"Berikan kuncinya." pinta Seol Ri. Jin Eon pun segera mengambil kunci dari kantong celananya dan menyodorkannya pada Seol Ri. Namun saat Seol Ri hendak menarik kunci itu dari tangan Jin Eon, Jin Eon memegang kunci itu cukup erat sehingga Seol Ri tidak bisa mengambilnya. Seol Ri terpengarah melihat Jin Eon. Jin Eon terus menatap Seol Ri, hingga akhirnya ia tersadar genggamannya pada kunci itu terlalu erat.
Go Sunbae datang. Seol Ri hendak masuk ke lab tapi Go Sunbae menahannya dan mengajaknya minum2. Jin Eon melarang. Go Sunbae memaksa. Seol Ri hanya diam menatap Jin Eon. Jin Eon tetap melarang Seol Ri ikut dengan mereka. Go Sunbae pun mengerti. Jin Eon menyuruh Seol Ri masuk ke dalam. Seol Ri menurut dan bergegas masuk ke dalam. Namun wajahnya terlihat kecewa karena Jin Eon tidak membiarkan dirinya ikut.
Saat hendak membuka laci Jin Eon, Seol Ri melihat foto Jin Eon yang tengah memeluk Hae Gang. Ia lalu teringat ancaman Hae Gang. Gadis itu kesal, lalu menelungkupkan foto Jin Eon dan Hae Gang. Seol Ri lantas membuka laci, mau meletakkan makalahnya disana. Namun belum sempat ia meletakkan makalahnya disana, ia menemukan dokumen perceraian Jin Eon dan Hae Gang. Seol Ri kaget, lalu berpikir sejenak. Entah apa yang dipikirkannya.
Jin Eon pulang dalam keadaan mabuk. Hae Gang yang sedang duduk di ruang makan sambil minum segelas anggur, melihat kepulangan Jin Eon. Jin Eon menjatuhkannya di halaman. Hae Gang menatap Jin Eon dengan pandangan terluka.
"Apakah malaikatku tidur? Kenapa kau tak datang ke mimpi ayah? Eun Sol-ah. Ayah...." Jin Eon mulai menangis.
Hae Gang terus menatap Jin Eon, ia lalu bangkit dari duduknya.
"Maafkan ayah. Ayah tak akan menangis lagi. Maaf, Eun Sol-ah." lirih Jin Eon.
Hae Gang berjalan ke arah Jin Eon. Kedua tangannya memegang sebotol anggur dan dua buah gelas. Hae Gang duduk disamping Jin Eon. Sambil menuangkan anggur ke dalam gelas, Hae Gang bertanya pada Jin Eon, apa Jin Eon tak ingin masuk?
"Aku tidak bisa tidur. Ayo minumlah bersama istrimu." ucap Hae Gang sambil menyodorkan gelas yang sudah terisi anggur itu pada Jin Eon.
Jin Eon masih tetap dengan posisinya menatap Hae Gang dingin. Hae Gang terus memaksa Jin Eon minum dengannya. Jin Eon pun bangun dan duduk disamping Hae Gang. Tapi ia sama sekali tak menyentuh gelas anggurnya.
"Kita bercerai saja." ucap Jin Eon.
Hae Gang kaget, apa?
"Kita bercerai saja, Do Hae Gang." ucap Jin Eon lagi.
Hae Gang pun menghela napas. Sorot matanya menunjukkan betapa terlukanya ia.
"Aku tahu kau membenciku belakangan ini. Tapi aku..." Hae Gang terdiam sejenak. Ditatapnya Jin Eon dengan pandangan terluka.
".... aku akan melakukannya. Kau melakukan lebih banyak dari semestinya, aku tahu. Mulai sekarang, aku akan lebih memperhatikanmu, sayang. Perasaanmu dingin, tapi aku tidak." ucap Hae Gang lagi.
"Aku sudah tidak tahan lagi. Eun Seol kita... bagaimana bisa kau berkata ingin memiliki anak, belum begitu lama. Sudah berapa lama?" ucap Jin Eon.
Jin Eon lalu menatap Hae Gang, "Kenapa kau melupakannya? Bagaimana kau bisa lupa? Bila berpura2 sudah lupa, jangan lakukan. Jangan berusaha melupakannya! Kau ibunya! Kasihan Eun Sol! Kau tak mempermasahkannya. Aku tak bisa melihatmu baik2 saja. Aku muak! Aku membencimu!" teriak Jin Eon.
"Berapa lama aku harus hancur? Berapa lama aku harus merasa sedih? Apakah cukup setahun? Atau 3 tahun? Atau 5 tahun? Hidup harus terus berjalan. Apapun yang kau lakukan tidak akan membuatnya kembali hidup. Kita harus mengucapkan selamat tinggal agar bisa tetap hidup. Kita harus melupakannya. Aku sudah lupa. Aku melupakan anak itu!" teriak Hae Gang, lalu menenggak anggurnya.
"Apa? Anak itu..." ucap Jin Eon kesal.
Jin Eon lalu berdiri dan melemparkan gelas ke arah pagar sambil berteriak. Ia lalu menatap Hae Gang dan berkata Hae Gang telah berubah. Hae Gang pun menjawab Jin Eon yang berubah. Jin Eon kesal dan masuk ke rumah. Hae Gang menangis.
Malam berlalu, berganti pagi. Jin Ri yang baru tiba di kantor, berjalan menuju lift dengan sombongnya. Tiba2, kakinya tersandung. Ia nyaris saja jatuh di depan lift. Seorang pegawainya yang berada di dalam lift, berusaha menahan tawanya. Jin Ri pun langsung berdiri dan menatap tajam pegawainya itu.
"Apanya yang lucu?" tanya Jin Ri.
"Maafkan saya, Direktur." jawab pegawainya.
"Jika sudah berbuat salah, kau harus minta maaf." ucap Jin Ri sambil masuk ke lift.
"Maafkan saya, Direktur." jawab pegawainya sambil memberi hormat padanya.
"Berlutut." suruh Jin Ri.
Sang pegawai pun kaget, apa?
"Kau bilang ingin minta maaf." ucap Jin Ri.
Sang pegawai pun berlutut dengan terpaksa. Jin Ri menyuruh pegawainya terus berlutut sampai ia pergi. Jin Ri lalu berteriak, menyuruh pegawainya yang lain menutup pintu lift. Saat pintu lift akan ditutup, Tae Seok datang dan masuk ke lift. Betapa kagetnya ia melihat pegawai yang berlutut pada istrinya. Ia pun kesal melihat kelakuan istrinya.
Hae Gang sedang rapat dengan timnya. Mereka membicarakan sebuah kasus pencemaran nama baik. Tiba2, Tae Seok menerobos masuk dan ingin bicara dengan Hae Gang.
Yong Gi berjalan menuju ruangannya. Sambil berjalan, ia berbicara pada anaknya dan menyemangati dirinya. Ia berkata kalau bukan dirinya, siapa lagi yang berani melakukannya. Namun saat sampai di ruangannya, nyalinya ciut melihat atasannya. Ia teringat insiden di tempat karaoke, saat ia melemparkan mikrofon pada atasannya, yang membuat wig atasannya itu terlepas.
Yong Gi mendekati atasannya, dan.... berlutut! Kedua temannya pun langsung menyuruhnya bangun. Atasannya mengatakan kalimat yang menjurus pada pemecatan dirinya. Yong Gi pun kaget.
Hae Gang dan Tae Seok sedang membicarakan seseorang yang bernama Kim Sang Yong. Tae Seok berkata Kim Sang Yong memiliki seorang pacar, Presiden ingin pacar Kim Sang Yong itu dilenyapkan. Hae Gang kaget dan bertanya pada Tae Seok seberapa banyak yang diketahui Presiden. Tae Seok berkata tidak tahu dan memperingatakan Hae Gang untuk tidak mencari tahu karena Hae Gang akan terluka. Hae Gang menghela napas.
Jin Eon dan tim nya sedang menata ruangan untuk seminar. Ponsel Jin Eon lalu berdering. Satu pesan masuk, dari Hae Gang. Hae Gang berkata akan menjemput Jin Eon di kampus.
Di ruangannya, Hae Gang sedang melihat resume Seol Ri. Tak hanya itu, Hae Gang juga memeriksa akun jejaring soal Seol Ri dan menemukan foto2 Jin Eon disana.
Seol Ri masuk ke ruang seminar dengan membawa dua dus. Semua orang sudah pulang, hanya tinggal Seol Ri dan Jin Eon disana. Jin Eon pun membantu Seol Ri meletakkan dus2 itu di meja. Jin Eon lalu menyuruh Seol Ri pulang, tapi Seol Ri tidak mau dan berkata akan membantu Jin Eon di sana. Seol Ri lalu membuka dus itu dan mengeluarkan setumpuk proposal dan meletakkannya satu per satu di meja.
"Di Bulan Maret, saat terjadi tsunami di Jepang apa yang kau pikirkan?" tanya Seol Ri.
Jin Eon bingung, apa?
"Menyaksikan semua hancur dalam sekejap, aku syok. Sepucuk surat yang ditulis oleh korban selamat 10 tahun yang lalu, dikirimkan ke keluarganya. Aku melihatnya di berita. Sepucuk surat yang menimbulkan kebahagiaan berakhir dalam kesedihan. Saat itulah aku memutuskan, jangan menundanya lagi." ucap Seol Ri.
Seol Ri lalu berbalik menatap Jin Eon. Jin Eon kaget, ekspresinya menunjukkan kalau ia sudah tau apa yang mau dibicarakan Seol Ri.
"Aku harus mengaku. Aku tak mau mati sebelum mengaku. Aku menyukaimu, Sunbae. Sudah lama. Aku berusaha menjaga perasaanku, agar tidak sampai menyukaimu, tapi aku gagal." ucap Seol Ri.
"Kau sampai di tempat yang salah. Aku pria yang sudah menikah." jawab Jin Eon.
"Sulit bagiku mengakui semua ini." ucap Seol Ri.
"Jangan bicarakan hal ini lagi. Sudah terlambat sekarang, ayo kita selesaikan pekerjaan ini." jawab Jin Eon, lalu kembali bekerja.
Hae Gang tiba di kampus. Ia menunggu di dalam mobil. Begitu melihat Go Sunbae keluar, ia langsung keluar dari mobil dan menghampiri Go Sunbae.
"Hyun Woo, apa suamiku sudah hampir selesai?" tanya Hae Gang.
(Oh, jadi namanya Go Hyun Woo toh)
"Oh, dia tidak ada di lab. Dia sedang ada di tempat presentasi bersama Kang Seol Ri." jawab Hyun Woo.
Hae Gang pun kaget, Kang Seol Ri?
"Haruskah aku menghubunginya?" tanya Hyun Woo.
"Tidak usah, katakan saja dimana tempat presentasinya. Biar aku yang kesana." jawab Hae Gang.
Jin Eon dan Seol Ri berdiri di depan lift. Sementara itu, Hae Gang berlari memasuki tempat presentasi Jin Eon. Wajahnya terlihat panik. Di dalam lift, Jin Eon berkata dia dan Hae Gang akan mengantarkan Seol Ri pulang. Jin Eon juga mengajak Seol Ri ikut makan malam dengannya. Seol Ri diam saja dan hanya menunduk. Tiba2, lift yang ditumpangi Seol Ri dan Jin Eon berhenti. Seol Ri panik dan terjatuh.
"Kau baik2 saja?" tanya Jin Eon yang bergegas menghampiri Seol Ri.
"Ya." jawab Seol Ri.
Hae Gang menerobos masuk ke ruang presentasi. Tapi ia tak menemukan Jin Eon disana. Dengan wajah panik ia keluar dan mencari Jin Eon di lift. Ia semakin panik saat mengetahi salah satu lift mengalami kerusakan.
Di dalam lift, Jin Eon dan Seol Ri tak saling bicara untuk beberapa saat. Seol Ri lalu memegang tangan Jin Eon. Jin Eon kaget dan menatap Seol Ri.
"Peluang yang tak boleh kulepaskan. Kau yang mengajariku, Sunbae. Peluang yang bisa mengubah masa depan." ucap Seol Ri, membuat Jin Eon terpengarah.
Hae Gang masuk ke ruang keamanan, tapi tak menemukan siapapun disana. Saat mau keluar, tiba2 saja sesuatu menghentikan langkahnya. Hae Gang pun berbalik dan menatap layar monitor. Betapa syoknya ia, melihat Jin Eon dan Seol Ri yang tengah berciuman.
Bersambung ke episode 3
Komentar :
Omoooo.... endingnya bikin syok. Kasihan Hae Gang. Menurutku, Hae Gang ini paham kenapa Jin Eon kecewa padanya. Dia tahu dia salah. Karena itu dia berusaha kuat memperbaiki hubungannya dengan Jin Eon. Tapi sayangnya, Jin Eon tidak bisa melihat usaha Hae Gang. Jin Eon tidak bisa melihat kalau Hae Gang juga terluka. Aku jadi penasaran, dengan reaksi Jin Eon saat mengetahui Hae Gang kecelakaan.
Aku suka chemistry Park Han Byul dan Lee Gyu Han. Semoga saja endingnya, Seol Ri dengan Baek Seok.
ANDWAE !!! Tega banget Admin ngarep Kang Seol Ri sama Baek Seok setelah adegan yang bikin syok dan keki di episode ini ! Justru aku berharap semoga endingnya Hae Gang atau Yong Gi dengan Baek Seok. Nah, si pasangan selingkuh, Jin Eon dan Kang Seol Ri merasa sangat menyesal dan bersalah tapi keduanya nggak yang bisa bersama. Pokoknya, dua orang ini harus menderita karena sudah berbuat salah !!!