Jin Eon terkejut melihat siapa yang datang. Sementara itu, Hae Gang sudah sampai di rumah. Ia tak sendiri, melainkan bersama ibunya. Sang ibu terlihat happy. Hae Gang turun dari mobilnya. Tatapan matanya, dingin dan tajam. Karena pintu tak kunjung dibuka, Seol Ri cemas dan berteriak memanggil Jin Eon. Ketika pintu terbuka, ia sedikit terperangah. Ia lalu masuk ke dalam dan terkejut melihat Jin Eon yang sudah berdiri di depannya.
"Kang Seol Ri, kau...!" ucap Jin Eon marah.
Kembali ke Hae Gang yang menurunkan dan menenteng koper sang ibu dengan susah payah. Melihat itu, Nyonya Kim pun mengambil kopernya dari tangan Hae Gang dan menentengnya masuk ke dalam.
"Kalau begitu semestinya kirimkan saja lewat layanan cepat. Kenapa melakukannya semaumu? Memangnya aku tinggal sendiri!" kesal Jin Eon.
Hae Gang membuka pintu pagar dan mengajak sang ibu masuk. Sang ibu pun masuk sambil celingak celinguk melihat tempat tinggal Hae Gang. Sedangkan Hae Gang masuk dengan langkah terburu2 dan wajah geram.
"Kudengar kau sakit, jadi aku khawatir. Biarkan aku disini 30 menit saja. Setelah itu aku akan pergi." ucap Seol Ri pada Jin Eon.
Jin Eon menatap tajam Seol Ri.
"Baiklah, 10 menit saja." ucap Seol Ri lagi.
"Hanya 10 menit." jawab Jin Eon.
Tepat saat itu, Hae Gang datang. Seol Ri mendekati Jin Eon dan meletakkan tangannya di pipi Jin Eon. Hae Gang terkejut melihatnya. Seol Ri terkejut karena suhu tubuh Jin Eon tidak normal. Ia bertanya dimana obat Jin Eon. Jin Eon menoleh ke Hae Gang dan sedikit terpengarah, tapi ia diam saja. Seol Ri yang heran karena Jin Eon diam saja, akhirnya menoleh ke samping dan kaget melihat Hae Gang. Ia pun segera menurunkan tangannya. Sementara Hae Gang terlihat geram. Tapi ia mencoba menahan emosinya mengingat ibunya ada di sana.
"Aku sudah pulang, sayang." ucap Hae Gang dengan suara normal lalu beranjak masuk ke dalam.
"Aku datang Menantu Choi!" teriak Nyonya Kim sambil tersenyum. Namun senyumnya menghilang begitu melihat Seol Ri. Jin Eon diam saja. Seol Ri memejamkan matanya dan menghela napas. Ia juga tak bisa berkata apa2.
"Siapa kau?" tanya Nyonya Kim pada Seol Ri.
Hae Gang yang sedang menyiapkan minuman pun terdiam.
"Nama saya Kang Seol Ri." jawab Seol Ri gelagapan.
"Siapa yang menanyakan namamu? Bukan nama, tapi identitasmu." ucap Nyonya Kim.
Seol Ri diam saja, tidak tahu harus menjawab apa. Jadi, Jin Eon lah yang menjawab. Jin Eon memperkenalkan Seol Ri sebagai hoobae/junior-nya di kampus.
"Hoobae?" tanya Nyonya Kim lagi. Jin Eon mengangguk.
"Lalu apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau berada di kampus? Ada hubungan apa kalian berdua?" tanya Nyonya Kim curiga.
"Aku yang menyruuhnya ke sini. Dia datang karena perintahku. Aku mengambil barangnya di lab dan tidak sengaja meninggalkan sebuah dokumen disana. Jadi dia datang untuk mengantarkan dokumen itu." ucap Hae Gang.
"Apa?" tanya Nyonya Kim.
"Berhentilah menuduh orang tidak bersalah. Ibu tahu seperti apa menantu ibu. Bagaimana bisa ibu berpikiran dia mengkhianatiku? Dia tidak akan melakukan itu. Apalagi dengan hoobae-nya yang memiliki masa depan cerah. Jadi jangan menghakiminya, ibu." jawab Hae Gang lagi.
Jin Eon dan Seol Ri hanya menghela napas mendengar penjelasan Hae Gang.
"Apa kau membawa dokumennya?" tanya Hae Gang pada Seol Ri. Seol Ri mengiyakan dan menunjukkan dokumen itu.
"Kau mau aku memasukkan es ke dalam minumanmu?" tanya Hae Gang lagi. Seol Ri mengangguk.
Hae Gang lalu membawakan minuman dan menyuruh Jin Eon istirahat di kamar. Seol Ri pun ikut menyuruh Jin Eon istirahat di kamar. Hae Gang terdiam. Jin Eon tidak mau masuk ke kamar dan ingin mengantarkan Seol Ri.
Nyonya Kim kaget tahu menatunya sakit. Hae Gang berkata kalau Jin Eon hanya kelelahan. Nyonya Kim pun menyuruh Jin Eon berbaring. Nyonya Kim lalu melirik Hae Gang dan menyuruh Hae Gang membawa Jin Eon ke kamar. Hae Gang mendekati Jin Eon. Seol Ri menyuruh Jin Eon meminum obat demam. Hati Hae Gang makin panas, tapi Hae Gang berusaha meredam emosinya. Ia memeriksa suhu tubuh Jin Eon, lalu memapah Jin Eon ke kamar. Tapi Jin Eon malah menatap cemas Seol Ri.
"Pergilah sebelum gelap. Tempat ini lumayan sepi. SMS aku kalau sudah sampai." suruh Jin Eon. Dengan wajah tegang, Seol Ri mengiyakan. Hae Gang lalu membawa Jin Eon ke kamar. Seol Ri menatapnya dengan wajah cemburu.
Di kamar, Jin Eon terlihat cemas. Hae Gang menyiapkan tempat tidur dan menyuruh Jin Eon berbaring. Jin Eon diam saja. Hae Gang kemudian menatap Jin Eon dan berkata selagi ibunya ada di sana, maka mereka tidak boleh tidur terpisah. Jin Eon sepertinya keberatan. Hal itu terlihat dari wajahnya.
"Kurasa lebih baik memberitahu ibuku belakangan. Kau tahu kan bagaimana sifat ibuku?" ucap Hae Gang.
Jin Eon diam saja walau ia merasa keberatan dan beranjak ke tempat tidur. Begitu berbaring, ia langsung memejamkan matanya.
Seol Ri meminta diri pada Nyonya Kim. Tapi Nyonya Kim mencengkram tangan Seol Ri dengan kasar dan mendorong Seol Ri duduk di kursi. Nyonya Kim menyuruh Seol Ri menghabiskan minumannya, baru pergi. Seol Ri pun tegang. Nyonya Kim lalu bertanya umur Seol Ri. Dengan wajah tegang, Seol Ri menjawab umurnya 25.
"25. Umurmu sudah melewati usia remaja. Kau pasti tidak kenal rasa takut, bukan? Bagaimana bisa perempuan lajang mendatangi rumah seorang pria yang sudah menikah disaat pria itu sedang sendirian? Apakah ibumu tidak mengajarkanmu?" ucap Nyonya Kim.
Seol Ri diam saja dan menghabiskan minumnya, tapi wajahnya terlihat kesal.
"Orang lain akan menghargaimu jika kau menghargai dirimu sendiri. Jangan goda menantuku." ucap Nyonya Kim.
Seol Ri yang sedang minum jadi tersedak. Ia lalu menatap Nyonya Kim dengan tegang.
"Berikan ponselmu. Aku harus menelpon seseorang." ucap Nyonya Kim.
Seol Ri kaget, tapi tetap meminjamkan ponselnya. Nyonya Kim lalu menghubungi sebuah nomor yang ternyata adalah nomornya sendiri. Seol Ri kaget dan bertanya apa yang dilakukan Nyonya Kim. Nyonya Kim hanya berkata kalau mereka harus sering berkomunikasi, lalu menyimpan nomor Seol Ri. Seol Ri pun pamit dan beranjak pergi, tapi baru beberapa langkah ia mengatakan sesuatu.
"Tentang mencuri, jika mencuri hati seseorang disebut pencuri, meskipun pencuri itu buruk tapi bukankah orang yang kecurian lebih buruk? Seharusnya kau melindunginya. Jika memang orang itu berharga, kau harus melindungi orang itu sebaik2nya. Setelah kehilangan, tapi tetap mengakui sebagai pemiliknya bukankah itu dimanakan egois? Kau tidak membawa pisau, tapi melakukan perampokan bersenjata terhadap hidup seseorang." ucap Seol Ri.
"A... Apa?!" jawab Nyonya Kim kaget.
Seol Ri beranjak pergi, namun tanpa disadarinya Hae Gang mendengar ucapannya. Hae Gang menatap Seol Ri penuh kebencian.
Seol Ri keluar dari rumah itu dengan wajah kelas dan malu. Ia menghela napas, lalu menatap rumah itu.
"Keluarlah dari rumah ini secepatnya, Sunbae. Cepatlah bercerai agar aku bisa mencintaimu tanpa rasa malu. Aku ingin mencintaimu sepenuh hati, tanpa merasa malu dan bersalah." batin Seol Ri.
Seol Ri lalu kembali melangkah, namun tiba2 ada yang menyiramnya dari atas. Seol Ri mendongak dan terkejut melihat Nyonya Kim. Nyonya Kim pura2 panik, berkata bagaimana ini? Kenapa kau belum pergi? Aku sedang membersihkan rumah ini karena sangat kotor. Tapi saat menyalakan selang air, selangnya melayang sendiri.
Seol Ri menatap Nyonya Kim kesal, tapi dia diam saja dan memilih pergi.
Hae Gang melihat kepergian Seol Ri dengan tatapan marah, kecewa dan terluka.
Di pinggir jalan, Seol Ri berusaha mengeringkan bajunya yang basah kuyup. Hae Gang datang membawa tas berisi pakaian. Hae Gang berkata ada di taman di dekat sini, jadi Seol Ri bisa menggantinya disana. Seol Ri menggelengkan kepalanya, menolak pemberian Hae Gang. Hae Gang tidak perduli dan menyuruh Seol Ri mengikutinya.
Hae Gang duduk sendirian di taman, menunggu Seol Ri. Wajahnya dirundung kesedihan. Ia teringat saat Seol Ri memegang wajah Jin Eon tadi, saat Seol Ri memeluk Jin Eon dan saat lampu di kamar Seol Ri mati ketika Jin Eon berada disana. Hae Gang pun menuduk lesu. Tak lama kemudian, Seol Ri pun datang. Hae Gang menatap Seol Ri dengan tatapan sakit hati.
"Aku sudah memanggilkan taksi, mereka akan datang 10 menit lagi." ucap Hae Gang.
Seol Ri diam saja dan menatap Hae Gang dengan perasaan bersalah. Hae Gang menyuruh Seol Ri duduk disampingnya. Seol Ri pun duduk disamping Hae Gang, lalu membuka sepatunya yang penuh air. Hae Gang menatap ke arah sepatu Seol Ri dengan tatapan sedihnya.
"Baju ini seperti kue beras yang kau berikan pada orang miskin." ucap Seol Ri.
"Haruskah aku berlutut?" tanya Hae Gang membuat Seol Ri kaget dan menatapnya.
"Fakta bahwa kau datang jauh2 kemari dan bukan memakai jasa pengiriman cepat, artinya kau ceroboh atau kau merasa nyaman?" tanya Hae Gang lagi.
Hae Gang lantas menatap Seol Ri dengan wajah memelas.
"Apa yang harus kulakukan? Apa yang bisa kulakukan untuk menghentikanmu? Jika kau menyuruhku berlutut, aku akan berlutut. Jika kau menyuruhku menunduk dan memohon, akan kulakukan. Aku bahkan akan memberimu uang. Aku akan membelikanmu kantor yang bagus. Dan kalau kau mau, aku akan mengirimmu belajar keluar negeri. Katakan saja, akan kudengarkan semuanya." ucap Hae Gang memelas.
Seol Ri diam saja, wajahnya menunjukkan rasa bersalahnya. Karena jawaban yang dinanti tak didapatnya, maka ia pun berdiri dan berlutut di depan Seol Ri. Seol Ri kaget, tidak menyangka Hae Gang benar2 melakukan itu.
"Aku minta maaf. Harga dirimu pasti terluka dan kau pasti merasa sakit hati. Kumohon, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mengatakan itu." ucap Hae Gang dengan wajah menunduk.
Seol Ri kaget. Hae Gang lalu menatap Seol Ri.
"Aku... sangat mencintai suamiku. Lebih dari yang dipikirkan pria itu. Meskipun dia tidak lagi sehangat dulu, tapi dia tetap hangat. Saat bersamanya, aku tidak takut apapun. Aku terus berdoa setiap malam sambil memandangnya, agar aku mati lebih dulu darinya. Bahwa aku tak ingin hidup sehari saja di dunia tanpa dirinya." ucap Hae Gang lagi.
Seol Ri tertunduk. Hae Gang lalu mendekat dan memegang tangan Seol Ri.
"Jangan rebut suamiku. Jangan hancurkan pernikahan kami. Kami akan menyelesaikan masalah kami. Tolong biarkan kami menyelesaikan masalah kami, jangan ganggu kami." ucap Hae Gang memohon dengan mata berkaca2.
Seol Ri tetap diam. Lalu, taksi Seol Ri pun datang. Tanpa mengatakan apapun, Seol Ri beranjak pergi. Hae Gang langsung lemas. Saat akan menaiki taksinya, Seol Ri menatap Hae Gang tak tega. Setelah itu, ia masuk ke taksi dan pergi. Hae Gang masih tetap dengan posisinya dan menghapus air matanya. Tatapannya tajam, sedih dan kecewa. Perlahan2, Hae Gang berdiri dan membuang tas berisi pakaian Seol Ri ke tempat sampah.
Hae Gang duduk disamping Jin Eon yang sudah terlelap. Ia kemudian meletakkan tangannya di kening Jin Eon, lalu memukul2 pipi Jin Eon dengan keras. Tapi, itu semua hanya bayangan dan keinginan Hae Gang saja. Kenyataannya, Hae Gang berdiri mematung di depan Jin Eon. Menatap Jin Eon dengan kecewa. Ponsel Jin Eon berdering. Hae Gang buru2 mengambilnya dan memeriksa. Sebuah pesan masuk. Hae Gang bernapas lega karena pesan itu dari Hyun Woo.
"Teganya dirimu. Teganya kau, padaku." ucap Hae Gang dalam hati.
Hae Gang lalu duduk disamping Jin Eon. Menatap Jin Eon dengan kecewa.
"Aku sungguh tidak tahu apakah aku harus memukulmu? Kesepianku, pengkhianatan yang tak bisa kumaafkan ini. Kenapa kau dan aku tidak mati saja?" ucap Hae Gang lagi dalam hatinya.
Jin Eon pun terbangun dan terkejut mendapati Hae Gang yang tidur disampingnya. Ia pun memandang ke sekelilingnya dan sadar ia tidur di kamar mereka. Saat Hae Gang berpindah posisi, membelakanginya, ia pura2 tidur. Jin Eon lalu kembali membuka matanya dan menghela napas lelah. Mereka pun tidur saling membelakangi.
Pagi harinya, di kantor. Jin Ri terkejut melihat rekaman videonya yang beredar di internet. Video saat ia menyuruh karyawannya berlutut saat mereka di lift. Dengan geram, Jin Ri lalu membaca artikel mengenai dirinya. Dalam artikel itu tertulis mengenai dirinya yang menyalahgunakan kekuasaan di perusahaan. Jin Ri juga membaca komentar2 netizen yang mengolok2nya.
"Apa! Gadis lift yang dungu? Wajah yang ingin kau tinju? Cepat tangkap orang2 ini!" teriak Jin Ri kesal membaca komentar2 para netizen.
Di kamarnya, Nyonya Hong tertawa melihat komentar miring netizen terhadap Jin Ri. Nyonya Hong pun ingin ikut berkomentar. Ia lalu memikirkan komentar apa yang sebaiknya ia tulis.
Sementara itu, di ruangannya Tae Seok sedang membicarakan tentang Yong Gi dengan Hae Gang. Tapi Hae Gang tidak mendengarkan omongan Tae Seok sama sekali. Dia melamun. Saat Tae Seok menegurnya, barulah ia tersadar. Tae Seok bertanya apa Hae Gang bertengkar dengan Jin Eon. Hae Gang menggeleng dan berkata untuk apa bertengkar dengan Jin Eon. Hae Gang lalu mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan tentang Yong Gi.
"Jadi yang kau inginkan adalah bukan gugatan tapi hanya menakut2i istri mendiang Kim Sun Yeong? Begitu? Kalau begitu takut2i dia dengan surat panggilan serta dengan berapa jumlah biaya perkaranya agar dia menyerah." ucap Hae Gang.
Tae Seok sepaham.
"Pertama kita harus membuat perempuan yang mengajukan gugatan pelecahan seksual bersamanya berpihak pada kita. Dan suruh si pelaku penyerangan mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap dirinya. Begitu dia mendapatkan surat panggilan, semua orang tahu soal gugatannya dan dia juga tahu temannya telah mengkhianatinya. Jadi dia akan kehilangan semua kekuatan perlawanan." ucap Hae Gang.
"Tapi di bagian apa dia bekerja?" tanya Tae Seok.
"Dia asisten humas. Kita tuntut dia dengan pasal penggelapan. Jika berkas perusahaan yang agak penting ditemukan di rumahnya, maka kita bisa mengubahnya jadi dokumen rahasia dan menututnya dengan pasal perlindungan rahasia dagang." jawab Hae Gang.
Tae Seok mengangguk2 setuju. Tiba2, Jin Ri menerobos masuk ke ruangan Tae Seok. Ia pun kaget melihat Hae Gang berada di ruangan suaminya.
"Ada apa?" tanya Tae Seok.
"Ada videoku yang menyebar." jawab Jin Ri.
"Video apa?" tanya Tae Seok.
Jin Ri pun memberikan tabletnya, menunjukkan video rekamannya yang sudah tersebar luas itu. Tae Seok kesal dan membanting tablet Jin Ri ke meja. Hae Gang tersenyum sinis melihat video itu. Jin Ri bertanya dengan wajah panik apa yang harus ia lakukan? Siapa yang menyebar video itu? Apa gadis itu? Tae Seok menyuruh Jin Ri melupakan itu. Tapi Jin Ri masih mengoceh tentang siapa yang menyebar videonya. Hae Gang menyahut, akan menangkap orang2 itu. Jin Ri menatap kesal Hae Gang.
Pintu ruangan Tae Seok terbuka. Seketaris Tae Seok masuk dan memberitahu tentang Presdir Choi yang ingin bertemu dengan mereka. Jin Ri dan Tae Seok sama2 kaget. Sementara Hae Gang tersenyum sinis.
Di ruangannya, Presdir Choi sedang melihat video rekaman Jin Ri yg membully bawahannya. Raut wajahnya seketika mengeras. Begitu Tae Seok dan Jin Ri masuk, Presdir Choi pun langsung melempari dan memaki mereka. Hae Gang yang ikut masuk bersama mereka, terkejut.
"Kau tahu bagaimana aku membangun perusahaan ini ! Aku mempertaruhkan semuanya !" teriak Presdir Choi.
Capek berteriak, tubuh Presdir Choi pun lemas. Presdir Choi jatuh terduduk di kursinya. Dengan wajah menunduk, Tae Seok meminta maaf pada mertuanya. Presdir Choi dengan napas terengah2 bertanya apa yang harus mereka lakukan. Tae Seok pun berkata mereka akan menggelar konferensi pers dan minta maaf. Jin Ri tak setuju.
"Kau harus mau! Hanya inilah yang harus kita lakukan untuk memulihkan situasi ini." jawab Tae Seok.
"Selain minta maaf, kau harus mengundurkan diri dari perusahaan ini. Untuk meredakan kemarahan publik atas penyalahgunaan kekuasaan yang telah kau lakukan, hanya itulah cara untuk mengatasai masalah ini." ucap Hae Gang yang sedari tadi diam.
"Kau ingin aku mengundurkan diri untuk kepentinganmu sendiri kan?" tuduh Jin Ri.
"Menurutku inilah langkah terbaik yang harus kau ambil, Presdir." jawab Hae Gang tenang.
"Apa kau bilang? HEY!" teriak Jin Ri.
Presdir Choi pun langsung memeloti Jin Ri. Jin Ri tergagap. Presdir Choi memecat Jin Ri. Jin Ri, Tae Seok dan Hae Gang terkejut. Mereka tidak menyangka Presdir Choi akan memecat Jin Ri. Presdir Choi lalu menyuruh mereka semua keluar, kecuali Hae Gang.
Jin Ri keluar dari ruangan sang ayah dengan wajah syok. Tentu saja ia tidak menyangka sang ayah akan memecat dirinya. Ia pun terduduk di lantai. Tae Seok keluar dari ruangan ayahnya dan berjalan begitu saja melewati Jin Ri. Jin Ri yang kesal langsung meneriaki Tae Seok. Tae Seok menoleh dan bertanya apa yang Jin Ri lakukan?
Jin Ri bertambah kesal. Tae Seok tidak peduli dan bergumam soal posisi Wakil Presdir yang kosong. Jin Ri lantas merengek meminta Tae Seok menggendongnya. Tae Seok menolak dan beranjak pergi meninggalkan Jin Ri. Jin Ri pun semakin kesal.
Tae Seok memegang papan nama Jin Ri, kemudian menjatuhkannya. Tae Seok lalu duduk di kursi Jin Ri dan menyebut dirinya sebagai Wakil Presdir. Ya, ia mengincar posisi itu.
Sementara itu Hae Gang ditanya tentang siapa yang cocok mengisi posisi Wakil Presdir. Hae Gang terkejut dan berkata ia tidak yakin, tapi ia akan menyerahkan beberapa nama yang sanggup mengemban tugas itu. Presdir Choi bertanya, siapa mereka. Hae Gang mengusulkan Tae Seok. Presdir Choi pun bertanya apa tidak masalah kalau menempatkan Tae Seok dalam posisi itu. Belum sempat Hae Gang menjawab, Presdir Choi meminta Hae Gang melakukannya. Hae Gang kaget.
"Aku akan mengumumkannya dua bulan lagi dan membuat dewan direksi saling bersaing." ucap Presdir Choi.
"Baiklah." jawab Hae Gang.
"Kau boleh pergi." ucap Presdir Choi lagi.
Hae Gang kembali ke ruangannya. Begitu menutup pintunya, ia tersenyum senang karena ditunjuk menggantikan Jin Ri. Namun tiba2 senyumnya menghilang saat ia teringat Jin Eon yang ingin menceraikannya.
"Tidak, tidak boleh. Tidak!" gumam Hae Gang khawatir, lalu pergi.
Yong Gi protes pada manajernya karena ia dipecat tanpa alasan yang jelas. Manajer Byun termenung, ia ingat kata2 Tae Seok kalau Yong Gi seorang whistle blower. Tae Seok juga berkata kalau Manajer Byun akan menjadi bonekanya mulai hari ini dan akan mengawasi Manajer Byun secara ketat. Yong Gi menatap tajam Manajer Byun. Lamunan Manajer Byun pun buyar saat Yong Gi berteriak memanggil namanya.
Manajer Byun mengaku memecat Yong Gi karena kinerja Yong Gi yang buruk. Yong Gi kaget, apa? Kinerjaku buruk? Yong Gi tersenyum tidak percaya dan mengaku sudah bekerja cukup baik. Manajer Byun tidak sependapat, lalu menunjukkan surat gugatan.
"Kau mengajukan gugatan pelecehan seksual terhadapku, bukan? Aku tidak pernah melecehkan siapapun. Kau akan digugat karena telah menyebarkan informasi palsu, melakukan pencemaran nama baik. Aku menuntutmu secara perdata dan pidana." ucap Manajer Byun.
Yong Gi kaget melihat surat gugatan itu. Ia lalu menatap Manajer Byun dan berkata Manajer Byun telah melakukan pelecehan seksual. Manajer Byun bertanya, apa Yong Gi punya bukti? Yong Gi bilang ia tidak punya bukti tapi ia punya banyak saksi. Yong Gi pun melirik rekan2nya yang menjadi saksi pelecehan seksual yang dilakukan Manajer Byun. Namun betapa kagetnya Yong Gi saat rekan2nya menolak memberikan kesaksian. Manajer Byun tentu saja senang. Yong Gi menatap kesal Manajer Byun. Manajer Byun pun semakin mengejeknya.
Seorang pria berkemeja putih masuk ke toko Yong Gi. Dari arah yang berlawanan, ada pria berjas dan berkacamata hitam mengendap2 masuk ke dalam rumah Yong Gi. Pria itu mencari sesuatu di kamar Yong Gi. Di toko, nenek Yong Gi sedang berbicara dengan pria berkemeja putih tadi. Pria berkemeja putih itu adalah pemilik rumah sewa yang ditempati Yong Gi. Pemilik sewa meminta mereka secepatnya keluar dari rumah itu. Pemilik sewa mengaku sudah ada yang membeli rumah itu dengan harga tinggi. Nenek Yong Gi ingin bertemu dengan pemilik yang baru, tapi pemilik sewa berkata tidak ada gunanya nenek Yong Gi melakukan hal itu. Setelah mengatakan itu, si pemilik sewa beranjak pergi. Nenek Yong Gi kebingungan harus melakukan apa. Akhirnya, ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama.
(Kartu nama Baek Seok nih kayaknya)
Di kantornya, Baek Seok terlihat frustasi karena belum mendapatkan pelanggan. Ia lalu mengucapkan sebuah mantra berkali2 dan mengarahkannya ke pintu, maksudnya agar seseorang datang menyewa jasanya sbg pengacara. Tapi pintunya tak kunjung terbuka. Baek Seok pun putus asa. Untuk menghibur dirinya, ia pun menari gak jelas. Tepat saat itu, teleponnya berbunyi. Baek Seok pun berlari ke mejanya dan menjawab teleponnya dengan semangat. Telepon dari nenek Yong Gi.
"Nenek, apa yang terjadi?" tanya Baek Seok, lalu mendengarkan keluhan nenek Yong Gi dengan seksama.
"Jadi ada pemilik baru dan nenek disuruh meninggalkan rumah secepatnya? Nenek, kau memiliki surat kontraknya kan? Kalau begitu datanglah ke tokoku sekarang." ucap Baek Seok lagi.
(Tuh kaan bener, nenek Yong Gi minta bantuan Baek Seok)
Yong Gi menemui Mi Ae, karyawan perempuan yang dilecehkan Manajer Byun. Yong Gi menatap Mi Ae kecewa. Yong Gi lalu mengajak Mi Ae bicara, namun Mi Ae berkata tidak ada yang harus mereka bicarakan. Yong Gi memaksa. Akhirnya mereka pun pergi ke gudang dan bicara disana.
"Dia mengatakan tidak akan memecatku jika aku tetap tenang. Dia bilang akan mengangkatku sebagai karyawan tetap." ucap Mi Ae.
"Tapi kau harus menjadi saksi untuk memenangkan gugatan ini." jawab Yong Gi.
"Carilah bantuan orang lain. Aku sangat ingin menjadi karyawan tetap. Aku gugup setiap kali aku memperpanjang kontrak kerjaku. Kau tidak akan pernah mengerti karena kau tidak mengalaminya sendiri. Aku ingin menjadi karyawan tetap di perusahaan ini. Ini adalah kesempatan. Kesempatan sekali seumur hidup." ucap Mi Ae.
Yong Gi menghela napas, menatap Mi Ae kecewa.
"Tolong jangan paksa aku lagi. Berpura2lah kau tidak melihat perbuatannya. Maafkan aku." ucap Mi Ae lalu beranjak pergi.
Yong Gi sangat kecewa. Ponselnya lalu berdering. Telepon dari neneknya. Yong Gi kaget saat neneknya berkata ada pencuri yang masuk ke rumah mereka.
Yong Gi langsung pulang. Ia panik dan masuk ke kamarnya sambil berlari. Begitu masuk kamar, dilihatnya neneknya yang sedang membereskan barang2. Yong Gi bertanya dengan panik, apa nenek baik2 saja? Nenek tidak terluka kan?
"Aku baik2 saja. Tidak ada barang yang diambil. Kalau mereka mau merampok, kenapa harus merampok rumah ini? Mereka pasti punya tujuan lain." jawab neneknya.
Yong Gi pun heran. Saat sang nenek berkata perampoknya memakai stelan jas dan kacamata hitam, ia terkejut. Ia pun menyadari sesuatu. Begitu menyadari sesuatu, ia menyuruh neneknya menjaga toko. Setelah neneknya pergi, ia duduk dan melihat komputernya. Ia pun terkejut. Rekaman video Sun Young telah dihapus.
"Siapa kau? Kenapa kau melakukan ini? Keluar lah dan jangan bersembunyi." ucap Yong Gi dengan wajah kesal.
Di ruangannya, Tae Seok sedang melihat rekaman video pengakuan Sun Young. Tae Seok lalu menutup laptopnya. Ia lantas berjalan ke depan mejanya, lalu meletakkan laptopnya di lantai dan menghancurkan laptopnya.
Yong Gi menemui si pewawancara itu di sebuah kafe. Yong Gi berkata tentang mereka yang sudah mengetahui rumahnya dan mengambil video Sun Young. Si pewawancara menyuruh Yong Gi tenang dan mengingatkan Yong Gi yang sedang hamil. Yong Gi cemas. Si pewawancara berkata meskipun mereka mengambil video itu, tapi ia memiliki salinannya. Tapi hal itu tak lantas menghilangkan kecemasan Yong Gi.
"Apa kau sudah menemukan saksi?" tanya Yong Gi.
"Mereka semua tidak mau bersaksi karena diancam. Aku rasa Kim Sun Young juga diancam. Semua pelapor diperlakukan seperti itu." jawab si pewawancara.
Yong Gi cemas. Air matanya pun menetes. Si pewawancara lalu memberikan sebuah alat pelacak yang ditemukan di mobil Sun Young. Tanpa mereka sadari, di meja lain orang suruhan Tae Seok menguping pembicaraan mereka melalui alat penyadap. Yong Gi kaget melihat alat pelacak itu.
"Aku mendengar mobil itu dijual baru2 ini, jadi aku pergi untuk bertemu dengan pemilik baru. Begitu aku sampai disana, pemilik mobil memberikan ini. Awalnya dia ingin membuangnya, tapi tidak jadi karena merasa barang ini cukup penting." ucap si pewawancara.
"Jadi sudah jelaskan dia dibunuh?" tanya Yong Gi.
Si pewawancara mengangguk lemah. Yong Gi syok.
"Ada Stasiun Imjingak di riwayat pencarian GPS-nya. Itu artinya dia pergi kesana pada hari kecelakaan." ucap si pewawancara.
"Mereka sudah mengaturnya agar terlihat seperti bunuh diri." jawab Yong Gi.
"Kau harus berhati2." ucap si pewawancara khawatir.
"Kau juga harus hati2. Aku tidak bisa melakukan ini tanpa dirimu." jawab Yong Gi.
Si pewawancara mengangguk2 dengan wajah cemas.
Si pewawancara sedang menuju mobilnya. Tangannya menggenggam alat pelacak. Tiba2, anak buah Tae Seok memukulnya dari belakang. Ia pingsan. Setelah itu, anak buah Tae Seok mengambil tas si pewawancara dan mencari sesuatu di mobil si pewawancara.
Nenek Yong Gi memeriksa semua laci, tapi ia tidak dapat menemukan surat kontrak rumahnya. Nenek Yong Gi lalu memeriksa sebuah lemari dan menemukan sebuah amplop tentang produk Chun Yun Farmasi. Nenek Yong Gi membukanya dan mengeluarkan dua buah sertifikat hak paten di dalamnya.
Nyonya Kim berdiri di depan sebuah boutiqe. Ia melihat gaun yang dipajang di etalase toko dengan wajah lesu. Nyonya Kim lalu beranjak pergi, tapi tiba2 langkahnya terhenti karena teringat tentang pesta Nyonya Hong. Nyonya Kim pun berkata akan menyewa gaun itu selama 2 jam.
Hae Gang mengawasi restoran Baek Seok dengan tatapan elangnya. Ia pun ingat saat melihat resume Seol Ri. Hae Gang lalu turun dan berjalan menuju restoran Baek Seok. Sementara itu, Baek Seok menyodorkan sebuah dasi kupu2 pada Tuan Baek. Tuan Baek menolak memakainya. Baek Seok memaksa, ia bilang Tuan Baek harus terlihat rapi dan sopan di pesta Nyonya Hong. Tuan Baek pun menurut dan mengambil dasi Baek Seok, kemudian masuk ke dalam.
Langkah Hae Gang terhenti sesaat saat Baek Seok menatapnya. Hae Gang lalu beranjak ke belakang restoran, sementara Baek Seok menatap Hae Gang dengan bingung. Melihat penampilan Hae Gang yang elegan, Baek Seok jadi bertanya2 siapa Hae Gang? Nenek Yong Gi datang. Baek Seok menyambutnya dengan ramah. Baek Seok bertanya kenapa nenek Yong Gi begitu lama. Nenek Yong Gi menanyakan usia Baek Seok. Baek Seok heran, tapi tetap menjawab kalau usianya 35 tahun. Nenek Yong Gi pun berkata kalau usia Baek Seok lebih tua dari seseorang. Nenek Yong Gi lalu berkata ada seorang wanita yang mau dia jodohkan dgn Baek Seok. Nenek Yong Gi bertanya apakah Baek Seok bersedia menemui wanita itu setelah wanita itu melahirkan. Baek Seok kaget tapi ia menanggapinya dengan santai. Baek Seok lalu mengajak nenek Yong Gi duduk dan bicara di depan tokonya.
Hae Gang terus berjalan ke belakang restoran Baek Seok. Tepat saat itu, sebuah pintu terbuka. Tuan Baek keluar dan terlihat rapi dengan stelan jasnya. Hae Gang terpaku menatap Tuan Baek. Tuan Baek yang tidak menyadari ada seseorang di belakangnya, beranjak pergi. Hae Gang mau mengejar Tuan Baek, tapi tidak jadi.
Nenek Yong Gi memberikan surat kontraknya pada Baek Seok. Baek Seok melihatnya, lalu berkata kalau nenek Yong Gi belum memperpanjang kontraknya selama ini. Baek Seok kemudian berkata akan mempelajari kontraknya lebih jauh. Nenek Yong Gi meminta Baek Seok berhati2 dengan kontraknya. Baek Seok mengangguk, lalu menemukan amplop berisi sertifikat hak paten itu di dalam kotak yang dibawa nenek Yong Gi. Baek Seok melihat sertifikat itu dengan wajah heran.
Nyonya Hong keluar dari kamarnya dan mendapati Presdir Choi duduk menonton berita Jin Ri. Sepertinya Nyonya Hong mau pergi. Ia mengenakan sebuah dress berwarna pastel dan tangannya memegang tas pesta. Nyonya Hong tersenyum puas, lalu beranjak ke Presdir Choi.
"Apa yang harus kita lakukan pada Jin Ri? Beritanya sudah menyebar luas kemana2." ucap Nyonya Hong.
Presdir Choi hanya menatap Nyonya Hong dengan lesu, lalu menyuruh Nyonga Hong segera pergi.
Hae Gang duduk di mobilnya dengan wajah sedih. Bersamaan dengan itu, Nyonya Hong keluar dari rumah. Begitu melihat Nyonya Hong, Hae Gang langsung turun dari mobil dan menghampiri Nyonya Hong. Hae Gang berkata ia akan mengantar Nyonya Hong. Nyonya Hong setuju sambil menatap Hae Gang penuh arti. Hae Gang kemudian berkata ingin mengatakan sesuatu pada Nyonya Hong.
Mereka bicara di sebuah tempat. Nyonya Hong terkejut saat mengetahui Jin Eon berselingkuh. Hae Gang mengaku masih tidak percaya dengan hal itu. Nyonya Hong menyuruh Hae Gang mencari tahu dulu. Ia yakin putranya tidak akan melakukan hal itu.
"Dia mahasiswi pasca sarjana yang ada di lab. Aku sudah mengecek semuanya." ucap Hae Gang.
Nyonya Hong terkejut.
"Tolong bantu aku, Bu. Aku sudah melakukan semuanya tapi dia ingin bercerai." ucap Hae Gang.
"Apa? Cerai?" Nyonya Hong kaget.
"Kita harus menghentikannya sebelum masalah ini menyebar luas kemana2. Jika orang2 mengetahui perselingkuhannya, jabatannya bisa terancam. Bagaimana kalau ayah juga tahu? Hubungan mereka tentu akan lebih sulit." ucap Hae Gang lagi.
Nyonya Hong terkejut.
Tuan Baek bertemu dengan Nyonya Kim di lift. Nyonya Kim terlihat cantik dengan gaun hitamnya serta mahkota yang bertengger di kepalanya. Tuan Baek awalnya pangling dgn penampilan Nyonya Kim, lalu tiba2 wajahnya berubah geli melihat label harga yang tergantung di kerah gaun Nyonya Kim. Tuan Baek berusaha memberitahu Nyonya Kim, tapi belum lagi perkataannya selesai, sudah dipotong oleh Nyonya Kim. Nyonya Kim salah paham.
"Jika ada yang mau kau katakan, katakan dengan jelas." ucap Nyonya Kim sambil senyum2.
"Ah, itu...." Tuan Baek berusaha memberitahu Nyonya Kim, tapi melihat reaksi Nyonya Kim dia tidak jadi memberitahunya dan malah memuji penampilan Nyonya Kim yang cantik. Nyonya Kim tentu saja senang mendengar pujian itu. Setelah memuji Nyonya Kim, wajah Tuan Baek pun berubah cemas. Ia cemas kalau Nyonya Kim akan dipermalukan karena itu.
Nyonya Hong berkata pada Hae Gang akan menemui Seol Ri dan ayah Seol Ri. Hae Gang tentu saja senang mendengarnya namun seketika wajahnya berubah khawatir saat Nyonya Hong berkata bagaimana kalau Seol Ri hamil?
"Dia masih muda dan bisa melakukan itu dengan mudah. Jika dia berencana mendapatkan anak dari Jin Eon, maka kau akan kalah." ucap Nyonya Hong.
Hae Gang pun cemas.
"Kau jangan duduk diam saja disini. Pergilah ke kampus dan jemput suamimu. Jangan biarkan mereka pergi ke tempat lain. Besok dan besoknya kau juga harus menjemputnya, jika kau tidak punya waktu aku yang akan melakukannya. " suruh Nyonya Hong.
Jin Eon masih ada di lab. Dia sendirian, lalu tiba2 ponselnya berdering. Telepon dari Hyun Woo. Hyun Woo menyuruh Jin Eon datang ke kedai soju depan kampus. Jin Eon menolak, ia berkata sedang tidak ingin minum. Tapi Hyun Woo menelpon bukan karena itu, karena Seol Ri. Hyun Woo memberitahu Jin Eon tentang Seol Ri yang mabuk berat. Jin Eon terkejut.
Sementara itu, Seol Ri terus meracau. Hyun Woo malu melihatnya. Tak lama Jin Eon datang. Jin Eon menatap Seol Ri dengan tatapan sedih. Begitu Jin Eon datang, Hyun Woo pun pergi.
Seol Ri yang mabuk memunguti sampah di sekitarnya satu per satu. Jin Eon iba menatap Seol Ri. Jin Eon lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Seol Ri. Seol Ri pun berhenti memunguti sampah2 itu. Jin Eon mengambil tempat sampah yang dipegang Seol Ri, lalu meletakkannya ke tempat lain. Jin Eon lantas membantu Seol Ri berdiri. Jin Eon memegang tangan Seol Ri, tapi Seol Ri menghempaskan tangan Jin Eon. Jin Eon diam saja dan hanya menghela napas menatap Seol Ri.
"Ajumma, berapa semuanya?" tanya Jin Eon.
"Hyun Woo sudah membayarnya." jawab Ajumma penjaga kedai.
"Lalu dimana tas mu? Apa tertinggal di lab?" tanya Jin Eon saat tak melihat tas Seol Ri.
"Kenapa sekarang kau jadi perhatian? Sebaiknya kita menjaga jarak." jawab Seol Ri, lalu beranjak pergi.
Seol Ri berjalan sempoyongan dan menyeberang jalan tanpa lihat kiri kanan. Jin Eon kaget dan langsung menyusul Seol Ri. Mereka berjalan di trotoar. Seol Ri jalan di depan, sementara Jin Eon mengikuti Seol Ri di belakang. Ketika Seol Ri terjatuh ke jalan, Jin Eon kaget dan langsung membantu Seol Ri berdiri. Tapi Seol Ri lagi2 melepaskan pegangan Jin Eon. Seol Ri pun kembali berjalan. Namun baru beberapa langkah berjalan, Seol Ri berhenti dan duduk di tengah jalan. Ia lalu melepas sepatunya dan berbaring di tengah jalan.
Tiba2, sebuah mobil melaju dengan kencang ke arah Seol Ri. Jin Eon kaget dan langsung berlari melompati Seol Ri. Mobil itu pun berhenti. Jin Eon menundukkan kepalanya, minta maaf pada si pengemudi mobil. Mobil itu berlalu. Jin Eon menatap Seol Ri yang tidur di jalanan dan tersenyum geli.
Hae Gang menunggu Jin Eon di depan kampus dengan wajah cemas. Karena Jin Eon tak kunjung keluar, Hae Gang menelpon Jin Eon.
Sementara itu Jin Eon menggendong Seol Ri menuju lab. Jin Eon berkata akan jalan pelan2, jadi Seol Ri tidur saja dan jangan mencoba untuk bangun. Seol Ri semakin mengeratkan pelukannya. Ia tampak nyaman digendong Jin Eon. Seol Ri menyuruh Jin Eon bersiul, tapi Jin Eon diam saja dan hanya menghela napas.
Hae Gang terus berusaha menelpon Jin Eon, tapi tidak diangkat. Hae Gang pun panik. Lalu tiba2 terdengar siulan Jin Eon. Wajah Hae Gang berubah pucat mendengar siulan itu. Perlahan2, Hae Gang menoleh ke samping dan kaget melihat Jin Eon menggendong Seol Ri. Jin Eon terus berjalan ke arah Hae Gang. Hae Gang menatap mereka dengan tajam. Jin Eon terus berjalan. Hae Gang berjalan ke arah Jin Eon. Langkah Jin Eon pun langsung terhenti begitu melihat Hae Gang di depannya. Seol Ri yang bingung Jin Eon tiba2 berhenti, membuka matanya dan langsung turun dari gendongan Jin Eon. Hae Gang menampar Seol Ri. Jin Eon menegur Hae Gang. Hae Gang menampar Jin Eon dan menatap mereka penuh amarah.
Bersambung ke episode 6
Komentar :
Cinta memang buta ya... lihat saja Kang Seol Ri...
Sertifikat hak paten?? Ayah si kembar (Hae Gang dan Yong Gi) sudah jelas bersahabat dengan Presdir Choi. Nah, aku curiga kalau dulu mereka sama2 meneliti obat. Dan yang menemukan hasilnya duluan adalah ayah si kembar. Presdir Choi mungkin tidak terima.. lalu entah bagaimana caranya ayah si kembar terbunuh.
Masuk akal pemikirannya, Min. Tadinya kupikir ayah kandungnya Hae Gang - Yong Gi mungkin Tuan Baek tapi ternyata setelah ketemu sama Nyonya Kim, mereka justru nggak saling kenal.
Poor, Hae Gang saking cintanya dia sama Jin Eon sampe rela berlutut dan mohon-mohon gitu ke Seol Ri.