Se Ryung mulai kehilangan kendali atas kudanya. Ia ngeri membayangkan apa yang akan terjadi. Seung Yoo terus memacu kudanya mengejar Se Ryung dan berhasil mendekati kuda Se Ryung. Ia lalu melompat ke kuda Se Ryung. Saat kuda mereka akan jatuh ke jurang, Seung Yoo memeluk2 Se Ryung erat2 dan melompat dari kuda.
Sementara itu, Raja Munjong sudah menetapkan pilihan siapa yang akan
menjadi pendamping Putri Kyung Hee. Dia adalah Kim Seung Yoo! Pangeran Sooyang
dan Kim Jong Seo kaget mendengarnya.
Putri sedang merias diri. Dayang Putri lari2, Yang Mulia! Yang Mulia!
Putri heran, Apa yang membuatmu panik?
Dayang memberitahu kalau Baginda Raja sudah memilih Seung Yoo sebagai
pendamping Putri.
Putri kaget, Profesor Kim Seung Yoo?!
Seung Yoo dan Se Ryung berguling2 di tanah. Se Ryung langsung berdiri dan
melihat ke jurang. Seung Yoo menarik Se Ryung menjauh dari tebing dan berkata
kalau Se Ryung hampir kehilangan nyawanya. Se Ryung diam saja.
Seung Yoo marah, Apa Yang Mulia punya dua nyawa! Kenapa seorang wanita bisa
begitu ceroboh!
Menteri Onnyeong protes, “Anda tidak bisa membuat keputusan seperti ini.
Memilih Pangeran Pendamping tanpa mengikuti prosedur pemilihan, ini melanggar
aturan kerajaan!”
Raja bertanya, “Apa keinginanku memilih Pangeran Pendamping melanggar
aturan kerajaan?”
Pejabat Kwon Ram berkata, “Bagaimana mungkin seseorang yang belum lulus tes
bisa menjadi Pangeran Pendamping?”
Pihak Kim Jong Seo kesal, “Apa maksudmu putra Penasehat Kim tidak memenuhi
persyaratan untuk menjadi Putra Pendamping!”
Pangeran Sooyang angkat bicara, “Jika Paduka Raja sudah memilih Kim Seung
Yoo sebagai Pangeran Pendamping, bagaimana bisa kita tidak mengikutinya? Yang
saya ketahui, Kim Seung Yoo memiliki karakter dan pengetahuan yang sama dengan
ayahnya. Dia tidak memiliki kekurangan apapun untuk masuk ke dalam keluarga
kerajaan. Tapi kita tidak bisa mengabaikan aturan kerajaan. Kita bisa
memasukkan nama Kim Seung Yoo dan memprosesnya sampai selesai. Jika Paduka Raja
menunjuk saya sebagai orang yang bertanggung jawab atas masalah ini, saya akan
merasa gembira dan terhormat.”
Raja setuju dengan pendapat Sooyang.
Selesai rapat, Pangeran Sooyang menemui Kim Jong Seo.
“Aku mengerti jawabanmu atas perjodohan anak2 kita. Kau memilih Yang Mulia
dan membuangku. Selamat.”
Pangeran Sooyang pun beranjak pergi dengan wajah penuh emosi. Kim Jong Seo
menatap tajam kepergian Pangeran Sooyang.
Seung Yoo mengecek kudanya, kemudian melihat Se Ryung yang duduk
membersihkan diri. Se Ryung kaget melihat roknya yang sobek. Ia kemudian
merasakan sakit di kakinya. Tiba2, Seung Yoo datang.
“Kenapa anda begitu sembrono? Bagaimana pun juga anda tetap seorang wanita.
Wanita di Josen tidak akan menunggangi kuda di jalan raya di tengah hari
seperti ini!” ucap Seung Yoo marah.
“Kau berani bicara seperti itu?” tanya Se Ryung.
“Saya akan kembali ke istana untuk menghukum penjaga dan dayang yang
membiarkan anda keluar istana sendirian.” Jawab Seung Yoo.
Se Ryung berdiri dan berkata, “Kau juga salah. Kau berani memakai bahasa
yang tidak sopan seperti “manja” dan “berani” pada seorang putri.”
“Apa?” jawab Seung Yoo.
“Jika kau tidak mau terseret dalam masalah ini, maka diam dan pergilah.”
Ucap Se Ryung.
Seung Yoo kaget lalu berkata, “Meskipun aku menginginkannya, aku tidak bisa
mengabaikan tugasku sebagai seorang guru. Jadi naiklah.”
“Pinjamkan punggungmu.” Ucap Se Ryung.
“Punggung?” tanya Seung Yoo.
“Bukannya kau menyuruhku menaiki kuda ini.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo tidak percaya, “Jadi kau mau menginjak punggungku untuk naik ke
atas kuda?”
“Kenapa? Apa karena harga dirimu? Di depan seorang putri kau masih
memikirkan harga diri?”
Seung Yoo pun dengan terpaksa meminjamkan punggungnya. Saat Se Ryung mulai
menginjak punggung Seung Yoo, Seung Yoo meringis kesakitan. Se Ryung tersenyum
geli.
Seung Yoo jalan sambil memegang kekang kuda. Se Ryung terus menatap Seung
Yoo. Tanpa sengaja, Se Ryung membuat kuda berontak. Seung Yoo menenangkan kuda
itu. Se Ryung tampak takut. Seung Yoo heran dan bertanya kenapa Se Ryung coba2
naik kuda padahal takut.
Se Ryung menjawab, “Bagaimana pria bisa mengerti perasaan wanita?”
“Jika dia berpikir sebagai guru, bukan laki2, mungkin dia bisa mengerti.”
Jawab Seung Yoo.
“Benarkah? Jika kau mengendarai kuda, apa kau akan merasa bebas? Itulah
kenapa aku ingin tahu.” Ucap Se Ryung.
“Kau harus berpacu secepat mungkin untuk merasakan angin.” Jawab Seung Yoo.
“Bahkan setakut apapun diriku, aku benar2 ingin merasakannya. Setelah
menikah, wanita akan sulit melakukan kontak dengan dunia luar. Itulah alasannya
aku membutuhkan kenangan yang indah agar aku bisa melawan kehidupan yang sulit
dan membosankan.” Ucap Se Ryung.
Seung Yoo tertegun mendengar kata2 Se Ryung.
Putri Kyung Hee ingin menghadap ayahnya, namun sang ayah sedang berbicara
dengan Kim Jong Seo.
Raja Munjung berkata kalau Putri Kyung Hee dan Seung Yoo adalah pasangan
yang serasi. Kim Jong Seo berkata kalau putranya masih banyak kekurangan, namun
akan memberikan bantuan yang cukup besar untuk Raja. Raja bilang bukan
untuknya, tapi untuk Putra Mahkota. Kim Jong Seo membenarkan.
Seung Yoo membawa Se Ryung ke gibang. Se Ryung kaget, Dimana ini? Kata
Seung Yoo, Anda tidak bisa kembali ke istana dengan penampilan seperti itu.
Kita ke sini untuk meminjam baju. Setelah berganti baju, kita akan kembali ke
istana.
Se Ryung tampak ragu Seung Yoo tanya, Anda tidak turun?
Se Ryung akhirnya mengikuti Seung Yoo masuk ke gibang. Sampai di dalam,
mereka disambut hangat oleh para gisaeng. Sebenarnya yang disambut cuma Seung
Yoo doang sih. Hehhehehe. Seung Yoo berkata kalau ia datang untuk meminjam baju
bersih. Gisaeng bertanya, Untuk apa? Seung Yoo melirik Se Ryung. Gisaeng itu
tanya lagi, Siapa wanita yang terlihat membosankan ini?
Mereka lantas
menyadari baju Seung Yoo yang juga kotor dan bertanya apa Seung Yoo dan Se
Ryung habis bergulingan bersama.
Seung Yoo
menegur gisaeng2 itu, “Kalian semua! Dia bukan orang yang bisa kalian jadikan
bahan lelucon. Cepat tunjukkan kamar untuknya.”
Dari kamarnya,
Se Ryung mengamati Seung Yoo yang dikerubungi gisaeng. Se Ryung menutup jendela
dengan kesal, lalu ngomel2 sendiri, memaki2 Seung Yoo.
Seorang pria mabuk masuk ke kamar Se Ryung. Ia mengira Se Ryung gisaeng. Se Ryung menghindar dari kejaran pria itu sambil berkata kalau pria itu salah kamar. Tapi pria itu terus saja mengejar2 Se Ryung. Untunglah, seorang gisaeng masuk dan membawa pria itu pergi.
Seung Yoo sedang memilih2 hanbok. Tapi gak ada satu pun hanbok yang layak dipakai Se Ryung. Itu membuat Seung Yoo stress. Semua hanbok gisaeng2 itu transparan. Seung Yoo akhirnya memilih satu set hanbok dan masuk ke kamar Se Ryung.
Sesampainya di sana, ia heran tidak mendapati Se Ryung. Saat mau keluar, ia melihat rok Se Ryung dari balik sekat kamar. Tampak Se Ryung tertidur di balik sekat kamar. Seung Yoo tersenyum geli melihatnya. Ia lantas membungkukkan badannya dan melihat wajah Se Ryung dari dekat. Senyumnya pun mengembang.
Seung Yoo lalu
meletakkan hanbok di meja. Saat mau pergi, ia melihat pergelangan kaki Se Ryung
yang bengkak. Se Ryung akhirnya bangun dari tidurnya. Dan ia heran melihat
kompresan di kakinya. Ia mengambil bahan kompres yang terbuat dari daun yang
ditumbuk.
Se Ryung lalu
melihat hanbok yang dibawa Seung Yoo. Ia heran melihat hanbok yang transparan.
Se Ryung
akhirnya memakai hanbok itu juga. Ia teringat kata2 Seung Yoo kalau mereka
tidak bisa kembali ke istana dengan pakaian seperti itu. Se Ryung pun pergi
dengan mengendap2, tapi ia bertemu dengan Seung Yoo. Seung Yoo tanya Se Ryung
mau kemana. Se Ryung bilang kalau dia mau mencari kudanya. Seung Yoo bilang
kalau kudanya sudah terlalu lelah, jadi ia menyiapkan tandu untuk Se Ryung.
Se Ryung
protes, “Kenapa kau menyuruhku memakai pakaian seperti ini? Apa tidak ada
pakaian yang lebih terhormat?”
“Terhormat?
Saya tidak pernah mengira kata2 itu akan diucapkan oleh seorang wanita yang
tidur dengan kaki terjulur keluar seperti tadi. Sekarang istana pasti gempar
mencari anda, Yang Mulia Putri.” Ayo kembali.”
Ternyata, ada
gisaeng yang menguping pembicaraan mereka. “Yang Mulia Putri?” tanya gisaeng
itu heran.
Saat tiba
diluar, tukang tandu tidak ada. Se Ryung pun sadar kalau norigae pemberian
Putri hilang. Ia menyuruh Seung Yoo mencarinya di dalam. Seung Yoo pun kembali
ke dalam.
Saat kembali
tukang tandu sudah siap. Seung Yoo berkata, “Aku sudah mendapatkannya.”
Tidak ada
jawaban. Seung Yoo mengetuk tandu, dan bertanya, “Apa anda sedang tidur?”
Tidak ada
jawaban. Akhirnya Seung Yoo membuka jendela dan terkejut mendapati tandu yang
kosong.
Seung Yoo berputar2
di pasar mencari Se Ryung. Dari kejauhan, Se Ryung melihat Seung Yoo sambil
tersenyum. Ia pun beranjak pergi.
Seung Yoo pergi
ke istana. Penjaga istana heran Seung Yoo datang malam2. Seung Yoo bilang ia
datang untuk memeriksa apakah penjaga istana bekerja dengan baik menjaga
gerbang istana. Penjaga itu tertawa geli dan berkata kalau Seung Yoo sangat
konyol. Seung Yoo lalu bilang kedatangannya untuk mengambil bukunya yang sangat
penting.
Penjaga
mengizinkan Seung Yoo masuk. Sampai di dalam, Seung Yoo langsung bergegas ke
kediaman Putri. Dayang Putri menemui Seung Yoo dan tanya alasan Seung Yoo
datang malam2. Seung Yoo langsung menanyakan Putri. Dayang tanya kenapa Seung
Yoo menanyakan Putri. Seung Yoo bilang kalau dia harus mengetahuinya.
Dayang : Yang
Mulia Putri sedang menghadap Paduka Raja.
Seung Yoo lega,
berarti dia sudah kembali.
Dayang Putri
tanya maksud Seung Yoo. Seung Yoo menasehati dayang Putri untuk menjaga Putri
dengan baik jika tidak mau mendapat masalah. Saat hendak pergi, Seung Yoo teringat
sesuatu. Ia pun mengeluarkan sesuatu dari lengannya dan memberikannya ke dayang
Putri. Setelah Seung Yoo pergi, dayang membuka kain pembungkus dan kaget
mengetahui isinya adalah norigae Putri.
“Tidak ada
alasan untuk menyukai atau pun membencinya.” Jawab Putri.
“Kudengar kau
sudah mengikuti pelajaran Kim Seung Yoo dengan baik, itu sebabnya aku yakin kau
tidak akan menolaknya.” Ucap Raja.
“Saya masih
ingin berada di sisi Putra Mahkota. Tolong tunda pemilihan calon pendamping.”
Pinta Putri.
“Kalau kau
benar2 mencemaskan Putra Mahkota, menikahlah dengan Kim Seung Yoo. Sampai
berapa lama kau akan ada di sisinya? Sampai dia dewasa? Sampai dia naik tahta?”
jawab Raja.
“Ayah.” Ucap
Putri dengan mata berkaca2.
“Orang yang
bisa melindungi Putra Mahkota bukanlah ayahnya yang sakit2an, bukan juga
kakaknya tidak tahu apa2 soal politik. Hanya ada Kim Jong Seo.” Ucap Raja.
“Jika ayah
hidup dengan sehat....”
“Sampai kapan
kau membiarkan adikmu hidup dengan harapan2 kosong seperti itu? Ayahmu tidak
lagi punya energi mendengarkan keluhan2mu. Ada banyak yang harus dilakukan.”
Ucap Raja.
Putri Kyung Hee
beranjak menuju kediamannya. Pada dayangnya ia berkata, “Calon suami Se Ryung
akan menjadi Pangeran Pendamping. Apa kau pernah mendengar hal seaneh ini?”
“Yang Mulia.”
Jawab dayang.
“Aku bertanya2,
apa Se Ryung tahu soal ini. Ini tidak boleh terjadi. Aku harus menemui Profesor
Kim Seung Yoo besok dan menceritakan semuanya.” Ucap Putri.
“Dia baru saja
pergi.” Ucap dayang.
“Siapa?” tanya
Putri.
“Profesor Kim
Seung Yoo.” Jawab dayang.
“Profesor Kim
Seung Yoo? Mau apa dia malam2 begini?” tanya Putri.
“Dia meninggalkan
ini untukmu.” Jawab dayang sambil memberikan bungkusan itu.
Putri membuka bungkusan yang isinya norigae-nya. Dayang bilang kalau norigae itu diberikan Putri untuk Se Ryung. Putri tertegun.
Di rumahnya, Se Ryung dihukum sang ibunda. Kakinya dipukuli hingga berdarah. Lady Yoon marah, “Kau bukan hanya naik kuda, tapi juga pulang dengan baju gisaeng! Apa kau tidak punya otak!”
Se Ryung yang
tak kuat lagi menahan sakit, akhirnya jatuh. Pelayan Se Ryung langsung
mendekati Se Ryung, Nona!
“Janji padaku
kau tidak akan melakukannya lagi!”
Se Ryung diam
saja, sehingga ibunya berteriak, “Janji padaku!”
“Aku janji tidak
akan naik kuda lagi.”
“Jika kau
melakukannya lagi, maka kau akan melihatku mati.”
“Iya.”
Pelayan Se
Ryung mengobati kaki Se Ryung. Se Ryung meringis kesakitan menahan perih.
Pelayan lalu berkata kalau memar di pergelangan kaki Se Ryung sudah sembuh.
Se Ryung
teringat kata2 Seung Yoo, “Terhormat? Saya tidak menyangka kata2 itu akan
keluar dari mulut wanita yang tidur dengan kaki terjulur seperti tadi.”
“Apa dia yang
membubuhkan obatnya?” tanya Se Ryung.
“Apa?” tanya
pelayan Se Ryung.
“Ah, bukan
apa2.” Jawab Se Ryung.
Kim Jong Seo
minum2 dengan rekan politiknya. Rekan politiknya memberi selamat untuk
pernikahan Seung Yoo dan Putri. Ia bilang kalau Pangeran Sooyang sudah kalah
dari Raja dan Kim Jong Seo. Rekan politik Kim Jong Seo yang lain heran Pangeran
Sooyang menerima begitu saja perjodohan itu. Kim Jong Seo resah karena Sooyang
sudah menjadi Juhon, yang artinya proses seleksi Pangeran Pendamping ada di
tangan Sooyang.
Pangeran
Sooyang juga sedang bertemu dengan antek2nya. Menteri Onnyeong kesal, “Dia
menolak lamaran anda dan mengajukan putranya untuk menjadi Pangeran Pendamping.
Ini jelas deklarasi dari Baginda Raja dan Kim Jong Seo.”
“Anda tidak
boleh hanya duduk diam dan membiarkan mereka membunuh anda.” Tambah Kwon Ram.
Sooyang
tersenyum tipis. Menteri Onnyeong berkata kalau Sooyang terlalu baik menawarkan
diri jadi Juhon. Kwon Ram tanya rencana Sooyang. Sooyang bilang kalau dia akan
mencarikan calon lain untuk Pangeran Pendamping menggantikan Seung Yoo. Menteri
Onnyeong dan Kwon Ram terperangah mendengarnya.
Paginya petugas
menempelkan pemberitahuan. Semua orang penasaran dengan isinya. Pelayan Se
Ryung ikut melihatnya. Ia bertanya apa isinya pada seorang pria. Pria itu
bilang kalau Putri Kyung Hee akan segera menikah, sehingga dilarang ada pernikahan
di kalangan pemuda bangsawan.
Pelayan Se
Ryung langsung memberitahu Se Ryung, Nona, Yang Mulia Putri akan segera
menikah.
Se Ryung
mengenakan hanbok Putri dengan bantuan para dayang. Ia tanya dimana Putri.
Dayang Putri bilang, “Yang Mulia Putri pergi sendirian dan tidak mengizinkan
siapapun mengikutinya. Kurasa dia menjadi sensitif karena rencana
pernikahannya.”
Se Ryung bilang
kalau dia sudah mendengar rencana pernikahan Putri.
Dayang lalu
tanya norigae yang diberikan Putri pada Se Ryung. Se Ryung terkejut, lalu
menjawab kalau ia meninggalkan norigae itu di rumah.
Putri sedang
menatap norigae-nya. Dayang datang menghampiri Putri.
“Yang Mulia,
Nona Se Ryung sudah pergi belajar.” Ucap dayang.
“Seorang pria
menyimpan norigae. Apa yang kau pikirkan?” tanya Putri.
“Itu....”
“Aku harus
mencari tahu semuanya.” Jawab Putri.
Kim Seung Yoo
bersiap2 mengajar. Kepala Profesor tanya, “Apa tidak ada masalah?”
“Maksudmu
dengan pelajaran Yang Mulia Putri? Aku heran, kenapa para pengajar selalu
bermasalah dengannya.” Jawab Seung Yoo, lalu ketawa ngakak.
Para profesor
berdehem, kesal menatap Seung Yoo.
“Aku saja sulit
menaklukkannya. Lalu bagaimana Yang Mulia Putri itu?” tanya Kepala Profesior.
“Sangat......
Misterius.” Jawab Seung Yoo, lalu kembali ketawa ngakak.
Para pengajar
langsung melongo. Seung Yoo berdehem, lalu pergi mengajar.
Sambil berjalan
ke kediaman Putri, Seung Yoo teringat saat “Putri” memaksanya meminjamkan
punggungnya. Ia juga ingat saat “Putri” tidur dengan kaki terjulur keluar. Ia
cengar cengir, lalu kembali menguasai diri dan terus berjalan menuju kediaman
Putri. Sampai di kediaman Putri, ia minta kedatangannya diumumkan.
Seung Yoo dan Se Ryung duduk dipisahkan tirai. Seorang dayang masuk menyajikan teh. Seung Yoo minum teh. Dayang itu ternyata Putri Kyung Hee! Putri Kyung Hee mengamati wajah Seung Yoo.
“Apa semuanya
baik2 saja semalam?” tanya Seung Yoo.
“Ya.” Jawab Se
Ryung.
“Saya tidak
tahu kenapa saya mencemaskan Yang Mulia yang baik2 saja di istana. Seharusnya
saya tidak perlu cemas.” Ucap Seung Yoo.
“Terima kasih
untuk perhatianmu.” Jawab Se Ryung.
“Apa kau pernah
dengan dongeng wanita nakal yang hampir kehilangan nyawanya karena tidak bisa
menunggangi kudanya, lalu melemparkan diri ke dalam pelukan seorang pria dan
jatuh bergulingan?” tanya Seung Yoo menyindir.
“Mereka bilang
pria itu bahkan membawa sang gadis ke gibang dan membuat si gadis mengenakan
baju yang memalukan. Lalu apa yang terjadi dengan norigae yang ia berikan pada
pria itu?” Balas Se Ryung.
“Oh, jadi anda
sudah mendengarnya. Norigae milik seorang wanita yang tertidur di hadapan
seorang pria dan tiba2 menghilang...”
Kata2 Seung Yoo
terputus karena Putri Kyung Hee menjatuhkan teko teh. Ia bener2 kaget dengan
pembicaraan mereka. Seung Yoo dan Se Ryung juga kaget. Se Ryung mengangkat
tirai dan terkejut melihat sepupunya itu ada di sana.
Se Ryung dan
Putri jalan bersama. Se Ryung berkata, “Aku benar2 terkejut. Kenapa anda
memainkan permainan yang berbahaya?”
“Jika kau
bicara tentang bahaya, bukankah kita sama? Kau berpura2 menjadi seorang putri,
kenapa aku tidak bisa pura2 jadi dayang istana?” jawab Putri.
“Lalu, kenapa
anda di sana?” tanya Se Ryung.
Putri
menunjukkan norigae-nya ke Se Ryung. Se Ryung tanya, “Kenapa bisa di sini?”
“Semalam,
dayangku menerima ini dari Profesor Kim?” jawab Putri.
“Jadi dia
datang mengembalikannya?” tanya Se Ryung.
“Gadis yang
tidur dengan pria ceroboh dan tiba2 menghilang, apa itu kau?” jawab Putri.
“Ah, kami
mengalami kecelakaan diluar istana dan dia pria yang sangat berlebihan.” Ucap
Se Ryung.
“Apa kalian
begitu dekat?” tanya Putri.
“Dekat? Dia
sebenarnya adalah pria yang membosankan yang selalu bicara bagaimana pria dan
wanita harus bersikap baik2. Tapi aneh, kemarin dia membubuhkan obat ke
kakiku.” Jawab Se Ryung.
Putri tampak
kesal.
(Ada apa dengan
Putri Kyung Hee? Mungkinkah dia mulai menyukai Kim Seung Yoo?)
Putri dan Se Ryung sudah berganti baju lagi. Se Ryung pamit pulang. Namun langkah Se Ryung terhenti. Ia membalikkan badannya dan mengucapkan selamat karena Putri sebentar lagi akan menikah. Putri hanya berkata, terima kasih. Se Ryung beranjak pergi.
“Kim Seung Yoo,
bukan pria untukmu.” Ucap Putri pelan.
Shin Suk Joo
menghadap Raja. Raja mengizinkan Suk Joo masuk. Suk Joo memberi hormat. Raja
menyuruh Suk Joo mendekat. Suk Joo mengkhawatirkan kondisi kesehatan Raja. Raja
berkata, “Aku merindukan saat kita begadang dan terlibat perdebatan ilmiah.
Jika saja Raja terdahulu tidak melarang keterlibatan para sarjana dalam dunia
politik, aku pasti sudah mengajukanmu ke kantor pemerintah.”
“Anda sungguh mulia.”
Jawab Shuk Joo.
“Tolong bantu
aku. Orang Sooyang sudah memenuhi Dewan Istana. Kau harus mengecek apa mereka
melakukan semuanya dengan benar.” Ucap Raja.
“Baik, aku akan
mengingatnya.” Jawab Shuk Joo.
Shuk Joo
beranjak meninggalkan kediaman Raja. Sooyang dan Kwon Ram melihat kepergian
Shuk Joo. Sooyang tanya apa Kwon Ram sudah menemukan calon yang cocok
menggantikan Seung Yoo. Kwon Ram bilang kalau dia sudah menemukan beberapa yang
cocok.
Dalam
pertemuan, Shuk Joo menolak calon2 yang diajukan Sooyang.
“Song Ki Suk
dari Myeongsan sudah memiliki 4 selir. Itu artinya kelakuannya tidak benar. Dia
tidak akan cocok menjadi Pangeran Pendamping.” Ucap Shuk Joo.
“Bagaimana
dengan putra tertua Cho Hyun dari Wonju, Cho Kyung Teck?” tanya Kwon Ram.
“Ayah Cho Kyung
Teck, Cho Hyun dan kakeknya, Cho Il Suk, pernah melakukan penyuapan.” Jawab
Shuk Joo.
“Jadi kau
menolak semua calon yang diajukan!” tanya pihak Sooyang kesal.
“Aku akan
melihat kecocokan Kim Seung Yoo dan Yang Mulia Putri.” Jawab Suk Joo.
“Apa kau tidak
tahu kalau itu proses akhir?” ucap Menteri Onnyeong.
Sooyang angkat
bicara dengan menyuruh Shuk Joo memeriksa kecocokan antara Seung Yoo dan Putri.
“Aku ingin
petugas astrologi Park Soo Cheon dilibatkan dalam memeriksa kecocokan tanggal
lahir Kim Seung Yoo dan Yang Mulia Putri. Sampai proses ini selesai, kantor
Petugas Park akan dijaga ketat oleh pengawal istana.” Ucap Shuk Joo.
“Kau sangat
teliti sekali.” Puji Sooyang.
Pangeran
Sooyang jalan dengan Shuk Joo. Pangeran Sooyang berkata kalau ia sangat lega
Shuk Joo ikut terlibat dalam acara penting itu. Shuk Joo bilang kalau tugas
Pangeran Sooyang juga penting. Mereka lalu bertemu Seung Yoo. Shuk Joo
memperkenalkan Seung Yoo pada Pangeran Sooyang. Wajah Pangeran Sooyang langsung
berubah mengetahi pemudia di depannya adalah Kim Seung Yoo.
“Kau sangat
berbeda dengan ayahmu. Apa mengajar setiap hari itu melelahkan?” tanya Sooyang.
“Saya tidak
berbuat banyak untuknya.” Jawab Seung Yoo.
“Kudengar kau
bertanggung jawab terhadap pelajaran Putri. Apa kau sangat dekat dengannya?”
tanya Sooyang.
“Saya hanya
mengajar bagian Klasik saja.” Jawab Seung Yoo.
“Hanya
melihatmu saja sudah membuat hatiku sakit. Kau boleh pergi sekarang” ucap
Sooyang.
Setelah Seung
Yoo pergi, Sooyang tanya apa Shuk Joo juga mengenal Seung Yoo. Shuk Joo berkata
kalau Seung Yoo sahabat anaknya. Sooyang memperhatikan kepergian Seung Yoo
dengan wajah dingin.
Shin Myun sedang memberikan instruksi pada seluruh prajuritnya untuk menangkap preman yang meresahkan warga.
Tangan kanan
Shin Myun berhasil menangkap mereka dan melumpuhkan dua diantaranya. Satunya
lagi masuk ke dalam gibang. Shin Myun dan pasukannya datang.
“Kenapa kau
berhenti?” tanya Shin Myun.
“Ini adalah
tempat yang sering dikunjungi pejabat tingkat atas.” Jawab tangan kanan Shin
Myun.
“Ini hanya
gibang. Buka pintunya!” ucap Shin Myun.
Dua polisi
menggedor pintu, namun tak dibuka. Tangan kanan Shin Myun akhirnya manjat ke
dalam dan membuka pintu. Shin Myun dan pasukannya langsung masuk ke dalam.
Seorang gisaeng menghampiri mereka dan berkata kalau mereka sedang melayani
tamu penting.
“Kami sedang
mencari pengacau yang bersembunyi di sini.” Ucap Shin Myun.“Anda salah tempat.” Jawab gisaeng itu, lalu pergi.
“Menyembunyikan
kejahatan itu perbuatan melanggar hukum. Apa kau tidak tahu itu?” tanya Shin
Myun.
Gisaeng itu
berbalik dan berkata, “Kami menutup pintu gerbang karena ada tamu penting di
sini.”
“Kami harus
mencari mereka.” Ucap Shin Myun.
“Orang yang
semestinya disebut preman adalah yang berdiri di hadapanku sekarang.” Jawab
gisaeng itu.
“Ini tidak akan
lama.” Ucap Shin Myun, lalu menyuruh anak buahnya memeriksa. Polisi pun
menyebar membuat gisaeng dan pengawal gibang bingung.
Shin Myun masuk
ke dalam, memeriksa pintu ke pintu. Sampai pada satu pintu, Im Woon mengarahkan
pedangnya ke leher Shin Myun. Shin Myun tak peduli. Ia tetap membuka pintu. Di
dalam ada Pangeran Sooyang dengan Han Myung Hoe, penasehat Sooyang.
Myung Hoe
tanya, “Ada apa?”
“Saya Shin
Myun, pejabat Hanseong. Saya di sini untuk menangkap pemimpin pengacau.”
“Pengacau?
Sepertinya yang kau maksud adalah diriku.” Jawab Sooyang.
Im Woon semakin
mengarahkan pedangnya ke leher Shin Myun. Gisaeng dan pengawal tadi datang.
Mereka semua menertawakan Shin Myun. Akan tetapi, Shin Myun tidak peduli. Ia
mengajak Sooyang ikut dengannya ke kantor Hanseong.
“Apa kau benar2
tidak tahu siapa yang ada di hadapanmu? Tunjukkan hormatmu. Ini adalah Yang
Mulia Pangeran Sooyang!” ucap Myung Hoe marah.
Shin Myun kaget
dan langsung berlutut, “Maafkan ketidaksopanan hamba.”
“Apa kau benar2
sadar kalau kau sudah berlaku tidak sopan?” tanya Sooyang.
Shin Myun
menatap Sooyang. Sooyang mempelajari mata Shin Myun, kemudian berkata, “Mata
yang jujur dan tidak takut pada kekuasaan. Apa kau benar2 Shin Myun?”
“Iya.”
“Siapa
keluargamu.”
“Shik Sook Ju
adalah ayah saya.”
Shin Myun
keluar dari gibang. Tangan kanannya bertanya kemana preman itu pergi. Shin Myun
diam saja sambil menatap ke arah gibang.
Sooyang
berkata, “Hari ini aku bertemu dengan teman orang itu di istana.”
“Maksudmu Kim
Seung Yoo?” tanya Myung Hoe.
“Dia terlalu
baik untuk diberikan pada orang lain.” Jawab Sooyang.
“Jadi lamaranmu
ditolak?” tanya Myung Hoe.
“Dia memilih
bekerja sama dengan kakakku.” Jawab Sooyang.
“Kalau begitu
kita harus memisahkan mereka. Jika kau mengubur mereka tanpa meninggalkan
jejak, tidak peduli mereka pejabat tinggi atau pengemis, semua akan baik2
saja.” Ucap Myung Hoe.
“Mereka akan
mencurigaiku.” Jawab Sooyang.
Seung Yoo ke
rumah Jung Jong. Jong, kau di dalam?
Seung Yoo lalu
jalan ke sisi lain. Jong, ini aku, Seung Yoo.
Pintu terbuka.
Seorang wanita tua keluar dari dalam. Dia ibunya Jung Jong.
“Kau rupanya.”
Ucap ibu Jung Jong.
“Kenapa anda
yang membuka pintu?” tanya Seung Yoo.
“Tidak ada
alasan mereka bertahan di sini, karena kami yang tidak mampu membayar mereka.”
Jawab ibu Jung Jong.
“Apa Jong di
sini?” tanya Seung Yoo.
Ibu Jung Jong
hanya menghela napas.
Jung Jong
ternyata ada di toko obat. Ia membujuk pemilik toko memberikan obat itu padanya
dan berjanji akan membayarnya nanti. Pemilik toko menolak dan menyuruh Jong
membayar hutang jika mau mendapatkan obat itu. Jong berusaha merebut obat itu
dari si pemilik toko.
Seung Yoo
muncul. Jong senang Seung Yoo membelikan obat itu untuknya. Ia berjanji akan
membayar hutangnya setelah menjadi pangeran pendamping Putri nanti.
Seung Yoo geli,
“Pangeran Pendamping?”
“Hey, apa kau
pikir kau bisa bicara atas nama Putri hanya karena kau gurunya? Coba kau pikir,
kau adalah sainganku. Myun tidak termasuk, karena kakaknya sudah mencalonkan
diri.”
“Pulanglah dan
berikan obat itu pada ibumu.” Suruh Seung Yoo.
“Baiklah, aku
pergi.” Jawab Jong.
Seung Yoo
pulang, “Ayah, aku pulang.”
Kim Jong Seo
memanggil Seung Yoo.
“Orang yang
seperti apa Putri itu? Kudengar Baginda Raja sangat memanjakannya, sehingga
membuatnya jadi manja dan sombong. Apa itu benar?” tanya Kim Jong Seo.
“Itu hanya
rumor. Putri orang yang sangat ceria dan sangat hidup.” Jawab Seung Yoo.
“Aku lega
mendengarnya. Aku sudah memasukkan namamu ke dalam daftar calon Pangeran
Pendamping. Ini hanya formalitas saja. Bagind Raja sudah menetapkan pilihan
siapa yang akan menjadi Pangeran Pendamping. Orang itu adalah kau, Kim Seung
Yoo.” Ucap Kim Jong Seo.
Seung Yoo jalan
menuju kamarnya. Ia gembira karena dipilih menjadi Pangeran Pendamping “Putri”.
Pelayan Se
Ryung datang menemui Se Ryung. “Nona, saya dengar Yang Mulia Pangeran Sooyang
akan pergi berburu. Kita harus manfaatkan waktu ini untuk mencari kudanya.”
Se Ryung dan
pelayannya pergi ke gibang. Pelayan Se Ryung menyuruh Se Ryung menunggu diluar
sementara ia akan masuk menanyakan kudanya. Se Ryung berbalik dan terkejut
melihat Seung Yoo. Ia pun langsung bersembunyi. Pelayan Se Ryung kebingungan
mencari Se Ryung.
Saat Se Ryung
melihat ke arah Seung Yoo, Seung Yoo tiba2 muncul di hadapannya.
“Kenapa anda
suka sekali meninggalkan istana? Hari ini akan kupastikan pelayanmu mendapatkan
hukuman karena kesalahan mereka.” Ucap Seung Yoo.
“Itu bagus. Aku
juga akan melaporkanmu dan meminta mereka melakukan penyelidikan karena kau
suka datang ke gibang.” Jawab Se Ryung.
“Kenapa kau ke
sini?”
“Untuk mencari
kuda.”
Seung Yoo geli,
“Alasan yang buruk. Anda bisa menyuruh pelayan anda melakukannya.”
“Aku punya
alasan yang tidak akan kau mengerti.”
“Apakah gurumu
akan menghentikanmu atau tidak, apakah kau akan terluka atau tidak, kau akan
tetap naik kuda?”
“Aku tidak akan
naik kuda lagi. Aku sudah berjanji pada orang yang sudah merawatku dan
mencemaskanku setiap hari.”
Seung Yoo ingat
keinginan Se Ryung untuk merasakan kebebasan dengan berkuda. Ia juga ingat
kata2 Se Ryung kalau wanita yang sudah menikah tidak akan bisa melakukan kontak
dengan dunia luar. Se Ryung bilang akan kembali ke istana dan minta Seung Yoo
tidak mencemaskannya.
“Ayo kita pergi
bersama.” Ajak Seung Yoo, membuat Se Ryung kaget.
Seung Yoo
mengajari Se Ryung cara naik kuda.
“Saat naik
kuda, kau harus memegang kekang dan surai kuda. Saat naik kuda, kau harus naik
dari sisi kiri.”
Seung Yoo
berlutut dan menepuk2 pahanya. Ia meminta Se Ryung menginjak pahanya agar Se
Ryung bisa naik kuda.
Seung Yoo
kembali menjelaskan, saat naik kuda, jangan menendang pantatnya, karena anda
akan sangat mudah dijatuhkan olehnya.
“Itu pernah
terjadi padaku sebelumnya.” Ucap Se Ryung.
Seung Yoo lalu
memberitahu Se Ryung bagaimana posisi tubuh yang seharusnya saat naik kuda.
Berkat petunjuk Seung Yoo, Se Ryung pun berhasil menjalankan kudanya. Tanpa
mereka sadari, ada 3 orang yang mengintip mereka.
Seung Yoo
berkata lagi, jika ditendang maka kecepatannya akan bertambah. Se Ryung
mencobanya, namun ia justru ketakutan. Se Ryung menutup matanya. Seung Yoo
melarang Se Ryung menutup matanya. Se Ryung yang ketakutan, memaksa Seung Yoo
ikut naik ke kuda.
Sooyang bertemu
dengan Menteri Onnyeong. Menteri Onnyeong berkata sulit menemukan kandidat
pengganti Seung Yoo. Sooyang bilang Seung Yoo tidak akan muncul di hari
pemilihan.
“Buka mata
anda. Saya akan menambah kecepatannya.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung masih
gak berani membuka matanya.
Seung Yoo
memeluk Se Ryung, dan satu tangannya lagi memegang kekang kuda.
Se Ryung
berkata, “Aku takut!”
“Saya tidak
akan membiarkan anda terluka. Percayalah.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung pun
akhirnya membuka matanya. Dan senyumnya mulai mengembang.
“Guru! Aku
merasa dunia seperti berlari ke arahku!” teriak Se Ryung.
“Rasakan
anginnya, bukankah itu menyegarkan!” ucap Seung Yoo.
“Rasanya dadaku
ingin meledak.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo menurunkan kecepatan kudanya. Se Ryung masih ingin naik kuda. Seung Yoo bilang kalau mereka harus kembali ke istana. Se Ryung meminta Seung Yoo mengajarinya berkuda lagi. Seung Yoo kaget. Se Ryung bilang akan menunggu Seung Yoo di depan gibang di malam bulan purnama berikutnya.
Sooyang
berkata, “Kim Seung Yoo tidak akan selamat.”
Orang2 itu
menembakkan panah ke arah Seung Yoo. Seung Yoo berhasil menghindari panah itu.
Ia pun menambah laju kudanya. Orang2 itu terus mengejar mereka. Dan mereka
kembali menembakkan panah. Panah itu mengenai pantat kuda. Kuda mengerang
kesakitan. Seung Yoo dan Se Ryung terlempar ke bawah.
“Yang Mulia,
anda tidak apa2?” tanya Seung Yoo cemas.
Se Ryung tampak
kesakitan. Seung Yoo lalu mengajak Se Ryung lagi. Tiba2, Seung Yoo tertembak
anak panah! Se Ryung kaget melihat gurunya langsung terkulai lemas.
0 Comments:
Post a Comment