Hae Gang cemas karena tidak menghubungi Jin Eon. Tiba2, terdengar sebuah siulan. Hae Gang terpengarah dan wajahnya langsung pucat. Dengan perlahan2, ia menoleh ke samping dan terkejut melihat Jin Eon yang menggendong Seol Ri sedang berjalan ke arahnya. Amarah Hae Gang pun memuncak. Dengan wajah geram, ia berjalan menghampiri mereka.
Jin
Eon terpengarah melihat Hae Gang. Seol Ri terbangun dan heran kenapa Jin Eon
berhenti. Ia pun melihat ke depan dan terkejut melihat Hae Gang. Seketika, ia
langsung meluncur turun dari punggung Jin Eon.
PLAAAK!!
Hae Gang menampar Seol Ri dengan keras. Jin Eon terkejut dan marah pada Hae
Gang. Hae Gang juga menampar Jin Eon. Dengan wajah marah, Jin Eon menyuruh Seol
Ri pulang. Seol Ri yang syok pun beranjak pergi. Hae Gang menatap Jin Eon tak
percaya, ia lalu berteriak pada Seol Ri.
“Berhenti
disitu! Kau mau pergi kemana! Siapa yang bilang kau boleh pergi!”teriak Hae
Gang, membuat langkah Seol Ri terhenti.
“PERGILAH!”
bentak Jin Eon pada Seol Ri.
Seol
Ri pun beranjak pergi, masih dengan wajah terkejutnya. Jin Eon lalu menatap Hae
Gang dengan geram. Ia marah karena Hae Gang menampar Seol Ri. Hae Gang pun semakin
marah.
“Apa
kau malu! Apa yang membuatmu malu! Bahwa aku menangkap basah kalian berdua!
Atau karena aku memukulmu di depan gadis itu! Katamu kau akan mengurusnya, kau
bilang kau akan mengurusnya! Tapi mana! Apa ini yang dilakukan manusia! Mengkhianatiku
dengan gadis muda, itukah yang akan dilakukan manusia! Teganya kau melakukan
ini padaku!” teriak Hae Gang.
“Tenangkan
dirimu. Setelah kau tenang, kita bicara di rumah.” Jawab Jin Eon menatap tajam
Hae Gang.
“Tidak.
Kau tidak bisa melakukan ini padaku. Tidak bisa. Kau tak bisa melakukannya
padaku! Suruh gadis itu keluar! Suruh dia keluar!” teriak Hae Gang, lalu pergi
mencari Seol Ri.
“Keluarlah!
Keluar kau Kang Seol Ri! Keluar!” teriak Hae Gang sambil mencari2 Seol Ri.
Jin
Eon berusaha menghalangi Hae Gang. Ia meminta Hae Gang tenang. Sementara itu,
tak jauh dari sana, Seol Ri berdiri. Ia bersembunyi di balik tembok. Hae Gang
terus meronta2 meminta Seol Ri keluar. Jin Eon memeluk Hae Gang erat2. Hae Gang
terus berteriak, sampai dadanya terasa sesak. Jin Eon lalu memapah Hae Gang ke
mobil. Dari kejauhan, Seol Ri melihat mereka. Ia pun teringat saat Hae Gang berlutut
dan memohon padanya agar ia tidak merebut Jin Eon. Teringat hal itu, Seol Ri pun menghela napas dan menundukkan wajahnya.
Hae gang sudah berada di dalam mobil. Amarahnya masih membara. Jin Eon masuk ke mobil. Begitu Jin Eon masuk, Hae Gang langsung emosi dan memukuli Jin Eon.
"Teganya kau melakukan itu padaku! Kau bersiul untuknya? Mulut yang kau gunakan sebagai senjata pada istrimu, teganya kau bersiul dengan mulut itu! Apa kau begitu menyukainya!" teriak Hae Gang, lalu mengatur napasnya yang terengah-engah.
Jin Eon diam saja dan memasangkan seat belt pada Hae Gang.
"Kau bajingan. Aku tidak akan minta maaf padamu." ucap Hae Gang lagi.
Di rumah, Hae Gang mengamuk. Ia membanting seisi rumah. Jin Eon bukannya menenangkan Hae Gang, malah pergi dengan wajah kesal. Hae Gang terus membanting semua barang. Ia baru berhenti ketika terdengar suara musik dari kamar Jin Eon. Hae Gang pergi ke kamar Jin Eon. Tampak Jin Eon yang duduk menenangkan dirinya. Hae Gang mematikan musiknya. Jin Eon marah dan menyuruh Hae Gang menyalakannya. Hae Gang menolak. Jin Eon bangkit dari duduknya, lalu menyalakan musiknya. Hae Gang kembali mematikannya. Jin Eon kesal dan mendorong Hae Gang. Hae Gang semakin emosi, ia lalu membanting tape Jin Eon. Tak hanya itu, Hae Gang juga membanting semua barang di kamar Jin Eon. Jin Eon keluar dari kamarnya dengan wajah emosi. Hae Gang terus membanting barang2 Jin Eon. Ia baru berhenti saat mendengar suara sesuatu yang pecah.
Yong Gi masuk ke kamarnya. Ia membawakan neneknya jagung rebus. Tapi neneknya diam saja, tak merespon. Yong Gi pun duduk disamping neneknya dan menyuruh sang nenek makan. Sang nenek menghela napas, lalu menanyakan tentang obat yang ia pegang.
"Perusahaanmu mendapatkan banyak uang dengan menjual ini kan?" tanya sang nenek.
"Mungkin. Kenapa? Apa kau sakit? Kenapa kau tidak bilang?" jawab Yong Gi panik.
Yong Gi lalu memeriksa suhu tubuh sang nenek.
"Tidak demam. Ada apa, Nek? Apa nenek sakit?" tanya Yong Gi.
"Tidak, aku tidak sakit." jawab nenek.
"Lalu kenapa nenek memegang botol itu? Nenek membuatku takut saja." ucap Yong Gi.
Sang nenek pun menghela napas, lalu berkata kalau Yong Gi tidak boleh patah semangat.
"Aku akan cari tahu, apa penyebabnya." ucap nenek Yong Gi.
"Apa yang nenek bicarakan? Apa yang mau nenek periksa?" tanya Yong Gi heran.
"Kau belum dengar apapun dari Sun Ryeong yang tinggal di Gangneung kan?" jawab nenek.
"Tentang apa?" tanya Yong Gi.
"Tentang uang yang dia pinjam dari kita." jawab nenek.
"Lupakan soal itu. Kondisinya tidak memungkinkan untuk mengembalikannya pada kita." ucap Yong Gi.
"Aku tahu, tapi kau sudah bekerja keras untuk menabung semua itu kan? Kau tidak membeli pakaian, tidak makan serta ketakutan membelanjakan bahkan satu sen pun." jawab sang nenek.
Nenek Yong Gi pun menangis. Melihat itu, Yong Gi menenangkan neneknya dengan berkata ia akan mulai menabung lagi. Nenek Yong Gi hanya menghela napas. Ia terlihat cemas. Yong Gi merangkul neneknya dan bertanya kenapa neneknya bersikap seperti itu. Yong Gi pun meminta neneknya untuk tidak mengkhawatirkan dirinya. Yong Gi lalu menghibur neneknya dengan berkata kalau yang mereka butuhkan saat ini bukanlah uang, tapi tertawa. Dan Yong Gi pun tertawa. Nenek Yong Gi pun mengangguk. Yong Gi berjanji akan membuat neneknya duduk di atas tumpukan uang seumur hidup. Akan membawa neneknya naik pesawat dan berlayar dengan kapal pesiar.
Pembicaraan hangat itu pun berakhir lantaran ponsel Yong Gi berdering. Wajah Yong Gi langsung berubah begitu melihat si penelpon. Yong Gi pun keluar dari kamar neneknya dan masuk ke kamarnya. Dengan wajah tegang, Yong Gi menjawab teleponnya.
"Produser Kim?" ucap Yong Gi lega yang menelponnya adalah si pewawancaran. Yong Gi lalu kaget.
"Apa rumah sakit?"
Yong Gi pun langsung pergi ke rumah sakit. Produser Kim berkata seharusnya Yong Gi tak usah datang. Ia menelpon Yong Gi untuk memperingatkan Yong Gi agar berhati2. Yong Gi merasa tak enak. Semua itu terjadi karenanya. Karena Produser Kim melindunginya. Produser Kim pun berkata ia sudah memprediksikan hal itu dan menyuruh Yong Gi duduk.
"Kau sudah menghubungimu keluargamu?" tanya Yong Gi.
"Istriku pasti pingsan. Dia pikir aku sedang melakukan perjalanan bisnis." jawab Produser Kim.
"Maaf." ucap Yong Gi.
"Tidak perlu minta maaf. Operasinya berjalan lancar. Dan aku membantumu karena keinginanku. Aku sudah melaporkan kejadian ini pada polisi. Tapi tidak ada kamera pengawas. Dan mereka juga mengambil kotak hitam ku. Jadi akan sulit bagi polisi untuk menemukan pelakunya. Orang ini sangat pintar." jawab Produser Kim.
"Bagaimana dengan videonya?" tanya Yong Gi cemas.
"Ada di kantorku, jangan khawatir." jawab Produser Kim.
Yong Gi pun menarik napas lega.
"Oya, apa kau membawa susunan organisasi Perusahaan Farmasi Chun Yeon?" tanya Produser Kim.
"Tapi kenapa kau meminta ini?" tanya Yong Gi sambil menyerahkan kertas berisikan susunan organisasi Perusahaan Farmasi Chun Yeon.
"Kita harus mencari tahu siapa atasan orang jahat ini. Biar kulihat. Presdir Choi Man Ho, Wakil Presdir Geum Sung Chul, Presdir Oh Jin Hyuk, Wakil Presdir Oh Jin Ri, Direktur Eksekutif Min Tae Seok, Direktur Do Hae Gang, Manajer Strategis Seo Gi Ho." jawab Produser Kim, membaca susunan organisasi perusahaan itu.
Tae Seok diminta memberikan pidatonya di acara ulang tahun yayasan Nyonya Hong. Saat Tae Seok tengah menyampaikan pidatonya, Nyonya Kim muncul. Nyonya Hong kesal melihat Nyonya Kim. Ia bahkan sampai berdiri dari kursinya dan memelototi Nyonya Kim. Nyonya Hong kembali duduk di kursinya setelah ditegur salah seorang temannya. Nyonya Kim tampak membaur dengan para undangan. Nyonya Hong mengirimi Nyonya Kim pesan. Dalam pesannya, Nyonya Hong menyuruh Nyonya Kim keluar.
"Apa yang kau lakukan! Apa kau sedang mencoba memasang gelang persahabatan denganku? Lihat bajumu, kenapa kau bisa memakai baju yang sama denganku?" ucap Nyonya Hong kesal.
Sedangkan Nyonya Kim hanya menatap Nyonya Hong penuh kemenangan.
"Kau kemari hanya untuk membuat diriku kesal kan?Itu sebabnya kau menjerit sekuatnya bahwa kau akan datang hari ini, untuk balas dendam padaku. Kau benar2 luar biasa." ucap Nyonya Hong lagi.
"Kau terlalu berisik. Apa yang akan kau lakukan jika orang2 di dalam mendengarmu? Aku datang bukan untuk mencari masalah denganmu. Ini cuma kebetulan. Cuma kebetulan, kebetulan yang memalukan. Selera kita sama, dulu dan sekarang." jawab Nyonya Kim santai.
"Apa? Selera kita sama kau bilang? Selera apa! Selera yang mana! Siapa yang kau bicarakan? Apa suamiku?" tanya Nyonya Hong kesal.
"Omo, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu. Kaki ayam, Besan. Selagi orang lain makan kue beras pedas, kita malah berebut kaki ayam pedas." jawab Nyonya Kim.
"Apa? Kaki ayam?" tanya Nyonya Hong kesal.
"Mungkin pakaiannya, tapi ini mengingatkanku pada masa dulu." jawab Nyonya Kim sambil melirik dress
nya.
Nyonya Kim lalu membujuk Nyonya Hong melupakan masalah pakaian mereka yang sama. Nyonya Hong tidak mau dan menyuruh Nyonya Kim melepaskannya. Nyonya Kim tentu saja menolak. Mereka pun akhirnya bertengkar. Hingga pintu ruangan terbuka dan Tuan Baek keluar dari dalam. Para tamu undangan melihat pertengkaran itu. Nyonya Hong yang sadar semua mata sedang tertuju pada mereka pun langsung berpura2 ramah dan memeluk Nyonya Kim. Setelah itu Nyonya Hong kembali ke dalam ruangan.
Jin Ri masuk ke kamarnya dengan wajah menyesal. Ia terus berjalan menuju meja riasnya dengan wajah tertunduk. Sesampainya di depan cermin, ia mengangkat wajahnya dan menatap cermin. Ia lalu membungkukkan badannya, tapi karena terlalu kuat kepalanya membentur meja rias. Ia pun mengaduh kesakitan, tepat saat itu Tae Seok datang dan bertanya apa yang sedang dilakukan Jin Ri. Jin Ri. Jin Ri pun menatap Tae Seok.
"Berkat seseorang aku menganggap diriku orang yang berdosa setiap hari." jawab Jin Ri.
"Ah, konferensi pers. Kau harus melakukannya dengan baik. Kau bukan orang yang berbuat dosa, tapi pendosa yang sangat buruk. Kau hampir menerima hukumanmu. Kau ingat nama gadis itu?" ucap Tae Seok.
"Choi Eun Kyung." jawab Jin Ri dengan muka masam.
"Oke. Jangan lupa sebutkan namanya saat kau menangis. Kau tidak boleh memakai riasan wajah besok. Dan jangan cuci rambutmu. Mengerti?" ucap Tae Seok.
"Tidak, aku akan mencuci rambutku. Akan banyak foto yang beredar." jawab Jin Ri.
"Ya, cucilah rambutmu dengan sabun cuci. Dan jangan keringkan dengan hair dryer. Keringkan dengan kipas angin agar tampak tidak sehat." ucap Tae Seok.
"Aku mengerti." jawab Jin Ri.
"Dan pakailah pakaian termurah yang pernah kau miliki. Pakailah sesuatu yang membuat orang berpikir kau adalah orang yang rendah hati." ucap Tae Seok.
Jin Ri menatap tajam Tae Seok, lalu bertanya kenapa Tae Seok sangat baik padanya.
"Aku memang orang baik. Aku hidup bersamamu karena aku sangat baik." ucap Tae Seok.
Tae Seok lalu menarik Jin Ri ke dalam pelukannya. Jin Ri terkejut. Tae Seok meminta Jin Ri untuk tidak cemas karena dia akan mengurus semuanya dengan baik. Jin Ri memeluk Tae Seok dengan erat dan bertanya apa Tae Seok akan mengambil posisinya. Tae Seok menjawab iya dia akan mengambil alih posisi Jin Ri di kantor.
Hae Gang termenung di kamarnya. Ia duduk diantara barang2nya yang berantakan. Pandangan matanya kosong. Tiba2, terdengar suara dering telepon. Hae Gang pun bangkit dari duduknya dan mengambil telepon yang tergeletak di lantai. Si penelpon adalah Nyonya Hong.
"Kesabaranku bisa habis karena berusaha menelponmu. Apakah teleponmu rusak atau kau berusaha menghindari telepon dari ibu mertuamu?" tanya Nyonya Hong.
"Maafkan aku. Aku sedang tidak memegang ponselku." jawab Hae Gang.
"Bagaimana dengan Jin Eon? Dia juga tidak menjawab teleponnya. Kau tidak menjemputnya? Aku kan sudah menyuruhmu menjemputnya. Dimana suamimu sekarang? Apa dia di tempat lain?" tanya Nyonya Hong.
"Dia ada di rumah. Kupikir dia ada di ruang kerjanya." jawab Hae Gang.
"Lihat dirimu, apa kau tau situasi apa yang sedang kita hadapi sampai2 kau bisa berkata demikian? Ini karena kau bersikap sangat kejam dan jahat sampai2 putraku mencari wanita lain. Jika tidak mau diceraikan, maka kau harus berusaha keras. Jika kau terus bersikap seperti ini, bagaimana mungkin kau bisa mengubah pikirannya? Tahanlah meskipun menyakiti harga dirimu dan sekali pun kau marah, tahanlah meski pun kau tak lagi sanggup menahannya. Tak ada jalan lain menahan seseorang yang hampir meninggalkanmu. Bersikaplah baik padanya dan katakan kau tak bisa hidup tanpanya. Jangan abaikan omonganku. Kau bilang namanya Kang Seol Ri kan? Aku akan menemuinya dan peganglah Jin Eon erat2. Kalian tidak boleh tidur di kamar terpisah. Meskipun kalian bertengkar, kalian harus tidur di tempat yang sama." ucap Nyonya Hong panjang lebar.
Tanpa disadari Nyonya Hong, Jin Ri menguping pembicaraan mereka di belakang. Jin Ri langsung sumringah mengetahui apa yang terjadi dengan rumah tangga Jin Eon dan Hae Gang. Dengan mengendap2, agar Nyonya Hong tidak tau ia menguping pembicaraan mereka, Jin Ri pun kembali ke kamarnya.
Selesai menerima telepon, Hae Gang bersandar lemas ke dinding.
Di kamar, Jin Eon sedang mengobati luka di tangannya. Hae Gang masuk dan duduk disamping Jin Eon. Hae Gang mau memeriksa luka Jin Eon, tapi Jin Eon yang masih marah menjauhkan tangannya dari Hae Gang.
"Aku bisa melakukannya sendiri." ucap Jin Eon dingin.
"Tapi lukanya dalam. Kupikir kau harus mendapatkan beberapa jahitan. Aku akan menyiapkan mobil." jawab Hae Gang.
"Aku akan pergi dari rumah. Hubungi aku jika kau sudah putuskan untuk bercerai." ucap Jin Eon sambil menyiapkan barang2nya.
Hae Gang tertegun. Apalagi setelah Jin Eon memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Hae Gang meminta Jin Eon tidak melakukan itu. Ia berkata sambil mengeluarkan kembali barang2 Jin Eon dari dalam tas. Jin Eon pun terdiam menatap Hae Gang.
"Apa tidak apa2 seperti ini? Apa2an semua ini? Apa yang kita lakukan? Apakah benar melakukan ini?" ucap Jin Eon stress.
"Jika kau pergi seperti ini, ini akan menjadi akhir kita. Kekacauan ini akan menjadi akhir kita. Apakah tidak apa2 bagimu?" jawab Hae Gang yang matanya mulai memerah.
"Jika kita terus tinggal bersama, akan jadi lebih mengerikan dari malam ini. Kita sudah cukup kejam. Kita harus mengakhiri semua ini. Kita harus berhenti membenci satu sama lain. Terus terang, aku khawatir kalau akhirnya aku akan membencimu. Kau Do Hae Gang, duniamu bukan duniaku. Jangan rusak hidup kita seperti ini." ucap Jin Eon sambil menatap Hae Gang sedih.
Jin Eon pun bangkit, hendak pergi. Hae Gang menahannya.
"Kau tak boleh pergi. Kau tak boleh melakukannya. Bagaimana kalau sampai ayah tahu? Bagaimana kalau ibu sampai tahu? Ibu akan datang, haruskah kukatakan kita akan segera bercerai?" bujuk Hae Gang.
Jin Eon berkeras ingin pergi.
"Hanya sebulan. Sebulan saja, Jin Eon." bujuk Hae Gang.
Tapi Jin Eon tetap ingin pergi.
Nyonya Kim pulang. Ia terkejut melihat seisi rumah berantakan.
Kita kembali ke Jin Eon dan Hae Gang. Jin Eon sudah berdiri di depan pintu. Hae Gang duduk terdiam. Perasaannya hancur. Jin Eon menatap Hae Gang masih dengan tatapan terlukanya.
"Maaf untuk malam ini. Dan maaf karena telah memintamu menikahiku." ucap Jin Eon, kali ini dengan nada lembut.
Hae Gang menatap Jin Eon.
"Kau bilang tidak, tapi karena aku ingin, aku yang salah. Maaf Do Hae Gang." ucap Jin Eon, lalu mulai berjalan.
"Aku tidak mau bercerai. Tidak mau! Aku tak akan pernah menceraikanmu!" ucap Hae Gang.
Nyonya Kim sedang memeriksa barang2 yang berserakan. Jin Eon dan Hae Gang keluar kamar. Hae Gang bertanya apa Jin Eon akan pergi menemui Seol Ri?
Nyonya Kim melihat mereka dengan heran. Sedangkan Jin Eon dan Hae Gang tidak menyadari kehadiran Nyonya Kim.
"Kau akan menghampirinya? Karena kau ingin bersamanya, karena kau ingin tidur dengannya, karena kau ingin memilikinya, kau sedang tidak waras saat ini. Pikiranmu sedang tidak waras. Apa kau pikir itu cinta? Kau pikir kau sudah jatuh cinta? Kau salah. Kalian tak lebih dari pengkhianat! Yang kalian lakukan bukan hubungan cinta, tapi perselingkuhan! Aku tak akan menceraikanmu. Demi kepentingan siapa? Demi dirinya? Jika aku tidak menceraikanmu, kalian berselingkuh selamanya." ucap Hae Gang panjang lebar.
Jin Eon menghela napas dan memejamkan matanya. Ia sedang berusaha menahan emosinya.
"Pergilah bersamanya! Pergilah berselingkuh dengan gadis itu! Kau berselingkuh dan aku akan melindungi keluarga kita!" ucap Hae Gang dengan mata berkaca2.
Jin Eon menatap Hae Gang emosi, lalu beranjak pergi tanpa membalas perkataan Hae Gang. Langkah Jin Eon pun terhenti karena Nyonya Kim menghalanginya. Hae Gang terkejut melihat ibunya. Nyonya Kim memohon sambil menangis agar Jin Eon tidak pergi. Jin Eon merasa bersalah. Air mata Hae Gang pun jatuh. Dengan wajah sedih, Jin Eon menjatuhkan dirinya ke sofa.
Bersambung ke part 2
Mungkin Seol Ri mengingatkan Jin Eon sama sosok Hae Gang dulu waktu mereka pertama PDKT kali.