Jin Eon keluar dari rumahnya wajah sedih. Ia lalu berjalan dengan langkah gontai meninggalkan rumahnya. Sementara itu di mobil, Hae Gang merasakan sakit yang amat sangat. Ia menepuk2 dadanya yang terasa sesak. Langkah Jin Eon terhenti begitu melihat mobil Hae Gang. Ia berdiri terpaku melihat ke arah mobil Hae Gang. Dengan wajah penuh tangis, Hae Gang melirik ke spionnya. Ia terpaku melihat Jin Eon.
Hae Gang terus melihat ke arah Jin Eon. Jin Eon berjalan ke arah Hae Gang dengan langkah gontai. Tangis Hae Gang kembali pecah. Jin Eon terus berjalan melewati Hae Gang. Hae Gang terisak. Terlihat kesedihan di wajah Jin Eon. Hae Gang membunyikan klaksonnya, memanggil Jin Eon. Tapi Jin Eon tak berbalik dan terus berjalan. Hae Gang terus membunyikan klakson, Jin Eon tak bergeming. Jin Eon sekuat tenaga menguatkan dirinya dan terus berjalan menjauhi Hae Gang. Hae Gang menatap Jin Eon dengan hati hancur.
Seol Ri masih dirawat di rumah sakit. Ia berdiri dan menatap keluar jendela. Kata2 ibu Jin Eon terngiang2 di telinganya.
"Aku mengerti bagaimana perasaanmu sekarang. Hatiku tersentuh. Sekarang aku mempercayai dan menyukaimu. Aku akan melakukan apapun keinginan kalian." ucap Nyonya Hong.
Seol Ri lalu berbalik. Ia tersenyum bahagia dan menatap bunga yang ada di meja. Seol Ri mendekat ke meja dan mencium bunga itu. Lalu, ia teringat kata2 Jin Ri tentang Jin Eon yang satu2nya putra pemilik Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon.
"Cheon Nyeon Farmasi?" gumam Seol Ri sambil berpikir. Seol Ri pun mengambil ponselnya dan mencari tahu tentang Cheon Nyeon Farmasi di internet. Betapa kagetnya ia membaca catatan tentang Cheon Nyeon Farmasi. Ia menelan ludahnya dan memasang wajah penuh harap untuk bisa menjadi anggota keluarga Jin Eon.
Telepon di rumah Tuan Baek berdering. Tuan Baek mengucapkan selamat pagi. Kau tahu siapa yang menelpon? Choi Jin Ri! Jin Ri menjawab sapaan Tuan Baek dengan membeberkan perselingkuhan Seol Ri. Tuan Baek terkejut. Jin Ri memberitahu Tuan Baek kalau Seol Ri berselingkuh dengan pria beristri. Tuan Baek marah, karena mengira Jin Ri sedang berbohong.
"Saya kakak dari pria yang berselingkuh dengan Seol Ri. Saya sudah bertemu dengan Kang Seol Ri." ucap Jin Ri lagi.
Tuan Baek terkejut, apa?
"Putrimu benar2 jahat. Dia bahkan tidak merasa bersalah. Anda harus mengajarinya sopan santun." ucap Jin Ri lagi.
Tuan Baek syok dan menjatuhkan teleponnya. Bersamaan dengan itu, Baek Seok turun dan heran melihat ayahnya yang diam saja. Baek Seok pun menjawab telepon itu. Jin Ri berbicara panjang lebar tentang Seol Ri. Baek Seok tidak percaya dan membela Seol Ri. Jin Ri berkata lagi kalau ia punya bukti foto perselingkuhan Seol Ri. Baek Seok pun terdiam.
Tuan Baek datang ke rumah sakit menjenguk Seol Ri. Ia menanyakan keadaan Seol Ri. Seol Ri meyakinkan ayahnya kalau ia baik2 saja. Tuan Baek ingin memindahkan Seol Ri ke ruangan lain, tapi Seol Ri memanggil ayahnya dan mengatakan tentang laki2 yang disukainya. Tuan Baek terdiam. Wajahnya terlihat tegang. Tuan Baek berkeras ingin memindahkan Seol Ri ke kamar lain. Seol Ri meminta ayahnya tidak mengkhawatirkan biaya rumah sakit.
"Appa, aku ingin menjadi pendampingnya. Dia mimpiku, Appa." ucap Seol Ri.
"Lalu bagaimana dengan mimpi orang lain? Jika kau tinggal disini, bagaimana dengan istrinya?" tanya Tuan Baek.
Dan Seol Ri pun terdiam. Ia tidak menyangka ayahnya sudah mengetahui hal itu. Sementara itu, Baek Seok ada di depan kamar Jin Eon. Ia menatap tajam kamar Jin Eon. Tapi yang berada di kamar itu bukanlah Jin Eon, tapi Hyun Woo. Hyun Woo sejak mencoba seragam pasien Jin Eon. Tepat saat itu, Baek Seok masuk. Ia menatap tajam ke arah Hyun Woo.
"Kau siapa?" tanya Hyun Woo.
"Aku kakaknya Kang Seol Ri." jawab Baek Seok masih menatap tajam Hyun Woo.
"Jadi kau kakaknya Kang Seol Ri. Dia tidak pernah bilang padaku kalau dia memiliki seorang kakak. Aku sangat peduli padanya, karena dia adalah juniorku. Senang bertemu denganmu." ucap Hyun Woo sambil tersenyum.
Baek Seok yang sudah tidak tahan lagi, menghadiahi Hyun Woo sebuah pukulan. Sambil berteriak dan melindungi mukanya, Hyun Woo bertanya kenapa ia dipukuli. Tapi Baek Seok terus saja memukuli Hyun Woo. Dan kini, ia mencengkram kerah baju Hyun Woo.
"Apa yang kau lakukan pada adikku!" teriak Baek Seok membuat Hyun Woo terheran2.
"Aku akan mengurus Kang Seol Ri. Itu cukup baik kan?" jawab Hyun Woo, membuat Baek Seok semakin marah.
Baek Seok kembali memukuli Hyun Woo. Hyun Woo berteriak, tunggu! Jin Eon... kau sedang mencari Choi Jin Eon kan? Aku bukan dia. Aku bukan Choi Jin Eon!
"Lalu siapa kau!" teriak Baek Seok.
"Namaku Go Hyun Woo. Aku sunbae-nya di lab." jawab Hyun Woo.
Baek Seok terkejut dan malu karena salah mengenali orang. Ia pun langsung meminta maaf pada Hyun Woo. Sebagai gantinya, Hyun Woo balas memukuli Baek Seok.
Di sisi lain, Seol Ri menjelaskan pada ayahnya kalau Jin Eon akan segera bercerai. Sang ayah heran. Ia tak menyangka Seol Ri dengan mudahnya mengucapkan kalimat itu. Tuan Baek pun memarahi Seol Ri dan meminta Seol Ri putus dari Jin Eon. Seol Ri keberatan. Mereka lalu dikejutkan oleh kedatangan Nyonya Kim. Nyonya Kim datang membawa seember air, lalu menyiramkannya pada Seol Ri.
"Dasar perempuan jalang! Kau pantas mati! Kau sudah membunuh putriku, maka kau harus mati!" teriak Nyonya Kim sambil menggoncang2kan tubuh Seol Ri.
Tuan Baek pun berusaha memisahkan mereka. Nyonya Kim menghempaskan tangan Tuan Baek. Seol Ri mengancam akan melaporkan Nyonya Kim pada polisi. Tapi Nyonya Kim tidak takut. Ia menyuruh Seol Ri memanggil polisi dan kembali menyerang Seol Ri. Tuan Baek sekuat tenaga membawa Nyonya Kim keluar. Nyonya Kim pun menangis. Baek Seok tiba di kamar Seol Ri. Ia melihat kejadian itu dan menatap iba pada Seol Ri.
Nyonya Kim duduk termenung di taman. Tak lama, Tuan Baek datang membawakannya minuman. Tuan Baek menyuruh Nyonya Kim minum. Tapi Nyonya Kim diam saja. Tuan Baek membukakan tutup kalengnya dan memberikan minuman itu ke tangan Nyonya Kim. Nyonya Kim menatap Tuan Baek, seperti meminta penjelasan. Tuan Baek pun menghela napas dan mengatakan kalau Seol Ri adalah putrinya. Nyonya Kim syok.
Di sisi lain, Baek Seok sedang mengeringkan rambut Seol Ri memakai handuk kecil. Seol Ri meminta maaf pada Baek Seok sambil terisak. Baek Seok ingin mengatakan sesuatu, tapi Seol Ri memotongnya. Seol Ri berkata selama ada Jin Eon di sisinya, ia akan baik2 saja. Baek Seok hanya bisa menghela napas mendengar ucapan Seol Ri. Seol Ri menangis.
Jin Eon melihat surat perceraiannya yang sudah di cap Hae Gang. Ia berada di rumah sakit. Sementara itu, Baek Seok berdiri di depan pintu kamar Seol Ri. Baek Seok berkata, cinta adalah cinta. Cinta adalah sesuatu yang jahat. Setelah mengatakan itu, Baek Seok pun pergi. Tepat saat itu, pintu lift yang membawa Jin Eon terbuka. Jin Eon keluar dari lift dan berpapasan dengan Baek Seok.
Tae Seok di ruangannya, memikirkan kata2 Jin Ri. Jin Ri berkata kalau ayahnya sudah menunjukn Hae Gang untuk menggantikan posisinya. Tae Seok juga teringa pertanyaan Presdir Choi tentang siapa yang pantas menggantikan posisi Jin Ri. Tae Seok pun frustasi. Lalu, seketaris Tae Seok menyuruh Tae Sek mengecek emailnya. Tae Seok pun membuka emailnya. Isinya, rekaman pengakuan salah seorang karyawan mereka kalau Tae Seok lah yang membeberkan video skandal Jin Ri. Tae Seok marah dan menggebrak2 mejanya.
"Jadi apa yang mau kau lakukan? Kau ingin aku bercerai sama seperti Hae Gang? Ya, aku akan bercerai, setelah mendapatkan Cheon Nyeon Farmasi." ucap Tae Seok berapi2.
Hae Gang bicara dengan Presdir Choi. Ia terkejut ketika Presdir Choi menyuruhnya pergi ke China. Presdir Choi berkata Jin Eon ingin Hae Gang keluar dari hidupnya. Presdir Choi menyuruh Hae Gang membangun anak perusahaan di sana. Tapi Hae Gang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya. Presdir Choi marah. Ia berkeras menyuruh Hae Gang ke China.
"Capailah sesuatu dengan tanganmu sendiri, bahkan jika dibutuhkan beberapa tahun lakukan lah." ucap Presdir Choi.
"Karena aku sudah setuju untuk bercerai maka aku bebas menentukan bagaimana hidupku selanjutnya. Aku tidak bisa pergi ke Cina hanya untuk keluar dari pandangannya." jawab Hae Gang.
"Jadi kau mau meninggalkannya?" tanya Presdir Choi.
"Apa?" kaget Hae Gang.
"Jika kau meninggalkannya, aku juga akan meninggalkanmu." jawab Presdir Choi.
"Maksud ayah?" tanya Hae Gang.
"Apakah hidup itu permainan? Kehilangannya bukan berarti semuanya berakhir. Aku tidak akan membiarkan dia menikah dengan wanita lain, jadi kau tidak boleh menyerah." jawab Presdir Choi.
Hae Gang terharu, ayah.
"Cheon Nyeon Farmasi tidak bisa dijalankannya sendiri. Dia bisa melakukan itu kalau bersamamu. Tapi kau harus bisa membuat Cheon Nyeon Farmasi sukses di China. Aku harus melihat kemampuanmu dulu. Kau siap melakukannya?" ucap Presdir Choi.
"Iya, ayah." jawab Hae Gang terharu.
Lalu, seketaris Presdir Choi masuk dan memberikan sebuah amplop dari Tae Seok. Presdir Choi menyuruh seketarisnya membuka amplop itu. Presdir Choi bangkit dari duduknya dan beranjak ke mejanya. Seketarisnya membuka amplop itu dan meletakkannya di meja. Hae Gang kaget melihat isinya, dua buah sertifikat hak paten Ssanghwasan.
"Kenapa ada nama lain sebagai pengembang Ssanghwasan?" pikir Hae Gang.
Presdir Choi kembali duduk di depan Hae Gang dan meletakkan sebuah pena di atas meja. Ia berkata pena itu sudah bersamanya sepanjang hidupnya. Hae Gang tersenyum dan berterima kasih pada ayah mertuanya itu. Namun wajah Presdir Choi langsung berubah panik melihat sertifikat itu. Ia pun langsung memasukkan sertifikat itu kembali ke dalam amplop.
Yong Gi masuk ke ruangan editing Produser Kim. Tampak Produser Kim yang duduk sambil menunduk ke bawah. Yong Gi pun terpaku begitu melihat video Sun Young. Dalam video itu, Sun Young mengaku sebagai penemu obat Pudoxin, tapi dalam hasil uji klinis ditemukan efek samping yang berbahaya dalam obat itu. Produser Kim terbangun dan kaget melihat Yong Gi. Ia pun langsung mematikan video itu.
"Kenapa kau kesini? Bukankah kau bilang kau akan menemuiku setelah keadaannya aman?" tanya Produser Kim.
"Aku datang membawakan ini untukmu." jawab Yong Gi, lalu membuka rantang makanannya.
Produser Kim langsung mencicipi makanan buatan Yong Gi. Sambil makan, Produser Kim memberitahu Yong Gi tentang wawancara rekan Sun Young di Jepang. Yong Gi mendengarkannya sambil mengelus2 perutnya. Produser Kim berniat mewawancarai Yong Gi sekali lagi.
Tanpa mereka sadari, pembicaraan mereka disadap oleh anak buah Tae Seok.
Yong Gi sepertinya sudah tidak berkeinginan menangkap pembunuh Sun Yeong. Produser Kim marah dan membujuk Yong Gi. Ia bertanya apa Yong Gi tidak ingin menangkap pembunuh ayah dari bayi yang dikandungnya? Yong Gi diam saja dengan wajah bingung. Produser Kim terus membujuk Yong Gi.
Hae Gang masuk ke ruangannya dan memikirkan sertifikat hak paten yang dikirimkan Tae Seok. Ia bingung kenapa sertifikat itu bisa ada di tangan Tae Seok. Sementara itu, Tae Seok menyuruh seketarisnya agar semua orang meninggalkan kantor. Hal itu dilakukannya agar bisa bicara dengan Presdir Choi. Ya, Presdir Choi sekarang berada di ruangan Tae Seok.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Presdir Choi dengan wajah pucat.
"Aku mendapatkan rekaman suara ayah. Memang benar. Aku yang membocorkan rekaman video Jin Ri." jawab Tae Seok.
"Itu sebabnya aku bilang tidak untukmu. Itu sebabnya aku tak bisa memberikannya padamu." ucap Presdir Choi.
"Tentu saja. Aku yang membuat kesalahan dan Pengacara Do yang membuang sampahnya. Seperti anjing berburu, ayah memerintahkan kami dan membunuh kami dengan satu peluru." ucap Tae Seok.
Presdir Choi diam terpaku.
"... Aku bukanlah Pengacara Do..." ucap Tae Seok lagi, tanpa mereka sadari Hae Gang mengintip dan mendengarkan di depan pintu.
"Dia memang berbeda darimu." jawab Presdir Choi.
"Sepertinya ayah tidak pernah menganggapku penting. Jadi aku tak bisa menunggu lebih lama lagi, ayah mertua." ucap Tae Seok lagi.
Presdir Choi menatap tajam Tae Seok. Tae Seok bicara lagi. Ia berkata, jika Presdir Choi tak bisa memberikan perusahaan, maka ia akan merebut perusahaan setelah Presdir Choi meninggal. Presdir Choi kaget, apa!
"Sahabat ayah yang tewas dalam kecelakaan hiking, Dokgo Ji Hoon, pengembang Ssanghwasan, ayah membunuhnya kan? Dengan tipuan kecelakaan hiking di gunung." ucap Tae Seok.
Presdir Choi mulai takut. Tubuhnya bahkan sampai gemetar.
"Tapi tanggalnya tidak cocok. Bagaimana bisa orang mati menyerahkan hak paten pada ayah keesokan harinya? Ayah mengambilnya dengan membunuhnya." ucap Tae Seok lagi.
Presdir Choi makin gemetaran. Dan Hae Gang? Ia syok mendengarnya.
"Ayah membunuh sahabat ayah dan merebut Ssanghwasan yang dikembangkan sahabat ayah tanpa sepengetahuan siapapun." ucap Tae Seok lagi.
Kali ini, Presdir Choi terjatuh karena syok. Hae Gang pun tak kalah syoknya. Di sisi lain, kita melihat Yong Gi yang baru saja tiba di Cheon Nyeon Farmasi. Anak buah Tae Seok masih mengikuti Yong Gi. Yong Gi melihat koper uang disampingnya dan teringat saat Tae Seok memberikan uang2 itu padanya. Setelah itu, Yong Gi menghela napas mantap. Mungkin ia mau mengembalikan uang itu.
Kita kembali ke Tae Seok dan Presdir Choi. Tae Seok membantu Presdir Choi berdiri sambil tertawa puas. Tae Seok lalu membantu Presdir Choi duduk di sofa. Presdir Choi menatap Tae Seok dengan wajah ketakutan.
"Kalau saja ayah memperlakukanku dengan baik, maka aku akan dengan setia melayani ayah seperti yang kulakukan sejauh ini. Si pemilik boleh saja menelantarkan anjingnya tapi sang anjing tak pernah menelantarkan pemiliknya. Aku akan merahasiakan hal ini. Aku akan menutup mulutku dan membawa fakta ini sampai ke liang lahat." ucap Tae Seok menatap tajam Presdir Choi.
Tae Seok berhenti bicara setelah mendengar bunyi teleponya. Wajahnya kaget melihat nama si penelpon, Yong Gi. Tae Seok mengangkat teleponnya dan pergi menjauhi Presdir Choi. Tapi Yong Gi malah menutup teleponnya.
Yong Gi yang masih di mobilnya tampak bingung. Yong Gi lalu berkata kalau ia tak boleh lemah dan akan meninggalkan koper uang itu pada seketaris Tae Seok.
Hae Gang yang berada di lift memikirkan kata2 Tae Seok.
"Pengembang Ssanghwasan, Dokgo Ji Hoon. Ayah membunuhnya kan?" ucap Tae Seok.
Yong Gi berdiri di depan lift. Begitu lift terbuka, Hae Gang berada di depannya. Sayang mereka tidak saling melihat. Hae Gang sibuk dengan pikirannya tentang Tae Seok dan Presdir Choi. Sementara Yong Gi mendapat telepon dari Tae Seok. Hae Gang pergi begitu saja tanpa melihat Yong Gi. Yong Gi berkata mau mengembalikan sesuatu pada Tae Seok.
Yong Gi kembali ke mobilnya. Tepat saat itu, anak buah Tae Seok turun dari mobilnya dan berjalan ke arah Yong Gi. Namun ia nyaris saja tertabrak mobil Hae Gang. Mendengar suara decitan mobil, Yong Gi menoleh ke belakang dan terkejut melihat anak buah Tae Seok. Yong Gi pun langsung lari dan bersembunyi. Anak buah Tae Seok menyusul Yong Gi. Dan Hae Gang pergi tanpa mencurigai apapun.
Yong Gi bersembunyi di balik mobil2 yang terpakir. Anak buah Tae Seok terus mencarinya. Yong Gi dengan wajah takut dan napas terengah2 segera menghubungi nomor 112. Tae Seok tiba di basement. Ia teriak2 memanggil Yong Gi. Sementara Yong Gi dengan cepat, kembali ke mobilnya. Saat hendak menyalakan mesin mobilnya, anak buah Tae Seok membekapnya. Tae Seok melihatnya dan berjalan menuju mereka. Tapi tiba2 terdengar suara sirine polisi.
Tae Seok berteriak kesal. Untuk mengelabui mereka, Tae Seok menendang anak buahnya dan menyuruh anak buahnya pergi. Tapi anak buah Tae Seok berhasil diringkus polisi. Tae Seok pura2 membantu Yong Gi,
Hae Gang tiba di pengadilan. Ia berhenti sejenak, lalu menatap bangunan itu dengan wajah sedih. Jin Eon yang juga baru tiba menatap Hae Gang dengan sedih. Hae Gang lalu masuk ke dalam, disusul oleh Jin Eon.
Hae Gang dan Jin Eon duduk bersebelahan, menunggu giliran mereka. Mereka tak saling bicara dan wajah mereka terlihat sedih.
Hae Gang mengemasi barang2 Jin Eon. Ia membuang sikat gigi Jin Eon. Lalu di kamar, ia memakai sepatu kets Jin Eon dan menatapnya dengan sedih. Setelah itu, ia kembali memasukkan barang2 Jin Eon ke dalam kardus. Saat hendak menutup kardus itu, ia terdiam dan kembali membuka tutup kardus itu. Ia lalu mengambil sebuah kamera dan melihat isinya.
Hae Gang tersenyum miris melihat foto2 dirinya yang diambil Jin Eon di dalam kamera itu. Tangisnya pun keluar.
Hae Gang lalu tidur di kasur yang biasanya ditiduri oleh Jin Eon.
Sekarang kita melihat Hae Gang dan Jin Eon duduk berdampingan di meja pengadilan. Hakim bertanya pada mereka, apa mereka setuju untuk bercerai. Mereka mengiyakan, namun wajah mereka terlihat sedih.
Kini mereka telah resmi bercerai. Jin Eon memegang dokumen perceraian mereka. Mungkin sih ya mau ditunjukkan ke Seol Ri. Mereka keluar dari gedung pengadilan bersama2 dan bicara sebentar sebelum berpisah. Wajah mereka masih terlihat sedih.
"Jangan lupa check up paru2 dan saluran pernafasanmu di Bulan Oktober." ucap Hae Gang.
Jin Eon mengangguk.
"Aku sudah mengirimkan barang2mu ke Pyeongchang-dong. Tapi aku lupa cincin kawinmu. Haruskah kubuang saja?" ucap Hae Gang lagi.
"Buang saja." jawab Jin Eon.
"Baiklah." ucap Hae Gang.
"Biar aku yang membuangnya. Lebih baik jika aku yang membuangnya. Berikan saja padaku." jawab Jin Eon.
Hae Gang mengangguk dan menatap Jin Eon dengan mata memerah.
"Hae Gang-ah. Aku ingin kau melihat ke samping mu dan apa yang ada di belakang mu. Hiduplah berbaur dengan orang lain." ucap Jin Eon.
Hae Gang mengangguk.
"Semoga kau selalu sehat." ucap Jin Eon lagi, lalu beranjak pergi.
Tapi Hae Gang memanggil Jin Eon. Jin Eon pun berhenti melangkah.
"Aku tak menyesal bertemu denganmu. Aku juga tak menyesal menikah denganmu. Sekalipun harus kembali ke usia 20an, aku akan mencintai Choi Jin Eon dan menikahinya. Aku tak menyesali dirimu." ucap Hae Gang.
Jin Eon sedih mendengarnya. Namun ia tak berbalik. Secara perlahan2 ia berjalan menjauhi Hae Gang. Hae Gang menatap kepergian Jin Eon dengan mata berkaca2.
Seol Ri turun dari mobil mewah. Penampilannya berbeda. Ia memakai busana yang elegan. Tapi ia tak sendiri. Ia bersama Nyonya Hong. Sopir Nyonya Hong membuka bagasi. Terlihatlah tumpukan2 tas disana. Sepertinya mereka habis shopping. Seol Ri merasa tidak pantas menerima itu semua. Tapi Nyonya Hong berkata Seol Ri harus berubah agar bisa selevel dengan Jin Eon. Nyonya Hong lalu mengajak Seol Ri masuk.
Di ruang kerjanya, Presdir Choi sedang bicara dengan Hae Gang. Presdir Choi memberikan Hae Gang sertifikat depositonya. Hae Gang terkejut. Presdir Choi meminta Hae Gang tidak menolak pemberiannya. Hae Gang berterimakasih pada Presdir Choi.
"Semoga perjalananmu ke China menyenangkan." ucap Presdir Choi lagi.
Hae Gang pun pamit. Diluar, ia bertemu Seol Ri dan Nyonya Hong. Seol Ri kaget melihat Hae Gang. Hae Gang menatap tajam Seol Ri. Nyonya Hong yang tidak menyadari kehadiran Hae Gang, terus mengoceh. Ia berkata ingin Seol Ri dan Jin Eon memiliki anak terlebih dahulu.
"Ibu, disini...." ucap Seol Ri berusaha memberitahu Nyonya Hong akan kehadiran Hae Gang. Seol Ri merasa tak enak pada Hae Gang. Nyonya Hong menoleh dan terkejut melihat Hae Gang. Hae Gang menundukkan kepalanya, memberi hormat pada Nyonya Hong lalu pergi. Nyonya Hong menatap kepergian Hae Gang dengan perasaan bersalah.
Seol Ri mengejar Hae Gang. Sambil menundukkan wajahnya, ia meminta maaf pada Hae Gang.
"Jika kau benar2 merasa bersalah, jangan minta maaf padaku. Kau pikir kau bisa menyingkirkanku begitu saja? Kau pikir semuanya sudah selesai? Kau pikir kau sudah menang? Ini belum berakhir. Dengarkan aku baik2. Kau harus menjaganya dengan baik. Jangan sepertiku. Pencuri itu buruk, tapi orang yang membiarkan orang lain mengambilnya itu jauh lebih buruk. Kita akan bertemu lagi nanti." balas Hae Gang.
Seol Ri terkejut mendengarnya. Hae Gang lalu beranjak pergi.
Yong Gi baru saja menerima sebuah amplop dari kurir. Ia menerima amplop itu sambil bicara dengan seseorang di telepon. Ia berkata akan melihatnya bersama dengan orang tua Sun Yeong. Ia lalu bertanya lagi apa acaranya akan ditayangkan nanti malam? Ternyata Yong Gi bicara dengan Produser Kim. Produser Kim mengiyakan dan mengajak Yong Gi bertemu di kantor jaksa. Selesai bicara dengan Yong Gi, Produser Kim didatangi Tae Seok.
"Acaranya tidak akan ditayangkan." ucap Tae Seok membuat Produser Kim bingung.
Hae Gang memasukkan barang2nya ke bagasi mobil. Saat hendak menutup bagasinya, ia melihat tasnya, kemudian mengeluarkan sesuatu dari sana. Kotak cincin. Hae Gang lalu teringat pembicaraannya dengan Jin Eon tentang cincin kawin Jin Eon. Hae Gang pun kembali sedih. Hae Gang lalu kembali memasukkan cincin itu ke tasnya.
Saat hendak masuk mobil, Hae Gang teringat sesuatu. Hae Gang lalu menoleh ke belakang dan melihat ibunya yang duduk di teras dengan wajah terluka.
"Aku pergi, ibu." teriak Hae Gang.
Tangis Nyonya Kim keluar.
"Begitu semua beres, aku akan menghubungimu dan memintamu datang ke China." ucap Hae Gang.
"Sungguh?" tanya Nyonya Kim terisak.
Hae Gang mengangguk.
"Kalau begitu, aku akan menunggumu." jawab Nyonya Kim.
Hae Gang berkaca2 lalu beranjak pergi. Begitu mobil Hae Gang berjalan, Nyonya Kim mengejarnya dan memanggil nama Hae Gang sambil terisak2.
Hae Gang melajukan mobilnya dengan kencang. Namun tiba2, ia meminggirkan mobilnya. Ia lalu menatap cincin disampingnya dengan wajah sedih. Hae Gang kemudian menurunkan kaca mobilnya dan hendak membuang cincin itu. Tapi hatinya berat membuang cincin itu. Akhirnya, ia tak jadi membuang cincin itu dan kembali melajukan mobilnya.
Sekarang kita kembali pada cerita di episode 1, dimana Yong Gi sedang berjalan menuju mobilnya sambil makan dan bicara dengan neneknya di telepon. Hae Gang turun dari mobilnya dan berjalan ke arah bagasinya tanpa sedikit pun melihat Yong Gi. Sementara Yong Gi terus bicara di telepon dengan neneknya.
Saat hendak mengambil sesuatu dari dalam bagasi, ponselnya berbunyi. SMS notifikasi twitter yang masuk ke ponselnya. Hae Gang seperti putus asa dan hanya menghela napas pasrah. Yong Gi masih terus bicara dengan neneknya. Namun pembicaraan itu terputus karena Yong Gi yang hendak masuk ke mobilnya tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya. Dengan susah payah, Yong Gi berusaha meraih ponselnya yang jatuh di kolong mobil. Saat sudah berhasil meraih ponselnya, tanpa sengaja matanya melirik sesuatu yang berada di bawah mobilnya. Alat pelacak !!
Yong Gi pun teringat saat Produser Kim menunjukkan sebuah alat pelacak yang dipasang di mobil Sun Young. Yong Gi langsung ketakutan dan memeriksa keadaan di sekelilingnya. Tak jauh dari mobilnya, ia melihat anak buah Tae Seok duduk sendirian. Yong Gi ketakutan dan bingung harus melakukan apa.
Begitu sebuah mobil lewat di hadapannya, Yong Gi pun dengan cepat berpindah ke samping mobil Hae Gang. Hae Gang tak menyadari kehadiran Yong Gi karena dirinya yang berdiri membelakangi Yong Gi masih terfokus pada foto2 kemesraan Jin Eon dan Seol Ri. Melihat mobil Hae Gang, Yong Gi pun berpikir cepat. Ditambah lagi dengan Hae Gang yang masih tetap pada posisinya, membuat Yong Gi langsung berpindah ke mobil Hae Gang.
Dengan geram, Hae Gang membanting ponselnya. Bersamaan dengan itu, Yong Gi menjatuhkan ponselnya serta kartu identitasnya disamping mobil Hae Gang. Yong Gi lalu berteriak, menyuruh Hae Gang menghubunginya. Setelah itu, ia pun mulai menjalankan mobil Hae Gang. Hae Gang terkejut dan berlari mengejar mobilnya. Setelah itu, ia mengambil ponsel dan kartu identitas Yong Gi, lalu masuk ke mobil Yong Gi dan mulai mengejar mobilnya. Begitu mobil Yong Gi bergerak pergi, anak buah Tae Seok bangkit dari duduknya dan menatap mobil Yong Gi penuh arti.
Hae Gang dan Yong Gi kejar2an di jalan tol. Yong Gi melajukan mobil Hae Gang dengan kecepatan penuh. Hae Gang pun begitu, ia menyalip setiap mobil yang ada di sisinya agar tidak kehilangan jejak Yong Gi. Anak buah Tae Seok mengecek posisi mobil Yong Gi melalui ponselnya.
"Jalannya sudah ditutup. Singkirkan dia." ucap Tae Seok pada anak buahnya.
Hae Gang lantas mengambil ponsel Yong Gi. Tapi ponsel Yong Gi tak bisa dibuka lantaran menggunakan sandi pola membuat Hae Gang menghela napas kesal. Ia lalu meraih kartu identitas Yong Gi dan menertawakan nama Yong Gi yang menurutnya aneh. Lalu tiba2, truk tadi menyeruduk mobil Yong Gi. Mobil Yong Gi langsung terjun bebas ke dalam sungai. Bersamaan dengan itu Yong Gi berusaha menghubungi ponselnya, tapi tak diangkat.
Anak buah Tae Seok melihat ke arah sungai tempat jatuhnya mobil Yong Gi dengan wajah puas.
Malam pun tiba. Mobil Yong Gi diangkut ke atas, disaksikan oleh anak buah Tae Seok. Sedangkan Yong Gi berhenti tak jauh dari pom bensin. Tae Seok tiba di lokasi jatuhnya mobil Yong Gi. Mobil Yong Gi sudah berhasil diangkut ke atas. Tae Seok menanyakan jasad Yong Gi. Anak buah Tae Seok berkata jasadnya tak ditemukan karena sudah hanyut.
"Kau sudah bekerja keras. Semua sudah selesai." ucap Tae Seok, lalu tertawa keras.
Di sisi lain, Yong Gi sedang melihat identitas Hae Gang. Ia kaget mengetahui Hae Gang adalah pengacara sekaligus Direktur di Cheon Nyeon Farmasi. Yong Gi lalu menghubungi ponselnya. Sementara anak buah Tae Seok menyerahkan ponsel Yong Gi ke Tae Seok. Saat Tae Seok memeriksa ponsel Yong Gi, tiba2 saja ponsel Yong Gi berdering membuat ia kaget.
"Hallo, Nona Do Hae Gang. Maksudku, Direktur Do Hae Gang. Namaku Dokgo Yong Gi. Aku ada di dekat pom bensin. Aku akan meminta maaf padamu saat kita bertemu. Tapi kau tidak menjawab teleponku. Kau ada dimana?" ucap Yong Gi.
Tae Seok kaget dan menyuruh anak buahnya melacak lokasi Yong Gi. Yong Gi heran karena teleponnya diputus tiba2. Yong Gi pun berdiri dan mulai merasakan sakit di perutnya.
Anak buah Tae Seok langsung menuju ke lokasi Yong Gi. Yong Gi duduk menenangkan dirinya. Saat matanya melirik layar CCTV, ia terkejut melihat beberapa anak buah Tae Seok sedang berjalan ke arahnya. Yong Gi pun langsung kabur lewat pintu belakang. Anak buah Tae Seok kemudian berpencar mencari Yong Gi.
Yong Gi terus berlari dan berlari di tengah pekatnya malam. Ia menjerit kesakitan karena perutnya yang kembali terasa sakit. Sementara itu Hae Gang yang berlumuran darah berusaha memanjat ketinggian.
Yong Gi berjalan tertatih2 sambil menjerit karena perutnya yang kesakitan.
Baek Seok menyetir mobilnya dengan menahan kantuk. Tiba2, ia melihat penampakan di pinggir jalan dan menjadi heboh sendiri. Hae Gang menyusuri jalanan yang gelap dengan tertatih2 dan tubuh penuh luka. Baek Seok yang mengira Hae Gang hantu pun langsung teriak dan mengerem mobilnya. Bersamaan dengan itu, Hae Gang terjatuh. Hae Gang kemudian berdiri dan berjalan ke arah Baek Seok. Baek Seok yang ketakutan menyanyikan lagu aneh sambil teriak2. Teriakannya pun semakin kencang saat Hae Gang jatuh di kap mobilnya. Hae Gang lalu berpindah ke samping Baek Seok. Baek Seok membuka matanya perlahan2 dan terkejut melihat Hae Gang yang kini berada disampingnya.
"Tolong.... tolong aku..." ucap Hae Gang lirih sambil mengetuk kaca mobil Baek Seok.
Dan, Baek Seok pun membuka kaca mobilnya. Tentu saja dengan perasaan takut.
"Apa kau mengenalku?" tanya Baek Seok.
"Tolong aku." lirih Hae Gang.
"Kau mengenalku?" Baek Seok bertanya lagi.
"Aku tidak ingat. Aku tidak bisa mengingat apapun. Namaku, rumahku, kenapa aku di sini, siapa diriku dan dimana aku tinggal." jawab Hae Gang.
Baek Seok pun terkejut. Dan ia semakin terkejut saat melihat wajah Hae Gang.
"Dokgo Yong Gi !" serunya.
Hae Gang menatap Baek Seok bingung.
"Yong Gi! seru Baek Seok lagi, lalu memeluk Hae Gang dari jendela.
"Dokgo Yong Gi." lirih Hae Gang dengan tatapan bingung.
Keesokan harinya, anak2 mengerumuni Hae Gang yang masih belum sadarkan diri. Ya, Baek Seok membawa Hae Gang ke rumahnya. Ternyata Hae Gang sudah koma 2 hari. Salah seorang bocah laki2 menekan dada2 Hae Gang, mencoba menyadarkan Hae Gang. Baek Seok datang dan melihat kelakuan adik2nya dengan wajah geli.
Baek Seok lalu pura2 marah karena bocah itu berani menyentuh dada Hae Gang yang dipikirnya Yong Gi. Baek Seok lalu duduk di samping Hae Gang. Baek Ji menyuruh Baek Seok memberikan Hae Gang napas buatan. Saat Baek Seok mau memberi napas buatan, tiba2 Hae Gang terbangun. Baek Seok pun kaget.
"Yong Gi-ya! Dokgo Yong Gi. Bangunlah. Kau sudah tidur selama 2 hari belakangan ini sejak keluar dari rumah sakit." ucap Baek Seok.
Hae Gang yang bingung melihat sekelilingnya pun panik dan beranjak keluar dari kamar. Baek Seok dan adik2nya menyusul Hae Gang.
"Yong Gi-ya. Tenanglah." pinta Baek Seok.
"Lepas! Aku bukan Dokgo Yong Gi. Aku tidak mengenal orang seperti itu. Aku ingin pergi! Aku harus pergi!" teriak Hae Gang.
Hae Gang pun terdiam saat seorang adik Baek Seok menunjukkan foto Yong Gi yang ada di buku tahunan sekolah. Hae Gang langsung melihat buku tahunan itu dan menemukan foto wanita yang mirip dirinya. Baek Seok lalu menunjuk ke fotonya dan mengatakan kalau ia adalah cinta pertama Yong Gi. Hae Gang menatap Baek Seok dengan tatapan bingung. Baek Seok tersenyum, lalu mengulurkan tangannya dan berkata senang bisa bertemu Yong Gi lagi. Hae Gang pun menyambut uluran tangan Baek Seok.
Hae Gang lalu duduk di depan rumah, membaca buku tentang hukum. Baek Seok yang mau pergi ke kantor menghampiri Hae Gang. Tapi karena Hae Gang serius membaca buku, ia tak sadar dengan kehadiran Baek Seok. Baek Seok tersenyum dan duduk disamping Hae Gang.
"Yong Gi-ya, apa kau tau buku apa yang sedang kau baca?" tanya Baek Seok meremehkan Hae Gang.
"Bisakah kau tidak menggangguku?" pinta Hae Gang.
Tapi Baek Seok terus saja mengoceh, membuat Hae Gang menatapnya galak. Akhirnya, Baek Seok pun beranjak pergi. Hae Gang pun kembali membaca buku. Baek Seok bernyanyi2, lalu melirik Hae Gang. Tapi Hae Gang tidak bereaksi dan terus membaca bukunya. Baek Seok kecewa dan akhirnya beranjak pergi.
"Seol Ri Eonni memberiku sepatu itu agar bisa kupakai setelah aku besar nanti. Jadi lepaskan sekarang. Sepatu itu milikku." ucap salah satu adik Baek Seok sambil melirik sepatu yang dikenakan Hae Gang.
"Tapi aku menyukainya! Bisakah kau tidak mengganguku!" teriak Hae Gang.
Bocah perempuan itu pun menangis. Lalu tiba2, adik2 Baek Seok yang lain datang dan menembak Hae Gang dengan pistol air. Hae Gang terkejut. Tak lama kemudian, Baek Seok menyusul dan melemparkan pistol air pada Hae Gang. Mereka pun mulai bermain dengan pistol air itu. Hae Gang masih tampak bingung, tapi akhirnya ia tersenyum juga melihat keceriaan Baek Seok dan anak2.
Bersambung ke episode 10
0 Comments:
Post a Comment