“Dimana Hae Gang, ibu? Apakah dia benar2 pergi ke
China? Catatan dan foto2 Hae Gang, kenapa dihapus? Siapa yang menghapusnya?
Apakah Hae Gang yang melakukannya? Apakah ibu yang melakukannya? Apa yang
terjadi pada Hae Gang, ibu?” tanya Jin Eon.
Nyonya Kim diam saja. Wajahnya terlihat kecewa dan
marah. Jin Eon pun berlutut dan mengakui kesalahannya. Ia terus menanyakan Hae
Gang. Nyonya Kim menghapus air matanya dan menuliskan catatan untuk Jin Eon.
Setelah itu, Nyonya Kim masuk ke kamarnya. Jin Eon pun merasa bersalah. Jin Eon
lalu membaca tulisan Nyonya Kim.
[Dia bertemu dengan seorang pria yang baik dan dia
hidup dengan bahagia. Jadi berhentilah. Aku mohon padamu]
Namun jawaban dari Nyonya Kim tak begitu memuaskan
hatinya.
Baek Seok menyusul Hae Gang yang duduk di luar
rumah. Namun ia tak menghampiri Hae Gang. Ia hanya menatap lirih Hae Gang dari
kejauhan. Hae Gang sendiri tak menyadari kehadiran Baek Seok. Sementara itu,
Jin Eon keluar dari rumahnya yang dulu ditempatinya bersama Hae Gang dengan
wajah sedih.
Keesokan harinya… di kediaman Presdir Choi. Seol Ri
sedang memasak. Nyonya Hong yang duduk di depan Seol Ri, terus memperhatikan
Seol Ri. Ia tidak menyangka Seol Ri akan mengajaknya makan siang. Ia pikir Seol
Ri akan marah padanya, atas kejadian kemarin dimana dirinya memanggil Seol Ri
dengan nama Hae Gang.
“Celemeknya kelihatan cocok denganmu. Sangat cantik.
Dari sepanjang waktu aku melihatmu, kau paling cantik saat ini. Karena kau
berpakaian seperti itu, kau jadi terlihat seperti menantuku. Sering2lah
memakainya, mengerti?” ucap Nyonya Hong.
“Apakah ibu akan suka jika aku hanya melakukan
pekerjaan rumah?” tanya Seol Ri.
“Aku tidak menyuruhmu melakukan pekerjaan rumah
tangga. Aku hanya khawatir kau akan sibuk dengan pekerjaanmu sampai2 kau tidak
punya waktu di rumah. Tak peduli apapun pekerjaannya, jika ingin menjadi yang
terbaik kau harus melakukannya dengan baik. Jadi tentu saja, pada akhirnya kau
akan mengabaikan pekerjaan rumah dan pernikahanmu akan hancur.” Jawab Nyonya
Hong.
“Apa yang ibu katakana memang benar, tapi ini pasti
standar ganda.” Ucap Seol Ri.
“Standar ganda, maksudmu?” tanya Nyonya Hong.
“Ibu selalu menyuruh putra ibu untuk menjadi yang
nomor satu. Jika aku putrimu, kau akan menyuruhku sebaliknya kan? Itu sebabnya
berlawanan dan standar ganda.” Jawab Seol Ri.
“Aku tidak tahu karena aku tidak punya anak
perempuan. Jadi aku yakin itu standar tunggal.” Ucap Nyonya Hong.
“Bukankah ibu memiliki Hyungnim? Hyungnim juga putri
ibu kan?” tanya Seol Ri.
“Iya kau benar. Tapi dia tidak kelihatan seperti
anak perempuan. Dia kelihatan seperti anak laki2. Aku selalu berpikir mempunyai
dua putra.” Jawab Nyonya Hong.
“Kalau begitu aku tak memiliki jalan lain. Untuk
menutup celah diantara kita, aku harus bekerja keras dan menjadi anak perempuan
ibu saja.” Ucap Seol Ri.
“Anak menantu ya anak menantu, bukan putri. Itu
tidak masuk akal.” Jawab Nyonya Hong.
“Tapi ibu, kapan kami akan menikah? Dimana kami akan
tinggal?” tanya Seol Ri.
“Kenapa? Kau sedang mencari jalan keluar jika aku
memintamu untuk tinggal bersama kami?” ucap Nyonya Hong.
“Bukankah kami akan tinggal di sini? Aku ingin
tinggal dengan ibu dan ayah.” Jawab Seol Ri.
“Benarkah? Aku tidak menyangka kau berpikir seperti
itu. Tentu saja kalian boleh tinggal di sini. Aku akan memperbaiki paviliunnya
jadi kau bisa tinggal di sana. Meskipun dengan rumah yang sama, dengan taman
yang memisahkan kita, kau akan memperoleh ruang sendiri. Jadi kita akan sama2
nyaman.” Ucap Nyonya Hong.
Nyonya Hong lalu memegang tangan Seol Ri. Ia pun berkata
mulai hari ini, Seol Ri adalah putrinya. Seol Ri sedikit kaget dengan kata2
Nyonya Hong, tapi ia tetap mengiyakan kata2 Nyonya Hong dan terlihat senang.
Jin Ri memberikan proposalnya pada Presdir Choi. Ia
berkata sengaja menamai produknya Ki-Kuh 180 agar menjadi jelas dan terlihat
sederhana. Ditambah lagi, produk itu akan membuat seseorang tumbuh hingga 180
cm. Jin Ri lalu menunjukkan bahan utama produknya. Bahan utama produknya adalah
ekstrak kompleks yang disebut YJP251 yang menjadikan hasil cepat.
“Aku akan memeriksanya. Kau bisa pergi.” Jawab
Presdir Choi.
Jin Ri pun beranjak pergi, namun sebelum pergi ia
berkata Presdir Choi sudah membuat keputusan yang tepat untuk kembali ke kantor
karena itu akan mendongkrak rasa percaya diri Jin Eon. Presdir Choi pun menatap
Jin Ri dan meminta Jin Ri mengatakan sesuatu dengan jelas.
“Aku tak ingin mengatakannya pada ayah tapi kupikir
ayah harus tahu hal ini. Jin Eon telah mencari2 mantan istrinya sejak tiba di
sini. Dia masih belum sadar dan tidak tahu apa yang dia lakukan. Suamiku
berusaha menghentikannya tapi bagaimana jika dia tak bisa membedakan mana yang
benar dan salah serta pergi menemui ibu mertuanya? Aku hanya khawatir dia akan
menumpahkan minyak ke dalam api. Seharusnya dia konsentrasi saja ke perusahaan.
Kalau ayah memikirkannya, dia lebih membuat onar dibandingkan dengan diriku.
Ngomong2, aku bertemu ibu mertuanya beberapa hari yang lalu. Dia melotot padaku
seperti ingin membunuhku seolah2 diriku adalah Jin Eon. Dia bersumpah akan
membalas dendam pada Jin Eon.” Hasut Jin Ri.
Setelah mengatakan itu, Jin Ri pun beranjak pergi
dengan muka puas. Sementara Presdir Choi terlihat kaget.
Nyonya Hong membantu Seol Ri memasak. Tak lama, Jin
Ri pun datang. Jin Ri berkata siapa yang peduli dengan gelar Seol Ri jika Seol
Ri harus memakai celemek dan membuat dimsum seperti pembantu untuk mendapatkan
poin.
“Mengapa mereka harus selalu memakai celemek saat
menginjakkan kaki di rumah ini. Bukankah itu terlalu kentara. Rencananya mudah
sekali dibaca. Aku jadi kesal.” Sindir Jin Ri.
Nyonya Hong pun meminta Jin Ri diam. Tapi Seol Ri
terus mengoceh. Ia berkata celemek itu tak cocok dikenakan Seol Ri. Seol Ri pun
kesal. Jin Ri lantas meminta Seol Ri melepaskan celemek itu sebelum ayahnya
datang. Seol Ri semakin kesal, tapi ia mencoba sabar.
“Kau tahu apa bagusnya menjadi lebih tua? Kau bisa
melihat segalanya lebih jelas. Kami melihat semua yang coba kau lakukan.” Ucap
Seol Ri lagi.
Seol Ri berusaha sabar. Sambil tersenyum, ia melepas
celemeknya dan berkata akan memanggil Presdir Choi. Setelah Seol Ri pergi, Jin
Ri menyuruh Nyonya Hong menginjak Seol Ri, agar Seol Ri tidak bertingkah.
Seol Ri dengan takut2 berjalan ke ruangan Presdir
Choi. Sementara itu, Presdir Choi sedang menatap passport Hae Gang. Ia lalu
berteriak marah dan melemparkan passport Hae Gang ke lantai depan pintu. Seol
Ri pun terkejut melihat passport Hae Gang. Presdir Choi lalu bangkit dari
duduknya dan mengambil kembali passport Hae Gang. Seol Ri terus mengintip
Presdir Choi. Ia melihat Presdir Choi menyimpan passport Hae Gang di laci.
Seol Ri kembali ke ruang makan sendirian. Jin Ri pun
menanyakan ayahnya. Seol Ri beralasan ia lupa kalau harus memanggil Presdir
Choi dan malah pergi ke kamar Jin Eon. Nyonya Hong pun heran kenapa Seol Ri
bisa lupa. Nyonya Hong lalu bertanya apa Seol Ri mengidap Alzheimer. Mendengar
ini, Jin Ri pun tertawa geli. Seol Ri lalu menyuruh Nyonya Hong memanggil
Presdir Choi. Ia beralasan akan menghangatkan dimsum untuk Presdir Choi.
Seol Ri memanaskan dimsum sambil memikirkan yang
terjadi di ruangan Presdir Choi. Jin Ri bertanya, apa Seol Ri sudah memutuskan
mau pergi ke mana. Jin Ri berkata Jin Eon mempekerjakan orang lain untuk
jabatan Direktur Penelitian dan Pengembangan. Jin Ri lalu bertanya apa Seol Ri
tahu alasannya. Tapi Seol Ri yang masih memikirkan kejadian di ruangan Presdir
Choi tadi diam saja. Jin Ri pun marah.
“Kau sudah sangat berkembang. Dulu kau sangat takut
padaku. Berani sekali kau bersikap tidak sopan padaku. Apa kataku? Jangan
begitu angkuh di hadapanku. Karena diriku, kau berada di sini sekarang. Apa kau
lupa, aku memfoto kalian, menyebarkannya dan menyalahkan Do Hae Gang atas hal
itu. Mengapa Jin Eon begitu gerah pada istrinya? Jika bukan karena aku, kau
tidak akan bisa pergi keluar negeri dengan Jin Eon.” Ucap Seol Ri.
“Bukankah kau melakukannya atas keinginanmu? Bukan
hal yang baik untuk dilakukan dan bukan hal yang bagus untuk kau sombongkan.”
Jawab Seol Ri.
Jin Ri pun marah, apa? Mereka bilang kau tak ingat
masa lalumu ketika kau besar. Berani sekali kau melawanku, dasar sampah! Apakah
kau melakukannya karena sekarang kau orang penting? Karena sekarang sudah
sukses, kau jadi tak peduli dengan apapun?”
“Bahkan ketika aku sampah, aku bisa melawan orang
lain. Bukannya aku telah berubah, tapi memang selalu seperti ini. Dan tidak
menyenangkan mendengarkan kau bicara padaku dengan begitu tidak formal. Jaga
sikapmu, Hyungnim.” Ucap Seol Ri.
Jin Ri makin kesal, apa!
Pertengkaran itu pun terhenti karena Presdir Choi
dan Nyonya Hong datang. Presdir Choi bertanya kenapa mereka ribut. Jin Ri pun
menyuruh ayahnya menanyakan pada Seol Ri yang membuat keributan. Seol Ri
menghidangkan dimsum untuk Presdir Choi. Presdir Choi menatap tajam Seol Ri.
“Makan dengan baik ayah, ibu juga.” Ucap Seol Ri.
“Kenapa kau tidak makan?” tanya Nyonya Hong.
“Aku akan makan nanti.” Jawab Seol Ri.
Seol Ri pun beranjak pergi. Nyonya Hong menyalahkan
Jin Ri yang sudah membuat Seol Ri pergi. Jin Ri pun membela diri dengan
mengatakan dirinya tak mengatakan apa2.
Seol Ri masuk ke ruangan Presdir Choi. Ia mengambil passport Hae Gang
dan membawa passport itu ke kamarnya.
“Dia bahkan tidak pergi ke China. Kenapa mereka
bilang dia pergi ke China? Kenapa mereka berbohong? Lalu bagaimana dengan Dokgo
Yong Gi? Bagaimana dengan tanda pengenal itu?” gumam Seol Ri bingung setelah
memeriksa passport Hae Gang.
Baek Seok berbicara dengan kliennya via telepon. Ia
berkata mereka membutuhkan rekam medis kliennya untuk membuktikan tuduhan
malpraktik. Hae Gang menatap Baek Seok. Ia teringat kata2 Baek Seok semalam.
“Yong Gi-ya, aku tidak peduli siapa dirimu
sebelumnya. Meskipun kau sudah menikah, aku tidak peduli. Datanglah padaku
sekarang. Hanya padaku.” Ucap Baek Seok.
Usai menelpon, Baek Seok pun menatap Hae Gang.
“Ada apa?” tanya Baek Seok menyadari Hae Gang
menatapnya.
“Tidak apa2 apa.” Jawab Hae Gang.
Hae Gang lalu berkata akan pergi menjenguk Ha Yoon
di rumah sakit. Ia meminta Baek Seok mengatakannya sekarang jika Baek Seok
membutuhkan sesuatu. Baek Seok pun meminta Hae Gang mengumpulkan tentang kasus
malpraktik mulai besok.
“Kau akan memeriksa dokumen yang kita ajukan ke
pengadilan untuk berdebat dalam kasusnya Lee Geum Bok?” tanya Hae Gang.
Baek Seok pun mengiyakan.
“Di catatan sampingnya, ada dokumen mengenai Pudoxin
di bagian bawah. Jangan lupakan itu.” Ucap Hae Gang.
“Aku meletakkannya di mesin penghancur kertas. Seol
Ri akan menjadi menantu pemilik Cheon Nyeon Farmasi. Jadi aku tidak bisa
mengambil kasus itu.” Jawab Baek Seok.
“Aku tidak menyukainya ataupun keluarga itu. Dia
anak orang kaya dan tukang selingkuh. Aku tak perlu melihatnya untuk tahu
kisahnya. Menjengkelkan dan membuatku marah kalau kita tak bisa mengambil kasus
yang semestinya kita ambil gara2 dia. Kita tak bisa melindungi masyarakat yang
seharusnya kita lindungi.” Ucap Hae Gang.
“Pria itu, aku berniat menemuinya saat makan malam.
Kau mau ikut denganku?” tanya Baek Seok.
“Kenapa? Kau ingin bicara tentang Pudoxin dengannya?
Kau tidak boleh melakukannya.” Jawab Hae Gang.
“Hei, aku ingin pengacara.” Ucap Baek Seok.
“Pengacara yang sangat mencintai adiknya. Temui saja
dia sendiri. Aku tak suka keluarga kaya dan tukang selingkuh. Dia termasuk ke
dalam dua2nya.” Jawab Hae Gang.
Baek Seok lalu teringat malam itu. Saat Hae Gang dan
Jin Eon pulang bersama. Baek Seok pun heran karena dirinya tak bisa memberitahu
Hae Gang bahwa Jin Eon lah pacar Seol Ri. Sementara itu, Hae Gang sedang sibuk
mengurus beberapa dokumen. Baek Seok pun menghela napas.
Di ruangannya, Jin Eon menyuruh Hyun Woo mencari tahu
kenapa Perusahaan Farmasi Il Gwang menghentikan penelitian tentang penyakit
gaucher. Jin Eon pun berencana menemui Gyu Seok.
“Kekurangan enzim glucocerebrosidase.” Jawab Hyun
Woo.
“Beberapa tahun lalu, perusahaan Amerik, Genzyme,
mengembangkan sebuah obat tapi obat yang dikembangkan Profesor Min Gyu Seok
mungkin selangkah lebih maju. “ ucap Jin Eon.
“Kita tak akan bisa memperoleh dana. Tidak banyak
penderita OSD di Korea.” Jawab Hyun Woo.
“Itulah sebabnya kita harus mengembangkannya dan
membantu pasien. Kita bisa mengkhawatirkan soal dana nanti, kita harus
konsentrasi pada pengembangan obat yang bagus dan menjualnya di luar negeri.
Jika kita tidak bisa mengembangkannya sendiri lantaran kurang menjual kita akan
terus2an berakhir dengan obat generic merek luar negeri.” Ucap Jin Eon.
“Itu benar, tapi apa mereka akan setuju?” tanya Hyun
Woo.
“Profesor Min Gyu Seok adiknya Min Tae Seok.” Jawab
Jin Eon.
“Benarkah? Kalau begitu ada kemungkinan. Tapi mereka
tidak mirip sama sekali. Aku sudah tiga kali bertemu dengannya di lab.” Ucap
Hyun Woo.
“Ngomong2 apa artinya bila catatan pribadi dihapus
dari situs portal?” tanya Jin Eon.
“Mungkin orangnya sudah meninggal atau pemerintah
sudah menyapunya bersih.” Jawab Hyun Woo.
Seol Ri diam2 mengikuti Hae Gang yang keluar dari
kantor Baek Seok. Hae Gang sendiri tidak sadar dirinya diikuti Seol Ri dan
terus berjalan. Sementara itu, Jin Eon yang hendak pergi dapat telepon dari
Baek Seok. Baek Seok mengajak Jin Eon minum soju nanti malam. Jin Eon pun
bertanya apa Baek Seok akan datang sendiri. Dengan wajah kesal, Baek Seok
berkata ia akan datang sendiri.
Seol Ri mengikuti Hae Gang sampai ke rumah sakit.
Hae Gang lalu masuk ke sebuah kamar. Seol Ri mengintipnya dari luar. Ayah Ha
Yeon berterima kasih karena Hae Gang berhasil mendapatkan uangnya dari Presdir
Lee. Hae Gang lalu menanyakan operasi Ha Yoon. Ayah Ha Yoon pun berkata tanggal
operasi Ha Yoon sudah ditentukan. Hae Gang pun senang mendengarnya.
Sementara itu diluar, Seol Ri bertanya2 apa Hae Gang
sudah berubah atau Hae Gang benar2 Yong Gi. Seol Ri pun menghela napas dan
beranjak pergi. Di koridor rumah sakit, ia berpapasan dengan Gyu Seok. Seol Ri
senang karena bisa bertemu lagi dengan Gyu Seok di Korea. Ia berkata mereka
bertemu beberapa kali di konferensi.
“Apa kau berhasil masuk ke Departemen Genetika
Kedokteran?” tanya Seol Ri.
Gyu Seok pun mengiyakan.
“Kalau begitu kau pasti juga memberikan kuliah.
Bolehkah aku menghadiri kuliahmu? Aku harus melakukan beberapa studi dalam
penelitianku saat ini dan tidak begitu banyak ahli yang bisa kumintai saran di
Korea.” Ucap Seol Ri.
“Itu bukan urusanku. Aku harus melakukan kunjungan
sekarang.” Jawab Gyu Seok dingin, lalu beranjak pergi.
Seol Ri pun mendengus kesal.
Sementara itu Hae Gang masih menemani Ha Yoon. Tak
lama, Gyu Seok pun datang. Hae Gang pun memberikan kartu namanya pada Gyu Seok
dan meminta Gyu Seok melakukan operasi Ha Yoon dengan baik. Gyu Seok pun
berkata bukan dia yang akan melakukan operasi. Hae Gang terkejut. Ayah Ha Yoon
menjelaskan kalau Gyu Seok yang pertama mendiagnosa penyakit Ha Yoon. Hae Gang
pun mengangguk. Gyu Seok melihat kartu nama Hae Gang. Melihat kartu nama Hae
Gang, Gyu Seok langsung menatap Hae Gang.
“Aku Dokter Min Gyu Seok, Dokgo Yongi-ssi. Dimana
Woo Joo-ya?” tanya Gyu Seok.
Hae Gang pun heran, Woo Joo-ya? Woo Joo ( luar
angkasa) adanya di langit. Tidak, jauh melampaui langit.
“Ini bukan waktunya bercanda.” Ucap Gyu Seok.
“Aku tidak bercanda. Dokter lah yang bercanda.Kau
mendadak bertanya dimana luar angkasa.” Jawab Hae Gang.
“Begitu rupanya. Aku yang bercanda.” Ucap Gyu Seok
dingin, lalu kembali memeriksa pasiennya.
Seol Ri menghubungi Kedutaan Besar China untuk
mencari tahu soal Hae Gang. Kata2nya pun
terputus dan langkahnya juga terhenti begitu melihat Jin Eon. Wajahnya terlihat
cemas. Ya apalagi. Dia takut Jin Eon bertemu Hae Gang. Sementara itu, Hae Gang
berjalan ke arah luar. Keduanya pun bertemu. Jin Eon lalu teringat kata2 Nyonya
Kim kalau Hae Gang sudah bertemu pria yang baik dan hidup bahagia.
“Terima kasih atas bantuanmu waktu itu. Mungkin aku
takkan bisa mendapatkan uangnya jika pergi sendirian tapi aku sudah memberikan
uang itu pada seseorang yang berhak menerimanya dan anaknya akan segera di
operasi.” Ucap Hae Gang.
Jin Eon diam saja, menatap Hae Gang dengan dingin.
Jin Eon lalu teringat kata2 Seol Ri tentang Hae Gang dan Baek Seok yang
terlihat seperti pasangan suami istri.
“Bagaimana lukamu? Kenapa kau pergi ke rumah sakit?
Apa kau terluka di bagian lain sehingga kau datang ke sini?” tanya Hae Gang.
Jin Eon tetap diam dan menatap Hae Gang dingin. Hae
Gang pun kesal dibuatnya. Jin Eon lalu meminta KTP Hae Gang. Hae Gang tidak mau
memberikannya. Jin Eon memaksa, tapi Hae Gang tetap menolak. Hingga akhirnya,
Jin Eon merampas tas Hae Gang dan memeriksanya. Ia mengambil dompet Hae Gang.
Namun belum sempat ia memeriksa dompet Hae Gang, Seol Ri sudah datang.
“Jin Eon Sunbae.” Panggil Seol Ri, membuat Hae Gang
terkejut.
“Yong Gi Eonni. Apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa
ada di sini?” tanya Seol Ri.
“Kalau begitu Choi Jin Eon-ssi adalah…”
“Benar. Orang yang kusebutkan waktu itu…” ucap Seol
Ri.
Seol Ri lalu menggandeng mesra lengan Jin Eon. Dan
Jin Eon terlihat tegang.
“… lelaki bermasalah yang paling kucintai di seluruh
dunia.” Ucap Seol Ri lagi.
Hae Gang pun langsung menatap Jin Eon kesal. Tak
lama kemudian, ia beranjak pergi. Jin Eon membisu. Seol Ri pergi menyusul Hae
Gang.
Gyu Seok masuk ke ruangannya dan mendapati Jin Eon
sudah menunggunya di sana. Jin Eon pun mengajak Gyu Seok bekerja sama mengembangkan
obat untuk penyakit gaucher. Kamera lalu berpindah pada Hae Gang yang duduk
sendirian di taman. Ia teringat pertemuannya dengan Jin Eon di depan apartemen
Seol Ri malam itu.
Tak lama kemudian, Seol Ri pun datang membawakannya
minuman. Hae Gang terlihat jengah dengan semua tindak tanduk Jin Eon. Seol Ri
lalu berkata kalau Hae Gang sangat mirip dengan mantan istri Jin Eon. Hae Gang
terkejut mendengarnya dan langsung menatap Seol Ri.
“Itulah kenapa dia bersikap demikian padamu. Aku
tidak ingin kau salah paham. Aku juga terkejut saat pertama melihatmu. Sekarang
aku tahu kau pasti orang yang berbeda. Tapi kalian berdua sangat mirip.” Ucap
Seol Ri.
Hae Gang pun teringat pertemuannya dengan Jin Eon di
perpustakaan. Saat itu, Jin Eon meminta Hae Gang menatapnya selama 30 detik.
Hae Gang pun bertanya apa Jin Eon mengenal dirinya. Jin Eon juga menanyakan hal
yang sama. Apa Hae Gang mengenal dirinya.
Hae Gang tertawa heran. Ia tidak mengerti kenapa Jin
Eon bisa menyangkanya begitu. Ia merasa itu tidak masuk akal. Seol Ri pun
heran. Ia bertanya kenapa Hae Gang begitu tersingung, memangnya apa yang sudah
dilakukan Jin Eon. Hae Gang sendiri tidak mengerti kenapa ia marah. Seol Ri
lalu mengajak Hae Gang dan Baek Seok makan malam bersama. Tapi Hae Gang
menolak.
Hae Gang lalu beranjak pergi. Langkahnya langsung
terhenti begitu melihat Jin Eon. Begitu pula dengan Jin Eon. Seol Ri juga
terkejut melihat kemunculan Jin Eon. Seketika wajahnya berubah menjadi cemas.
Ia pun bergegas menghampiri mereka. Ia mengajak Hae Gang makan malam bersama.
Jin Eon menolak. Ia berkata sudah ada janji makan malam dengan Baek Seok. Seol
Ri tetap memaksa ingin Hae Gang ikut makan malam dengan mereka. Jin Eon
menolak. Ia berkata tidak akan nyaman jika Hae Gang juga ikut makan malam
dengan mereka. Jin Eon lalu beranjak pergi. Mendengar itu, Hae Gang pun menjadi
kesal dan langsung menerima ajakan makan malam Seol Ri.
Hae Gang dan Seol Ri sudah masuk duluan ke restoran.
Sedangkan Jin Eon masih di bawah memarkir mobilnya. Seol Ri lantas menelpon Jin
Eon. Ia memberitahu Jin Eon kalau mereka masuk ke restoran lobster. Jin Eon pun
terkejut mendengarnya dan berkata mereka tidak akan makan di sana. Seol Ri pun
langsung melirik Hae Gang yang sedang melihat daftar menu.
Baek Seok yang masih di kantornya, teringat
pertanyaan Jin Eon di telepon tadi. Jin Eon bertanya apa Baek Seok akan datang
sendirian. Baek Seok juga ingat saat Seol Ri menelponnya, Seol Ri memberitahu
kalau ia, Hae Gang dan Jin Eon sedang dalam perjalanan. Seol Ri juga bilang
mereka akan makan malam bersama. Baek Seok pun terlihat cemas.
“Bagaimana bisa kita batalkan kalau sudah memesan
hidangannya?” tanya Seol Ri pada Jin Eon.
Jin Eon lalu memanggil pelayan. Ia bertanya apa ada
menu yang lain selain lobster. Pelayan berkata hanya ada bola2 nasi. Jin Eon
pun meminta bola2 nasi dan melarang pelayan memasukkan lobster ke dalamnya.
Seol Ri pun langsung mengerti apa yang terjadi. Ia menatap Jin Eon dengan
kesal.
“Kau pikir dia Do Hae Gang, bukan hanya mirip.
Baiklah, kita akan cari tahu apakah dia akan sakit setelah makan lobster.”
Batin Seol Ri.
Hae Gang menegur Seol Ri. Ia memberitahu ponsel Seol
Ri yang berdering. Seol Ri mendapat telepon dari kedutaan besar Korea di China.
Seol Ri pun langsung beranjak pergi. Bersamaan dengan itu, pelayan datang
mengantar pesanan mereka. Hae Gang menatap lobster itu dengan penuh minta.
Sementara Jin Eon menatap Hae Gang dengan cemas.
Seol Ri akhirnya mendapatkan jawaban kalau Hae Gang
tidak pergi ke China. Ia pun heran kenapa Presdir Choi memiliki passport Hae
Gang.
Jin Eon melarang Hae Gang makan lobster. Hae Gang
pun kesal. Hae Gang semakin kesal saat melihat Jin Eon menjauhkan piring
lobster itu darinya. Tak lama kemudian, Seol Ri dan Baek Seok pun datang.
Melihat Hae Gang yang kesal, Baek Seok pun berbisik haruskah ia meninju Jin
Eon. Hae Gang langsung tertawa mendengarnya.
Jin Eon semakin cemas saat melihat Hae Gang mulai
menyantap lobster itu. Seol Ri menatap Jin Eon dengan kesal. Hae Gang terus
menyantap lobster itu, membuat Jin Eon semakin dan semakin cemas.
Hae Gang sedang mencuci tangannya di toilet. Ia pun
terkejut saat melihat bintik2 merah di lehernya. Seol Ri menyusul Hae Gang ke
toilet. Ia juga terkejut melihat alergi Hae Gang yang mulai kumat.
Baek Seok meminta Jin Eon menjaga Seol Ri. Ia
berkata selama ini Seol Ri sudah hidup sangat menderita. Jin Eon diam saja dan
wajahnya terlihat cemas. Jin Eon lalu menanyakan bagaimana Baek Seok bisa
mengenal Yong Gi. Baek Seok tidak menjawab dan hanya berkata sangat penasaran
kenapa Jin Eon ingin mengetahuinya.
“Aku merasa seperti mengenalnya.” Jawab Jin Eon.
“Bagaimana kau bisa mengenalnya?” tanya Baek Seok.
“Aku rasa tidak semestinya kukatakan dia orang yang
kukenal.” Jawab Jin Eon.
Tak lama kemudian, Hae Gang pun masuk dengan tubuh
yang lemas dan wajah yang pucat. Jin Eon langsung menatap cemas ke arah Hae
Gang. Sementara Baek Seok terlihat heran melihat kondisi Hae Gang yang seperti
itu. Hae Gang akhirnya pingsan.
“Hae Gang/Yong Gi!” teriak Jin Eon dan Baek Seok bersaman
seraya menghampiri Hae Gang.
Baek Seok mendorong tubuh Jin Eon yang ingin memeluk
Hae Gang. Baek Seok berteriak, menyuruh seseorang memanggil ambulance. Seol Ri
terkejut melihatnya dan langsung menatap ke arah Jin Eon.
Baek Seok menunggui Hae Gang yang terbaring lemas.
Tak lama kemudian, Hae Gang membuka matanya. Baek Seok memberitahu Hae Gang apa
yang dikatakan dokter. Dokter berkata Hae Gang alergi udang dan kerang.
“Ini bisa terjadi lagi sewaktu2 kan? Apa yang
menantiku selanjutnya? Masalahnya aku harus mencari tahu tentang diriku
sendiri. Cuma masalahnya aku tidak tahu. Choi Jin Eon-ssi, dia melarangku
memakannya. Dia memintaku agar memakan bola2 nasi saja. Ini hanya kebetulan
kan?” ucap Hae Gang.
Baek Seok pun terkejut mendengarnya.
Seol Ri meminta penjelasan pada Jin Eon kenapa Jin
Eon begitu marah pada Hae Gang. Seol Ri juga berkata Jin Eon bukanlah orang
yang pemarah. Jin Eon orang yang baik, sabar dan tidak pernah marah. Jin Eon
tidak marah sekali pun padanya. Meskipun ia bilang akan pergi ke London,
meskipun ia menaruh namanya sebelum nama Jin Eon di makalah, dan meskipun ia
membuat Jin Eon sengsara karena Hae Gang, tapi Jin Eon tak pernah marah
padanya.
“Yong Gi Eonni adalah pacar kakakku. Dia hidup
bersama kakakku. Dia adalah wanita yang dicintai kakakku seolah2 dia adalah
hidupnya.” Ucap Seol Ri.
“Apapun yang kukatakan, itu akan menyakitimu. Jadi
itu sebabnya aku berhati2 dalam ucapanku. Aku tak bisa menjelaskannya, tapi aku
akan memberitahumu apa adanya. Dia adalah Hae Gang. Dia bukan Dokgo Yong Gi.
Aku tahu Seol Ri, aku sangat tahu. Aku harus tahu kenapa dia bersikap demikian
dan kenapa dia hidup seperti itu. Begitu aku mengetahui dan memahaminya, aku
akan bisa menerima situasi ini. Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya. Aku akan
suka jika dia melakukannya dengan sengaja. Aku tidak akan pernah mengganggu
mereka berdua.” Jawab Jin Eon.
Seol Ri yang sudah tahu sejak awal pun tetap saja
terkejut mendengar penjelasan Jin Eon.
“Tidak, kau sedang kebingungan saat ini. Ini hanya
khayalanmu yang salah dan sia2. Dia sendiri yang bilang namanya Dokgo Yong Gi.
Kakakku bilang dia Dokgo Yong Gi. Semua teman2 kakakku bilang dia Dokgo Yong
Gi. Aku bahkan memeriksa KTPnya. Mengapa kau tak bisa percaya? Mengapa kau tak
percaya? Ini karena kau tak ingin percaya. Ini karena kau ingin percaya dia
adalah Do Hae Gang.” Ucap Seol Ri.
“Bukan begitu. Pasti terjadi sesuatu pada Hae Gang.”
Jawab Jin Eon yakin.
Seol Ri pun semakin terluka mendengar ucapan Jin
Eon.
Hae Gang yang sedang berbaring di kamarnya
memberitahu Baek Seok kenapa Jin Eon bersikap seperti itu padanya. Hae Gang
bilang itu karena dirinya mirip dengan Do Hae Gang. Baek Seok pun terdiam. Hae
Gang lalu bertanya pada Baek Seok apa itu masuk akal Jin Eon menganggap ia
istrinya. Hae Gang pun merasa itu kesalahpahaman.
“Ya, dia salah paham, berspekulasi dan mengatakan
hal yang tidak masuk akal. Pikirannya tidak waras.” Jawab Baek Seok.
“Kenapa kau begitu yakin?” tanya Hae Gang.
“Karena istrinya sudah meninggal. Akibat kecelakaan,
tak lama setelah perceraian mereka.” Jawab Baek Seok.
Hae Gang pun kaget, apa?
“Kurasa Seol Ri juga tidak tahu.” Jawab Baek Seok.
Jin Eon tidak bisa tidur. Berkali2 ia mengubah
posisi tidurnya, tapi tetap saja ia tidak bisa tidur. Akhirnya, ia beranjak
dari kasurnya dan pergi mengambil kartu nama Yong Gi di lacinya. Ia pun pun
menelpon Yong Gi. Hae Gang sendiri juga belum tidur. Ia pun terbangun lantaran
ponselnya yang berdering.
Awalnya Jin Eon tidak mau bicara. Tapi akhirnya ia
bicara lantaran Hae Gang mau menutup teleponnya. Hae Gang pun kaget mendengar
suara Jin Eon. Jin Eon menanyakan keadaan Hae Gang. Setelah mengetahui Hae Gang
baik2 saja, Jin Eon pun menutup teleponnya. Namun wajah Jin Eon masih terlihat
sedih. Hae Gang juga merasakan apa yang dirasakan Jin Eon.
Paginya, Presdir Choi mencari2 passport Hae Gang. Ia
menanyakan passport Hae Gang pada pembantunya. Namun pembantunya mengaku tidak
pernah melihat passport itu. Presdir Choi pun curiga pada Tae Seok.
Tae Seok sendiri sedang bersiap2 di kamarnya. Jin Ri
pun heran melihat suaminya yang pergi ke kantor di hari libur. Tae Seok berkata
tidak ada hari sabtu atau pun minggu baginya karena ia seorang pengusaha.
“Wajahmu tidak kelihatan seperti akan pergi
berbisnis. Diluar musim gugur, tapi wajahmu dipenuhi angin musim semi. Kenapa?
Kau akan menemui kekasihmu yang dulu?” tanya Jin Ri sambil mengeratkan dasi Tae
Seok, membuat Tae Seok tercekik.
(Hahaha, suka klo pasangan ini udah saling ngebully
satu sama lain)
Tiba2, Presdir Choi datang. Dengan wajah kesal,
Presdir Choi menyuruh Jin Ri meninggalkan mereka berdua. Setelah Jin Ri pergi,
Presdir Choi langsung menanyakan passport Hae Gang. Tae Seok pun terkejut
mendengar passport Hae Gang hilang.
“Jika passport Hae Gang hilang, berarti mereka mencurigai
sesuatu. Apakah itu adik ipar?” ucap Tae Seok.
Presdir Choi langsung syok mendengar jawaban Tae
Seok.
Seol Ri datang lagi ke rumah Jin Eon. Nyonya Hong
meminta Seol Ri memasak untuk makan siang. Namun Seol Ri mengajak Nyonya Hong
makan siang diluar bersama Jin Eon. Ia berkata mereka juga bisa pergi nonton
dan berbelanja.
“Tapi Jin Eon kan pergi bekerja.” Ucap Nyonya Hong.
“Ini kan Hari Sabtu, ibu. Kenapa dia harus pergi
bekerja.” Jawab Seol Ri heran.
“Dia tidak memiliki Hari Sabtu jika berusaha
mengejar ketinggalan dari Presdir Min.” ucap Nyonya Hong.
Seol Ri langsung kecewa. Melihat itu, Nyonya Hong
pun berkata mereka bisa pergi belanja tanpa Jin Eon.
“Apa kau ingin aku membelikanmu sesuatu?” tanya
Nyonya Hong.
“Belikan aku gaun pengantin ibu.” Jawab Seol Ri.
“Jadi Jin Eon sudah melamarmu?” tanya Nyonya Hong.
“Belum. Aku yang akan melamarnya. Tolong percepat
pernikahan kami, ibu.” Jawab Seol Ri.
Baek Ji menghampiri Hae Gang yang sedang membuat kimbab
untuk makan siang dengan wajah cemberut. Gadis itu mengeluh kalau polisi
menyuruhnya menuliskan catatan terima kasih. Dan orang pertama yang ditulis
haruslah si pemilik dompet yang dicurinya. Ia juga bilang si pemilik dompet
harus menandatanganinya.
“Apa yang harus kutulis? Maafkan aku, aku bersalah?
Bukan hal seperti itu. Apa yang harus kutulis dalam dua halaman?” keluh Baek
Ji.
“Tulis saja tentang dirimu. Mengapa kau tidak ingin
pergi ke sekolah? Mengapa kau memakai riasan? Oh ya! Bukankah kau menyukai EXO?
Jika kau menulis tentang personil EXO, maka kau bisa mengisi 2 halaman.” Jawab
Hae Gang.
“Dia tidak akan menandatanganinya jika aku
menuliskan tentang itu. Berikan informasi kontaknya.”ucap Baek Ji.
Jin Eon tersenyum menatap Baek Ji dan memberikan tanda
tangannya di tugas Baek Ji. Setelah selesai, Jin Eon pun menghampiri Baek Ji.
Baek Ji pun mengaku ia ditampar Hae Gang karena merobek foto di dompet Jin Eon.
“Hal ini telah mengganggumu karena mengatakan
berbagai hal pada kakakmu?” tanya Jin Eon.
Baek Ji pun mengangguk. Jin Eon lalu menyuruh Baek
Ji menulis catatan terima kasih untuk Hae Gang. Baek Ji pun menolak. Ia mengaku
tak bisa melakukan hal itu karena sudah berkata sangat kasar pada Hae Gang. Jin
Eon pun bertanya kata2 kasar apa yang dikatakan Baek Ji pada Hae Gang.
“Bahwa saat ingatannya kembali, dia akan
mengkhianati kakakku.” Jawab Baek Ji.
Jin Eon pun heran, saat ingatannya kembali?
“Bahwa saat menemukan keluarganya, dia akan
menelantarkan kami. Bahwa dia tidak akan menerima perasaan kakakku karena
berencana meninggalkan kami.” Jawab Baek Ji.
“Jadi Yong Gi Eonni kehilangan ingatannya?” tanya
Jin Eon kaget.
“Dia mengidap amnesia dan tidak ingat apapun.” Jawab
Baek Ji.
Jin Eon mengantarkan Baek Ji pulang. Dari situlah ia
tahu dimana Hae Gang tinggal. Setelah Baek Ji masuk ke rumahnya, Jin Eon tak
langsung pulang. Ia turun dari mobilnya dan menatap rumah yang ditinggali Hae
Gang.
Tepat saat itu, Hae Gang pulang bersama anak2. Jin
Eon pun tertegun melihat keceriaan Hae Gang bersama anak2 itu. Langkah Hae Gang
langsung terhenti begitu melihat Jin Eon. Baek Jo pun mengajak kakak dan
adik2nya masuk ke rumah.
Jin Eon menatap Hae Gang dengan tatapan sedih.
Sementara Hae Gang menatap Jin Eon dengan heran. Perlahan2, Jin Eon pun
mendekati Hae Gang. Jin Eon lalu berlutut dan mengikatkan tali sepatu Hae Gang.
Tangisnya pun mengalir. Sementara Hae Gang tampak terkejut dengan apa yang
dilakukan Jin Eon.
Jin Eon lalu berdiri dan menatap Hae Gang. Tangisnya
semakin deras mengalir.
“Kenapa kau menangis?” tanya Hae Gang bingung.
Jin Eon lalu menarik Hae Gang ke dalam pelukannya.
Hae Gang pun terkejut.
Bersambung ke episode 15
Saya menangis baca adegan terakhir episode ini.
Terimakasih sudah menulis sinopsisnya eonni :')