Villa meledak!! Ah Ran pun langsung pergi meninggalkan villa itu. Begitu Ah Ran pergi, Hyun Woo keluar dan menatap tajam ke arah mobil Ah Ran. Beberapa detik kemudian, ledakan pun kembali terjadi dan mengenai Hyun Woo.
Sementara itu, Ah Ran melajukan mobilnya dengan kencang. Matanya berkaca2 dan tangannya gemetaran. Kejadian itu tampak mengguncang dirinya.
Nyonya Jo baru saja selesai berbelanja. Tiba2 ponselnya berdering. Telepon dari Presdir Shin. Nyonya Jo pun berkata ia akan menginap di villa karena Jae Hee sudah berhenti.
Jae Hee sendiri kembali bekerja di rumah sakit Joo Seung. Hyun Woo menelponnya saat ia sedang bersama Joo Seung. Untuk mengelabui Joo Seung, Jae Hee pun memanggil Hyun Woo dengan sebutan Eonni. Jae Hee lalu beranjak keluar dari ruangan Joo Seung. Joo Seung pun menatap Jae Hee dengan tajam. Sepertinya dia curiga yang menelponnya adalah Hyun Woo.
"Paman, kau dimana? Kau baik2 saja kan?" tanya Jae Hee cemas.
"Cepatlah datang. Sakit sekali." jawab Hyun Woo.
Jae Hee pun kaget, kau terluka? Apa lukanya parah?
Pembicaraan mereka langsung terhenti karena Joo Seung tiba2 datang. Jae Hee kaget dengan kemunculan Joo Seung. Saking kagetnya, ia sampai menjatuhkan ponselnya. Joo Seung pun mendekat. Jae Hee gugup setengah mati.
"Ada apa? Kenapa kau tidak menjawab teleponmu?" tanya Joo Seung sembari mengembalikan ponsel Jae Hee.
"Aku sudah selesai bicara." jawab Jae Hee gugup.
"Temanku..." lanjut Jae Hee lagi, "... sakit. Jadi aku harus pergi sekarang. Aku akan datang lagi besok pagi."
Begitu Jae Hee pergi, muka Joo Seung langsung berubah kesal. Ia pun menghubungi Ah Ran dan bertanya apa rencana mereka berjalan dengan lancar.
"Aku sudah mengunci semua pintu. Villa itu sudah terbakar. Dia tidak mungkin bisa lari. Aku melihatnya sendiri." jawab Ah Ran.
Mata Ah Ran lalu teralih pada Presdir Shin yang lewat di hadapannya. Presdir Shin terus berjalan masuk ke gudang ditemani Seketaris Kang. Ah Ran lantas berkata pada Joo Seung kalau ia harus membuat alibi. Ah Ran lalu turun dari mobilnya dan menyusul Presdir Shin ke gudang.
Ah Ran datang ketika Presdir Shin sedang berbicara dengan Seketaris Kang. Presdir Shin heran melihat Ah Ran ada di sana. Ah Ran pun beralasan ia datang untuk melihat sampel dari produk terbaru mereka yang akan datang sebentar lagi.
"Kupikir kau bersama ibumu di villa. Apa kau masih berkeinginan membawa Hyun Woo ke luar negeri?" tanya Presdir Shin.
"Ibu sangat menentang hal itu, ayah. Jadi aku akan menuruti keinginan ibu. Aku tidak mau membuat masalah di rumah. Ibu juga berencana menginap di villa. Jadi aku terpaksa pergi." jawab Ah Ran.
"Apalagi yang bisa kau lakukan? Baginya, Hyun Woo adalah segalanya." ucap Presdir Shin.
Nyonya Jo yang baru saja tiba di villa pun terkejut melihat api yang melahap villa. Ia ingin masuk ke dalam menyelamatkan Hyun Woo, namun petugas menghalangi dirinya. Nyonya Jo terus memaksa masuk.
"Putraku ada di dalam! Dia berbaring di dalam! Tolong selamatkan dia!" teriak Nyonya Jo.
Hyun Min yang masih di toko ditelpon ibunya. Ia pun kaget mendengar kabar kebakaran yang terjadi di villa mereka.
Ah Ran yang sedang berkeliling gudang bersama Presdir Shin ditelpon Hyun Min. Ah Ran sepertinya sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Hyun Min. Dugaannya pun benar. Hyun Min memberitahu soal kebakaran itu. Ia pun pura2 kaget.
"Apa? Villa kebakaran!" pekiknya.
Ah Ran dan Presdir Shin tiba di villa. Ah Ran pun pura2 histeris. Ia memaksa masuk ke dalam tapi dihalangi petugas. Sementara Hyun Min memeluk sang ibu erat2. Keduanya menangis. Nyonya Jo masih meminta mereka menyelamatkan Hyun Woo. Presdir Shin terlihat syok. Ia tidak percaya dengan yang dilihatnya. Presdir Shin pun limbung. Hyun Min langsung memegangi ayahnya.
Tanpa mereka sadari, Hyun Woo selamat dari kebakaran itu. Jae Hee sedang mengobati luka bakar di wajah Hyun Woo. Hyun Woo mengerang kesakitan. Ibu panti Jae Hee pun menyuruh Jae Hee membawa Hyun Woo ke rumah sakit.
"Apa ibu membawa alkohol dan obat untuk luka bakar?" tanya Jae Hee.
"Petugas apotik bertanya padaku, untuk apa aku membeli obat2 itu?" jawab ibu panti.
"Ibu tidak bilang kan? Tidak ada yang boleh tahu dia disini." ucap Jae Hee.
"Kau tidak perlu khawatir." jawab ibu panti.
Sementara di toko, Yeon Jae terus berusaha menghubungi Hyun Min, namun tidak berhasil.
"Kemana dia? Dia bahkan tidak membawa dompetnya." ucap Yeon Jae sambil memegang dompet Hyun Min.
Yeon Jae lalu membuka dompet Hyun Min dan melihat foto Hyun Min bersama Hyun Ji, Ah Ran dan Hyun Woo.
Jae Hee masih mengobati luka2 Hyun Woo.
"Kau ingin aku menghubungi keluargamu dan memberitahu kau ada di sini? Mereka pasti cemas." ucap Jae Hee.
"Kalau Joo Ah Ran tahu aku masih hidup, dia akan melakukan hal yang lebih menakutkan daripada ini. Dia sudah kehilangan akal sehatnya. Dia bukan manusia." jawab Hyun Woo.
"Tapi bagaimana ceritanya kau bisa selamat? Apa kau sudah tahu istrimu merencanakan hal itu?" tanya Jae Hee.
Ingatan Hyun Woo pun melayang ke detik2 sebelum terjadinya kebakaran itu. Ia melihat Ah Ran sedang melepaskan gas dan menyalakan api. Ia pun terkejut menyadari apa yang akan diperbuat Ah Ran. Ia lalu meletakkan replika dirinya di kasur. Ternyata hal itulah yang dilakukannya setiap hari. Ia membuat replika dirinya. Ia lalu keluar dari villa nya sebelum Ah Ran mengunci akses keluar villa. Tepat setelah Hyun Woo keluar, Ah Ran masuk ke kamar Hyun Woo dan mengunci jendela.
Presdir Shin, Nyonya Jo, Ah Ran dan Hyun Min sedang di kantor polisi. Polisi meminta mereka mengidentifikasi barang2 terakhir Hyun Woo. Nyonya Jo pun membenar barang2 itu milik Hyun Woo. Kalung itu diberikan Ah Ran pada Hyun Woo. Ah Ran pun menangis.
"Tidak mungkin. Hyun Woo tidak mungkin meninggal." gumam Ah Ran.
"Berdasarkan penyelidikan kami, ledakan terjadi karena kebocoran gas. Kebocoran gas sudah terjadi saat api mulai dinyalakan. Apa kau pergi dan lupa mematikan api?" ucap polisi.
"Aku sedang merebus gingseng tapi aku sudah mematikannya. Aku yakin." jawab Nyonya Jo.
Presdir Shin langsung marah, merebus gingseng? Dia bahkan tidak bisa menelan air. Kau bilang kau mau pergi untuk melihat anakmu, Apa kau datang untuk membunuhnya?
"Bukan begitu." sanggah Nyonya Jo.
"Anak itu bahkan tidak bisa bergerak! Kenapa kau melakukan itu! Ibu macam apa kau ini! Kenapa kau menyalakan api!" teriak Presdir Shin.
Presdir Shin mengamuk dan membanting barang di kantor polisi. Hyun Min pun langsung menenangkan ayahnya. Ah Ran ikut2an menyalahkan Nyonya Jo. Ia berkata, walau pun Nyonya Jo tidak mengizinkan dirinya membawa Hyun Woo ke Amerika, seharusnya Nyonya Jo mengizinkannya tinggal di villa.
"Kenapa kau begitu keras kepala! Walaupun dia tidak bisa bicara, aku masih bisa melihatnya. Aku masih bisa memegang tangannya. Kenapa kau meninggalkannya!" teriak Ah Ran.
"Tidak, aku yakin sudah mematikannya." jawab Nyonya Jo.
Nyonya Jo pun pingsan!! (Poor Nyonya Jo)
Nyonya Jo sudah tidur di kamarnya. Joo Seung memeriksa Nyonya Jo. Hyun Ji menatap sang ibu dengan cemas. Tak lama kemudian, Joo Seung pun keluar. Di luar, Presdir Shin dan Hyun Min sudah menunggu.
"Aku memberikan obat tidur padanya, jadi dia akan tidur." ucap Joo Seung.
"Dia sudah membunuh anaknya dan dia masih bisa tidur?! Wanita jahat!" rutuk Presdir Shin.
"Presdir, aku mengerti perasaanmu. Tapi apakah tidak sebaiknya kau membuat pemakaman untuk Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Hyun Min marah, pemakaman katamu! Mereka belum menemukan tubuh kakakku! Kenapa kau menyuruh kami menggelar pemakaman!
Hyun Min pun pergi. Joo Seung terlihat kesal.
(pengen nabokin nih orang! jahat banget dia! kayaknya Ah Ran bisa sejahat itu karena dihasut ama dia!)
Diluar Hyun Min berniat bunuh diri. Ia mau menabrakan dirinya pada mobil yang lewat. Tepat saat itu, Yeon Jae datang dan mendorong tubuh Hyun Min ke tanah. Yeon Jae pun memarahi Hyun Min.
"Apa kau ingin mati?! Jika aku tidak datang, mungkin kau sudah mati sekarang! Aku datang untuk mengembalikan dompetmu." ucap Yeon Jae.
"Kenapa kau menyelamatkanku! Aku tidak ingin hidup lagi! Biarkan aku menyusul kakakku!" teriak Hyun Min.
"Apa yang kau bicarakan! Apa kau pikir hidup dan mati seperti menu makanan yang bisa kau pesan seenaknya!" teriak Yeon Jae.
Tangis Hyun Min pun pecah.
"Kakakku sudah meninggal." ucap Hyun Min membuat Yeon Jae tertegun.
Ah Ran sedang memasak bubur. Joo Seung menemaninya. Ah Ran menyuruh Joo Seung memastikan Hyun Woo sudah benar2 mati.
"Bukankah dia mengenakan kalungmu?" tanya Joo Seung.
"Kau lupa, dia sudah sembuh. Dia bisa lari dan menyelamatkan dirinya dari kebakaran itu." jawab Ah Ran.
"Ini bukan kebakaran biasa. Ini kebocoran gas." ucap Joo Seung.
"Kita harus memastikannya. Hatiku tidak tenang." jawab Ah Ran.
"Biar aku yang melakukannya." ucap Joo Seung lalu pergi.
Nyonya Jo akhirnya terbangun dari tidurnya. Hyun Ji tertidur disamping Nyonya Jo. Nyonya Jo beranjak turun dari tempat tidur dan membangunkan Hyun Ji. Nyonya Jo pun pergi keluar kamar. Hyun Ji menyusul sang ibu. Nyonya Jo pergi ke dapur. Tampak Presdir Shin sedang minum2. Nyonya Jo mematikan kompor.
"Bukankah sudah kubilang matikan kompornya!" ucap Nyonya Jo marah pada Hyun Ji.
Nyonya Jo juga menyuruh Hyun Ji membuka jendela karena ada banyak asap. Padahal tidak ada asap. Nyonya Jo lalu mencium bau gas, padahal tidak ada bau gas sama sekali.
"Yeobo, kita harus menelpon seseorang. Kupikir gasnya bocor." ucap Nyonya Jo.
Presdir Shin diam saja dan terlihat marah.
Di luar, Hyun Min turun dari taksi dan terjatuh di depan pintu pagar. Ia mabuk. Tanpa ia sadar, sang kakak melihatnya. Ya, Hyun Woo melihat itu dari dalam mobil. Jae Hee menemani Hyun Woo. Hyun Woo ingin menghampiri sang adik, namun ditahan Jae Hee.
Tak lama, pintu pagar terbuka. Hyun Ji keluar dari dalam dan kaget melihat kakaknya tergeletak di sana. Nyonya Jo juga ikut keluar. Nyonya Jo pun tiba2 jatuh. Hyun Ji cemas melihat sang ibu, namun sang ibu berkata tidak apa2. Mereka lalu membawa Hyun Min masuk.
Di dalam mobil, Hyun Woo menangis.
"Kau baik2 saja?" tegur Jae Hee.
"Aku harus pulang. Mereka pasti akan bahagia melihatku. Aku tidak akan membiarkan mereka terluka lagi." jawab Hyun Woo.
Hyun Woo pun turun dari mobil. Namun baru saja ia turun, Ah Ran muncul. Hyun Woo pun kembali masuk ke dalam mobil dan menyembunyikan dirinya. Ah Ran turun dari mobilnya sambil berbicara dengan Joo Seung di telpon.
"Benarkah? Itu melegakan. Dia tidak mungkin selamat dari kebakaran itu, bahkan walaupun dia hidup dia tidak akan terlihat seperti manusia." ucap Ah Ran.
Saat hendak masuk ke rumah, Ah Ran melihat ke arah mobil Hyun Woo. Hyun Woo dan Jae Hee langsung menyembunyikan diri mereka. Ah Ran tidak curiga dan langsung masuk ke rumahnya. Hyun Woo pun menatap tajam Ah Ran.
Hyun Woo lalu turun dari mobil dan hendak masuk ke rumahnya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat wajahnya di kaca mobil Ah Ran. Hyun Woo pun membuka perbannya dan melihat luka bakarnya. Ia terlihat marah.
"Shin Hyun Woo, apa yang kau lakukan? Apa kau bisa bertemu keluargamu dengan tubuh seperti itu? Kau tidak boleh bertemu keluargamu. Ini belum saatnya." ucapnya penuh dendam.
Ah Ran yang sudah tidur memimpikan Hyun Woo. Dalam mimpinya, Hyun Woo terjebak di dalam kobaran api meminta tolong padanya. Ah Ran pun terbangun dari tidurnya. Ia berusaha menenangkan dirinya.
"Aku tidak boleh seperti ini. Memikirkan Shin Woo Sub dan apa yang terjadi pada keluargaku, tidak ada yang boleh menyalahkanku." ucapnya berkaca2.
Ah Ran lalu beranjak keluar dan mendapati Presdir Shin sedang berbicara di telpon dengan Pengacara Kim. Pengacara Kim memberitahu Presdir Shin tentang Soul yang sudah berpindah ke tangan Ah Ran.
Presdir Shin kaget, benarkah? Presdir Shin lalu bertanya apa mereka bisa menunda pemakaman Hyun Woo? Hyun Woo belum ditemukan, apa kita bisa mengumumkan Hyun Woo sebagai orang hilang?
Ah Ran menatap tajam Presdir Shin. Ia lantas kembali ke kamarnya dengan wajah marah.
"Kau budak uang! Apa kau pikir aku akan melepaskannya semudah itu? Aku tidak akan memberikan Soul padamu." ucap Ah Ran marah.
Ah Ran lalu mengirimkan pesan ke Presdir Shin. Presdir Shin yang lagi minum terkejut ketika mendengar ponselnya berbunyi. Raut wajahnya berubah tegang. Sepertinya ia sudah tau isi pesan itu.
[Bagaimana perasaanmu sekarang setelah kehilangan darah dagingmu? Ini baru permulaan. Kau akan segera kehilangan milikmu yang paling berharga]
Presdir Shin pun marah, siapa kau!
Jae Hee membujuk Hyun Woo ke rumah sakit, namun Hyun Woo menolak. Ia yakin Joo Seung akan mencarinya ke seluruh rumah sakit, karena itulah ia tidak mau dibawa ke rumah sakit. Ia takut Joo Seung dan Ah Ran akan tahu dirinya masih hidup.
"Tidak peduli bagaimana pun caranya, aku harus mendapatkan kembali kekuatanku. Aku harus melawan mereka. Nam Joo Seung! Joo Ah Ran! Sakit ini tidak berarti apa2 asalkan aku bisa mendorong kalian ke lubang api." ucap Hyun Woo berapi2.
Presdir Shin berniat menunda pemakaman lantaran tubuh Hyun Woo yang belum diketemukan. Ah Ran pun kaget mendengarnya. Hyun Ji tidak setuju. Ia berkata polisi sendiri yang bilang Hyun Woo sudah meninggal. Ia pun meminta sang ayah mengikhlaskan kepergian Hyun Woo.
"Hyun Woo belum meninggal! Jika dunia tahu Hyun Woo sudah meninggal maka kita akan kehilangan kepercayaan investor." jawab sang ayah.
"Jadi karena uang kita harus menunda pernikahan? Itu terlalu berlebihan, ayah!" ucap Ah Ran.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau ingin membuatnya tidak tenang di alam sana? Setiap malam, dia datang ke mimpiku. Dia berteriak, panas! Meskipun tubuhnya belum diketemukan, kita harus menggelar pemakaman dan mendoakannya." jawab Nyonya Jo.
"Kau tidak berhak mengatakan apapun! Kau lupa siapa yang menyebabkan kematian Hyun Woo? Dia meninggal karena kecerobohanmu! Tanpa izinku, kau tidak bisa menggelar pemakaman!" ucap Presdir Shin.
Nyonya Jo pun terluka dengan kata2 Presdir Shin. Presdir Shin lantas beranjak pergi. Ah Ran tampak kesal. Ia menatap kepergian Presdir Shin dengan tatapan tajam.
Sementara itu yang dibicarakan sedang membaca berita Soul di internet. Perhatian Hyun Woo pun teralih begitu melihat Jae Hee yang tertidur di sudut ruangan. Hyun Woo lantas mendekati Jae Hee dan menyelimuti gadis manisnya itu. Hyun Woo lalu duduk disamping Jae Hee dan menatapnya dengan lembut.
Presdir Shin ada di ruangan Hyun Woo. Ia menyuruh Seketaris Kang menangkap seseorang yang menerornya setiap malam. Seketaris Kang pun mengangguk. Presdir Shin lalu menanyakan tentang rapat pemegang saham.
"Melalui rapat pemegang saham, kita harus mendapatkan kursi kepemimpinan kembali. Ceritakan pada mereka dan buat kesepakatan dengan mereka." suruh Presdir Shin.
Sementara itu, Ah Ran dan Joo Seung sedang membahas Presdir Shin yang berencana mengambil Soul kembali melalui rapat pemegang saham.
"Dia tidak akan berhasil. Kita memiliki cap jadi Hyun Woo. Hyun Woo sangat mempercayaimu. Itu keuntungan buat kita." jawab Joo Seung.
"Kita harus menemui pengacara dan menjelaskan siapa pewaris aset Hyun Woo." ucap Ah Ran.
Joo Seung dan Ah Ran pun menemui pengacara. Mereka kaget saat pengacara mengatakan Hyun Woo tidak memiliki aset di Gyeonggi-do.
"Apa maksudmu? Bukankah dia memiliki beberapa bangunan. Gedung Soul, perusahaannya, berada dibawah namanya." jawab Ah Ran.
"Gedung itu sudah disumbangkan belum lama ini." ucap si pengacara.
"Disumbangkan?" kaget Ah Ran.
Pengacara pun memperlihatkan dokumennya pada Ah Ran. Ah Ran kaget membaca tanggal di dokumen itu. Tanggal yang sama dengan tanggal ia tak sengaja melihat Hyun Woo di Seoul. Joo Seung pun memeriksa dokumen itu.
"Pusat Rehabilitasi Angel? Itu tempat yang selalu dibantu oleh Hyun Woo." ucap Joo Seung.
Ah Ran tidak terima.
"Seperti sebuah bangunan yang berharga, dia menyumbangkannya ke pusat rehabilitasi! Bukankah dia sudah gila!" ucap Ah Ran.
"Ini sah. Kita tidak bisa melakukan apapun." jawab Joo Seung.
"Joo Seung-ssi, kau tahu dimana pusat rehabilitasi itu?" tanya Ah Ran.
Pusat rehabilitasi yang dimaksud ternyata panti asuhan Jae Hee! Ibu panti yang mengenal Joo Seung pun bertanya mau apa mereka datang. Joo Seung pun memperkenalkan Ah Ran sebagai istri Hyun Woo. Ibu panti terkejut.
"Aku sudah mendengar dia menikah. Tapi baru kali ini aku bertemu istrinya." ucap ibu panti.
"Aku datang untuk membicarakan sesuatu." jawab Ah Ran.
Ibu panti pun mengajak mereka masuk ke dalam. Tanpa mereka sadari, Jae Hee melihat mereka. Jae Hee saat itu hendak pergi keluar. Ia terkejut dan panik melihat kedatangan Joo Seung dan Ah Ran.
Sementara itu di dalam, ibu panti merebahkan foto Jae Hee agar kedua orang itu tidak melihatnya. Sepertinya ibu panti sudah diberitahu sebelumnya oleh Jae Hee soal mereka. Ibu panti pun bicara dengan mereka. Ah Ran meminta gedung itu kembali dengan alasan perusahaan mereka sedang mengalami masalah. Ah Ran juga memberikan uang kepada ibu panti sebagai ganti rugi.
"Aku tidak bisa membantu kalian. Dia mengatakan gedung itu tidak boleh diberikan kepada siapapun apapun yang terjadi." jawab ibu panti.
"Tapi Direktur Shin sudah meninggal belum lama ini." ucap Joo Seung.
Ibu panti pura2 kaget....
"Itulah kenapa kami ingin mengambil gedung itu untuk menyelamatkan perusahaan." ucap Joo Seung.
"Aku minta maaf karena tidak bisa membantu kalian." jawab ibu panti.
Ah Ran dan Joo Seung pun kesal. Lalu tanpa sengaja mata Ah Ran teralih pada baju2 Hyun Woo yang sedang dijemur. Ah Ran pun curiga. Ya, ia curiga Hyun Woo masih hidup. Ah Ran lantas menanyakannya pada seorang bocah laki2. Bocah itu mengaku tidak tahu dan beranjak pergi.
"Kau ini kenapa?" tanya Joo Seung.
"Entahlah, aku selalu tidak tenang." jawab Ah Ran.
Ah Ran lantas terkejut saat melihat mobil panti asuhan itu. Ia ingat mobil itu yang berada di depan rumahnya tadi malam. Namun karena Ah Ran tidak mengetahui nomor plat mobil yang berada di depan rumahnya semalam, mereka tidak curiga. Mereka lalu beranjak pergi tanpa menyadari Hyun Woo dan Joo Seung menatap mereka dari atas.
"Apa yang harus kita lakukan jika tidak bisa mendapatkan gedung Hyun Woo kembali? Meskipun kita mewarisi 30% saham, jika ayah mengumpulkan sisanya, kita bisa kalah." ucap Ah Ran.
"Hanya ada satu cara, kita harus mengetuk hati para pemegang saham. Kita beritahu mereka tentang kematian Hyun Woo." jawab Joo Seung.
Ah Ran pun tersenyum licik. Ah Ran lalu menanyakan kabar Jae Hee.
Hyun Woo dan Jae Hee bicara di taman. Jae Hee bilang dia akan kembali bekerja di rumah sakit untuk mengawasi Joo Seung dan Ah Ran. Hyun Woo tidak setuju. Ia takut mereka akan melukai Jae Hee.
"Apa yang harus ditakutkan? Kebenaran pasti akan menunjukkan jalannya." jawab Jae Hee riang.
"Bagiku kau adalah penyemangatku." ucap Hyun Woo sambil tersenyum.
Hyun Woo lalu berkata lagi, "mulai sekarang, aku tidak akan takut lagi."
Jae Hee pun menggenggam erat tangan Hyun Woo, memberikan kekuatan pada ayah berkaki panjangnya itu.
Presdir Shin sedang di kantor polisi. Ia mencari tahu siapa orang yang menerornya lewat SMS. Betapa kagetnya ia saat petugas mengatakan orang yang menerornya lewat SMS adalah Jo Kyung Hee.
Setibanya di rumah, Presdir Shin mengamuk. Ia mengacak2 pakaian Nyonya Jo yang ada di laci. Tanpa sengaja, ia menemukan sebuah ponsel di laci itu. Presdir Shin mengamuk membaca pesan di ponsel itu.
"Apa maksudmu! Mengancam suamimu diam2 setiap malam! Kau pikir kematian manager pabrik 25 tahun yang lalu bisa menjatuhkanku!"
"Yeobo, apa yang kau bicarakan?" tanya Nyonya Jo tidak mengerti dan ketakutan.
"Jangan meremehkan Shin Woo Sub! Walaupun aku tidak pernah sekolah, tapi wanita sepertimu tidak bisa membodohiku!"
Presdir Shin bahkan sampai mendorong Nyonya Jo.
"Yeobo, kau salah paham. Katakan padaku dimana salahku."
"Apa membunuh anakmu belum cukup? Kau juga ingin membunuh suamimu?"
Presdir Shin lalu memukul wajah Nyonya Jo dengan telunjuknya berkali2. Nyonya Jo pun terluka.
(poor Nyonya Jo, kalau saya jadi Nyonya Jo, mungkin saya udah kabur kali karena gak kuat punya laki kayak Presdir Shin)
Nyonya Jo bicara dengan Ah Ran di taman. Nyonya Jo berkaca2. Ah Ran menyuruh Nyonya Jo untuk melawan Presdir Shin. Ah Ran berkata jika Hyun Woo tahu sang ibu diperlakukan seperti itu, Hyun Woo akan terluka.
"Aku tidak tahu kenapa. Aku tidak pernah melihat ponsel itu sebelumnya. Aku juga sudah mematikan gas. Kenapa sesuatu yang aneh seperti ini bisa terjadi?" jawab Nyonya Jo.
"Aku percaya pada ibu. Aku tahu ayah melakukan kesalahan. Ayah hanya mempedulikan uang2nya. Dia tidak peduli keluarganya dan aku sangat kecewa." ucap Ah Ran.
"Lalu apa yang harus kulakukan?" tanya Nyonya Jo.
"Perusahaan tidak boleh jatuh ke tangan ayah. Aku mau membantu Hyun Woo menjaga perusahaan. Soul adalah mimpi terakhir Hyun Woo. Aku akan menjaga mimpi Hyun Woo. Ibu, tolong aku. Kau harus mengumumkan kematian Hyun Woo. Demi anak yang ada di kandunganku, ibu harus berada di sisiku." jawab Ah Ran.
Hyun Woo bersiap untuk pergi. Ia menutupi lukanya dengan make up. Jae Hee datang dan menanyakan tujuan Hyun Woo. Hyun Woo pun berkata kalau pemegang saham akan datang hari ini.
"Joo Ah Ran pasti akan melakukan sesuatu. Aku harus memastikannya sendiri. Fakta bahwa ayahku akan terluka membuatku tidak nyaman." ucap Hyun Woo.
"Berhati2lah. Jangan sampai kau ketahuan." pesan Jae Hee.
Jae Hee lalu melihat ke arah luka di wajah Hyun Woo.
"Aku khawatir lukamu akan meninggalkan bekas. Aku tahu rumah sakit yang bisa melakukan operasi plastik. Kau mau kesana denganku?" ucap Jae Hee.
Hyun Woo pun melihat ke arah lukanya dari cermin.
Para pemegang saham mulai berdatangan. Presdir Shin pun menyambut mereka.
Sementara Hyun Woo masuk ke dalam lift, ia menyamar sebagai pengantar barang. Pintu lift yang akan menutup tiba2 terbuka lagi. Hyun Woo pun kaget ketika Joo Seung dan Ah Ran masuk ke lift. Hyun Woo pun pura2 menjatuhkan barang yang dibawanya agar tak ketahuan. Joo Seung dan Ah Ran melihat sekilas ke arah Hyun Woo namun mereka tidak curiga.
Ah Ran dan Joo Seung keluar dari lift tanpa menyadari ada Hyun Woo di belakang mereka.
Rapat pemegang saham pun dimulai. Presdir Shin dan Ah Ran duduk berdampingan di depan para pemegang saham. Keduanya sama2 yakin mereka akan menang.
"Jangan kecewa kalau hasilnya sudah keluar." ucap Presdir Shin.
"Ayah, kau harus mengikuti keputusan mayoritas pemegang saham." jawab Ah Ran.
Ah Ran lalu bicara di depan seluruh para pemegang saham.
"Aku berdiri di sini mewakili Direktur Shin Hyun Woo. Suamiku mencintai Soul lebih daripada dirinya sendiri. Suamiku membuat penyataan, jika sesuatu terjadi padanya, dia akan mempercayakan Soul padaku." ucap Ah Ran.
Semua pun kaget termasuk Presdir Shin.
Ah Ran lalu membacakan isi dokumen yang sudah dibubuhi cap jari Hyun Woo.
"Saat aku tidak ada disini, semua urusan Soul kupercayakan pada Joo Ah Ran."
Ah Ran lalu menunjukan dokumen itu pada pemegang saham.
"Tidak mungkin! Hyun Woo tidak mungkin membuat penyataan seperti itu!" ucap Presdir Shin.
Presdir Shin pun tidak mau kalah. Ia menunjukkan pernyataan yang pernah ditandatangani Hyun Woo. Disitu dituliskan sepertiga dari Soul akan diberikan padanya. Di kertas itu juga ada stempel Hyun Woo.
Ah Ran pun berkata stempel itu palsu.
"Aku curiga stempel itu palsu jadi aku mengeceknya. Stempel itu bukan milik suamiku."ucap Ah Ran lagi.
Tanpa mereka sadari, Hyun Woo mengawasi jalannya rapat dari luar. Hyun Woo teringat saat Ah Ran menyuruhnya istirahat ketika ia akan menandatangani surat perjanjian yang diajukan ayahnya.
"Kau ingin aku mengatakan pada mereka kalau Hyun Woo sudah tidak ada lagi di dunia ini?" ancam Ah Ran.
Ah Ran pun menunjukkan sertifikat kematian Hyun Woo yang sudah dikonfirmasi oleh Nyonya Jo.
Presdir Shin kaget, kenapa kau melakukan ini?
"Menyerahlah sekarang. Aku berjanji akan menjaga perusahaan untukmu." ucap Ah Ran.
Presdir Shin pun menatap tajam Ah Ran.
Joo Ah Ran adalah Direktur Soul yang baru. Joo Seung memapah Presdir Shin keluar dari gedung Soul. Presdir Shin terlihat kecewa. Hyun Woo melihat sang ayah masuk ke mobil dari kejauhan. Ia merasa bersalah.
"Ayah, maafkan aku. Ini kesalahanku. Tapi aku janji, aku akan mengembalikan perusahaan padamu, sebelum aku kembali ke rumah." ucap Hyun Woo.
Hyun Ji marah melihat sang ibu menjemur semua pakaian sang kakak.
"Ibu, kakak sudah meninggal! Kau harus membuang pakaiannya!" teriak Hyun Ji.
Tapi Nyonya Jo tidak mau mendengar. Hyun Ji pun mengambil semua pakaian itu dan membuangnya ke tempat sampah. Nyonya Jo pun menyusul Hyun Ji.
"Ibu, kau benar2 mau dikirim ke rumah sakit jiwa? Jika kau terus seperti ini, keluarga kita akan hancur! Kau ingin kehilangan aku dan Hyun Min Oppa juga!"
"Akan lebih baik kalau aku jadi gila! Hanya memikirkan kematian Hyun Woo, membuatku tidak bisa bernapas"
Tangis Nyonya Jo pun pecah. Hyun Ji langsung memeluk ibunya. Tanpa mereka sadari, Hyun Woo mengawasi mereka dari kejauhan.
"Ibu, bertahanlah dan tunggu aku. Tangisan ibu hari ini dan kesalahan yang Joo Ah Ran timpakan padamu, aku akan membayarnya satu per satu."
Ah Ran dan Joo Seung sedang merayakan kemenangan mereka karena berhasil merebut Soul Furniture dari tangan Presdir Shin. Ah Ran lalu berkata itu baru permulaan. Ia ingin melihat keluarga Shin kelaparan dan memakan makanan sisa.
"Dengan begini, rasa kelaparan yang diderita Kyeong Ran dapat terbalaskan." ucap Ah Ran lagi.
"Kau masih ingat wajah adikmu?" tanya Joo Seung.
"Tentu saja. Aku tidak pernah melupakannya semenit pun. Bahkan meskipun waktu telah berlalu tapi suaranya, matanya terus berada di pikiranku." jawab Ah Ran.
Joo Seung lalu berpindah ke samping Ah Ran. Ia ingin memeluk Ah Ran, namun saat ia menyentuh perut Ah Ran, Ah Ran menghindar. Ah Ran berkata ia lelah dan ingin pulang. Ah Ran pun beranjak pergi. Joo Seung menatap kepergian Ah Ran dengan heran.
Presdir Shin mengamuk lagi. Ia marah lantaran Nyonya Jo mengeluarkan sertifikat kematian Hyun Woo. Nyonya Jo hanya bisa mengurut dadanya mendengarkan makian Presdir Shin. Puas memaki2 Nyonya Jo, Presdir Shin pun meninggalkan Nyonya Jo. Di luar, ia bertemu Ah Ran.
"Ayah, aku membuat Susu. Apa kau mau satu?" tawar Ah Ran.
"Kau sudah merebut perusahaanku. Kau bahkan juga mengejekku. Kenapa kau melakukan itu pada ayah mertuamu?" ucap Presdir Shin.
"Ayah, kau akan mengerti semuanya nanti." jawab Ah Ran.
"Seorang menantu menipu ayah mertuanya. Apa kau benar2 tulus? Tunggu dan lihatlah! Aku akan merebut perusahaanku kembali!"
Presdir Shin lalu mendorong Ah Ran dengan sikunya dan beranjak pergi. Tepat saat itu Hyun Ji turun ke bawah dan melihat Ah Ran kesakitan. Ah Ran pun langsung dibawa ke rumah sakit oleh Hyun Ji dan Nyonya Jo.
Nyonya Jo dan Hyun Ji menunggu di depan ruang UGD. Tak lama, Joo Seung pun keluar dan memberitahu mereka kalau Ah Ran keguguran. Nyonya Jo dan Hyun Ji pun syok. Joo Seung lalu menyuruh Hyun Ji membawa Nyonya Jo pulang.
Ah Ran akhirnya sadar. Joo Seung yang sedari tadi menunggui Ah Ran tampak kecewa.
"Sejak kapan kau mulai membohongiku?" tanyanya kecewa.
Ah Ran pun kaget karena Joo Seung akhirnya mengetahui dirinya masih hamil. Ah Ran lantas meminta Joo Seung untuk tidak salah paham. Ia berkata tidak bisa menggugurkan janin itu. Mendengar hal itu, emosi Joo Seung pun meluap.
"Apa kau mulai jatuh cinta pada Shin Hyun Woo? Karena kau merasa bersalah kau ingin memiliki bayi itu!"
"Bukan seperti itu! Ini tidak ada hubungannya dengan Shin Hyun Woo. Ini adalah naluri keibuanku."
"Aku juga manusia! Aku bisa cemburu, emosi dan marah! Di dalam perut wanita yang kucintai, ada anak laki2 lain. Haruskah aku bersikap tidak terjadi apa2? Setiap kali memikirkan bagaimana kau membohongiku, aku merasa akan gila."
Joo Seung pun pergi. Ah Ran yang tadinya hanya berkaca2, kini mulai menangis.
(Tersentuh pas scene ini, sejahat2nya Ah Ran dia masih punya hati, makin gak bisa membenci Ah Ran)
Setibanya di rumah, Nyonya Jo memberitahu suaminya perihal Ah Ran yang keguguran. Presdir Shin pun merasa bersalah.
"Ibu mertuanya membunuh suaminya. Ayah mertuanya membunuh anaknya. Kita akan berhutang padanya seumur hidup kita." ucap Presdir Shin.
"Kita harus mengikhlaskan kepergian Hyun Woo." jawab Nyonya Jo.
Pemakaman Hyun Woo akhirnya digelar. Joo Seung berkaca2 menatap peti mati Hyun Woo. Tatapan Joo Seung terlihat tulus.
Ah Ran juga menangis...
"Suamiku yang malang. Kenapa kau pergi begitu cepat? Aku ingin ikut denganmu! Kalau kau tidak ada, bagaimana dengan hidupku!"
Sementara itu Hyun Woo berada di suatu tempat ditemani Jae Hee. Ia membakar jas hitamnya dan menuangkan arak ke atasnya.
"Hari ini aku pergi ke pemakaman Shin Hyun Woo."
Jae Hee kaget, apa!
"Hari ini Shin Hyun Woo sudah mati. Aku sudah membunuhnya." ucap Hyun Woo penuh dendam.
Hyun Woo lalu menanyakan soal operasi plastik yang pernah ditawarkan Jae Hee.
Jae Hee menemani Hyun Woo menemui dokter bedah plastik. Setelah mendengar penjelasan panjang dokter, Hyun Woo pun mulai di operasi. Jae Hee mengantarkan Hyun Woo ke ruang operasi.
"Kalau wajahku berubah menjadi jelek, apakah kau akan tetap berada di sisiku?" tanya Hyun Woo.
"Aku tidak peduli seperti apa dirimu, kau akan selamanya menjadi ayah berkaki panjangku." jawab Jae Hee.
Hyun Woo pun tersenyum.
(I love this couple!!!)
Hyun Woo masih belum sadarkan diri pasca operasi. Jae Hee dengan setia menemaninya. Tiba2, Hyun Woo terbangun. Ia menjerit dan memegangi wajahnya yg dibalut perban. Jae Hee pun memeluk Hyun Woo dan menenangkan Hyun Woo.
Waktu terus berlalu..... perban Hyun Woo pun mulai dibuka. Wajah Hyun Woo berubah drastis. Ia pun terkejut saat menatap wajah barunya di cermin. Namun tak lama senyumnya pun merekah.
(Bae Soo Bin akhirnya muncul.. Welcome Oppa, tapi sedih Han Sang Jin gak main lagi)
Hyun Woo lalu keluar dari kamarnya. Di luar, ia bertemu dengan Jae Hee. Namun Jae Hee yang tak menyadari pria yang berpapasan dengannya adalah Hyun Woo, terus berjalan melewati Hyun Woo.
"Kau mau kemana? Aku sudah lama menunggumu." tegur Hyun Woo.
Langkah Jae Hee pun terhenti. Ia lalu menatap Hyun Woo dengan bingung.
"Ini aku." ucap Hyun Woo.
Jae Hee terkejut, ini benar2 dirimu? Aku tidak mengenalimu, bahkan suaramu juga berubah. Kau benar2 ayah berkaki panjangku?
Hyun Woo pun tersenyum dan mencubit pipi Jae Hee.
"Aku sudah menemukan nama baru untukmu. Ahn Jae Sun." ucap Jae Hee.
"Ahn Jae Sung?" tanya Hyun Woo.
"Dia seniorku di kampus tapi sekarang dia sudah berada di Inggris. Aku merasa nama itu akan membawa keberuntungan." jawab Jae Hee.
Hyun Woo lalu menatap Jae Hee dalam2.
"Mulai sekarang aku akan sangat sibuk. Aku harus segera menemukan rumah dan mencari pekerjaan. Aku juga akan belajar olahraga." ucap Hyun Woo.
Hyun Woo pun mulai mempelajari semuanya. Mulai dari berkuda, memasak, memotret dan bermain musik. Semua dilakukannya untuk membalas Ah Ran dan Joo Seung.
Hyun Woo datang ke toko Ah Ran. Matanya pun mulai berkaca2 saat teringat dirinya menghadiahkan toko itu untuk Ah Ran. Saat itu, Ah Ran begitu senang dan memeluk dirinya. Lamunan Hyun Woo pun buyar saat salah satu pegawai Ah Ran menghampirinya.
"Apa ada yang bisa kubantu?" tanya pegawai itu ramah.
"Aku datang untuk menawarkan kerjasama. Menurutu, furniture disini sangat unik. Apa manajermu ada di dalam?" jawab Hyun Woo.
Ah Ran ada di apartemen Joo Seung. Ia sedang membahas pemasukan Soul yang merosot tajam setelah muncul pemberitaan dirinya dan Presdir Shin bertikai soal perusahaan. Ah Ran lalu teringat soal investor yang akan datang ke tokonya.
Hyun Woo pulang ke apartemennya dan terkejut melihat suasana apartemennya berubah. Jae Hee pun langsung menghampiri Hyun Woo. Ia berkata sengaja merubah sedikit dekorasi apartemen Hyun Woo.
"Kenapa kau lakukan ini? Apa kau tidak sibuk di rumah sakit?" tanya Hyun Woo.
"Aku mengambil cuti. Apa kau lapar? Cepat cuci tanganmu. Aku sudah membuatkan masakan yang lezat untukmu." jawab Jae Hee.
Saat Jae Hee hendak kembali ke dapur, Hyun Woo tiba2 memeluknya dari belakang. Ia pun terkejut.
"Apa kau tahu kenapa aku membuang hidup Shin Hyun Woo dan memilih hidup sebagai Ahn Jae Sung?
Mulai sekarang kita tidak bisa bertemu lagi. Aku inin segera kembali ke keluargaku, jadi aku tidak punya waktu." ucap Hyun Woo.
"Aku mengerti maksudmu. Aku tidak bisa sesuka hatiku bertemu denganmu kan? Itu maksudmu?" jawab Jae Hee berkaca2.
Hyun Woo lalu memberikan Jae Hee sebuah hadiah. Sebuah kalung berbandul anak kunci. Mata Jae Hee berkaca2 ketika Hyun Woo memakaikan kalung itu di lehernya.
Hyun Woo dan Ah Ran akhirnya bertemu. Mereka bertemu di sebuah kafe. Ah Ran memperkenalkan dirinya sebagai Direktur Soul Furniture. Hyun Woo memperkenalkan dirinya sebagai Ahn Jae Sung, Direktur Robinsi. Ah Ran tersenyum menatap Hyun Woo. Hyun Woo awalnya tersenyum, namun beberapa detik kemudian senyumnya menghilang berganti dengan tatapan tajam.
Bersambung ke episode 7
0 Comments:
Post a Comment