Ia menemukan foto dan tulisan tentang Ah Ran.
Keesokan harinya, wanita itu pergi ke toko Ah Ran. Wanita itu berpura2 ingin melihat2 beberapa furniture. Ah Ran pun menemani wanita itu berkeliling. Wanita itu pun meminta Ah Ran menunjukkannya desain yang lain.
"Pilihlah salah satu. Ini adalah Rosemary Series. Kau pasti akan senang melihatnya."
Wanita itu pun terkejut melihat desain yang ditunjukkan Ah Ran. Wajahnya seketika berubah kesal. Wanita itu kemudian bertanya apa arti nama Rosemary. Ah Ran pun berkata nama itu tidak memiliki arti khusus. Nama itu hanya sebuah nama yang digunakannya ketika mendesain.
"Lalu apakah desain ini benar2 karyamu?" tanya wanita itu.
"Tentu saja." jawab Ah Ran.
"Lalu apa arti dari inisial ini?" tanya wanita itu sambil menunjukkan inisial SM yang terletak di bagian bawah.
"Itu hanya inisial untuk furniture yang berkelas." jawab Ah Ran.
Wanita itu lantas memberikan kartu namanya dan meminta Ah Ran mengirimkan Rosemary Series padanya. Ah Ran pun terkejut, semuanya?
"Tidak bisa?"
"Bukan begitu, tapi semuanya akan selesai seminggu lagi."
Wanita bernama Julie itu lantas memberikan selembar cek kosong pada Ah Ran. Ia menyuruh Ah Ran yang menulis sendiri berapa biayanya. Ah Ran semakin terkejut. Julie pun beranjak pergi. Namun sebelum pergi ia berkata senang bisa bertemu dengan wanita berbakat seperti Ah Ran.
Hyun Woo sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Orang itu memberitahu Hyun Woo kalau Hyun Woo tidak bisa membeli resort itu. Hyun Woo pun bertanya apa tidak ada cara lain untuk meyakinkan mereka. Hyun Woo bilang ini sangat penting, bahkan lebih penting dari hidupnya. Pembicaraan mereka pun selesai. Hyun Woo tampak resah.
Julie sedang melihat foto2 adiknya. Tangisnya pun keluar.
"Maafkan aku, Sang Mo-ya. Seharusnya aku tidak meninggalkanmu disini. Kau pasti sangat kesepian sampai harus membuat keputusan seperti itu." ucapnya.
Julie lantas teringat kata2 Ah Ran tadi. Bahwa nama Rosemary tidak berarti apa2. Bahwa semua desain itu adalah hasil karyanya. Wajah Julie seketika berubah kesal. Deringan ponsel lantas membuatnya kaget. Bukan ponsel miliknya, tapi milik Sang Mo.
"Kau masih ingat aku? Aku Ahn Jae Sung. Aku melihatmu di depan Soul Furniture Store. Ada yang ingin kukatakan tentang Rosemary."
"Siapa ini?" tanya Julie.
Julie dan Hyun Woo pun bertemu di sebuah restoran. Julie memperkenalkan dirinya sebagai kakak Jung Sang Mo. Hyun Woo lalu menanyakan Sang Mo. Ia pun terkejut saat Julie mengatakan Sang Mo sudah meninggal.
"Ada dia mengalami kecelakaan?" tanya Hyun Woo.
"Dia bunuh diri." jawab Julie.
"Bunuh diri?" tanya Hyun Woo tak percaya.
"Kau tahu kenapa dia melakukan itu?" ucap Julie yang membuat Hyun Woo sangat terkejut.
Bersambung ke episode 9
0 Comments:
Post a Comment